GP Bahrain; Kerjasama Zionis, Rezim Al Khalifa dan Al Saud
Dua belas tim yang berlaga di Fomula 1 masih tetap mengkhawatirkan kondisi Bahrain sebagai tuan rumah lomba balap mobil F1. Pada dasarnya mereka berharap FIA menunda ajang GP Bahrain. Karena menurut mereka, Bahrain saat ini tidak layak untuk menyelenggarakan tour F1. Mereka berbicara soal pembantian warga revolusioner Bahrain oleh rezim Al Khalifah dan Al Saud yang punya hubungan dekat dengan rezim Zionis Israel dan mengkhawatirkan terulangnya peristiwa tahun lalu.
Tahun lalu, Bahrain gagal menyelenggarakan tour F1 akibat revolusi besar rakyat negara ini, tapi untuk tahun ini masalah yang muncul tampaknya agar berbeda. Hari-hari ini hingga tanggal 22 April, hari penyelenggaraan GP Bahrain, tekanan terhadap rakyat semakin kuat agar perlombaan ini dapat berlangsung di negara ini. Tapi pernyataan Bernie Ecclestone, bos F1 pada Selasa lalu (10/4) menciptakan kegamangan. Ecclestone menyebutkan bahwa Bahrain dalam kondisi "Tenang dan Aman" dan perlombaan harus dilaksanakan.
Untuk memahami ungkapan bos F1 ini penting untuk menengok biografi Bernie Ecclestone, sehingga rahasia di balik ungkapan "Tenang dan Aman" dapat dipahami dengan baik
Miliarder Yahudi Bos F1
Bernie Ecclestone lahir di Inggris. Saat ini ia termasuk orang terkaya di dunia yang dipublikasikan oleh majalah Forbes. Hubungannya dengan gadis-gadis senantiasa menjadi pemberitaan media dan buruan paparazzi. Jangan lupa bahwa baru-baru ini ia juga telah merambah ke dunia sepak bola dengan membelia sebagian saham klub Queens Park Ranger.
Menurut media-media Zionis, Bernie Ecclestone masih keturunan Yahudi dan termasuk keturunan Ashkenazi. Keturunan Yahudi ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam rezim Zionis Israel dan keturunan Yahudi yang lain seperti Sephardim senantiasa mengritik keturunan Ashkenazi. Dua keturunan ini dengan sendirinya membentuk diskriminasi dalam masyarakat Yahudi. Pada hakikatnya, Ecclestone harus ditempatkan dalam level atas orang-orang Yahudi yang berpengaruh di dunia, khususnya di bidang perlombaan mobil. Tentu saja perlu diketahui juga bahwa perlombaan seperti F1 ini diikuti dengan perjudian global.
Sejarawan Yahudi meletakkan bos F1 ini pada posisi penting di tengah masyarakat Yahudi. Untuk memastikan keyahudiannya, mereka bersandarkan pada namanya Bernie yang menjadi salah satu nama khusus orang-orang Yahudi. Jangan lupa juga bahwa etnis dan agama sangat berperan penting dalam pemilihan nama. Orang-orang Yahudi lebih sering memakai nama-nama yang telah dipakai secara turun-temurun dan tidak akan menggunakan nama yang tidak pernah dipaki sebelumnya.
Mencermati latar belakang Bernie Ecclestone, sekalipun opini dunia dan mereka yang terlibat dalam penyelenggaraan tour F1 menilai Bahrain saat ini tidak layak untuk menyelenggarakan perlombaan F1, tapi tiba-tiba Bernie Ecclestone di Shanghai mengkonfirmasikan penyelenggaraan perlombaan F1 tetap dilaksanakan di Bahrain. Membaca biografi Bernie Ecclestone membuat kita dengan mudah dapat memahami dukungannya terhadap rezim Al Khalifa dan Al Saud. Ada kesamaan di antara mereka dan itu adalah rezim Zionis Israel.
Kerjasama Zionis dengan Al Khalifa dan Al Saud
Ross Brawn, bos tim Mercedes GP mengatakan, "Sangat sulit bagi kami untuk pergi ke Bahrain. Kami menghadapi sebuah bangsa dan tahu benar apa yang sedang mereka alami. Tapi kami tidak punya pilihan lain dan harus mengikuti ketentuan federasi (FIA) yang menyatakan perlombaan akan diselenggarakan dengan aman."
Pernyataan ini menunjukkan betapa ada upaya penggalangan opini dunia bahwa Bahrain yang tengah diduduki rezim Al Saud ini dalam kondisi aman dan perlombaan F1 tidak akan bermasalah. Pada akhirnya, tim-tim yang akan berlaga di GP Bahrain juga harus memikirkan keuntungannya.
Pada hakikatnya, sekalipun banyak laporan yang menyebutkan penolakan opini dunia terkait penyelenggaraan balap mobil Formula 1 di Bahrain dan kekhawatiran tim-tim yang berlaga, tapi Ecclestone keturunan Yahudi dengan enteng mengatakan, "Bahrain dalam kondisi tenang dan aman." Eccleston menyampaikan hal ini di tengah-tengah situasi dimana Bahrain berada di puncak kekejaman rezim Al Khalifa. Pekan lalu seorang revolusioner Bahrain gugur syahid akibat aksi kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Bahrain.
Dukungan bos F1, Bernie Ecclestone terkait penyelenggaraan balap mobil F1 di Bahrain kembali membuka tabir hubungan rezim Al Khalifa, Al Saud dan Zionis. Bahrain yang baru-baru ini menyaksikan lebih dari setengah juta rakyatnya dari populasi 800 ribu penduduk Bahrain melakukan demonstrasi akbar menentang pendudukan negaranya oleh rezim Al Saud, tapi jawaban yang mereka adalah tembakan dan aksi kekerasan pihak keamanan.
Dengan demikian, penyelenggaraan balam mobil F1 di Bahrain harus dimaknai kerjasama Zionis Internasional dengan rezim Al Khalifa dan Al Saud. Tapi tidak boleh dilupakan betapa rakyat revolusioner Bahrain tahu betul memanfaatkan setiap momen untuk menyampaikan pesan revolusinya. Kini perlombaan balap mobil Formula 1 akan dijadikan kesempatan baru untuk menyampaikan pesan syuhada Bahrain ke telinga masyarakat internasional. (IRIB Indonesia/SL)
Konspirasi Busuk Saudi Arabia, Qatar dan Antek-antek Zionis
|
Menarik mencermati perkataan wakil Menteri Luar Negeri Iran urusan Arab dan Afrika, Hossein Amir-Abdollahian, dalam sebuah wawancara (8/3) yang dimuat di Islam Times beberapa hari lalu, ketika itu ia mengatakan bahwa Iran tidak akan pernah mengizinkan Amerika Serikat mengambil keuntungan dari krisis yang melanda Suriah. Iran juga tidak akan membiarkan AS mengganggu keseimbangan kekuasaan di wilayah tersebut.
Fokus tulisan ini bukan untuk mendedah hasil wawancara itu (diperlukan tulisan tersendiri untuk membahasnya), tapi akan membahas krisis bikinan paksa yang terjadi di suriah dan konspirasi busuk yang sebenarnya terjadi untuk melengserkan paksa pemerintahan al Asad. Dengan perlahan, terutama setelah semua upaya menggulingkan pemerintahan suriah dukungan rakyat gagal dilakukan, krisis Suriah membuka mata dunia dan mempertontonkan kebusukan musuh-musuh suriah sebenarnya.
1. Amerika, Israel dan NATO
Hampir semua kerusuhan, peperangan dan teror yang terjadi khususnya di Timur Tengah, dalangnya adalah Amerika-Israel dengan menggunakan NATO sebagai ujung tombaknya. Arab spring yang terjadi di dunia Arab sebenarnya konspirasi mereka meskipun tidak semuanya sejalan dengan skenario yang sudah mereka persiapkan. Dikarenakan bangkitnya kesadaran rakyat dan rindunya mereka dengan kebebasan dan kemulian Islam yang selama ini terpendam dalam kubangan lumpur dosa para pemimpin boneka Amerika dan budak Israel.
Suriah adalah diantara negara yang berusaha dikudeta secara halus dengan cara menggunakan segelintir oposisi binaan CIA yang sudah dipersiapkan, baik dana maupun persenjataan. Perusuh-perusuh binaan ini adalah para teroris yang tidak segan membunuh sipil dan anak-anak kecil sekalipun. Barat menamakan mereka “aktivis”.
Amerika – Israel begitu bernafsu menggulingkan pemerintahan sah Damaskus dan menggunakan segalam macam cara termasuk veto PBB, dikarenakan dukungan penuh dan tanpa henti Suriah terhadap trio muqowamah; Iran, Hamas dan Hizbullah. Inilah inti sebenarnya kengotototan Washington. Di samping itu, karena Damaskus begitu mesra dengan musuh Amerika, Rusia dan Cina. Sehingga banyak analis perang mengatakan kalau krisis suriah sebenarnya perang antara Amerika vs Rusia Cina. Bahkan kalau seandainya perang jadi digelar akan terjadi perang dunia ketiga.
Maka tidak heran, jika Amerika-Israel tidak segegabah menurunkan NATO. Sebagaimana kasus Libya yang secara langsung dan prontal mengobarkan perang. Disamping sudah kehabisan modal juga terlalu beresiko kalau mengobarkan perang baru, maka konspirasi Amerika-Israel dengan mempersenjatai teroris dan NATO secara tidak langsung.
Dalam sebuah operasi yang dilakukan pemerintah Suriah di kota Homs terungkap bahwa agen Mossad, CIA dan Blackwater terlibat dalam kekerasan militer di Suriah.
Bukti keterlibatan itu terkuak saat pihak militer Suriah menangkap 700 orang bersenjata dan mereka adalah warga Arab, Israel, dan Amerika yang menggunakan senjata buatan Eropa . Tulis Media Rusia, Rabu (7/3) Al-manar juga melaporkan bahwa Pasukan keamanan Suriah mendapat bukti yang kuat atas keterlibatan militer Barat 'dalam konflik internal Suriah,
Ahli urusan strategis Suriah, Salim Harba mengatakan, "Orang-orang bersenjata yang ditangkap adalah warga Negara Arab, Irak, dan Libanon. Di antara mereka adalah juga agen intelijen Qatar dan non-Arab pejuang dari Afghanistan, Turki, dan beberapa negara Eropa seperti Perancis, "
Harba juga mengatakan bahwa kantor koordinasi opoisi yang berada di Qatar adalah disponsori oleh Amerika. Selain itu, Kebocoran informasi yang diperolah dari perusahaan intelijen Stratfor juga menunjukkan tentara NATO yang menyamar sudah berada di berbagai tempat di Suriah sejak lama.
2. Liga Arab, Saudi, Qatar dan Turki
Dalam krisis yang terjadi di Suriah, Liga Arab sudah kehilangan legitimasinya. Sejatinya, Suriah yang nota bene merupakan anggota Liga Arab dan berhak mendapat perlindungan, justru menjadi korban kebijakan pengayomnya. Dari awal sejak krisis Suriah terjadi, negara-negara liga Arab justru mengembargo pemerintahan Asad dan menguncilkan Damaskus. Dan liga Arab pulalah yang memaksa krisis Suriah menjadi urusan internasional dengan melibatkan PBB.
Liga Arab menjadi kaki tangan dan corong Amerika-Israel, maka Saudi dan Qatarlah yang mewakili kepentingan mereka, karena mereka punya kepentingan dan urusan yang sama. Disamping unjuk gigi supaya dianggap sebagai negara berpengaruh di kawasan, Saudi dan Qatar juga berupaya menjegal Iran yang dianggap mempunyai pengararuh besar di kawasan.
