|
Prof. DR. Komaruddin Hidayat:
Iran dan Syiah Memiliki Kontribusi Besar dalam Peradaban Islam
Menurut Kantor Berita ABNA, Prof. DR. Komaruddin Hidayat pemikir dan cendekiawan muslim Indonesia yang juga menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun 2006 dalam wawancaranya dengan wartawan the Jakarta Post menegaskan, "Siapa saja yang tidak mengakui keberadaan Syiah pada hakikatnya tidak memiliki pengenalan sedikitpun dengan sejarah Islam. Karena tidak satupun ulama Sunni yang mengingkari peran dan kontribusi besar Iran dalam peradaban Islam."
KH. Said Aqil Siraj Ketua Umum PB Nahdatul Ulama menyatakan hal serupa dengan menyebutkan Syiah tidak bisa dipisahkan dari dunia Islam, Sunni dan Syiah menurutnya dua mazhab besar dalam Islam dan bersaudara sudah selayaknya saling berangkulan bukan bermusuhan, "Sesuai dengan pengajaran Nabi, perbedaan yang terdapat dalam tubuh umat Islam tidak layak dijadikan alasan untuk saling bermusuhan."
Sementara itu Prof. DR. Nasaruddin Umar, MA wakil Menteri Agama RI menyatakan ketidaksepakatannya atas permintaan sejumlah kelompok umat Islam yang meminta Syiah menjadi mazhab yang haram dan terlarang di Indonesia. Dalam sambutannya pada penyelenggaran Seminar “The Role and Contribution of Iranian to Islamic Civilization” awal Maret lalu mengakui peran dan kontribusi Iran dalam peradaban Islam, terutama pasca revolusi Iran tahun 1979, merupakan suatu kenyataan yang dicatat dalam sejarah, seperti aspek keagamaan, budaya, pembaharuan pemikiran, ilmu pengetahuan, dan teknologi. “Pembaharuan pemikiran Islam yang dialami Iran menarik kajian berbagai kalangan, terutama para intelektual dan generasi muda, melalui penerjemahan buku-buku yang ditulis oleh para ulama dan cendekiawan muslim Iran sampai hari ini" tegasnya.
Menurut pengakuannya, sebagai paham keagamaan, Sunni dan Syi’i memang terdapat perbedaan di samping persamaan. "Namun untuk membangun hubungan yang harmonis dan kerukunan bersama, sepatutnya persamaan terus dikembangkan dan diperkuat, sementara perbedaan harus terus diminimalisasi dengan semangat ukhuwah Islamiyah” pesannya.
“Apa yang disebut dengan “Risalah Amman” (The Amman Massage) tanggal 9 November 2004 yang ditandatangani oleh ratusan ulama sedunia, agar dijadikan acuan hidup Sunni-Syi’i”, tegas beliau lebih lanjut.
KH. Said Aqil Siraj Ketua Umum PB Nahdatul Ulama menyatakan hal serupa dengan menyebutkan Syiah tidak bisa dipisahkan dari dunia Islam, Sunni dan Syiah menurutnya dua mazhab besar dalam Islam dan bersaudara sudah selayaknya saling berangkulan bukan bermusuhan, "Sesuai dengan pengajaran Nabi, perbedaan yang terdapat dalam tubuh umat Islam tidak layak dijadikan alasan untuk saling bermusuhan."
Sementara itu Prof. DR. Nasaruddin Umar, MA wakil Menteri Agama RI menyatakan ketidaksepakatannya atas permintaan sejumlah kelompok umat Islam yang meminta Syiah menjadi mazhab yang haram dan terlarang di Indonesia. Dalam sambutannya pada penyelenggaran Seminar “The Role and Contribution of Iranian to Islamic Civilization” awal Maret lalu mengakui peran dan kontribusi Iran dalam peradaban Islam, terutama pasca revolusi Iran tahun 1979, merupakan suatu kenyataan yang dicatat dalam sejarah, seperti aspek keagamaan, budaya, pembaharuan pemikiran, ilmu pengetahuan, dan teknologi. “Pembaharuan pemikiran Islam yang dialami Iran menarik kajian berbagai kalangan, terutama para intelektual dan generasi muda, melalui penerjemahan buku-buku yang ditulis oleh para ulama dan cendekiawan muslim Iran sampai hari ini" tegasnya.
