Home , , , , , , , , , � Iran "diserang", Iran di embargo, Iran di fitnah, Iran bertahan, Iran "BANGKIT", Hidup negara Islam..!!!!!

Iran "diserang", Iran di embargo, Iran di fitnah, Iran bertahan, Iran "BANGKIT", Hidup negara Islam..!!!!!




Jenderal AS Sesumbar Siap Serang Iran



Kepala Staf Gabungan angkatan Bersenjata AS Jenderal Martin Dempsey menyatakan militer AS siap melancarkan serangan militer terhadap Iran jika diperlukan.

"Kami mengkaji berbagai pilihan. Saya puas jika pilihan yang dikaji berkembang menuju kesimpulan bahwa mereka akan dieksekusi," katanya dalam sebuah wawancara dengan media AS di Afghanistan.

Peringatan itu disampaikan sebagai reaksi atas statemen Menteri Pertahanan AS Leon Panetta di Institusi Brookings yang mengakui ketidakmampuan AS menyerang Iran, sekaligus memperingatkan Israel untuk mengurungkan niatnya.

"Segala bentuk aksi militer anti-Iran akan berdampak sangat buruk terhadap perekonomian global," kata Panetta.

Panetta juga menekankan represi politik dan sanksi terhadap Iran daripada serangan militer. Dikatakannya bahwa serangan militer ke Iran bukan hanya merugikan perekonomian Amerika Serikat saja melainkan berdampak sangat buruk terhadap perekonomian global.

Sebelumnya, Panetta mengakui bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir Republik Islam Iran akan sangat berbahaya bagi Amerika Serikat, dan Washington harus mengindari opsi tersebut.

Pernyataan Panetta itu mengemuka setelah Presiden Israel, Shimon Peres gencar menyebarkan klaim soal menguatnya kemungkinan serangan militer ke Iran.

Dempsey diam-diam di balik layar tengah mempersiapkan serangan terhadap Tehran, The Daily Telegraph melaporkan.

"Kekhawatiran terbesar saya mengenai kemungkinan salah perhitungan. Setiap kesalahan kalkulasi akan menyeret kita ke dalam konflik, dan itu akan menjadi tragedi bagi kawasan dan dunia," ungkapnya.

Dempsey juga mengakui bahwa Amerika Serikat bekerja sama dengan Israel dalam mengumpulkan informasi intelijen tentang Iran.

Namun, ia menolak untuk mengatakan apakah militer AS mengumpulkan informasi tentang Iran melalui pesawat pengintai.

Pada 4 Desember lalu, Angkatan Darat Iran berhasil membawa turun pesawat siluman RQ-170 dengan kerusakan minimum yang telah menyeberang ke wilayah udara Iran dari perbatasan Afghanistan.

Washington dan Tel Aviv berulang kali mengancam Tehran dengan opsi serangan militer yang didasarkan pada dugaan bahwa program nuklir Iran mengarah pada militer rahasia.

Tehran membantah tuduhan itu, dan menegaskan bahwa Iran sebagai penandatangan traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) berhak mengembangkan dan memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai. (IRIB Indonesia/PH)



Velayat 90, Peringatan Dini Iran terhadap Barat



Anggota senior parlemen Republik Islam Iran menyatakan manuver militer Velayat 90 yang sedang berlangsung mengirim peringatan dini kepada Barat bahwa Selat Hormuz akan ditutup jika Iran terancam.

"Manuver militer Angkatan Laut Iran di Teluk Persia dan Laut Oman menunjukkan kekuatan Iran di perairan kawasan," kata Zohreh Elahian, Senin (26/12).

Anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran itu,  menegaskan bahwa latihan militer juga bertujuan untuk meningkatkan daya tangkal Iran menghadapi dominasi kekuatan asing di kawasan.

"Manuver militer mengirim pesan penting ke seluruh dunia, terutama kekuatan kolonialis tentang kesiapan angkatan bersenjata Iran, khususnya Angkatan Laut," tegasnya.