Menyingkirkan peran Iran terkait krisis Suriah adalah hal penting buat mereka.
Aliran dana dan persenjataan kepada oposisi dan teroris bayaran dari Saudi dan Qatar mengalir deras, dengan melibatkan Turki diperbatasan negaranya. Pelatihan-pelatihan perang kepada oposisi oleh CIA jauh-jauh hari juga sudah dilakukan di Turki.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Hamad bin Jassim al-Thani dalam pertemuan para menlu Liga Arab di Kairo, Sabtu, 10/03/, begitu bernafsu supaya secepatnya menyerang Suriah.
"Saatnya tiba untuk melaksanakan usul mengirim pasukan Arab dan internasional ke Suriah," kata Sheikh .
Menteri Informasi Suriah, Adnan Mahmud mengatakan, Arab Saudi dan Qatar mendukung "geng teroris bersenjata" beroperasi di Suriah dan mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas insiden pembunuhan di negara ini.
"Beberapa negara mendukung geng teroris bersenjata, seperti Arab Saudi dan Qatar, teroris adalah kaki tangan mereka, dan menargetkan warga Suriah ... mereka harus bertanggung jawab atas pertumpahan darah," kata Mahmoud.
Sheikh Mohammad Alaedin Madhi (16/3), seorang ulama senior Mesir mengatakan, Arab Saudi dan Qatar terang-terangan campur tangan dalam urusan internal negara-negara Muslim lainnya dan menyebut dua negara tersebut sebagai 'pelayan Israel' karena sedang melaksanakan rencana Israel-AS di Suriah.
"Pertama, apakah ada demokrasi di Qatar dan Arab Saudi? Saya tidak berpikir begitu. Mereka sudah mengganggu di Libya. Mereka juga sudah membunuh orang ratusan kali lebih dari yang Gaddafi lakukan di Libya. Mereka (Qatar dan Saudi) tidak ada hubungannya dengan Islam." Kata ulama tersebut dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Press TV di ibukota Mesir, Kairo.
Bahkan utusan PBB-Liga Arab, Kofi Annan ketika berusaha mencari solusi damai atas kerusuhan Suriah dengan cara mendesak supaya menghentikan kekerasan, justru Kelompok-kelompok bersenjata di Suriah binaan Saudi dan Qatar menolak proposal itu.
Mantan Sekjen PBB ini memperingatkan setiap intervensi militer di Suriah dan setiap kesalahan perhitungan tentang Suriah akan berdampak mengerikan bagi kawasan. Dan konspirasi busuk yang berdampak mengerikan di Suriah saat ini justru sedang berlangsung.
3. Al Jazira, Al Arabiya Dan Media-Media Corong Amerika-Israel
Untuk memuluskan konspirasi yang mereka rancang di Suriah, Amerika, Israel, Turki, Saudi dan Qatar menggunakan media-media mainstream sebagai corong kebijakan busuk mereka. Media yang sejatinya sebagai penerang dan alat warta kebenaran dan berkeadilan, ditangan musuh-musuh Suriah menjadi senjata mematikan untuk mempengaruhi opini publik dunia. Media masa mereka menjadi alat pembenaran arogansi. Barat mengedepankan jargon kebebasan bereksperi, tapi itu hanya untuk musuh mereka dan demi kepentingan mereka sendiri. Sangat disayangkan, media-media nasional di Indonesia menelan mentah-mentah pemberitaan bohong itu (baca editorial Islam Times, Kompas Ngawur (Lagi) Soal Pemberitaan Suriah)
Pekerja media di Al Arabiya milik Saudi Arabia dan Al Jazeera milik Qatar, karena kemanusian dan independensinya terusik ketika harus memanifulasi pemberitaan yang bertentangan dengan fakta, ahirnya ramai-ramai mengundurkan diri (baca editorial Islam Times, Al-Jazeera akan Gulung Tikar?) dan berita Tertangkap Basah: CNN Palsukan Video Kerusuhan Suriah)
Duta Suriah untuk PBB Bashar al-Jaafari mengatakan, seorang wartawan dari Kantor Berita Qatar, jaringan TV Al-Jazeera, di London, memberikan catatan kepadanya dan mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri Qatar menginstruksikan kepada jaringan Al-Jazeera untuk meningkatkan jam tayang liputan media Al-Jazera terkait kerusuhan pesanan di Suriah, sebelum pertemuan Dewan Keamanan pada tanggal 4 Februari lalu.
Ia pun mengkritik saluran televisi berita, Al Arabiya Saudi dan Al Jazeera milik Qatar, yang didirikan semata untuk "melayani kepentingan Israel."
4. Wahabi, al Qoida dan Fatwa Ulama Saudi
Kospirasi yang lebih busuk lagi dalam krisis politik bikinan di Suriah adalah menyatunya antara Fatwa ulama Saudi untuk membenarkan tindakan pemerintahannya mengintervensi Suriah dan seruan pemimpin al Qoida pengganti Osama kepada para pengikutnya untuk mendukung pemberontak dan kesemuanya sejalan dengan keinginan Amerika dan Israel.
Mufti Agung Arab Saudi dan Ketua Ulama Senior Sheikh Abdul Aziz bin Abdullah Al-Sheikh, berfatwa bahwa mendukung Tentara pemberontak di Suriah dan membuatnya lebih kuat seiring dengan semakin lemahnya rezim Suriah adalah bentuk jihad di jalan Allah.
Mufti Wahabi panutan kelompok takfiri tersebut mengatakan bahwa segala hal yang bisa memperkuat Tentara Bebas Suriah dan memperlemah rezim Suriah diperbolehkan oleh Syariah (hukum agama).
"Upaya melemahkan rezim Suriah, adalah cara berjuang untuk Allah" tandasnya.
Pemimpin Al-Qaedah, Ayman Al- Zawahiri dalam sebuah rekaman video berdurasi delapan menit dengan judul Onwards, Lions of Syria di sebuah situs, menyerukan para pengikutnya yang berada di Turki, Irak, Yordania dan Libanon untuk mendukung para pemberontak Suriah.
“Rakyat Suriah masih terus berduka setiap hari, sedangkan Bashar al-Assad tidak kunjung tergoyahkan," ujar al-Zawahiri seperti dikutip Reuters Minggu, (12/2).
Dia pun menyeru pengikut Wahabi supaya membantu saudara-saudaranya di Suriah dengan semua yang mereka bisa, hidupnya, uangnya, serta informasi yang dimiliki.
Sebagaimana diberitakan, Deputi kementerian dalam negeri Irak mengatakan kepada AFP, hari Sabtu (11/02) bahwa orang-orang al Qoida dengan senjata lengkap bergerak dari Irak menuju Suriah. Di Irak mereka meneror orang-orang Syiah dan menimbulkan kekacauan, setelah sebagian tentara Amerika ditarik dari Irak, sekarang di Suriah memerangi pasukan keamanan Suriah demi melancarkan agenda Amerika-Israel, saudi-Qatar.
Disadari atau sengaja, konspirasi ulama Wahabi dan seruan pemimpin al Qaida itu sebenarnya dalam rangka melemahkan perjuangan rakyat Palestina dan demi mendukung eksistensi Zionis di kawasan. Bohong belaka mereka memerangi Amerika dan Israel sedangkan yang memperkuat perlawanan di Palestina adalah Basar al Asad di Suriah.
Amerika, Israel, Saudi, Qatar, Turki, al Qaida adalah setali tiga uang, sama-sama berkonspirasi menimbulkan kekacauan di Suriah demi menggulingkan pemerintah dukungan rakyat pendukung perlawanan Palestina.
Siapa yang akan menang? Kemenangan milik Suriah yang bertahan dan berani melawan dengan dukungan segenap rakyatnya. [IslamTimes/sa/abna.ir]
Fokus tulisan ini bukan untuk mendedah hasil wawancara itu (diperlukan tulisan tersendiri untuk membahasnya), tapi akan membahas krisis bikinan paksa yang terjadi di suriah dan konspirasi busuk yang sebenarnya terjadi untuk melengserkan paksa pemerintahan al Asad. Dengan perlahan, terutama setelah semua upaya menggulingkan pemerintahan suriah dukungan rakyat gagal dilakukan, krisis Suriah membuka mata dunia dan mempertontonkan kebusukan musuh-musuh suriah sebenarnya.
1. Amerika, Israel dan NATO
Hampir semua kerusuhan, peperangan dan teror yang terjadi khususnya di Timur Tengah, dalangnya adalah Amerika-Israel dengan menggunakan NATO sebagai ujung tombaknya. Arab spring yang terjadi di dunia Arab sebenarnya konspirasi mereka meskipun tidak semuanya sejalan dengan skenario yang sudah mereka persiapkan. Dikarenakan bangkitnya kesadaran rakyat dan rindunya mereka dengan kebebasan dan kemulian Islam yang selama ini terpendam dalam kubangan lumpur dosa para pemimpin boneka Amerika dan budak Israel.
Suriah adalah diantara negara yang berusaha dikudeta secara halus dengan cara menggunakan segelintir oposisi binaan CIA yang sudah dipersiapkan, baik dana maupun persenjataan. Perusuh-perusuh binaan ini adalah para teroris yang tidak segan membunuh sipil dan anak-anak kecil sekalipun. Barat menamakan mereka “aktivis”.
Amerika – Israel begitu bernafsu menggulingkan pemerintahan sah Damaskus dan menggunakan segalam macam cara termasuk veto PBB, dikarenakan dukungan penuh dan tanpa henti Suriah terhadap trio muqowamah; Iran, Hamas dan Hizbullah. Inilah inti sebenarnya kengotototan Washington. Di samping itu, karena Damaskus begitu mesra dengan musuh Amerika, Rusia dan Cina. Sehingga banyak analis perang mengatakan kalau krisis suriah sebenarnya perang antara Amerika vs Rusia Cina. Bahkan kalau seandainya perang jadi digelar akan terjadi perang dunia ketiga.
Maka tidak heran, jika Amerika-Israel tidak segegabah menurunkan NATO. Sebagaimana kasus Libya yang secara langsung dan prontal mengobarkan perang. Disamping sudah kehabisan modal juga terlalu beresiko kalau mengobarkan perang baru, maka konspirasi Amerika-Israel dengan mempersenjatai teroris dan NATO secara tidak langsung.
Dalam sebuah operasi yang dilakukan pemerintah Suriah di kota Homs terungkap bahwa agen Mossad, CIA dan Blackwater terlibat dalam kekerasan militer di Suriah.
Bukti keterlibatan itu terkuak saat pihak militer Suriah menangkap 700 orang bersenjata dan mereka adalah warga Arab, Israel, dan Amerika yang menggunakan senjata buatan Eropa . Tulis Media Rusia, Rabu (7/3) Al-manar juga melaporkan bahwa Pasukan keamanan Suriah mendapat bukti yang kuat atas keterlibatan militer Barat 'dalam konflik internal Suriah,
Ahli urusan strategis Suriah, Salim Harba mengatakan, "Orang-orang bersenjata yang ditangkap adalah warga Negara Arab, Irak, dan Libanon. Di antara mereka adalah juga agen intelijen Qatar dan non-Arab pejuang dari Afghanistan, Turki, dan beberapa negara Eropa seperti Perancis, "
Harba juga mengatakan bahwa kantor koordinasi opoisi yang berada di Qatar adalah disponsori oleh Amerika. Selain itu, Kebocoran informasi yang diperolah dari perusahaan intelijen Stratfor juga menunjukkan tentara NATO yang menyamar sudah berada di berbagai tempat di Suriah sejak lama.
