Home , , , , , , , � Banjarmasin Segera Bangun Masjid ‘Cheng Ho’ (ala Wahabi???!!! mudahan tidak!!!!)) gantikan "Langgar al Hinduan" (ala NU Tradisional..!!!!)

Banjarmasin Segera Bangun Masjid ‘Cheng Ho’ (ala Wahabi???!!! mudahan tidak!!!!)) gantikan "Langgar al Hinduan" (ala NU Tradisional..!!!!)




Gambar Masjid Cheng HO Surabaya
Banjarmasin – Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin Kalimantan Selatan segera membangun sebuah masjid Cheng Ho, yaitu masjid berarsitektur China di kawasan kepariwisataan sungai kota setempat. Wali Kota Banjarmasin, Haji Muhidin bersama sejumlah pejabat di lingkungan Pemko Banjarmasin saat meninjau lokasi pembangunan masjid Cheng Ho di Jalan Pire Tendean Banjarmasin, Senin (16/01/2012), mengatakan rencana pembangunan itu sudah final. Tahun ini juga sudah mulai dibangun dengan dana awal Rp1,5 miliar, dan kemungkinan dana itu lebih besar lagi yang dihimpun dari berbagai sumber, tetapi bukan dana dari Pemkot setempat.
Pemkot Banjarmasin hanya menyediakan lahan, untuk membangunnya menggunakan dana donatur, terutama dari kalangan kaum muslim China yang tergabung dalam anggota Persatuan Iman Tauhid Islam (PITI) setempat.
Bentuk masjid gabungan antara ornamen bernuansa China dengan Budaya Banjar, tetapi bentuk dasarnya seperti perahu tambangan, sebuah perahu khas Banjar. “Karena berada di tengah lokasi kepariwisataan sungai maka bentuk masjid menyesuaikan yaitu bentuk perahu, sehingga unik dan menarik dan diharapkan bangunan masjid akan menjadi ikon kawasan setempat,” kata Haji Muhidin.
Masjid tersebut akan menjadi bagian kepariwisataan sungai dan di wilayah tersebut juga akan dibangun dermaga angkutan kepariwisataan air, menara pantau, monumen Bekantan (kera hidung panjang/Nasalis larvatus), dan fasilitas pariwisata , lainnya. Memberi nama Masjid ‘Cheng Ho’ karena Cheng Ho adalah panglima perang Bangsa China beragama Islam yang pernah datang ke Indonesia. Hidayatullah.COM

Sekilas Sejarah Cheng Ho

Laksamana Cheng Ho dikenal sebagai Muslim yang sangat taat dalam menjalankan ibadah. Tentu saja, keislamannya ini karena dilakukan dari lubuk hatinya yang terdalam.

