Indonesia dan Lonjakan Harga Minyak
Pergerakan harga minyak dunia sudah tidak terkendali. Ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat memantik kenaikan harga emas hitam itu di pasar internasional.Harga minyak mentah brent di London, kemarin, mencapai US$122,9 per barel. Itu artinya harga minyak dunia bergerak semakin menjauhi asumsi makro APBN 2012, yakni US$90 per barel.
Harga minyak dunia yang selangit itu sudah tentu membebani APBN. Tidak ada cara lain, pemerintah mesti mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) agar anggaran negara tetap sehat. Untuk itu, pemerintah tidak boleh mengutamakan popularitas dan pencitraan ketimbang mengikuti logika ekonomi.
Sejauh ini, pemerintah hanya mengejar tenggat pembatasan subsidi BBM mulai 1 April sesuai dengan perintah Undang-Undang APBN 2012. Sudah ada tiga opsi yang disiapkan pemerintah, yakni menaikkan harga BBM bersubsidi, mengalihkan penggunaan BBM ke BBG, dan mengharuskan mobil pribadi memakai BBM nonsubsidi, seperti pertamax.
Pilihan paling cerdas dari tiga opsi itu ialah menaikkan harga BBM bersubsidi. Hanya, keputusan menaikkan harga BBM bersubsidi terbentur oleh Pasal 7 UU APBN 2012 yang menolak adanya penaikan harga BBM.
Dalam pasal itu disebutkan bahwa pengendalian anggaran subsidi BBM 2012 akan dilakukan melalui pengalokasian yang lebih tepat sasaran dan kebijakan pengendalian konsumsinya. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengendalian konsumsi ialah hanya melalui pembatasan konsumsi premium untuk kendaraan roda empat milik pribadi di Jawa-Bali sejak 1 April 2012.
Itulah pasal bunuh diri yang menghalangi pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Pasal itu sesungguhnya tidak sejalan dengan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, yang memungkinkan penyesuaian APBN apabila terjadi perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN.
Tidak ada pilihan lain, Presiden dan DPR mesti merevisi Pasal 7 UU APBN 2012. Menunggu revisi melalui APBN perubahan terlalu lama, sekitar pertengahan tahun ini. Hanya ada satu jalan pintas, yaitu Presiden mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) pada saat menaikkan harga BBM bersubsidi.
Jalan pintas itu butuh keberanian politik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Rabu (22/2) mengatakan harga BBM bersubsidi harus naik agar Indonesia dapat bertahan dari dampak krisis dunia. Pernyataan yang tegas, tetapi tegas di tataran wacana saja.
Padahal, terus-menerus memproduksi wacana akan mencekik leher sendiri karena harga minyak dunia terus bergerak menjauhi patokan APBN 2012. Sebagai rujukan, Tim Pengawasan Kebijakan Pembatasan BBM Bersubsidi yang dipimpin Anggito Abimanyu sudah lama merekomendasikan penaikan harga BBM bersubsidi hingga Rp500 per liter. Pemerintah tidak perlu malu-malu, tinggal menjalankan rekomendasi itu.
Sepertinya Indonesia mulai melirik Iran di sektor energi. Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan pentingnya memperkuat kerja sama dengan pemerintah Iran dan sektor swasta dalam berbagai bidang energi dan sumber daya mineral. Dalam pertemuan dengan Duta Besar Iran untuk Jakarta Mahmoud Farazandeh, Menteri ESDM mengatakan, Tehran memainkan peran utama di kawasan.
Pada kesempatan itu, Jero Wacik menyinggung pertumbuhan volume perdagangan antara kedua negara selama beberapa tahun terakhir dan potensi besar Indonesia-Iran. Dia menyerukan perluasan kerja sama, khususnya di sektor energi. Di pihak lain, Farazandeh mengatakan, Republik Islam telah membuat kemajuan cukup besar di sektor energi dan teknologi nuklir. Dia juga mengungkapkan kesediaan Iran untuk mentransfer keahlian ilmiah kepada negara-negara lain. Ia menambahkan, "Iran siap untuk berbagi prestasi nuklirnya dengan negara-negara anggota Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) seperti Indonesia berdasarkan aturan Badan Energi Atom Internasional (IAEA)."
Dubes Iran juga menyerukan peningkatan kerjasama dengan Indonesia di bidang minyak, gas dan petrokimia. Meskipun menghadapi tekanan dan sanksi dari Amerika Serikat dan sekutu utamanya di Barat, Iran berhasil mengukir prestasi besar dalam program nuklir damai. Banyak pejabat Indonesia sejauh ini menyatakan bahwa masalah nuklir Iran harus diselesaikan melalui diplomasi, negosiasi dan cara-cara damai.