2. Liga Arab, Saudi, Qatar dan Turki
Dalam krisis yang terjadi di Suriah, Liga Arab sudah kehilangan legitimasinya. Sejatinya, Suriah yang nota bene merupakan anggota Liga Arab dan berhak mendapat perlindungan, justru menjadi korban kebijakan pengayomnya. Dari awal sejak krisis Suriah terjadi, negara-negara liga Arab justru mengembargo pemerintahan Asad dan menguncilkan Damaskus. Dan liga Arab pulalah yang memaksa krisis Suriah menjadi urusan internasional dengan melibatkan PBB.
Liga Arab menjadi kaki tangan dan corong Amerika-Israel, maka Saudi dan Qatarlah yang mewakili kepentingan mereka, karena mereka punya kepentingan dan urusan yang sama. Disamping unjuk gigi supaya dianggap sebagai negara berpengaruh di kawasan, Saudi dan Qatar juga berupaya menjegal Iran yang dianggap mempunyai pengararuh besar di kawasan.
Menyingkirkan peran Iran terkait krisis Suriah adalah hal penting buat mereka.
Aliran dana dan persenjataan kepada oposisi dan teroris bayaran dari Saudi dan Qatar mengalir deras, dengan melibatkan Turki diperbatasan negaranya. Pelatihan-pelatihan perang kepada oposisi oleh CIA jauh-jauh hari juga sudah dilakukan di Turki.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Hamad bin Jassim al-Thani dalam pertemuan para menlu Liga Arab di Kairo, Sabtu, 10/03/, begitu bernafsu supaya secepatnya menyerang Suriah.
"Saatnya tiba untuk melaksanakan usul mengirim pasukan Arab dan internasional ke Suriah," kata Sheikh .
Menteri Informasi Suriah, Adnan Mahmud mengatakan, Arab Saudi dan Qatar mendukung "geng teroris bersenjata" beroperasi di Suriah dan mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas insiden pembunuhan di negara ini.
"Beberapa negara mendukung geng teroris bersenjata, seperti Arab Saudi dan Qatar, teroris adalah kaki tangan mereka, dan menargetkan warga Suriah ... mereka harus bertanggung jawab atas pertumpahan darah," kata Mahmoud.
Sheikh Mohammad Alaedin Madhi (16/3), seorang ulama senior Mesir mengatakan, Arab Saudi dan Qatar terang-terangan campur tangan dalam urusan internal negara-negara Muslim lainnya dan menyebut dua negara tersebut sebagai 'pelayan Israel' karena sedang melaksanakan rencana Israel-AS di Suriah.
"Pertama, apakah ada demokrasi di Qatar dan Arab Saudi? Saya tidak berpikir begitu. Mereka sudah mengganggu di Libya. Mereka juga sudah membunuh orang ratusan kali lebih dari yang Gaddafi lakukan di Libya. Mereka (Qatar dan Saudi) tidak ada hubungannya dengan Islam." Kata ulama tersebut dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Press TV di ibukota Mesir, Kairo.
Bahkan utusan PBB-Liga Arab, Kofi Annan ketika berusaha mencari solusi damai atas kerusuhan Suriah dengan cara mendesak supaya menghentikan kekerasan, justru Kelompok-kelompok bersenjata di Suriah binaan Saudi dan Qatar menolak proposal itu.
Mantan Sekjen PBB ini memperingatkan setiap intervensi militer di Suriah dan setiap kesalahan perhitungan tentang Suriah akan berdampak mengerikan bagi kawasan. Dan konspirasi busuk yang berdampak mengerikan di Suriah saat ini justru sedang berlangsung.
3. Al Jazira, Al Arabiya Dan Media-Media Corong Amerika-Israel
Untuk memuluskan konspirasi yang mereka rancang di Suriah, Amerika, Israel, Turki, Saudi dan Qatar menggunakan media-media mainstream sebagai corong kebijakan busuk mereka. Media yang sejatinya sebagai penerang dan alat warta kebenaran dan berkeadilan, ditangan musuh-musuh Suriah menjadi senjata mematikan untuk mempengaruhi opini publik dunia. Media masa mereka menjadi alat pembenaran arogansi. Barat mengedepankan jargon kebebasan bereksperi, tapi itu hanya untuk musuh mereka dan demi kepentingan mereka sendiri. Sangat disayangkan, media-media nasional di Indonesia menelan mentah-mentah pemberitaan bohong itu (baca editorial Islam Times, Kompas Ngawur (Lagi) Soal Pemberitaan Suriah)
Pekerja media di Al Arabiya milik Saudi Arabia dan Al Jazeera milik Qatar, karena kemanusian dan independensinya terusik ketika harus memanifulasi pemberitaan yang bertentangan dengan fakta, ahirnya ramai-ramai mengundurkan diri (baca editorial Islam Times, Al-Jazeera akan Gulung Tikar?) dan berita Tertangkap Basah: CNN Palsukan Video Kerusuhan Suriah)
Duta Suriah untuk PBB Bashar al-Jaafari mengatakan, seorang wartawan dari Kantor Berita Qatar, jaringan TV Al-Jazeera, di London, memberikan catatan kepadanya dan mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri Qatar menginstruksikan kepada jaringan Al-Jazeera untuk meningkatkan jam tayang liputan media Al-Jazera terkait kerusuhan pesanan di Suriah, sebelum pertemuan Dewan Keamanan pada tanggal 4 Februari lalu.
Ia pun mengkritik saluran televisi berita, Al Arabiya Saudi dan Al Jazeera milik Qatar, yang didirikan semata untuk "melayani kepentingan Israel."
4. Wahabi, al Qoida dan Fatwa Ulama Saudi
Kospirasi yang lebih busuk lagi dalam krisis politik bikinan di Suriah adalah menyatunya antara Fatwa ulama Saudi untuk membenarkan tindakan pemerintahannya mengintervensi Suriah dan seruan pemimpin al Qoida pengganti Osama kepada para pengikutnya untuk mendukung pemberontak dan kesemuanya sejalan dengan keinginan Amerika dan Israel.
Mufti Agung Arab Saudi dan Ketua Ulama Senior Sheikh Abdul Aziz bin Abdullah Al-Sheikh, berfatwa bahwa mendukung Tentara pemberontak di Suriah dan membuatnya lebih kuat seiring dengan semakin lemahnya rezim Suriah adalah bentuk jihad di jalan Allah.
Mufti Wahabi panutan kelompok takfiri tersebut mengatakan bahwa segala hal yang bisa memperkuat Tentara Bebas Suriah dan memperlemah rezim Suriah diperbolehkan oleh Syariah (hukum agama).
"Upaya melemahkan rezim Suriah, adalah cara berjuang untuk Allah" tandasnya.
Pemimpin Al-Qaedah, Ayman Al- Zawahiri dalam sebuah rekaman video berdurasi delapan menit dengan judul Onwards, Lions of Syria di sebuah situs, menyerukan para pengikutnya yang berada di Turki, Irak, Yordania dan Libanon untuk mendukung para pemberontak Suriah.
“Rakyat Suriah masih terus berduka setiap hari, sedangkan Bashar al-Assad tidak kunjung tergoyahkan," ujar al-Zawahiri seperti dikutip Reuters Minggu, (12/2).
Dia pun menyeru pengikut Wahabi supaya membantu saudara-saudaranya di Suriah dengan semua yang mereka bisa, hidupnya, uangnya, serta informasi yang dimiliki.
Sebagaimana diberitakan, Deputi kementerian dalam negeri Irak mengatakan kepada AFP, hari Sabtu (11/02) bahwa orang-orang al Qoida dengan senjata lengkap bergerak dari Irak menuju Suriah. Di Irak mereka meneror orang-orang Syiah dan menimbulkan kekacauan, setelah sebagian tentara Amerika ditarik dari Irak, sekarang di Suriah memerangi pasukan keamanan Suriah demi melancarkan agenda Amerika-Israel, saudi-Qatar.
Disadari atau sengaja, konspirasi ulama Wahabi dan seruan pemimpin al Qaida itu sebenarnya dalam rangka melemahkan perjuangan rakyat Palestina dan demi mendukung eksistensi Zionis di kawasan. Bohong belaka mereka memerangi Amerika dan Israel sedangkan yang memperkuat perlawanan di Palestina adalah Basar al Asad di Suriah.
Amerika, Israel, Saudi, Qatar, Turki, al Qaida adalah setali tiga uang, sama-sama berkonspirasi menimbulkan kekacauan di Suriah demi menggulingkan pemerintah dukungan rakyat pendukung perlawanan Palestina.
Siapa yang akan menang? Kemenangan milik Suriah yang bertahan dan berani melawan dengan dukungan segenap rakyatnya. [IslamTimes/sa/abna.ir]
Komentar Pembaca :
- jangan pura2 lho raphidah bukankah kamu bikinan yahudi, kalau syiah yang berkuasa di suatu negeri amerika, nato, eropa tidak akan ikuyt campur walaupun pemerintahnya yang membasmi warga islam, kenapa islam disini sy sebut bukan sunni, karen aengkau wahai raphidah bukan dari islam tetapi dari yahudi, bukti sudah banyak setiap peperangan antara oarang kafir sepertimu As,dll di negara islam pasti setelah di tumbangkannya pemerintahnya yang naik adalah oarang yg ber agama bikinan yahudi yaitu rapidhah yang mengkafirkan seluruh sahabat, mengatakan alqur"an telah dirubah yang mencela istri rasulullah shallalahualaihi wassalam, yang menghalalkan jina berkedok nikah dan masih banyak lagi penyimapanganmu
- kebencian yg tdk punya dasar [acchad]
- agama kok agama syiah,..lah tobato yo sak durunge we digarang nang geni ne neroko janam terkutuk,,tukang dusta, hasut, adu2, pembunuh, lah sih akeh kebejatan sing nbuk nduweni lan mbuk delikke..."Kaum Yahudi dan Nashoro lebih mulia dari pada kaum syi'ah dari dua sisi. (*Pertama :) Kaum yahudi ditanya, "Siapakah umat kalian yang terbaik?", mereka menjawab, "Para sahabat Musa". Dan kaum Rofidhoh ditanya, "Siapakah kaum terburuk dari umat kalian?", mereka menjawab, "Para sahabat Muhammad". Dan kaum Nashooro ditanya, "Siapakah umat kalian yang terbaik?", mereka menjawab, "Para pengikut setia 'Isa", dan kaum Rofidhoh ditanya, "Siapakah dari umat kalian yang terburuk?", mereka menjawab, "Para pengikut (sahabat) setia Muhammad".(*Kedua :) Mereka (kaum Rofidhoh) diperintahkan untuk memohonkan ampun bagi para sahabat malah mereka mencela para sahabat" (*berbeda dengan kaum yahudi dan nashoro yang malah memuji dan mendoakan para sahabat Musa dan sahabat Isa-pent) (Syarh Ushuul I'tiqood Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah, karya Al-Laalikaai hal 1462-1463",,,....terlaknatnah kau orang2 syiah [masion]
- Memang benar Shiah adalah pencinta Nabi Muhammad Saw, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain, dan Wahabi adalah pencinta Abu Sofyan dan Muawiyah, dan sepanjang zaman sampai kiamat akan ada. Dari zaman Nabi Saw, Abu Sofyan mernyerang umat Islam pertama dengan berbagai cara boikot, perang fitnah, dan bantuan pasukan asing, dan sejarah mencatat Nabi Saw dengan Panglimanya Ali KW tidak dapat dikalahhan. Zaman berubah tetapi para pencinta Muawiyah dan Abu sofyan tumbuh dalam kedok agama dan mazhab Wahabi, yang sekarang berkuasa di Saudi yang bekerjasama dengan Israel dan AS itu kenyataan. Hidup Palestina, Hizbullah, Iran , Hamas [pencinta Ali]
- Pembela warga Islam sunni Cambodia yang dibantai besar-besaran oleh Khmer Rouge suatu ketika dahulu ialah Iran negara majoriti mazhab syiah. Tiada negara Islam lain yg membawa isu ini ke PBB. Negara Islam manakah paling terdekat sepatutnya menjadi pembela?Isu pembantaian muslim Bosnia rata-rata sunni tahun2 90an, Iran negara paling lantang pembelanya. Selepas WW2 Palestina wilayahnya adalah besar, Zionis perampas wilayah palestina ketika itu hanyalah kecil.Tapi lihatlah sekarang hanya tinggal Tepi Barat dan Gaza. Selama lebih 50 tahun, dimana perginya pembelaan dari negara sunni kepada warga sunni Palestina. Munculnya revolusi Islam Iran dan kemenangan Hizbollah sebagai semangat kepada pejuang jihad islam dan hamas. Bantuan secara logistik datang dari Iran dari hanya balingan batu kepada keupayaan perang dengan Israel. Malah Gaza skrg dapat dipertahankan. Lebik buruk lagi, negara sunni yg patut jadi pembela adalah sekutu rapat Amerika ikut sama menekan warga palestina. Sungguh ikhlas kenyataan Ayatollah Sayyed Khamenie sunni dan syiah itu bersaudara. [Badrul]
-
- Buletin Majelis Pecinta Rasul Pertama pas ceramah semua terperangah di masjid attaqwa, tetapi setelah dikalimat terakhir ada kata "pengkafiran", audience yang tadinya bersimpati kepada "Habib" tersebut menjadi "Loyo", apalagi ternyata pengelola Masjid At Taqwa diketahui pecah menjadi 2 kubu, ada yang menentang kedatangan "Habib" ini dan ada yang Pro, buktinya mikropon luar masjid yang biasa terdengar nyaring dijalan raya km 4 Banjarmasin "Justru tidak terdengar", kecuali kalau kita masuk kedalam masjid, ada setumpuk sound system yang nyala atau kata kasarnya "Hanya dinyalakan speaker dalam"..apakah ini pertanda pengurus masjid sudah tahu bahwa "Habib" ini adalah "Provokator Pemecah Ummat Islam"...untung warga Banjar sudah paham/Mahfum dan tidak gampang terprovokasi, karena dulu ketika di Babirik Amuntai disebuah desa kecil dipelosok desa "Habib" ini pun menebar "Kebencian dan permusuhan", namun "Orang Kampung kadada nang maumpatinya"...didesa nang jauh dari info berita aja "Kada Maumpati"..apalagi di Kota...."Habib"...( pinanya Habib jadijadian neh)Thursday at 8:06pm ·
- Buletin Majelis Pecinta Rasul Tokoh Kelompok Takfir al-Bayyinat selain Thohir Alkaf, Ahmad bin Zein Alkaf juga sebagai provokator yang memfitnah dan memprovokasi Nahdhiyyin untuk menyerang dan bahkan siap untuk membunuh kaum Syi'ah, Semoga tokoh kelompok takfir ini mendapat perhatian dari aparat keamanan dan Negara sehingga konflik horisontal bisa di antisipasi sedini mungkin. (Sidoarjo,20 Oktober 2009).http://www.facebook.com/profile.php?id=100003281966818
**************************************************
Pasal-pasal KUHP yang perlu disimak berkenaan dengan beberapa peristiwa yg semakin sering terjadi di negeri tercinta NKRI.