Menurut pengakuannya, sebagai paham keagamaan, Sunni dan Syi’i memang terdapat perbedaan di samping persamaan. "Namun untuk membangun hubungan yang harmonis dan kerukunan bersama, sepatutnya persamaan terus dikembangkan dan diperkuat, sementara perbedaan harus terus diminimalisasi dengan semangat ukhuwah Islamiyah” pesannya.
“Apa yang disebut dengan “Risalah Amman” (The Amman Massage) tanggal 9 November 2004 yang ditandatangani oleh ratusan ulama sedunia, agar dijadikan acuan hidup Sunni-Syi’i”, tegas beliau lebih lanjut.
Ayatullah Ghulpaigani:
Rezim Saudi Berkali-kali Mengkhianati Dunia Islam
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah Shafi Ghulpaigani menilai perusakan peninggalan bersejarah Islam sebagai pengkhianatan terbesar rezim al-Saud terhadap dunia Islam dan menyatakan, "Mereka telah menghancurkan bukti-bukti sejarah."
Mehr News (7/5) melaporkan, Ayatullah Ghulpaigani mengatakan, "Protes kami terhadap rezim Saudi saat ini bukan menyangkut mazhab melainkan sejarah."
Ditujukannya kepada rezim Saudi, Ayatullah Ghulpaigani, "Kami memprotes mereka dan kami mengatakan mengapa Anda menghancurkan sejarah Islam. Kami mengungkapkan ini bukan karena kami Syiah, akan tetapi kami menyoal mengapa Anda menghancurkan peninggalan sejarah besar Islam."
Guru besar hauzah ilmiah Qom ini menegaskan, "Yang jelas kejahatan besar tersebut menjadi noktah buruk bagi mereka [rezim Saudi]."
Di lain pihak, kecaman serupa juga disampaikan oleh Hujjatul Islam Hasan Erfan, yang menyinggung kejahatan terbesar terhadap sektor budaya yang dilakukan oleh kaum Wahabi dan mengatakan, "Para jemaah haji di masa lalu, melintasi wilayah Ghadir Khum, akan tetapi sekarang jalur tersebut sudah dihapus, dan selain itu kaum Wahabi telah menghancurkan pintu Khaibar yang merupakan bukti kedigdayaan maknawi Imam Ali as."
Mehr News (7/5) melaporkan, Ayatullah Ghulpaigani mengatakan, "Protes kami terhadap rezim Saudi saat ini bukan menyangkut mazhab melainkan sejarah."
Ditujukannya kepada rezim Saudi, Ayatullah Ghulpaigani, "Kami memprotes mereka dan kami mengatakan mengapa Anda menghancurkan sejarah Islam. Kami mengungkapkan ini bukan karena kami Syiah, akan tetapi kami menyoal mengapa Anda menghancurkan peninggalan sejarah besar Islam."
Guru besar hauzah ilmiah Qom ini menegaskan, "Yang jelas kejahatan besar tersebut menjadi noktah buruk bagi mereka [rezim Saudi]."
Di lain pihak, kecaman serupa juga disampaikan oleh Hujjatul Islam Hasan Erfan, yang menyinggung kejahatan terbesar terhadap sektor budaya yang dilakukan oleh kaum Wahabi dan mengatakan, "Para jemaah haji di masa lalu, melintasi wilayah Ghadir Khum, akan tetapi sekarang jalur tersebut sudah dihapus, dan selain itu kaum Wahabi telah menghancurkan pintu Khaibar yang merupakan bukti kedigdayaan maknawi Imam Ali as."
"Penyembunyian sejarah Ghadir Khum dan menggantikannya dengan masalah-masalah parsial seperti jumlah gembala Rasulullah Saw, merupakan salah satu kejahatan budaya kaum Wahabi terhadap para imam maksum as," katanya.