Pada September 2011, Sekjen Kamar Dagang, Industri dan Pertambangan Iran (ICCIM) Hamid Mosaddeqi mengatakan bahwa perdagangan antara Iran dan Indonesia mencapai 1.290 miliar dolar tahun lalu, termasuk 590 juta dolar nilai ekspor dan 639 juta dolar nilai impor. Dengan jumlah populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia termasuk raksasa ekonomi di Asia Tenggara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah menciptakan peluang peningkatan perdagangan dan kerja sama antara Tehran dan Jakarta. (IRIB Indonesia/Micom)
Sanksi Minyak Iran Jadi Bumerang Ekonomi Eropa
Menteri Dalam Negeri Iran, Mostafa Mohammad Najjar, meremehkan sanksi Uni Eropa terhadap Iran. Dia mengatakan bahwa embargo minyak Iran akan berbalik menjadi bumerang bagi ekonomi Eropa yang sedang bermasalah.
“Sanksi yang diberlakukan Uni Eropa tidak akan mempengaruhi Iran. Namun, sanksi tersebut justru akan memperburuk kondisi ekonomi negara-negara Eropa,” kata Mostafa Mohammad, di Moskow, Selasa (24/1).
Mostafa Mohammad mengejek aksi embargo minyak Uni Eropa terhadap Iran yang diberlakukan di tengah krisis parah zona euro. Pernyataannya mengacu pada krisis ekonomi di Barat dan ketidakstabilan euro di pasar internasional.
“Sanksi ini akan menyebabkan kenaikan harga minyak dunia di pasar internasional dan Eropa,” katanya. ”Karena itu, sanksi minyak Iran akan menyebabkan biaya produksi yang besar bagi negara-negara Eropa.” (republika.co.id, 24/1/2012)
Kamis, 23/02/2012 15:36 WIB
Manfaatkan 'Perang' AS-Iran, Dahlan Iskan Incar Minyak Diskon
Rista Rama Dhany - detikFinance
Manfaatkan 'Perang' AS-Iran, Dahlan Iskan Incar Minyak Diskon
Rista Rama Dhany - detikFinance
Foto: dok.detikFinance
Tidak ingin Indonesia menjadi korban 'perang' kedua negara tersebut, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan ingin memanfaatkan situasi tersebut.
"Ide yang cukup baik, jika kita memanfaatkan situasi AS-Iran ini, salah satunya membeli minyak Iran namun dengan harga diskon yang sangat menarik. Itu akan saya coba," ujar Dahlan, di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (23/2/2012).
Seperti diketahui, Iran mendapatkan sanksi ekonomi dari AS, sehingga AS dan beberapa negara Eropa menyetop pembelian minyak dari Iran.
"Saya tidak ingin mereka yang perang rakyat kita yang menjadi korbannya," ujar Dahlan.
Sebelumnya, akibat situasi memanas kedua negara, harga minyak mentah jenis Brent sudah bertengger di angka US$ 120/barel. Sementara perhitungan harga minyak yang ditetapkan dalam APBN 2012 adalah sebesar US$ 90/barel. Artinya semakin mahal minyak mentah maka akan semakin besar pula subsidi BBM oleh negara.
(dnl/dnl)
Dahlan Iskan Coba Rebut Jatah Minyak Iran untuk AS
Gina Nur Maftuhah - Okezone
Kamis, 23 Februari 2012 16:31 wib
2 45 Email0
Menteri BUMN Dahlan Iskan. (Foto: okezone)
JAKARTA - Pemerintah mengaku pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan minyak murah yang seharusnya diimpor Iran untuk Amerika Serikat (AS).
"Saya akan coba dan jajaki. Ngapain Iran dan AS ribut, kita yang jadi korban. Saya setuju dimanfaatkan," komentar Menteri BUMN Dahlan Iskan menjawab pertanyaan wartawan dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (23/2/2012).
Menurut Dahlan, ide untuk membeli minyak hasil produksi Iran yang akan diekspor ke AS dan Uni Eropa ini menarik karena harganya yang murah. "Saya setuju, saya kan otaknya pedagang bukan politisi jadi harus begitu," lanjut mantan dirut PLN ini.
Seperti diketahui, harga minyak mentah dunia terus naik mencapai USD120 per barel akibat memanasnya situasi politik di AS dan Iran. Hal ini juga yang mendasari pemerintah untuk menaikkan harga BBM subsidi di bulan April mendatang. (wdi)
"Saya akan coba dan jajaki. Ngapain Iran dan AS ribut, kita yang jadi korban. Saya setuju dimanfaatkan," komentar Menteri BUMN Dahlan Iskan menjawab pertanyaan wartawan dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (23/2/2012).
Menurut Dahlan, ide untuk membeli minyak hasil produksi Iran yang akan diekspor ke AS dan Uni Eropa ini menarik karena harganya yang murah. "Saya setuju, saya kan otaknya pedagang bukan politisi jadi harus begitu," lanjut mantan dirut PLN ini.
Seperti diketahui, harga minyak mentah dunia terus naik mencapai USD120 per barel akibat memanasnya situasi politik di AS dan Iran. Hal ini juga yang mendasari pemerintah untuk menaikkan harga BBM subsidi di bulan April mendatang. (wdi)
0 comments to "Indonesia dan Lonjakan Harga Minyak : Rebut " jatah minyak " Amerika dan Eropa dari Republik ISLAM Iran"