Pasal 156 :
Barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 157 :
(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan atau lukisan di muka umum, yang isinya mengandung pernyataan permusuhan, kebencian atau penghinaan diantara atau terhadap golongan-golongan rakyat Indonesia, dengan maksud supaya isinya diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 170 :
(1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Yang bersalah diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;
2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat; 3. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.
Kepada siapa saja, individu atau pun golongan, yang mengalami pelanggaran atas haknya sebagai warganegara RI sesuai dengan pasal-pasal tersebut di atas dan pasal yang lainnya sebagaimana yang tercantum KUHP dapat melaporkannya kepada pihak yang berwajib dalam POLRI.
**************************************************** **
Ahmad bin Zein Alkaf :
Ketua Bidang Organisasi Yayasan al-Bayyinat
Anggota komisi fatwa MUI Jawa Timur
Jabatan : A'wan Syuriah PWNU JATIM
Buku-buku fitnah hasil karya Ben zein :
Fatawa Para Imam Dan Ulama Tentang Syi'ah
Agidah Ahlussunnah adalah Agidah Ahlul Bait
Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib KW
Ummunaa Fathimah Wa Ahlul Kisa'
Al Hasan ra. dan Al Husen ra
Dialog Apa dan Siapa Syiah
Fathimah At-Thohiroh ra.
Al-Firgoh An-Najiyah
Imamah Dan Khilafah
Mengenal Syi'ah
Tragedi Karbala
At Taqrib
Asyura
sumber:
Afghanistan Bukan Sebuah Koloni AS!
Amerika Serikat telah merampas perdamaian dan hak-hak rakyat Afghanistan dengan menghancurkan kehidupan mereka. Negara itu tampaknya akan terjun lebih dalam ke tengah kubangan darah akibat kegilaan militer AS yang haus perang. Salah satu contoh kegilaan itu tercermin dalam ulah terbaru tentara AS yang berpose dengan jenazah militan Afghanistan.
Munculnya serangkaian foto baru yang memperlihatkan tindakan pelecehan terhadap jenazah, kembali menyita perhatian publik dunia terhadap perang Afghanistan. Koran Los Angeles Times melaporkan, seorang tentara AS menyerahkan 18 foto tersebut ke media ini untuk menegaskan bahwa buruknya kepemimpinan dan ketidakdisiplinan di tengah pasukan AS akan membahayakan keselamatan prajurit.
Saat ini, Washington sedang berusaha mencapai kesepakatan strategis dengan Presiden Hamid Karzai untuk mempertahankan kehadirannya di negara itu setelah penarikan pasukan asing pada tahun 2014. Akan tetapi, foto-foto menjijikkan itu sepertinya semakin memperburuk hubungan kedua negara.
Serangkaian skandal serupa oleh pasukan AS telah menimbulkan kecaman dan protes luas di Afghanistan dan negara-negara lain. Sebelumnya muncul video tentara AS mengencingi mayat-mayat Taliban, membakar al-Quran, dan menembak beberapa perempuan dan anak-anak Afghanistan.
Karzai mengecam foto-foto itu dan menilainya sebagai tindakan tidak manusiawi. Dia juga menyerukan sebuah transisi cepat oleh NATO untuk menciptakan keamanan dan stabilitas di Afghanistan serta mencegah terulangnya insiden serupa. Pernyataan yang dirilis oleh kantor Karzai mengatakan, "Presiden Afghanistan menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk mencegah pengalaman pahit tersebut di masa depan adalah melakukan transisi keamanan cepat dan penuh dari pasukan asing."
Tindakan-tindakan tidak manusiawi oleh pasukan asing selain memicu kemarahan dan kecaman dari publik Afghanistan dan dunia, juga mencerminkan ketidakpekaan AS terhadap nilai-nilai yang dihormati oleh setiap orang yang berakal sehat.
Kebencian terhadap pemerintah AS terus meningkat di Afghanistan. Kampanye AS untuk memberantas terorisme dan memberikan nafas kebebasan kepada rakyat Afghanistan sudah mulai usang dan tak lagi mendapat sambutan.
Era kolonialisme telah usai. Namun, pasukan AS di Afghanistan mencoba mengulangi sejarah kelam masa lalu ketika Amerika menjajah bangsa lain melalui praktik perbudakan dan memperlakukan mereka sebagai barang. AS membangun negaranya dengan merampas hak-hak bangsa lain, tapi Afghanistan bukan sebuah koloni AS! (IRIB Indonesia/RM/NA)
Hunter: Holocaust, Alat Israel untuk Menindas Palestina
Sekjen Kampanye Solidaritas Palestina, Betty Hunter meyakini bahwa Holocaust telah menjadi instrumen Israel untuk menumpas rakyat Palestina.
Hunter dalam wawancara dengan IRNA, mengatakan Eropa selalu merasa bersalah atas peristiwa Holocaust, akan tetapi mengapa rakyat Palestina yang harus memikul beban sejarah itu. Ditambahkannya, "Benar, Holocaust adalah sebuah peristiwa pahit, namun tidak boleh memanfaatkannya sebagai alat dan dalih untuk menindas pihak lain."
"Israel senantiasa mengeksploitasi Holocaust untuk mengesankan ketertindasannya, padahal pihak yang benar-benar tertindas dan teraniaya adalah rakyat Palestina," jelasnya.
"Kita tidak boleh membiarkan peristiwa Holocaust dijadikan alat untuk menumpas rakyat Palestina. Bangsa tertindas ini dari hari ke hari semakin kehilangan tanah miliknya dan mereka terusir dari rumah dan tempat tinggal. Dunia juga tidak menunjukkan reaksi serius terhadap tragedi ini," tegas Hunter.
Hunter lebih lanjut menuturkan, "Sayangnya, kondisi di Palestina dan di wilayah pendudukan khususnya bagi anak-anak semakin buruk dari waktu ke waktu. Rakyat Palestina setiap hari menghadapi pembatasan baru. Sebenarnya, Palestina sekarang telah berubah menjadi sebuah penjara raksasa."
Menurutnya, kondisi di tanah pendudukan sama sekali tidak layak. Tanah dan properti milik rakyat Palestina dijarah dan kebanyakan dari mereka kehilangan harapan terhadap masa depan. "Untungnya, kesadaran opini publik dunia semakin tumbuh terkait kondisi tragis rakyat Palestina. Lima tahun lalu, kita benar-benar tidak bisa memprediksi dukungan terhadap rakyat Palestina di negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat. Yahudi yang sesungguhnya dan pihak-pihak anti-Zionisme bahkan mulai terang-terangan mendukung bangsa Palestina," tambahnya.
Pegiat HAM ini menilai kegiatan lembaga-lembaga sipil dan non-pemerintah, termasuk Organisasi Solidaritas Palestina sangat berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat Barat terhadap isu Palestina. Ditegaskannya, "Misi kami adalah menyatakan solidaritas dengan bangsa Palestina dan menyampaikan informasi tentang kondisi tragis mereka. Kami menginginkan kemerdekaan Palestina dan kembalinya semua pengungsi ke tanah air mereka."
Ketika menjelaskan kegiatannya terkait isu Palestina, Hunter menuturkan, "Kerangka utama aktivitas kami adalah mendukung tuntutan dan cita-cita bangsa Palestina. Kami percaya bahwa kondisi di Palestina sangat memprihatinkan dan masyarakat internasional harus bangkit dan berbuat sesuatu untuk mereka."
"Saat ini, kebanyakan asosiasi pedagang dan buruh di Inggris juga mendukung usaha-usaha kami untuk membantu rakyat Palestina, padahal sebelumnya tidak mungkin memperoleh dukungan seperti itu," jelas Hunter.
"Sekarang, pemimpin negara-negara seperti Inggris paling tidak sudah menyampaikan rasa simpatinya dengan rakyat Palestina, meski sama sekali belum mengambil tindakan nyata untuk membantu mereka. Salah satu misi organisasi kami adalah menekan pemerintah-pemerintah Barat untuk mengambil langkah praktis guna membela hak-hak bangsa Palestina," ujarnya.
Meski demikian, Hunter mengakui bahwa organisasi yang dipimpinnya tidak dapat berbuat banyak untuk membela rakyat Palestina karena berbagai keterbatasan. Akan tetapi, salah satu langkah paling efektif kami adalah memboikot pruduk-produk Israel dan perusahaan-perusahaan yang terlibat kerjasama dengan Zionis untuk menumpas rakyat Palestina.
