Home , , , , , , , , , , , , , , , , , , , � Fatwa Mati Salman Rushdi hingga Revolusi Islam

Fatwa Mati Salman Rushdi hingga Revolusi Islam







23 Tahun Fatwa Mati Salman Rushdi



Penistaan terhadap simbol-simbol kesucian agama ilahi, terutama agama Islam hingga kini masih terus berlangsung. Musuh-musuh Islam melakukan berbagai cara untuk memalingkan opini publik dunia dari kebenaran agama ilahi ini. Salah satu penistaan agama Islam yang pernah tercatat dalam lembaran kelam sejarah adalah penghinaan yang dilakukan Salman Rushdi dengan bukunya Ayat-ayat Setan (Satanic Verses).

Di saat publik dunia bungkam menyikapi sepak terjang Salman Rushdi, secara tak terduga muncul seorang ulama terkemuka Iran yang bersuara lantang mengeluarkan fatwa hukuman mati bagi penghina agama ilahi itu. Pada 14 februari 1989, Imam Khomeini mengeluarkan fatwa hukuman mati bagi Salman Rusdhie yang membuat geger dunia.  

Kini tak terasa fatwa hukuman mati bagi Salman Rushdi yang dikeluarkan oleh Imam Khomeini telah berumur 23 tahun. Pada masa fatwa tersebut dikeluarkan, tidak ada yang membayangkan Imam Khomeini akan menyikapi buku Ayat-ayat Setan sekeras itu. Karena ketika itu, Iran baru saja menerima resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 598 mengenai gencatan senjata dengan Irak. Tentu saja, Iran disibukkan rekonsiliasi dengan negara tetangganya itu.

Semua lupa akan prinsip-prinsip berpikir Imam Khomeini. Pikirannya menembus batas-batas teritorial Iran dan orang-orang Iran. Bagi Imam Khomeini semua tindakannya demi ridha Allah dan kemuliaan agama Islam. Sebelum mengeluarkan fatwa keras bagi Rushdi, Imam Khomeini menelaah isi buku Ayat-ayat Setan tersebut. Beliau menilai ada rencana busuk di balik penerbitan buku itu. Itulah yang membuat bapak pendiri Republik Islam Iran mengeluarkan fatwa monumentalnya.

Salman Rushdi dilahirkan di kota Devanegari, Bombai, India pada tanggal 19 Juni 1947. Setelah Pakistan berdiri sendiri, ia bersama keluarganya pindah ke Karachi dan setelah itu berimigrasi ke Inggris. Rushdi muda tinggal di Inggris sejak berumur 13 tahun hingga meraih sarjana. Setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan sejarah di universitas Cambridge, ia kembali ke Pakistan. Selama di Inggris, Rushdi  mampu membayar sebagian biaya sekolahnya sendiri dengan memanfaatkan kemampuannya menulis artikel yang dimuat media massa. Dan ia pun menjadi warga negara Inggris.

Tujuh tahun setelah menulis artikel, Rushdi akhirnya berhasil menulis novel berjudul Midnight's Children pada tahun 1981. Berkat buku itu ia mendapat penghargaan sastra Inggris Booker Prize. Buku ini isinya mengkritik perlawanan rakyat India untuk merdeka dari tangan Inggris. Sekitar setengah juta naskah terjual. Pada tahun 1983 ia menulis buku Shame tentang kondisi Pakistan. Buku The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey 1987 adalah hasil dari perjalanan 3 minggunya ke Nikaragua. Karya Salman Rushdi paling menyedot perhatian adalah The Satanic Verses yang ditulis pada tahun 1988.