Sejak hari Sabtu, Angkatan Laut Iran menggelar manuver militer yang berlangsung selama 10-hari di perairan timur Selat Hormuz di Teluk Persia hingga Teluk Aden.

Selama manuver militer berlangsung, Angkatan Laut Iran menampilkan perangkat keras militer terbaru dan inovasi yang dikembangkan oleh angkatan laut negara itu.

Kapal selam dari berbagai kelas, termasuk Tareq dan Ghadir serta rudal dari darat ke laut dan torpedo dilibatkan dalam latihan perang itu.

Selama tahun terakhir, Iran membuat terobosan penting dalam bidang pertahanan dan mencapai swasembada dalam memproduksi peralatan militer penting.
Iran berulang kali menjelaskan bahwa kekuatan militernya semata-mata didasarkan pada doktrin pertahanan yang tidak mengancam negara lain.

Selat Hormuz merupakan jalur perairan strategis antara Laut Oman dan Teluk Persia yang memfasilitasi transportasi sekitar 40 persen dari pasokan minyak dunia dan menjamin akses ke perairan internasional untuk delapan negara pesisir Teluk Persia. (IRIB Indonesia/PH)




Ditekan Sanksi, Iran Lirik Pesawat Rusia




Menteri Perhubungan dan Perumahan Republik Islam Iran menyatakan Tehran dalam pembicaraan dengan Moskow mengenai pembelian pesawat baru untuk perluasan armada penerbangan sipilnya.

Ali Nikzad Senin (26/12) mengungkapkan kesepakatan akan selesai ketika Organisasi Penerbangan Sipil Iran mendukung pembelian pesawat Rusia untuk armada udara negara itu.

"Kita harus melihat apakah pesawat cocok untuk kondisi geografis dan iklim Iran, dan apakah harga mereka masuk akal. Jika kita mencapai kesepakatan akhir, kami akan membeli beberapa pesawat Rusia, "tambahnya.

Sebelumnya, Pada hari Minggu (18/12) Nikzad mengumumkan bahwa Iran akan menambahkan 25 pesawat penumpang untuk armada pesawat sipilnya.

Sanksi sepihak Barat terhadap Tehran menyebabkan perusahaan-perusahaan internasional dilarang menjual ke pesawat Iranatau suku cadang yang dibutuhkan untuk mempertahankan armada udara sipil di negara itu. (IRIB Indonesia/PH)




Serangan Militer ke Iran: Kisah dari Pulau Diego Garcia




Oleh: Dina Y. Sulaeman*

Berita-berita tentang ancaman serangan militer dari AS dan Israel terhadap Iran akhir-akhir ini semakin intens. Dalam doktrin militer AS, Iran memang dikategorikan sebagai ‘ancaman utama bagi kestabilan di Timur Tengah dan Asia Tengah'. Menurut Chomsky, kestabilan dalam terminologi AS bermakna ‘berada di dalam kontrol AS'. Artinya, bila ada sebuah rezim yang tidak berada dalam cengkeraman kontrol AS, rezim itu menjadi ancaman bagi ‘kestabilan'. Dalam menghadapi ‘ancaman' ini, AS sudah melakukan berbagai langkah. Antara lain sejak November lalu, AS dan Eropa beramai-ramai memperketat sanksi:  bank Inggris memutus hubungan finansial dengan bank sentral Iran, Kanada menutup pintu ekspor untuk barang-barang yang dianggap berkaitan dengan industri petrokimia, gas, dan minyak Iran, beberapa negara Eropa mem-black-list tokoh-tokoh Iran yang dianggap berperan penting dalam proyek nuklir, dll.