"Aksi boikot selain dapat menjadi kampanye efektif untuk menyampaikan informasi tentang kondisi rakyat Palestina, juga dapat merusak perekonomian Israel. Kami juga melayangkan surat protes dan petisi kepada pemimpin lembaga-lembaga internasional," tambahnya.
Mengingat perkembangan pesat jejaring sosial, maka kegiatan sipil ini harus disebarluaskan melalui facebook, twitter, dan lain-lain. Jika kita mampu merangkul kaum muda, sungguh ini sebuah pencapaian besar, ujarnya optimis.
Menjawab pertanyaan IRNA tentang pengaruh kebangkitan rakyat di dunia Arab terhadap isu Palestina, Hunter mengatakan, "Menurut saya, transformasi itu akan menguntungkan bangsa Palestina. Oleh karena itu, para pejabat Tel Aviv sangat mengkhawatirkan gelombang kebangkitan tersebut."
"Kami berharap pemerintah Mesir mengambil langkah-langkah praktis untuk mendukung rakyat Palestina," tutupnya. (IRIB Indonesia/RM)
Penolakan Iran Atas Senjata Nuklir Dalam Perspektif Agama
Teknologi nuklir damai merupakan salah satu kemajuan terbesar yang dicapai umat manusia hingga kini. Teknologi ini terbukti memberikan kontribusi besar kepada manusia. Teknologi ini telah menyumbangkan andilnya yang besar di berbagai sektor seperti kedokteran, pertanian, farmasi dan industri. Mengingat perannya yang cukup besar dikehidupan manusia, maka tak heran saat ini berbagai negara dunia mulai melirik teknologi ini untuk memenuhi kebutuhan yang kian mendesak.
Dalam hal ini Republik Islam Iran juga tak ketinggalan. Negara yang dijatuhi sanksi Barat ini sejak sebelum kemenangan Revolusi Islam telah memulai program nuklir damainya. Namun lagi-lagi konspirasi musuh Islam terus merongrong negara ini. Meski dijatuhi sanksi bertubi-tubi, Republik Islam ternyata mampu memanfaatkan sanksi ini menjadi peluang untuk meraih kemajuan di berbagai bidang, khususnya teknologi nuklir damai.
Iran sendiri lebih condong memanfaatkan teknologi nuklir untuk kepentingan damai ketimbang membuat senjata pemusnah massal. Hal ini juga ditegaskan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, atau Rahbar. Beliau menyatakan bahwa dunia telah membuktikan bahwa kepemilikan senjata nuklir bukan mendatangkan kekuatan. Kekuatan tidak datang dari senjata nuklir, karena kekuatan yang bangkit dari senjata nuklir juga dapat dikalahkan, dan bangsa Iran akan mengalahkannya.
Ketika bertemu dengan ketua dan para pejabat Badan Energi Atom Iran serta para ahli nuklir Iran. Beliau menilai puncak keberhasilan para ahli Iran di bidang ilmu pengetahuan nuklir adalah menciptakan kemuliaan dan kepercayaan diri bangsa, serta teladan bagi bangsa-bangsa regional dan dunia bahwa setiap bangsa mampu melawan tekanan dan menggapai independensi serta mematahkan semua monopoli ilmiah kekuatan imperialis.
Ditegaskan beliau, "Bangsa Iran tidak sedang mengejar senjata nuklir dan tidak akan mengejarnya karena senjata nuklir tidak mendatangkan kekuatan, akan tetapi sebuah bangsa yang mengandalkan pada kemampuan dan kapasitas tinggi sumber daya manusia dan alamnya, dapat mengalahkan kekuatan yang mengandalkan senjata nuklir."
Menurut Rahbar, "Sumber daya manusia yang efektif, cerdas, ahli, berpikiran terbuka, dan bersemangat, merupakan nikmat dari Allah Swt dan meski kemajuan para ilmuwan muda Iran di bidang nuklir memiliki banyak dimensi, akan tetapi dimensi yang paling penting adalah mampu menciptakan kemuliaan pada diri bangsa Iran." "Berbeda dengan propaganda yang menyatakan bahwa bangsa Iran dan pemuda negara ini tidak mampu, akan tetapi setiap perkembangan dan kemajuan ilmiah yang dicapai membuktikan bahwa bangsa ini mampu."
Beliau menilai perkembangan ilmiah dan teknologi nuklir berkaitan dengan kepentingan nasional serta masa depan negara dan mengatakan, "Sejumlah negara yang dengan memonopoli ilmu pengetahuan secara ilegal, mereka menguasai dunia dan menyebut diri mereka sebagai masyarakat internasional, khawatir atas bocornya ilmu pengetahuan ke [tangan] bangsa-bangsa dan oleh karena itu mereka menggelar agitasi dan kontroversi anti-bangsa Iran."
Rahbar menyebut penggunaan ilmu pengetahuan untuk aksi-aksi premanisme sebagai kejahatan terbesar anti-kemanusiaan seraya menegaskan, "Jika bangsa-bangsa dapat secara independen mencapai perkembangan bidang-bidang nuklir, antariksa, teknologi, ilmiah, dan industri, maka tidak ada lagi celah bagi premanisme kekuatan arogan dunia." Menyinggung terbobolnya monopoli iptek kekuatan imperialis oleh Iran, Rahbar mengatakan, "Jalan kemajuan ilmiah di berbagai bidang khususnya teknologi nuklir harus dilanjutkan dengan kekuatan penuh dan keseriusan, dengan bersandar pada [pertolongan] Allah Swt dan tanpa memperhatikan propaganda kaum imperialis."
Beliau juga menekankan kembali bahwa "Tidak diragukan pihak-pihak pengambil keputusan di negara-negara di hadapan kita mengetahui bahwa Iran tidak mengejar senjata nuklir, karena dari sisi keyakinan, pemikiran, dan hukum fiqih, kepemilikan senjata nuklir adalah dosa besar dan berkeyakinan bahwa menyimpan senjata tersebut merupakan aksi sia-sia, merugikan, dan sangat berbahaya." Ayatullah Khamenei kembali menegaskan bahwa Republik Islam Iran ingin membuktikan kepada dunia bahwa kepemilikan senjata nuklir tidak mendatangkan kekuatan, bahkan kekuatan yang mengandalkan senjata nuklir dapat dikalahkan dan bangsa Iran akan melakukannya.
Sikap tegas Rahbar yang mengharamkan senjata nuklir sesuai dengan fikih Islam. Islam sangat menekankan untuk menjaga hak asasi manusia. Bahkan sikap manusiawi terhadap musuh sekalipun di medan perang juga ditekankan dalam ajaran Islam. Agama ini melarang umatnya ketika berperang membunuh warga sipil dari musuh, tawanan atau merusak lingkungan serta hewan ternak. Disebutkan dalam riwayat bahwa ketika akan melapas muslimin untuk berperang, Rasul Saw, bersabda, janganlah kalian membunuh orang tua, mereka yang bisu atau tuli dan wanita, jangan pula menebangi tumbuhan. Imam Ali as di kitab Nahjul Balaghah berkata, Jika musuh telah kalah, jangan sampai kalian membunuh mereka yang melarikan diri atau terluka. Para wanita mereka juga jangan dilecehkan.
Sementara itu, dalam pemerintahan Islam menjaga negara merupakan sebuah kewajiban. Allah Swt dalam al-Quran juga memerintahkan umat Islam untuk memperkuat diri menghadapi musuh. Allah juga mengharuskan muslimin memanfaatkan strategi dan sistem pertahanan terbaik dalam hal ini. Dengan mempelajari ajaran Islam dan sejarah pemuka agama kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sistem pertahanan ini adalah sebuah sistem konvensional.
Berdasarkan sunnah Rasul dan Imam Ali, memerangi musuh bukannya tidak ada batasannya. Dalam hal ini terdapat garis merah yang harus dipatuhi umat Islam. Misalnya saja di perang Siffin, tentara Muawiyah merupakan pihak pertama yang memblokir dan menguasai sumber air serta melarang tentara Imam Ali mengambil air minum dari sumber tersebut. Namun ketika pihak Imam Ali berhasil merebut sumber air itu, beliau tetap mengijinkan tentara Muawiyah untuk mengambil air dan tidak memanfaatkannya untuk mengalahkan musuh. Dengan demikian menurut ajaran Islam memerangi musuh bukan berarti dengan menghalalkan segala cara.
Sikap Iran yang tidak berniat memproduksi senjata pemusnah massal berulangkali ditekankan baik oleh Rahbar maupun petinggi negara lainnya. Ayatullah Khamenei secara transparan merilis fatwa haram produksi senjata nuklir. Fatwa ini bagi mereka yang mengerti walau sedikit atas dasar-dasar fiqih yang melandasi fatwa ulama merupakan hal yang wajar dan dapat diterima. Fatwa ulama Islam khususnya Syiah, ketika dirilis oleh seorang Vali Faqih merupakan hal yang mutlak dan tidak boleh dibantah. Karena itulah, beberapa waktu lalu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogan kepada Menlu AS, Hillary Clinton menegaskan bahwa ia harus menerima fatwa Ayatullah Khamenei terkait pengharaman senjata nuklir, karena fatwa ini dirilis oleh Vali Faqih dan hukum seperti ini tidak dapat diganggu gugat.
Iran memandang senjata nuklir tidak akan membawa kemenangan bagi pemiliknya. Negara ini menekankan akan menang melawan musuh tanpa mempergunakan senjata pemusnah massal. Ayatullah Khamenei menekankan,"Bangsa Iran tidak sedang mengejar senjata nuklir dan tidak akan mengejarnya karena senjata nuklir tidak mendatangkan kekuatan, akan tetapi sebuah bangsa yang mengandalkan pada kemampuan dan kapasitas tinggi sumber daya manusia dan alamnya, dapat mengalahkan kekuatan yang mengandalkan senjata nuklir."
Petinggi Iran mulai dari Presiden Mahmoud Ahmadinejad sampai menteri, anggota parlemen serta tokoh-tokoh lainnya juga mengapresiasi fatwa Ayatullah Khamenei dan menekankan bahwa Tehran tidak sedang mengejar senjata nuklir. Program nuklir Iran sepenuhnya damai dan berada di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Lagi pula, Iran adalah penandatangan Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT) yang melarang penyebaran senjata inkonvensional ini di dunia. Klaim-klaim palsu Amerika Serikat dan sekutunya terkait program nuklir sipil Iran sepenuhnya tak berdasar dan sekedar propaganda untuk menekan serta memojokkan Republik Islam Iran.(IRIB Indonesia)
Revolusi Arab dan Peran Al Jazeera
1
Berikut ini adalah cuplikan pembicaraan seorang ulama suni Hanafi asal Trinidad, Syekh Imran N. Hosein, dalam sebuah acara produksi One Islam. Tema yang dibicarakan pada tahun 2003 tersebut adalah Beyond September 11th: What the future holds for the muslims? Dalam pembahasannya, Imran Hosein mengungkapkan prediksi tentang kemungkinan akan terjadinya revolusi di Timur Tengah; yang ternyata cukup terbukti pada akhir tahun 2010.
Namun beliau mengatakan bahwa di balik peristiwa itu tetap tersembunyi sebuah bagian dari rencana Zionis Israel. Sebelum menguasai Timur Tengah melalui peperangan, Israel harus dan sudah menguasai ladang minyak Saudi, Irak, dan Kuwait; tapi Syekh Imran Hosein mengatakan bahwa dia belum melihat Israel menyentuh minyak Iran. Selain itu, Israel juga memanfaatkan Al Jazeera untuk memancing kemarahan rakyat Arab. Tahun lalu dalam sebuah wawancara, Ali Abdullah Saleh (Yaman) menyalahkan Al Jazeera atas apa yang terjadi di dunia Arab.[1]
Bagaimana pun juga, pembicaraannya merupakan sebuah prediksi hasil dari analisisnya. Beliau mengatakan bahwa negara pertama yang akan runtuh dalam revolusi Arab adalah Yordania, karena mayoritas penduduknya adalah rakyat Palestina; meski ternyata yang terjadi adalah Tunisia. Saya akan mengutip pembicaraannya dari menit 30:00-43:00.