Menganalisa cara berpikir Salman Rushdi dapat lacak dari latar belakang keluarganya yang suram. Ibunya adalah seorang penari bernama Vanita. Pada masa remajanya ia disukai oleh seorang pemuda bernama Raju. Dengan dukungan Salim Khan, gubernur Bombai, Vanita melakukan berbagai penghinaan terhadap masjid. Ia pernah meletakkan kepala babi di undak-undakan masjid kemudian lari menyembunyikan dirinya. Ia juga pernah membakar upacara orang-orang Hindu dan menyebarkan bahwa itu dilakukan oleh kaum muslimin. Setiap kali ia melakukan penghinaan, ia mendapat bayaran dari Salim Khan.

Semenjak kecil, Rushdi terkenal nakal. Pada umur tiga belas tahun ia sudah tiga belas kali ditahan polisi. Ia kemudian di masukkan asrama melanjutkan sekolahnya di Inggris. Di sana ia berkenalan dengan Umar dari Mesir. Mereka menjalin percintaan dan sepakat untuk menikah. Mereka akhirnya membuka ajaran-ajaran agama yang memperbolehkan perkawinan sesama jenis. Mereka tidak menemukan ajaran yang memperbolehkan. Ketika Madame Rosa ibu asrama mengetahui gelagat ini, ia menyurati ayah Umar yang berpangkat jenderal. Ayahnya datang untuk membawa anaknya pulang ke Mesir. Umar yang begitu cinta kepada Salman akhirnya membakar dirinya. Setelah Umar meninggal, Salman sangat terpukul dan memutuskan untuk membalaskan dendamnya terhadap agama.

Salman Rushdi menulis banyak buku. Bila jeli melihat karya-karyanya, kebanyakan isinya menghina agama dan keyakinan masyarakat setempat. Dalam bukunya Grimus (1975), secara terang-terangan ia menghina keyakinan orang-orang India. Buku Shame (1983) juga ditulis dengan motif yang sama. Midnight's Children (1981) ditulis mengkritik perjuangan rakyat India untuk mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris. Bukunya The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey (1987) terkait dengan situasi politik di Nikaragua dan keyakinan masyarakatnya.

Puncak penghinaan Rushdi terhadap agama dilakukan dengan menulis novelnya yang berjudul The Satanic Verses (1988). Ia menulis buku ini pada usia 47 tahun. Sebelum menulis buku ini, ia menghadiri dalam sebuah pertemuan yang bermaksud untuk menghancurkan agama tidak lagi dengan senjata, tapi dengan tulisan. Tujuan itu terealisasikan dengan diterbitkannya buku ini.

Untuk pertama kalinya dicetak dalam 547 halaman. Buku ini dicetak oleh penerbit Viking anggota jaringan penerbit Penguin. Salman Rushdi menulis buku ini karena pesanan pimpinan Viking, seorang Yahudi, dengan bayaran mencapai 850 ribu pound.

Novel Ayat-ayat Setan bukanlah buku ilmiah, melainkan hanya sekedar fantasi penulis. Sekalipun demikian, penghinaannya terhadap keyakinan yang disucikan oleh kaum muslimin tidak dapat dibiarkan begitu saja. Untungnya, Imam Khomeini cepat tanggap rencana besar dibalik penerbitan buku ini. Beliau kemudian mengeluarkan fatwa hukuman matinya yang bersejarah. Fatwa ini membuat skenario besar itu prematur.

Umat Islam tersadar dan ini membuat Barat lebih berhati-hati. Inggris sebagai pembela nomor satu Salman Rushdi mencoba menekan Iran dengan ancaman ekonomi dan politik agar Imam Khomeini menarik kembali fatwanya. Tidak cukup itu saja, dengan menggerakkan 12 negara lainnya mereka kemudian memburukkan citra Iran dan Imam Khomeini. Di balik tekanan dari negara-negara Barat, keteguhan Imam Khomeini membuat musuh-musuh islam ciut. Di sisi lain, fatwa ini meniupkan semangat baru bagi dunia Islam.

Penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw tidak pernah berhenti di Barat. Benar, Imam Khomeini pernah mengeluarkan fatwa hukuman mati atas Salman Rushdi. Namun, penghinaan terhadap Nabi Islam, Muhammad saw tidak pernah selesai. Permusuhan Barat terhadap Islam masih tetap berlangsung. Pemuatan karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw di Denmark merupakan bentuk lain dari penistaan terhadap agama ilahi. Masihkah Barat tidak ingin mengambil pelajaran dari fatwa ulama Islam seperti Imam Khomeini? Bila ditanya, mengapa kalian melindungi dan membiarkan orang-orang menghina keyakinan orang lain? Jawabannya adalah kebebasan berekspresi. Kebebasan berekspresi yang selalu dijajakan untuk menghina keyakinan orang lain. (IRIB Indonesia)






Ini Dia Dialog Antara Rahbar dan Haniyeh



Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei mengatakan, Republik Islam menilai isu Palestina sebagai masalah dunia Islam dan fokus Iran. Ditambahkannya, Iran terkait isu Palestina memiliki pendirian tetap dan jujur serta senantiasa setia bersama bangsa Palestina dan muqawama.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ayatullah Khamenei ketika menerima kunjungan resmi Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh, IRNA melaporkan pada Ahad (12/2).

Dalam pertemuan itu, Ayatullah Khamenei menilai dukungan bangsa-bangsa, khususnya umat Islam terhadap muqawama Islam Palestina sebagai kedalaman strategi kelompok-kelompok muqawama. Ditegaskannya, kemenangan di bumi Palestina dalam beberapa tahun belakangan dan bahkan sebagian dari penyebab lahirnya kebangkitan Islam di kawasan, adalah hasil dari perlawanan bangsa dan kelompok-kelompok pejuang Palestina.

"Kemenangan-kemenangan di masa mendatang dan terealisasinya janji Ilahi juga akan lahir bersama perlawanan dan muqawama," tandas Rahbar.

Seraya menyinggung perlawanan rakyat Gaza dan kekalahan rezim Zionis Israel pada perang 22 hari, Rahbar menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa luapan emosi bangsa-bangsa regional dalam isu Gaza juga berpengaruh pada ledakan mendadak di kawasan.

Menurut Rahbar, setiap gerakan yang memperlemah muqawama, tentu akan merusak masa depan. Ditandaskannya, penyusupan unasir-anasir kompromi ke dalam inti muqawama harus selalu diwaspadai, sebab penyakit tampak secara perlahan.

Dalam pesan khusus yang ditujukan kepada Haniyeh, Rahbar menuturkan, "Kami tidak meragukan perlawanan Anda dan mayoritas saudara-saudara di muqawama dan rakyat juga hanya mengharapkan perlawanan dari kelompok pejuang Palestina."

Pada kesempatan itu, Rahbar mengingatkan nasib Yaser Arafat yang memperoleh popularitas pada era perlawanan selama bertahun-tahun, namun akhirnya ia ditinggalkan oleh bangsa-bangsa regional karena keluar dari rel muqawama. Ditegaskannya, muqawama dan perlawanan merupakan peluang untuk menarik hati masyarakat dan perlu dilestarikan potensi besar ini.

Di pihak lain, Haniyeh menyatakan kepuasan yang mendalam karena pertemuan dengan Rahbar dan menyampaikan ucapan selamat atas kemenangan revolusi Islam Iran. Dikatakannya, ulang tahun revolusi Islam tahun ini dirayakan di saat kawasan dan dunia menyaksikan transformasi dan perubahan besar, terutama kebangkitan Islam.

Seraya mengapresiasi dukungan pemerintah dan bangsa Iran terhadap masalah Palestina, Haniyeh menandaskan, "Saya kemarin dari dekat dan juga dengan bantuan helikopter, menyaksikan partisipasi jutaan orang pada perayaan ulang tahun revolusi Islam di Tehran. Kami menganggap bangsa Iran sebagai cadangan strategis bagi masalah Palestina."