Hal yang tidak banyak dibahas adalah kisah dari sebuah pulau bernama Diego Garcia. Seiring dengan meningkatnya intensitas ancaman serangan ke Iran, pemerintahan Obama juga diberitakan telah menambah kapasitas militernya di pulau Diego Garcia. Konon di sana bercokol lebih dari 2000 tentara, pelabuhan yang muat untuk 30 kapal perang, tempat pembuangan limbah nuklir, stasiun mata-mata satelit, dan tempat hiburan untuk para tentara: mall, bar, dan lapangan golf. Pada bulan Maret 2010, Sunday Herald melaporkan bahwa AS telah mengirimkan 10 kontainer berisi amunisi ke Diego Garcia, di antara bom "Blu" yang mampu meledakkan struktur bawah tanah secara masif. Kapal-kapal selam bertenaga nuklir yang bisa meluncurkan rudal Tomahawk juga 'mangkal' di sana; rudal Tomahawk sendiri bisa dipasangi hulu ledak nuklir.

Pada masa perang Irak, John Pilger mencatat bahwa ada berita sekilas yang berbunyi, "Pengebom Amerika, B-52 dan Stealth,tadi malam dilepaskan dari  sebuah pulau-tak berpenduduk-milik-Inggrisuntuk mengebom Irak dan Afghanistan."
Ya, Diego Garcia ternyata adalah sebuah pulau yang dijadikan pangkalan militer AS; salah satu yang terbesar di dunia. Serangan-serangan udara AS ke Irak dan Afghanistan diketahui dilancarkan dari Diego Garcia. Namun, di balik kecanggihan perlengkapan militer yang disimpan di sana, Diego Garcia menyimpan kisah pilu yang semakin menunjukkan wajah bengis negara-negara arogan dan haus perang: AS dan Inggris.


Pada tahun 1965 Inggris dan AS menjalin perjanjian bahwa Inggris akan menyediakan pulau kosong untuk dijadikan pangkalan militer bagi AS di Samudera Hindia. Pada tahun 1966, pulau indah Diego Garcia yang berada di antara Asia dan Afrika (di perairan samudera Hindia) itu dibeli Inggris dari Mauritania. Inggris menyerahkan pengelolaan pulau itu kepada AS, tanpa bayaran sepeser pun. Namun, Inggris menerima diskon sebesar 14 juta dollar dalam pembelian misil Polaris.

Sebelum menyerahkan pulau itu kepada AS, sesuai permintaan AS, isi pulau itu dikosongkan (Tidak akan ada lagi penduduk asli di pulau itu, kecuali burung camar, demikian salah satu instruksi yang ditulis pejabat kementerian luar negeri Inggris tahun 1966). John Pilger, jurnalis independen asal Australia, berhasil mendapatkan film dokumenter dari kaum misionaris di Diego Garcia. Pulau itu dulunya ternyata sangat indah, dihuni oleh 2000 penduduk berkulit hitam dari suku Creole, ada sekolah, rumah sakit, gereja, rel kereta api, dll. Tentara Inggris kemudian menakut-nakuti warga, termasuk dengan membakar hewan-hewan peliharaan mereka. Sebagian penduduk pergi meninggalkan pulau karena takut. Namun, sisanya, yang masih bertahan akhirnya dievakuasi paksa. Mereka dinaikkan dengan paksa ke atas kapal, hanya dibolehkan membawa satu tas. Rumah, perabotan, dan segala harta benda yang mereka miliki selama lima generasi, harus ditinggalkan begitu saja. Dalam perjalanan yang sulit menuju Seychelles (sebuah negara kepulauan di Samudera Hindia), kaum perempuan dan anak-anak dipaksa tidur di sebuah kargo burung. Mereka lalu dipenjarakan selama beberapa waktu di Seychelles, dan kemudian dipindahkan ke Mauritius.

Di Mauritius, mereka hidup menggelandang. Anak-anak banyak yang meninggal, para orang tua banyak yang bunuh diri karena frustasi. Satu dekade kemudian, mereka menerima kompensasi dari pemerintah Inggris sebesar 3.000 poundsterling, namun itu tidak cukup untuk membayar hutang-hutang mereka selama ini. Beberapa orang yang peduli berusaha mengajukan tuntutan, namun selalu saja dikalahkan oleh pengadilan. Bahkan, terakhir, pada era Tony Blair, pengadilan Inggris memutuskan bahwa orang-orang Diego Garcia untuk selama-lamanya dilarang kembali ke tempat asal mereka.