Israel memiliki kemampuan PhD. dalam melakukan penipuan karena dajal ada di belakangnya sebagai mastermind. Israel tidak ingin melancarkan perang besar-besaran ketika dunia melihatnya secara jelas sebagai negara agresor. Itu bukan penipuan. Israel harus melancarkan perang besar-besaran dengan menciptakan kesan bahwa ia hanya mempertahankan negara. Seorang muslim yang saya tahu memiliki kemampuan menembus penipuan itu adalah Malcolm X. Dialah orang yang saya tahu memiliki kemampuan untuk melihat dan menyadari benar strategi penipuan. Bacalah (tentang) Malcolm X.
Bagaimana cara Israel melancarkan perang besar-besaran ini namun tidak dikenal jelas oleh manusia sebagai (negara) agresor? Tentu ia harus memiliki strategi yang baik. Strateginya adalah… Ariel Sharon dengan tetap memakai sepatu pergi ke Masjidilaksa bersama ribuan tentara Israel menjaganya. Dengan pengetahuan dan perhitungan yang baik dalam menciptakan provokasi, hal itu tentu akan menciptakan respon kemarahan. Kebangkitan api intifidah yang muncul ini harus tetap dijaga dengan terus melancarkan gempuran ke rakyat Palestina sehingga menciptakan kemarahan yang semakin besar. Semua ini rencana dan strategi yang tidak terjadi tiba-tiba.
Ketika Israel melancarkan penindasan barbar terhadap rakyat Palestina, Anda harus mempunyai sebuah stasiun televisi yang Anda tanam di antara mereka dan akan meliput semua yang tidak diliput oleh stasiun televisi Mesir dan Yordania, maka Anda menciptakan stasiun televisi yang diberi nama Al-Jazeera. Banyak orang Arab percaya bahwa Al-Jazeera adalah stasiun televisi milik mereka. “Inilah satu-satunya tempat di dunia untuk mendapatkan informasi otentik, Aljazeera.”
Jadi sekarang Al-Jazeera digunakan untuk menggambarkan semua kekejaman. Seluruh dunia Arabhanya perlu menyaksikan Aljazeera dan mereka tahu apa yang terjadi. Hal ini akan membuat rakyat Arab semakin marah. Tebak siapa yang sekarang mulai ketakutan? Pemerintahan pro-Amerika yang memiliki kerja sama damai dengan Israel. Merekalah yang mulai ketakutan karena rakyat semakin marah. Mubarak di Mesir, dan juga Arab Saudi, Abdullah di Yordania, dan Kuwait, dll. Israel harus menjaga temperatur rakyat di dunia Arab…
Mereka memiliki metodologi terbaik tentang bagaimana menarik massa ke jalan-jalan. Inilah yang akan terjadi. Target massa yang turun ke jalan ini adalah rezim pro-Amerika di dunia Arab. Tujuannya adalah untuk menjatuhkan satu atau lebih rezim ini melalui demonstrasi besar-besaran… Pemerintahan pro-Amerika itu akan digantikan dengan pemerintahan yang mengklaim dirinya sebagai pemerintahan islami.
Televisi seluruh dunia mulai bekerja dan CNN akan memimpin. Media di seluruh dunia akan dimanfaatkan untuk menggambarkan skenario yang memiliki efek domino, di mana pemerintahan dunia Islam, menurut mereka, akan runtuh. ‘Seluruh Islam sekarang bangkit’ dan umat muslim yang hanya melihat satu sisi akan mempercayainya. Seluruh Islam akan mulai bangkit dan seluruh pemerintahan ini akan tersapu bersih dan pemerintahan otentik yang mewakili rakyat akan muncul.
Oleh karena itu, leher orang-orang Yahudi akan dipenggal. Semua ini akan menciptakan momen paling berbahaya dalam seluruh sejarah kehidupan dunia Yahudi–tentu media akan menggambarkannya. Jika kita diam saja, kita semua juga akan dipenggal oleh muslim fanatiktersebut. Ketika semua ini terjadi maka akan menjadi drama Hollywood. Mereka pasti membenci saya karena mengungkap rahasia mereka. Dalam skenario seperti ini, Israel akan melakukan sesuatu. “Jika kita duduk dan diam saja, negara Israel akan hancur dan seluruh Yahudi akan dipenggal. Apa yang bisa kita lakukan?”
Mereka menyebutnya preemptive strike (serangan pendahuluan). Tapi sebenarnya bukan serangan pendahuluan—tapi justru akan menjadi penampilan paling mempesona dari penerapan agung sebuah negara teknologi militer yang akan mengalahkan negara Paman Sam. Sebuah perang yang tidak pernah dilihat dan dilakukan negara Paman Sam—inilah perang yang akan Israel lancarkan. Apakah mereka miliki teknologi? Saya percaya mereka memiliki teknologi yang tidak dimiliki Paman Sam. Ini akan menjadi bak serangan petir.
Israel harus menampilkan kekuatan negara dan militer yang luar biasa melebihi apapun di dunia ini untuk memberi kesan kepada umat manusia keabsahan mandat bahwa saatnya Israel menjadi negara penguasa baru di dunia. Sebelum Fahd dapat berkedip, Israel telah menguasai ladang minyak Saudi, Irak, dan Kuwait. Amerika Serikat dan Inggris Raya tentu akan menciptakan sedikit kegaduhan, tapi apakah mereka akan mengirimkan pasukan? Tentu saja tidak. Dewan Keamanan PBB yang sekarang dimanfaatkan oleh dunia, khususnya Eropa dan Jepang; mereka akan meminta PBB untuk berbuat sesuatu terhadap hal ini. Tindakan kolektif ini—untuk memaksa Israel mundur, karena jika Israel tidak mundur, Eropa dan Jepang akan terdesak.
–
Jika Anda meragukan saya dan metode analisis saya, tidak masalah. Tinggal tunggu saja.
Catatan: Syekh Imran N. Hosein adalah ulama suni Hanafi asal Trinidad keturunan India. Dia sempat belajar di Aleemiyah Institute Karachi, Universitas Al-Azhar, dan hubungan internasional di Swiss. Pemuatan tulisan ini tidak selalu berarti bahwa pemilik blog 100% setuju dengan pandangan di atas.
Imran Hosein: Perang terhadap Iran
Oleh: Imran N. Hosein
Kita akan menghadapi masa paling berbahaya dalam sejarah manusia dan dunia. Kita akan membicarakan mengenai implikasi serangan Zionis Israel terhadap Iran, yang tidak hanya akan terjadi tapi juga tidak lama lagi. Kita melihat bahwa Israel akan menyerang Iran karena ZionisIsrael ingin menguasai dan memerintah dunia secara penuh; karena sekutu Yahudi-Kristen-Zionis Eropa ingin memberikan jalan bagi Israel untuk menguasai dunia.
Itu sebabnya kita yakin perang ini akan terjadi. Itu sebabnya mereka ingin menyerang Iran. Israel “memiliki hak” untuk membangkitkan perang yang tidak adil kepada orang lain, begitu juga perang terhadap Iran. Tetapi ada hal lain, yaitu mereka yang menabuh semangat perang di duniaArab dan mengharapkan perang terhadap Iran terjadi. Mereka menabuh drum perang yang tidak adil.
Jika perang benar-benar terjadi, mereka juga melakukan dosa yang sama karena mendukung terjadinya perang. Celakalah kalian! Celakalah bagi kalian (negara Arab) yang menginginkan perang terhadap Iran. Jika kalian mendukung serangan terhadap Iran, berarti kalian mendukung perang yang tidak adil. Kalian menjadi bagian dari perbuatan zalim, dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang zalim.
Salah satu alasan mengapa banyak (negara) Arab ingin menabuh drum peperangan dan mengharapkan perang terhadap Iran adalah karena Iran Syiah. Mereka menganggap Syiah kelompok kafir. Mereka membolehkan perang terhadap kelompok kafir. Bagaimana mereka sampai pada kesimpulan bahwa Syiah kelompok kafir? Jika Syiah kelompok kafir, maka harus ada konsensus tentang hal ini. Nyatanya tidak ada konsensus yang dicapai tentang hal ini selama 1.400 tahun.
Karena itulah kami mengatakan terlalu terlambat pada akhir zaman ini untuk menghasilkan argumen bahwa Syiah adalah kelompok kafir. Dominasi (Arab) melawan Syiah dan serangan yang akan dilancarkan terhadap Iran, menjadi keinginan (Zionis) yang hakikatnya bertujuan memerangiIslam melalui penciptaan perang saudara suni-Syiah di dunia Islam. Perang saudara suni-Syiah akan menjadi sangat bermanfaat bagi Israel.
- Pertama, perang saudara suni-Syiah akan menciptakan buruknya Islam di mata dunia di saat Islam menjadi pusat perhatian dunia.
- Kedua, perang saudara suni-Syiah akan memecahkan perhatian muslim dan non-muslimdari rencana Zionis untuk menguasai dunia.
- Ketiga, kaum muslim yang saling berperang tentu saja akan menghilangkan kekuatan yang dimiliki, dan tentu saja sangat bermanfaat bagi Israel.
Perang terhadap Iran akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia. Pertama, harga minyak. Tidak hanya karena Iran menjadi salah satu penyumbang minyak terbesar tapi juga karena lokasi Iran yang strategis di Teluk Arab… Tidak sulit bagi Iran untuk memblokade selat Hormuz. Jadi kita tidak bisa mencegah harga minyak melambung tinggi sekali serangan terhadap Iran terjadi. Pemerintah Amerika tahu akan hal ini dan itu sebabnya mereka tidak ingin serangan terjadi. Karena pemerintah Amerika, Fed, dan para bankir tahu jika hal itu terjadi maka dolar dan perekonomian AS akan runtuh. Orang-orang kaya akan bangkrut dan akan terjadi kerusuhan masal di sana. Karena itulah perang terhadap Iran akan menjadi bencana bagi ekonomi, finansial, dan moneter.
Perang terhadap Iran juga bisa berlanjut dengan terjadinya perang terhadap Pakistan. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan Pakistan dari kelompok negara nuklir. Inilah saatnya bagi muslim seluruh dunia, termasuk muslim Iran, untuk menyadari bahwa rekan paling strategis Israel saat ini, setelah AS, adalah India, dengan Arab Saudi di belakangnya. Sehingga tidak hanya India akan terlibat dalam serangan tersebut, tapi juga serangan terhadap Pakistan akan menjadikan India menguasai wilayah atas nama Israel.
For more details:
Catatan: Syekh Imran N. Hosein adalah ulama suni Hanafi asal Trinidad keturunan India. Dia sempat belajar di Aleemiyah Institute Karachi, Universitas Al-Azhar, dan hubungan internasional di Swiss. Pemuatan tulisan ini tidak selalu berarti bahwa pemilik blog 100% setuju dengan pandangan di atas.
Generalisasi dan Stereotip Syiah
Mari kita mengulangi kembali salah satu subbab pelajaran dasar logika: generalisasi. Karena mungkin saja kita pernah mengucapkan atau mendengar seseorang mengatakan untuk tidak melakukan generalisasi. Kita akan mengulang sedikit saja agar saya dan Anda tidak salah lagi dalam melakukan penilaian terhadap kelompok atau orang lain.