Haniyeh lebih lanjut menyinggung tiga strategi pemerintah konstitusional Palestina yang mencakup pembebasan seluruh tanah Palestina, penegasan pada muqawama dan penolakan kompromi, serta penekanan pada isu Palestina sebagai masalah dunia Islam.

Sembari menegaskan keimanan terhadap janji Ilahi dan kemenangan pasti bangsa Palestina serta kehancuran Zionis, Haniyeh dalam pernyataan yang dialamatkan kepada Rahbar, mengatakan, "Sebagaimana yang Anda katakan beberapa waktu lalu bahwa kita berada pada masa Perang Badr dan Khaibar dan tidak akan pernah terisolasi dalam lembah Abu Thalib." (IRIB Indonesia/RM)






Revolusi Islam di Iran Hingga Arab



Pasca 33 tahun dari Revolusi Islam di Iran, terjadi perubahan mendasar di negara-negara Arab di Timur Tengah. Transformasi itu mempunyai kemiripan dengan gerakan revolusi rakyat Iran pada masa lalu.

Kebangkitan rakyat setahun terakhir di negara-negara Arab seperti gerakan Islam rakyat Iran pada tahun 1979. Dari satu sisi merupakan kebangkitan melawan despotisme dan kediktatoran di negara-negara itu, dan dari sisi lain juga merupakan kebangkitan melawan ketergantungan para pemimpin mereka kepada kekuatan-kekuatan asing.

Titik keserupaan antara revolusi Islam di Iran dan kebangkitan rakyat di negara-negara Arab dapat dilihat dari pemulihan identitas diri yang telah dilupakan, atau dengan kata lain "Kembali pada diri sendiri". Tidak diragukan lagi bahwa bagian yang terlupakan di negara-negara itu adalah identitas budaya, bukan Nasionalisme dan ide-ide nasionalisme dan bukan modernitas serta ide-ide Barat, namun nilai-nilai dan budaya Islam yang telah ditinggalkan.

Proyek modernitas dan proses modernisasi dengan kedok ide-ide nasionalis selama bertahun-tahun sebelum revolusi telah berjalan di Iran. Hal yang sama juga terjadi selama beberapa tahun terakhir di dunia Arab. Meskipun pemerintah negara-negara itu mengklaim adanya demokrasi dan kebebasan, kesejahteraan dan keadian ekonomi, kemerdekaan dan kedaulatan, keamanan dan ketenangan bagi rakyatnya. Tetapi pada realitasnya menunjukkan sebaliknya.

Indikator dan tanda-tanda modernitas dan kegagalan pemerintahan modern di dunia Arab dan Iran sebelum meletusnya revolusi dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini: Penurunan dan disintegrasi politik, otoriterisme dankediktatoran politik, sistem politikpatriarkidan pemerintahpribadiserta turun-temurun, rusaknya politik, penyalahgunaan politik, korupsi dan kemiskinan ekonomi yang dibarengi dengan ketidakadilan dan diskriminasi yang berlebihan, penghinaan dan hilangnya martabat nasional, ketergantunan politik-ekonomi dan lenyapnya kemerdekaan serta kedaulatan nasional, adanya ketidakamanan internal dan distorsi persatuan nasional dan integritas wilayah, dan padaakhirnyaruntuhlahidentitas nasionalyang berarti identitas Islam.

Ada semacam kemiripan apa yang terjadi di dunia Arab dengan apa yang terjadi di Iran pada masa lampau yaitu kebangkitan Islam. Sebab, motivasi dan penyebab transformasi dunia Arab memiliki substansi dan identitas Islam, di mana bangsa Arab meletakkan tolok ukur positif dan negatif berdasarkan Islam, yaitu mereka menolak apa-apa yang bukan Islam dan berupaya membuktikan identitas dan nilai-nilai keislaman. Pada akhirnya tercipta rakyat demokrasi yang berdasarkan Syariah Islam.