Nasib tragis penduduk Diego Garcia menunjukkan jatidiri rezim AS dan Inggris. Kalau meminjam kata-kata Pilger, tragedi Diego Garcia bisa "menunjukkan kepada kita keseluruhan sistem yang bekerja di balik kebobrokan demokrasi dan membantu kita untuk memahami bagaimana dunia ini diatur demi keuntungan penguasa dan bagaimana mereka telah berbohong."

Kebohongan serupa juga tengah mereka ciptakan untuk Iran. Iran diposisikan sebagai ancaman bagi perdamaian di Timur Tengah. Iran terus-menerus dituduh tengah membangun senjata nuklir, dan dihujani berbagai embargo dengan alasan ‘untuk menekan Iran agar menghentikan proyek senjata nuklirnya'. Padahal, sebuah laporan dari Defence Intelligence Agency AS yang dikutip oleh Chomsky, menyebutkan bahwa anggaran belanja militer Iran sesungguhnya lebih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara kawasan (apalagi bila dibandingkan dengan AS).  Laporan itu juga mengakui bahwa doktrin militer Iran sangat ketat, yaitu "defensif, didesain untuk memperlambat invasi, dan mengutamakan solusi diplomatik dibanding kekerasan."

Karena itu, menurut analisis Chomsky, sebenarnya ancaman Iran bukanlah dari sisi militer. Justru, yang membuat pusing Washington adalah kemampuan Iran untuk melakukan aksi deterrence. Apa itudeterrence? Bila diterjemahkan bebas, mungkin bisa kita pakai istilah: ‘nyali untuk main gertak'. Iran melindungi negaranya tidak dengan cara menyerang atau menginvasi negara lain, tapi dengan meningkatkan kapasitas militernya, lalu secara terang-terangan memamerkannya kepada publik, sehingga muncul rasa takut dari pihak lawan.

Masih kata Chomsky, keberadaan sebuah negara yang berani melakukan aksi deterrence dan bersikap berdaulat (tidak mau digertak lawan), sungguh sebuah gangguan besar bagi rencana AS untuk menguasai dunia. Khususnya, aksi Iran ini mengancam kontrol AS terhadap sumber energi di Timur Tengah. Jika ada negara lain yang dihormati dan ditakuti selain AS, tentulah kontrol tidak lagi di tangan AS. Masalah lainnya yang tak kalah penting membuat ‘panas' AS adalah upaya-upaya Iran untuk memperluas pengaruhnya di kawasan. Kemampuan diplomasi Iran akhir-akhir ini semakin meningkat. Bahkan, banyak yang tidak tahu, justru pada masa AS dan Eropa ramai-ramai mengembargo Iran (era pemerintahan Ahmadinejad), nilai investasi asing di Iran semakin meningkat. Tentu saja, yang bermain bukan perusahaan-perusahaan AS dan Eropa, melainkan, China, Rusia, dan negara-negara kecil yang ‘berani', misalnya, Malaysia, bahkan Vietnam. Indonesia? Sayang sekali, meski Iran sangat proaktif melakukan soft diplomacy ke Indonesia, ketundukan pemerintah Indonesia kepada AS membuat Indonesia tak berani berinvestasi di Iran.

Inilah yang menjadi ancaman bagi AS. Iran berusaha menjalin hubungan dan meneguhkan kedudukannya sebagai sahabat bangsa-bangsa di kawasan; sementara AS ingin mencengkeram dan terus-menerus mengeksploitasi mereka. Kejahatan dan kebaikan tentu saja tidak akan pernah bisa bersatu. Dan dari Diego Garcia, panah-panah kejahatan itu kini tengah tertuju kepada Iran.[]

*Alumnus Magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (IRIB Indonesia)

0 comments to "Iran "diserang", Iran di embargo, Iran di fitnah, Iran bertahan, Iran "BANGKIT", Hidup negara Islam..!!!!!"

Leave a comment