Sebagai salah satu proses penalaran induksi (khusus-umum), generalisasi merupakan penyimpulan yang berawal dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum. Fenomena yang dialami kita setarakan dengan seluruh fenomena sejenis. Jadi, kesimpulan dari satu peristiwa yang terjadi kita berlakukan juga kepada peristiwa lain yang belum terjadi. Karena itulah, proses seperti ini sebenarnya tidak sampai pada kebenaran absolut, tetapi hanya sebuah kemungkinan.
Ketika berbicara mengenai generalisasi, maka yang dimaksud adalah generalisasi tidak sempurna, yaitu generalisasi yang didasarkan beberapa fenomena untuk menyimpulkan fenomena sejenis yang belum diselidiki. Untuk menguji apakah sebuah generalisasi yang dihasilkan cukup kuat, kita harus mengevaluasi bukti-bukti yang ada, di antaranya:
- Meski tidak ada ukuran yang pasti, tapi apakah benar jumlah sampel yang dimiliki cukup untuk membuktikan kebenaran? Karena untuk menentukan faktor dominan, apalagi sebuah keyakinan, tidak cukup didasarkan kepada beberapa orang saja.
- Meski tidak menjamin kebenaran absolut, apakah sampel yang digunakan cukup bervariasi? Sampel yang semakin bervariasi akan semakin memperkuat kemungkinan kebenarannya; misalkan variasi pengaruh kehidupan dan lingkungan, latar belakang pendidikan, kultur, usia, negara, dan sebagainya.
Selain dua hal di atas, ada beberapa hal lain yang patut diperhatikan seperti pengecualian dan konsistensi dalam menyimpulkan generalisasi.[1] Jika kita tidak memperhatikan banyak faktor maka dapat menghasilkan generalisasi yang salah. Misalkan, pelaku pemboman itu orang Arab, berjanggut, beragama Islam, lantas kita simpulkan bahwa (semua) orang Arab, berjanggut, Islam adalah teroris. Atau tersangka korupsi bermazhab suni, lantas kita simpulkan bahwa orang bermazhab suni koruptor.
Generalisasi yang salah ini tidak hanya terjadi pada Islam secara umum tapi juga Syiah. Satu, dua, tiga orang Syiah yang melakukan caci maki terhadap sahabat tidak bisa kita generalisasi bahwa mencaci maki sahabat adalah ajaran apalagi akidah Syiah. Satu, dua pendapat ulama Syiah tidak bisa dijadikan ukuran bahwa itu adalah ajaran Syiah, karena sebuah fatwa bukanlah ijmak. Satu, dua hadis lemah yang ada di dalam kitab Syiah tidak bisa dijadikan sandaran atas keyakinan Syiah.
Anjuran untuk tidak melakukan generalisasi terhadap Syiah sudah pernah dilontarkan oleh kristolog masyhur Ahmad Deedat. Beliau mengatakan, jika kita melihat satu orang suni melakukan kesalahan, kita hanya mengatakan bahwa orang itu tidak islami. Tapi jika satu orang Syiah melakukan kesalahan, kita malah menyalahkan seluruh komunitas Syiah yang jumlahnya jutaan.[2]
Pesan yang sama juga pernah disampaikan Habib Rizieq Shihab. Dia mengatakan bahwa kita tidak boleh menggeneralisasi semua Syiah itu kafir dan sesat, karena mereka bermacam-macam. Begitu pula, dia mengatakan agar orang Syiah awam tidak melakukan caci-maki terhadap sahabat, sebab orang suni yang tidak paham akan menggeneralisasi bahwa Syiah memang seperti itu. Katanya, “Orang awam mudah menggeneralisasi.”[3]
Kebanyakan generalisasi yang muncul adalah generalisasi empiris, yakni generalisasi yang tidak disertai penjelasan. Diperparah lagi dengan orang yang menerimanya tidak berusaha mencari penjelasan mengapanya. Generalisasi mengenai Syiah sebagai kelompok sesat yang berakidahkan caci maki terhadap sahabat akan terus berjalan bertahun dan berabad lamanya. Tanpa ada penjelasan dan mencari penjelasan, sehingga menghasilkan stereotip.
Stereotip adalah konsepsi yang ada di benak mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Stereotip ini membuat seseorang malas berpikir, mempertanyakan, atau menganalisa. Anda melihat seseorang memakai kemeja putih-celana hitam-membawa map, maka kita simpulkan (melalui stereotip) bahwa dia sedang mencari kerja. Melihat orang memakai jubah dan peci maka disimpulkan bahwa dia bagian dari kelompok garis keras. Jika berkaitan dengan Syiah, tanpa perlu pikir panjang maka segera muncul konsepsi dalam benak orang-orang sebagai kelompok “sesat! kafir!”
Sampai di situ orang akan enggan untuk mencari tahu apakah konsepsinya benar atau tidak. Dia sudah merasa puas dengan apa yang pernah diterimanya dari seseorang yang—melalui stereotip—terlihat seperti pakar agama. Sebagai contoh, seorang syekh salafi mengatakan bahwa lebih baik merokok dan minum khamar daripada berdebat dengan orang Syiah.[4] Semua itu muncul karena stereotip bahwa Syiah kafir, sesat, dan pembicaraannya adalah kebohongan. Padahal untuk membuktikannya diperlukan dialog, bukan menutup mata.
Syiah vs. Iran
Beberapa orang telah mencampuradukkan antara Iran dengan Syiah. Mereka mencoba untuk menunjukkan bahwa Syiah adalah orang-orang Persia yang membenci Arab dan itu sebabnya mereka membenci Umar dan beberapa sahabat lainnya. Iran adalah sebuah negara dan Syiah adalah sebuah keyakinan. Keduanya adalah entitas yang berbeda. Banyak pengikut Syiah yang bukan orang Iran. Ada pengikut Syiah di Irak, Hijaz (Jazirah Arab), Suriah, Lebanon, dan mereka semua orang Arab. Selain itu, ada juga Syiah di Pakistan, India, Afrika, Amerika, dan mereka semua bukan Arab atau Persia.
Lebih lanjut, seluruh dua belas imam Syiah adalah Arab Quraisy dari Bani Hasyim. Jika Persia membenci Arab, sebagaimana tuduhan beberapa orang, mereka akan memilih Salman Al-Farisisebagai imam karena beliau adalah sahabat besar nabi dan dihormati oleh Syiah maupun suni. Di sisi lain, banyak imam suni terkemuka adalah orang Persia, seperti Abu Hanifah, An-Nasai, At-Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Al-Ghazali, Al-Farabi, dan banyak lainnya.
Jika semua Syiah adalah orang Persia yang menolak Umar karena dia telah menghancurkan kekuatan mereka, bagaimana kita menjelaskan penolakan orang-orang Arab (terhadap Syiah) yang bukan orang Persia? Karenanya, hal tersebut adalah pernyataan yang tidak masuk akal. Orang-orang ini menolak Umar karena perannya dalam mengeluarkan Ali dari kepemimpinan setelah wafatnya nabi dan juga karena perselisihan yang tragis.
Memang benar bahwa Syiah, entah mereka Arab atau Persia atau bangsa lainnya, mengikuti Quran dan sunah nabi yang disampaikan oleh keluarga beliau, dan menolak alternatif lain, meskipun ada kebijakan menindas rezim Umayyah dan Abbasiah selama tujuh abad. Selama periode itu, mereka mengejar orang-orang Syiah di mana pun. Mereka membunuh, mengusir, menolak hak-hak mereka, dan berusaha menghancurkan kultur dan warisan intelektual, kemudian menyebarkan berbagai macam rumor tentang mereka agar orang-orang menjauh darinya. Warisan dari kebijakan tersebut masih terasa sampai sekarang.
Seorang Wahabi menyebutkan:
Semua catatan sejarah menunjukkan bahwa Iran adalah tempat subur bagi banyak kerusakan dalam sejarah Islam, baik itu Khurramiah, Khawarij, Hashshasyin, Qaramithah, dan segala macam kelompok rusak termasuk penyembah dua belas orang.
Benar-benar tak masuk akal! Khawarij muncul di Irak. Hamdan Qarmat (pemimpin Qaramithah) tinggal di Kufah. Kebanyakan pengikut Qaramithah berasal dari Yaman. Sekedar tahu saja, tidak ada sekte yang menyembah dua belas orang. Inikah (pengetahuan) yang Anda terima dari ASI ibu Anda?
Meskipun saya tidak ingin menyebut bangsa manapun, tetapi riwayat suni otentik mengandung banyak riwayat yang berpihak pada Persia. Saya akan mengutipkan beberapa di antaranya:
Sahih Al-Bukhari hadis: 6.420
Abu Hurairah meriwayatkan:Ketika kami sedang duduk bersama nabi, Surah Al-Jumuah diturunkan kepadanya. Ketika ayat “…(dan Dia juga mengutus) kepada kaum yang lain dari mereka…” dibacakan oleh nabi, saya berkata, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Nabi tidak menjawab sampai saya mengulangi pertanyaan tiga kali. Pada saat itu, Salman Al-Farisi bersama kami. Maka Rasulullah meletakkan tangannya ke Salman, berkata, “Seandainya iman berada di (bintang tertinggi) Tsuraiya, maka orang-orang dari orang ini (Salman) yang akan mencapainya.”
Riwayat selanjutnya:
Sahih Al-Bukhari hadis: 6.421
Abu Hurairah meriwayatkan:Nabi bersabda, “Maka beberapa orang dari orang tersebut akan meraihnya.”
Saya juga harus menyebutkan bahwa Salman berasal dari sebuah provinsi di Iran bernama Fars, yang saat ini berada di tengah-tengah Iran. Sahih Muslim juga memiliki riwayat terkait hal ini:
Abu Hurairah meriwayatkan: Kami sedang duduk bersama Rasulullah saw. dan Surah Al-Jumuah diturunkan kepadanya. Ketika dia membaca: “Kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka” (62:3), seseorang di antara mereka (yang duduk di sana) berkata: “Rasulullah!” Tapi Rasulullah saw. tidak menjawab, hingga dia bertanya satu, dua, atau tiga kali. Di antara kami ada Salman Al-Farisi. Rasulullah saw. menempatkan tangannya pada Salman dan berkata: “Sekalipun iman berada dekat Tsuraiya, seseorang di antara orang ini yang akan menggapainya.”
Rujukan suni: Sahih Muslim, versi Bahasa Inggris, Bab MLI, di bawah judul: The merit of the people of Persia, riwayat #6178
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Jika agama berada di Tsuraiya, maka seseorang dari Persia akan mengambilnya, atau seseorang dari keturunan Persia pasti akan menemukannya.
Rujukan suni: Sahih Muslim, versi Bahasa Inggris, Bab MLI, di bawah judul: The merit of the people of Persia, riwayat #6177
Sekali lagi, saya tidak bermaksud mendukung bangsa manapun, tapi saya mengutipkan riwayat tersebut untuk menunjukkan bertapa absurdnya tuduhan palsu terhadap muslim dari Iran.
Penulis Wahabi itu kemudian menyebutkan:
Sebenarnya, kebanyakan orang Iran telah menerima sunah nabi dan bergabung bersama jemaah sebelum mereka dipaksa pindah kepada Rafidisme oleh Safawi, untuk menunjukkan sejauh mana kekuatan fitnah di sana.
Mayoritas orang Persia sudah mengikuti ahlulbait sejak awal kemunculan Islam di wilayah tersebut, meskipun kebijakan menindas Umayyah dan Abbasiah terus berlanjut untuk mengadili pengikut ahlulbait di Persia, Irak, Hijaz, dan tempat-tempat lain.