Cheng Ho dilahirkan tahun 1371 M di sebuah Provinsi bernama Yunan yang ada di sebelah barat daya Cina. Nama kecilnya adalah Ma Ho atau Ma He. Namun, ia juga dikenal dengan sebutan Sam Bo, Sam Po, atau Ma San Po dalam dialek Fujian. Kadang, ada pula yang memanggil namanya dengan Zheng He atau Cheung Ho dalam dialek Kanton. Menurut beberapa riwayat, nama Muslimnya adalah Haji Mahmud Syams. Cheng Ho wafat pada 1435 dalam perjalanan pulang dari Afrika Timur ke Cina. Ia dimakamkan di Niushou, Nanking (Nanjing).
Laksamana agung ini adalah seorang Muslim yang sangat taat. Ia merupakan keturunan Cina dari Suku Hui. Ia dilahirkan sebagai anak kedua dari pasangan Ma Hazhi dan Wen, ibunya. Sebagai orang Hui-etnis Cina yang sebagian besar pemeluk Islam. Cheng Ho sejak kecil sudah memeluk agama Islam. Kakek dan ayahnya sudah menunaikan rukun haji.
Cheng Ho juga dikenal sangat peduli dengan kemakmuran masjid. Tahun 1413, dia merenovasi Masjid Qinging (timur laut Kabupaten Xian). Tahun 1430, ia memugar Masjid San San di Nanjing yang rusak karena terbakar. Pemugaran masjid mendapat bantuan langsung dari kaisar.
Cheng Ho, juga seorang pelaut dan penjelajah Cina terkenal yang melakukan pelayaran jelajah samudra antara tahun 1405 hingga 1433. Cheng Ho berlayar di Malaka pada abad ke-15, saat itu seorang putri cina bernama Hang Li Po (Han Lui) dikirim oleh kaisar cina untuk menikah dengan Raja Malaka yang bernama Sultan Mansur Shah. Pada tahun 1424 Kisar Yong le wafat, dan yang mengantikannya adalah kaisar hongxi yang berkuasa dari tahun 1424 hingga tahun 1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada kekuasaan Kaisar Xuande yang berkuasa dari tahun 1426 hingga tahun 1436.
Cheng Ho melakukan ekspedisi ke barbagai tempat di Benua Asia dan Afrika antara lain Asia tenggara, Sumatera, Jawa, Srilangka, Hindia, Persia, Teluk Persia, Arab, laut Merah lalu menuju daerah utara sekitar Mesir, Afrika hingga selat Mozambik. Sejarah mencatat bahwa Laksamana Muslim Cheng Ho melakukan tujuh kali pelayaran yang sangat mengagumkan, bahkan melebihi pelayaran Columbus pada masa itu.
Armada yang digunakan berisikan sekitar 30 ribu orang dan tujuh kapal yang berlayar. Sebuah ekspedisi yang sangat menajubkan dari seorang muslim bernama Cheng Ho. Dalam petualangan sebagai Laksamana Laut, Cheng Ho banyak mendapat penghargaan dari utusan yang di singgahinya sekitar 30 kerajaan di berbagai penjuru dunia. Majalah Life menempatkan Laksamana Muslim Cheng Ho sebagai nomor empat belas (14) orang penting dalam millenium terakhir, luar biasa. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.
Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika perjalanan menuju Samudra pasai, ia memberi sebuah lonceng raksasa Cakrado kepada sultan Aceh. Beberapa daerah yang disinggahi Cheng Ho seperti di Cirebon yang terdapat bukti peninggalannya seperti piring yang bertulisakan ayat kursi. Laksamana Muslim Cheng Ho benar-benar merupakan raja laut dalam arti yang sesunguhnya.
Dalam berbagai cerita sejarah, seorang armada Cheng Ho sakit dan harus berhenti disuatu tempat tak lain adalah Simongan yang terletak di Kota Semarang. Dan sempat menetap di sana, sebagai bukti peninggalan di Simongan terdapat peninggalan Cheng Ho yang bernama Klenteng Sam Po Kong. Banyak kalangan menyebutnya dengan Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.
Menurut sejarawan Slamet Muljana, Cheng Ho pernah singgah di Indonesia seperti di Samudra Pasai (Aceh), Palembang, Cilincing (Jakarta), Gunung Talang (Cirebon), Gedung Batu (Semarang), dan Surabaya. Pengamat sejarah Cina dan juga penulis cerita silat Cina, Gan Kok Hwie dari Semarang menjelaskan, Cheng Ho dalam misinya juga mengajarkan penduduk setempat soal bertani, membuat rumah, sampai dengan pertukaran budaya.
Sisa-sisa pengaruh peradaban Cina yang dibawa Cheng Ho yang muslim itu bisa dilihat dari gaya arstitektur masjid dan menara masjid di Jawa. Atap-atap pelana kuda mirip kelenteng, dan menara masjid mirip pagoda, merupakan pengaruh Cina. Bukan itu saja, bedug yang digantungkan di masjid-masjid di Jawa – kemudian juga di Indonesia – merupakan perkusi khas Cina.
Berbagai Sumber/Posted by KabarNet pada 18/01/2012
Dibalik Mesjid Cheng Ho, menurut pantauan team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com, pembangunan mesjid sempat ditentang IKAPA (Ikatan Pemuda Ahlulbait) Banjarmasin, masyarakat asli Sei Mesa dan Pengurus Rabitah Alawiyin dan melakukan demo hingga ke kantor Walikota Banjarmasin H. Muhidin (yang dulu pimpinan PBR (berkarakter NU) dan sekarang menjadi Pimpinan PAN (berkarakter Muhammadiyah), namun seiring dengan waktu dan adanya sedikit perbedaan pendapat antara IKAPA dan Rabithah Alawiyin, akhirnya usaha untuk menggagalkan pembangunan Mesjid Chengho di areal tanah Langgar/musola Al Hinduan pun mengalami jalan buntu. (team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/KNY/MFF/AR/R/21/11/2012)

0 comments to "Banjarmasin Segera Bangun Masjid ‘Cheng Ho’ (ala Wahabi???!!! mudahan tidak!!!!)) gantikan "Langgar al Hinduan" (ala NU Tradisional..!!!!)"

Leave a comment