Ada banyak hal  yang membuktikan bahwa substansi dari kebangkitan rakyat di Timur Tengah dan Afrika Utara berdasarkan Islam dan dari sisi ideologi politik adalah menentang kecongkakan dan kediktatoran. Evaluasi terhadap slogan-slogan rakyat dan pernyataan para pemimpin revolusi menunjukkan kenyataan tersebut yang tidak dapat disangkal lagi bahwa mereka menginginkan kembalinya identitas Islam. Karena pada dasarnya struktur sosial dan budaya di kawasan berpusat pada Islam dan komitmen terhadap keyakinan Islam, sehingga hal itu tampak dalam kebangkitan-kebangkitan mereka. Hasil dari pemilu di sejumlah negara seperti Tunisia dan Mesir menunjukkan kecintaan yang mendalam kepada gerakan-gerakan Islam di negara-negara tersebut. Padahal selama bertahun-tahun negara-negara itu dalam serangan budaya Barat.

Sikap berseberangan Barat dalam menyikapi gerakan revolusi rakyat Timur Tengah dan Afrika Utara menunjukkan kekhawatiran mereka akan transformasi di wilayah tersebut. Gerakan-gerakan rakyat itu tidak hanya menggoyahkan dasar-dasar strategi politik dan keamanan Barat di kawasan dan dunia, tapi juga mampu memberikan sistem dan tatatan baru di kawasan dan dunia berdasarkan Islam. (IRIB Indonesia/RA/NA)










Upaya Israel Halangi Rekonsiliasi Palestina



Jet-jet tempur rezim Zionis Israel pada Sabtu petang (11/2) menggempur Jalur Gaza. Akibatnya, seorang warga Palestina gugur syahid dan beberapa lainnya terluka. Serangan jet-jet tempur Zionis pada Sabtu pagi di wilayah Beit Lahia, utara Gaza juga melukai dua warga Palestina. Selain itu, tiga hari lalu sejumlah helikopter Israel juga menyerang wilayah utara Gaza.

Agresi Israel terhadap Palestina terus berlanjut, bahkan Jenderal Benny Gantz, Kepala Staf Militer Rezim Zionis beberapa waktu lalu mengancam akan menggelar serangan luas ke Gaza.

Era baru ancaman rezim Zionis terhadap Palestina menunjukkan dengan gamblang kepada dunia betapa buruknya rezim ini. Berlanjutnya serangan dan agresi Israel membuktikan kenyataan bahwa rezim Zionis tidak mempunyai batas untuk melakukan kejahatannya terhadap bangsa Palestina.

Dukungan negara-negara Barat kepada Israel dan kinerja pasif internasional terhadap kejahatan rezim Zionis menyebabkan rezim ini semakin berani dan tanpa beban mengancam serta mengambil langkah anti-kemanusiaan terhadap rakyat Palestina.

Era baru ancaman yang dilakukan Israel bertujuan menciptakan ketakutan di antara warga Palestina dan hal itu merupakan kebijakanekspansionisdan dominasi rezim tersebut.

Ancaman-ancamanIsraelterhadap warga Palestina akhir-akhir ini, yang bersamaan dengan dimulainya tahap akhir perundingan rekonsiliasi nasional Palestina menunjukkan kekhawatiran Israelterhadap proses rekonsiliasi tersebut.

Danny Ayalon, Deputy Menteri Luar Negeri Israel beberapa waktu lalu mengatakan, jika Hamas dan Fatah sepakat untuk membentuk pemerintah persatuan nasional, maka Israel akan meningkatkan serangannya ke wilayah Palestina, khususnya ke Gaza. Bahkan air dan listrik di Jalur Gaza akan diputus.

Tak diragukan lagi, berlanjutnya proses rekonsiliasi nasional di antara pemimpin Palestina menyebabkan kuatnya posisi mereka dalam menghadapi Israel. Kondisi itu akan menambah kekuatan Palestina untuk menghadapi rezim Zionis.