Tidak ada yang bisa memaksakan seseorang untuk pindah ke agama lain, karena agama ada di hati seseorang dan bukan di kartu identitas. Logika Anda sangat kabur ketika saya melihat banyak orang Arab di Jazirah Arab (yang sekarang dikenal sebagai kerajaan Arab Saudi) adalah SyiahImam Ali a.s. meskipun rezim menindas di Hijaz sejak awal sejarah Islam. Mungkin Anda juga akan beralasan bahwa Hijaz waktu itu bagian dari Iran?!
Sumber: A Shi’ite Encyclopedia: Shia vs. Iran
Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2012
Catatan: Sebagai penerjemah, saya cukup sependapat pada beberapa bagian terutama penegasan bahwa tulisan ini bukan untuk meninggikan bangsa manapun. Islam tidaklah menjadi sebuah agama semesta alam jika hanya mengutamakan satu bangsa. Hal itu diperkuat oleh riwayat yang juga mengindikasikan keutamaan kaum lain selain ajam Persia. Saya yakin bahwa penulisnya pun bukan dari Iran dan sangat tentu penerjemahnya. Tulisan ini hendak mempertegas perbedaan Iran sebagai sebuah negara yang mayoritas berbangsa Persia dan keyakinan mazhab Syiah.
Mengapa Mayoritas Iran Bermazhab Syiah?
Sebagai mazhab (umum) terbesar kedua, tidak ada yang tahu secara pasti berapa jumlah pengikut mazhab Syiah ahlulbait di seluruh dunia. Berdasarkan data demografi, populasi pengikut Syiah di Bahrain (92%), Azerbaijan (74%), Irak (64%), Libanon (60%), dan Yaman (46%). Sedangkan Arab Saudi sekitar 15%, dan masih menurut Wikipedia, jumlah di Indonesia hampir 2 juta.
Sedangkan Iran, yang negaranya dikenal mengikuti mazhab Syiah Ja’fari, memiliki jumlah pengikut terbesar: lebih dari 60 juta. Ada beberapa sebab mengapa mazhab Syiah menjadi mayoritas di wilayah Iran. Beberapa hal di antaranya dijelaskan oleh Ayatullah Muhammad Al-Musawi kepada Al-Hafizh Muhammad Rasyid dalam dialognya di kota Peshawar.
Pertama karena ketiadaan fanatisme kebangsaan, kepentingan kelompok, dan motif kesukuan pada orang Persia. Mereka tidak terkait kepada salah satu kabilah sebagaimana kabilah Quraisy atau kabilah di Jazirah Arab lainnya. Lalu kemudian mereka menemukan hal itu pada diri Ali bin Abi Thalib. Kefanatikan dan kepentingan kelompok (suku/bani/kabilah) tidak menghalangi mereka dari jalan ahlulbait.
Kedua, karena kecerdasan dan kerasionalan mereka yang mencegah mereka bersikap fanatik dan taklid buta. Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/422) meriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda, “Kalau ilmu itu berada di bintang Tsuraiya, yang akan memperolehnya adalah dari orang Persia.” Begitu juga Ibnu Qani dalam Al-Ishâbah (3/459) meriwayatkan, “Kalau agama itu bergantung pada bintang, yang memperolehnya adalah orang Persia.”
Ketiga, Ali bin Abi Thalib mengetahui hak setiap orang dan hak tawanan dalam Islam. Sebab, Nabi saw. pernah mewasiatkan kepada kaum Muslim agar berlaku baik kepada tawanan. Nabi bersabda, “Berilah mereka makanan dengan makanan yang biasa kalian makan. Berilah mereka pakaian dengan yang biasa kalian pakai.” Sedangkan yang lain tidak mengetahuinya, atau kalau pun tahu mereka tidak menjalankannya.
Dalam sejarah dikisahkan bahwa ketika Islam membawa tawanan dari Persia (Iran) ke Madinah, sebagian kaum Muslim memperlakukan mereka secara tidak patut. Maka Imam Ali bangkit membela para tawanan itu, khususnya kepada kedua puteri Kisra ketika khalifah Abu Bakar hendak menjual mereka. Akan tetapi Ali mencegahnya dan mengatakan, “Rasulullah melarang menjual raja serta putra-putrinya.”
Lalu ia menyuruh masing-masing dari kedua putri Kisra itu memilih seorang laki-laki dari kaum muslim yang akan menikahinya. Di antara putri Kisra itu bernama Syah Zanan yang memilih menikah dengan Muhammad bin Abu Bakar, dan seorang lagi bernama Syahr Banu yang memilih Husain bin Ali.
Ketika penduduk Iran melihat dan mendengar pernikahan kedua puteri Yazdajird dan penghormatan Imam Ali kepada keduanya, mereka berterima kasih atas sikap mulia dan manusiawi dari Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib. Ini merupakan sebab terpenting yang mendorong penduduk Iran lebih mendalami pribadi suci Ali.
Keempat, semacam ada keterikatan khusus penduduk Iran dengan Salman Al-Farisi yang merupakan anggota keluarga mereka. Karena keislaman Salman yang mengagumkan dan kedudukannya yang mulia di sisi Nabi saw., ia dianggap sebagai bagian dari ahlulbait. Sebuah hadis meriwayatkan bahwa nabi bersabda, “Salman adalah bagian dari kami, ahlulbait.” Sejak hari itu, ia biasa dipanggil dengan Salman Al-Muhammadi.
Karena Salman merupakan bagian dari Syiah ahlulbait, ia termasuk orang yang menentang perkumpulan di Saqifah dan pemilihan khalifah di sana, lalu kemudian mengajak kaumnya untuk berpegang kepada mazhab Syiah ahlulbait. Wallahualam.
Rasulullah menaruh tangannya kepada Salman Al-Farisi dan berkata, “Jika keimanan diletakkan di bintang ats-tsuraiya (pleiades), maka orang-orangnya (Salman, Persia) akan menggapainya.” (HR. Bukhari)
Dialog Ulama dengan Si Cerdik
Cerita ini terjadi beberapa abad yang lalu. Bermula dari pertemuan seorang ulama muslim dengan seorang kafir, yang kemudian berlanjut dengan dialog yang perlu kita renungkan. Sebagaimana yang kita ketahui, dalam sejarah Islam terdapat beberapa aliran sejak zaman dahulu hingga sekarang. Salah satu dari perbedaan itu adalah bagaimana cara seorang muslim sejati menilai suatu “kebaikan” dan “keburukan”. Perbedaan itu sebenarnya menyangkut masalah fundamental keislaman. Kubu Imam Ali bin Abi Thalib dan Khawarij merupakan sumber utama perbedaan itu. Dari kedua kubu itulah kemudian menyusup masuk ke dalam golongan-golongan lain, yang walaupun tidak memakai nama golongan keduanya: pengikut ahlulbait dan Khawarij.
Sebagian kaum muslim mengatakan bahwa “kebaikan” dan “keburukan” hanya dapat ditentukan oleh sunah, yaitu sunah Allah (Alquran) dan sunah nabi (hadis). Akal tidak mempunyai dan tidak boleh mempunyai saham dalam menentukan keduanya; sebab akal sangat terbatas kemampuannya. Maka dari itu barang siapa menggunakan akalnya dalam agama, maka ia sesat dan berada di luar jalur Islam. Seperti orang-orang yang bertanya, “Mengapa ayat itu atau hadis itu demikian?” Mereka mengatakan bahwa kita harus menerima dan tidak boleh menggugat apa-apa yang ada dalam ayat dan hadis.
Lain dengan apa yang diyakini oleh kelompok muslim yang lain, yang mana sangat mengkristal dalam golongan pengikut ahlulbait. Walaupun seabad setelah itu keyakinan tersebut mengkristal pula dalam diri golongan muktazilah. Keyakinan itu adalah suatu keyakinan yang mengatakan bahwa akal manusia dapat mengetahui sebagian kebaikan dan keburukan walaupun tanpa melaluisyariat. Akal mempunyai saham untuk itu. Seperti dalam menentukan agama apakah yang paling baik. Hal ini akan kami jelaskan secara lebih rinci pada bab yang menyangkut “Posisi Alquran terhadap Keimanan”, insya Allah. Mereka mengatakan bahwa akal boleh bertanya mengapa suatu ayat atau hadis sedemikian rupa.
Dalil dari golongan kedua ini akan kami rinci dalam bab tersendiri, insya Allah. Namun harus diketahui, sebagai inti dari keyakinan golongan ini, bahwasanya pertanyaan akal terhadap syariat itu dilakukan demi mencapai syariat yang sebenarnya, bukan syariat yang semu atau diatasnamakan. Sebab, banyak sekali kaum sesat yang—sengaja atau tidak—telah bersembunyi di harakat-harakat atau lafaz-lafaz Alquran dan hadis. Mereka menyeru dengan gigih supaya kaum muslimin kembali ke Alquran dan hadis sebagaimana mereka. Sementara mereka meyakini bahwa tidak akan ada orang yang mampu memahami maksud sebenarnya dari Alquran dan hadis. Lalu, kemanakah mereka menyeru? Ke Alqurankah atau semi Alquran? Ke makna dan maksudnya atau ke harakat dan titik komanya?
Kembali ke Alquran dan hadis bukan merupakan pekerjaan mudah yang bisa dicapai dengan hanya belajar agama dalam beberapa tahun. Lebih-lebih dengan hanya melihat dan membeli buku di trotoar jalan. Sebab ternyata, sesama penganut Alquran saling menyesatkan dan memasukkan ke dalam dalalat dan yang paling mengerikan lagi ke neraka. Lebih aneh lagi, dalam hal itu, mereka mengatakan bahwa neraka dan surga adalah urusan Allah.
Memang aneh kalau kita lihat kehidupan orang-orang yang hanya berloncatan dari harakat ayat yang satu ke harakat ayat yang lainnya sambil mengikat erat akalnya. Biasanya tidak lebih, hanya sekedar ba… ba… ba, bi… bi… bi…, dan bu… bu… bu… Mereka tidak lagi menatap ke dalam ayat-ayatnya dengan pancaran obor akalnya. Apalagi untuk menatap hadis-hadis, yang kata mereka keluar dari sekedar manusia (biasa) seperti kita. Sungguh kultur Islam yang sebenarnya telah terporakporandakan dengan itu semua. Bahkan mereka, sambil membawa kantongan harakat-harakat itu, dengan penuh semangat siap berjuang sampai titik darah penghabisan dan memaksa golongan lain mengikuti mereka. Walaupun mereka tahu bahwa agama tidak dapat dipaksakan.
Tokoh ulama yang akan diceritakan dalam tulisan ini adalah yang mewakili golongan pertama, yaitu yang mengharamkan menggunakan akal dalam agama. Tokoh ini mewajibkan dirinya untuk menyebarkan agama Islam di negerinya, Persia, setelah ia belajar Islam di negeri Arab. Sebab waktu itu, walaupun bangsa Persia sudah tergolong kaum muslimin, namun masih ada di beberapa bagian lainnya yang belum mendapatkan penjelasan agama Islam secara merata dan masih dalam kekafiran. Salah satunya adalah sebuah kota yang sekarang bernama Hamadan. Dengan semangat jihad dan pengabdian, tokoh kita ini tidak surut karena rintangan. Ia mulai menginjakkan kakinya di kota Hamadan lalu mulai menyiarkan Islam.
Dengan kehadiran tokoh tersebut, yang penuh wibawa dan tanpa pamrih serta dengan bekal kitab yang diangkut dengan beberapa ekor unta, membuat suasana kota Hamadan sedikit berubah. Orang-orang yang memang sudah masuk Islam membicarakannya di masjid-masjid. Sementara yang lain, yang masih meragukan kebenaran Islam (kafir), membicarakannya di pasar-pasar. Walhasil situasi kota Hamadan hampir dipenuhi dengan pembicaraan mengenainya.