Ketika Palestina bergerak selaras dan memusatkan gerakannya pada perlawanan, maka Palestina akan mampu mengalahkan Israel.

Melihat kondisi itu, dengan berbagai cara rezim Zionis berupaya menghalangi persatuan di antara warga Palestina, termasuk meningkatkan agresi dan ancaman serta terus menciptakan perpecahan.

Pada kondisi saat ini , kewaspadaan warga Palestina sangat penting guna menggagalkan konspirasi-konspirasi Israel.

Era baru ancaman dan meningkatnya langkah-langkah rezim Zionis anti-Palestina merupakan tanda bahaya, dimana rezim ini berupaya melakukan kejahatan baru terhadap Palestina.

Sikap pasif masyakarat internasional terhadap brutalitas Israelmenyebabkan dunia terus menyaksikan berbagai tragedi di Palestina akibat kejahatan rezim haram tersebut. (IRIB Indonesia/RA/NA)






Iran Siap Bantu Pembangunan Palestina




Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi menyuarakan keinginan Iran untuk menawarkan pengalaman ilmiah dan teknologi ke Palestina guna membantu pembangunan bangsa itu di berbagai bidang.

Salehi membuat pernyataan dalam pertemuan Sabtu (11/2) dengan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, di mana mereka membahas perkembangan terakhir di kawasan, terutama menyangkut isu Palestina.

Seraya menekankan pentingnya persatuan di antara faksi-faksi Palestina, Salehi menegaskan kembali perlunya kepatuhan bangsa Palestina pada prinsip-prinsip dasar perlawanan sebagai instrumen utama bagi kemenangan mereka melawan rezim Zionis Israel.

Berbicara tentang perkembangan regional seiring kebangkitan Islam, Salehi mengatakan, status muqawama Islam di kawasan ini berkembang lebih kuat dan lebih populer dari sebelumnya.

Pada bagian lain, Haniyeh mengatakan, kemajuan bangsa Iran di berbagai bidang telah meningkatkan posisi resistensi di dunia Islam.

Haniyeh yang tiba di Tehran pada hari Jumat untuk kunjungan resmi tiga hari, juga menyampaikan penghargaan atas dukungan kuat Iran terhadap perlawanan bangsa Palestina.

Selama tinggal di Iran, pejabat Palestina diperkirakan akan bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei. (IRIB Indonesia/RM)







AIPAC: Serang Iran atau Biarkan Israel Melakukannya



Kelompok lobi Zionis di Amerika Serikat, AIPAC telah meningkatkan tekanan pada pemerintahan Barack Obama untuk melancarkan serangan militer terhadap Iran, seorang penulis masalah politik mengatakan.

"Jelas bahwa Israel dan kubu pengikut neo-konservatif di AS telah meningkatkan tekanan pada Presiden Obama untuk melakukan serangan ke Iran atau membiarkan Israel melakukannya," kata MJ Rosenberg seperti dikutip Press TV pada Sabtu (11/2).

Seraya menyinggung pertemuan mendatang Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC), Rosenberg mengatakan, "Antusiasme perang akan naik ke puncaknya pada bulan Maret, ketika AIPAC memegang konferensi kebijakan tahunan."

AIPAC memiliki peran berpengaruh dan tak terbantahkan dalam kebijakan AS. Kelompok ini mendesak semua anggota Kongres untuk mendukung Israel melalui bantuan asing.

AS dan Israel berulang kali mengancam Tehran dengan opsi serangan militer, didasarkan pada dugaan bahwa program nuklir Iran mungkin termasuk aspek militer rahasia, klaim yang dibantah keras oleh Tehran. (IRIB Indonesia/RM)






Enam Negara Arab Bersidang di Kairo Rumuskan Makar Baru Anti-Suriah



Enam negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC), Ahad (12/2) bersidang di Kairo, Mesir, untuk membahas kelanjutan upaya anti-Suriah mereka, setelah kegagalan langkah sebelumnya akibat veto dari Rusia dan Cina di Dewan Keamanan PBB.

Fars News melaporkan, Sekjen P-GCC, Abdul Latif al-Ziyani dalam statemennya Sabtu (11/2) di Riyadh menyatakan bahwa kementerian luar negeri negara-negara anggota P-GCC akan menggelar sidang di Kairo guna membahas transformasi di Suriah.

Dikatakannya bahwa anggota P-GCC mengharapkan kerjasama masyarakat internasional dalam melaksanakan tugas mereka membela warga Suriah dan menghentikan pertumpahan di negara itu, serta mendukung keputusan-keputusan Liga Arab dalam masalah Suriah.

Sebelumnya, negara-negara anggota P-GCC telah menginstruksikan kepada para Dubes Suriah untuk meninggalkan negara tempat tugas mereka dan juga memanggil pulang seluruh duta besar mereka dari Damaskus.

Ini merupakan babak baru dari upaya aliansi Barat-Arab merongrong Suriah setelah kegagalan mereka meratifikasi resolusi di Dewan Keamanan PBB pasca veto dari Rusia dan Cina.

Abdullah bin Abdul Aziz, Raja Arab Saudi, mengkritik veto Rusia dan Cina dan mengatakan, "Kepercayaan terhadap Dewan Keamanan mulai memudar dan langkah tersebut tidak dapat diterima."  

Pada pembagian draf resolusi baru di Dewan Keamanan Jumat (10/2) , Arab Saudi meminta seluruh negara anggota di Dewan ini untuk mendukung prakarsa Liga Arab untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Menurut pengamat, draf resolusi prakarsa Liga Arab itu secara keseluruhan mirip dengan draf resolusi yang disusun secara kolektif oleh Liga Arab dan Barat (Amerika Serikat, Perancis, Inggris) yang diveto oleh Rusia dan Cina.

Setelah kegagalan makar Arab dan Barat di Dewan Keamanan PBB, mereka hanya dapat meningkatkan dukungan kelompok-kelompok bersenjata terhadap Suriah. Sedemikian luas bantuan itu sehingga kelompok-kelompok bersenjata di kota Homs dapat membantai pasukan keamanan dan warga Suriah. (IRIB Indonesia/MZ)






Saudi Terus Suplai Mesin Pembunuh untuk Rezim Al Khalifah



Arab Saudi Sabtu (11/2) kembali mengirim sejumlah unit tank dan panser ke Bahrain melalui jembatan yang menghubungkan perbatasan kedua negara.

Fars News (12/2) mengutip situs berita Miraatul Bahrain menyebutkan, sumber-sumber Bahrain mengkonfirmasikan serangan pasukan keamanan rezim Al Khalifah terhadap para demonstran Bahrain untuk membubarkan aksi demo mereka di Manama. Dalam aksinya, pasukan keamanan rezim Al Khalifah menggunakan gas air mata dan akibatnya tiga warga cedera.  

Kelompok al-Wefaq Bahrain juga merilis statemen bahwa tiga warga Bahrain itu mengalami gangguan pernafasan karena menghirup gas air mata. Al-Wefaq juga mengkonfirmasikan demonstrasi luas warga di 12 kota negara ini selain di ibukota, Manama.  

Politik brutal rezim Al Khalifah dalam menumpas demonstrasi damai warganya itu berlanjut di saat rezim Al Saud, terus mengirimkan bantuan persenjataan dan logistik kepada Bahrain sebagai bukti dukungan penuh para Riyadh kepada para penguasa Manama.

Pasukan keamanan Saudi juga telah berada di Bahrain dalam membantu pasukan Manama menumpas demo damai warga, sejak dimulainya protes anti-rezim Al Khalifah.  (IRIB Indonesia/MZ)





0 comments to "Fatwa Mati Salman Rushdi hingga Revolusi Islam"

Leave a comment