Ceramah Rahbar di Hadapan Ribuan Buruh
Konspirasi Musuh di Bidang Ekonomi Harus Digagalkan
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei hari ini (29/4) mengunjungi pabrik Farmasi Darupakhsh dan meninjau dari dekat kemajuan terkini yang dicapai Iran di bidang farmasi. Di depan ribuan kaum buruh teladan dari berbagai daerah beliau menegaskan, "Rangkaian cita-cita bangsa diantaranya kemerdekaan politik hanya bisa diraih dengan mengandalkan potensi diri dan kebebasan ekonomi. Kebebasan ekonomi hanya bisa dicapai dengan mengembangkan produksi dalam negeri, dan produksi dalam negeri akan terlaksana dengan penghargaan yang hakiki, serentak dan praktis terhadap pekerjaan dan modal lokal Iran."
Dalam kunjungan yang dilakukan menjelang peringatan hari Buruh dan di tahun ‘Produksi Nasional' Rahbar menyaksikan langsung proses produksi obat-obatan cair dan suntikan, pengontrolan hingga pengemasannya. Pabrik ini memproduksi berbagai macam obat-obatan termasuk hormon pertumbuhan yang proses pembuatannya sangat sulit dan hanya diproduksi oleh beberapa negara tertentu. Seiring dengan kunjungan Pemimpin Besar Revolusi Islam, pabrik farmasi ini mulai memproduksi dan memasarkan obat suntikan anuxsaparine 6000.
Ikut dalam kunjungan ke pabrik farmasi ini Menteri Kesehatan, Pengobatan dan Pendidikan Kedokteran, Menteri Koperasi, Pekerjaan dan Kesejahteraan Sosial, dan Menteri Industri, Pertambangan dan Perdagangan.
Dalam kesempatan itu, Menteri Kesehatan, Pengobatan dan Pendidikan Kedokteran Ibu Vahid Dastjerdi dalam pernyataannya menyinggung keberhasilan Iran di bidang farmasi di tengah embargo, seraya mengatakan, "Embargo menjadi peluang yang memacu para pakar dalam negeri untuk membulatkan tekad mengembangkan industri farmasi dan memproduksi obat-obatan khususnya obat-obatan yang pembuatannya memerlukan teknologi tinggi. Hasilnya, di bidang farmasi Republik Islam Iran menjadi negara terdepan di tingkat regional."
Seraya menjelaskan adanya 100 pabrik farmasi di Iran saat ini, Dastjerdi melaporkan beberapa obat produksi Iran yang pembuatannya sebelum ini dimonopoli oleh beberapa negara Eropa dan Amerika. Laporan Menteri Kesehatan, Pengobatan dan Pendidikan Kedokteran juga menyebutkan tentang kebijakan investasi untuk memproduksi obat-obatan herbal dan farmasi dengan teknologi nano dan bio teknologi.
Sementara itu, Menteri Koperasi, Pekerjaan dan Kesejahteraan Sosial Sheikhul Islami melaporkan produksi 800 jenis bahan awal farmasi di pabrik farmasi Daroupakhsh seraya mengatakan, pabrik ini menyuplai 40 persen kebutuhan obat-obatan di dalam negeri, sementara 50 persen produksi diekspor ke luar negeri.
"Direncanakan bahwa pada tahun yang dinamakan dengan tahun produksi nasional ini tujuh produk obat-obatan dengan teknologi canggih untuk pengobatan penyakit kanker dan MS akan dipasarkan secara bebas," tambahnya.
Menteri Industri, Pertambangan dan Perdagangan Ghazanfari dalam pembicaraannya menyinggung penamaan tahun ini dengan nama ‘Produksi Nasional; Perlindungan Kerja dan Modal Iran' menjelaskan sejumlah agenda kerja departeman yang dipimpinnya pada tahun ini diantaranya, menyelesaikan 18 ribu proyek yang belum rampung, investasi pada sektor-sektor prioritas, mencegah impor yang tak terarah, memperbaiki kondisi lapangan kerja, dan investasi pada teknologi baru.
Di bagian lain, Direktur Perusahaan Farmasi Darupakhsh melaporkan produksi pabrik farmasi yang dipimpinnya, seraya menjelaskan agenda kerja tahun ini antaranya memproduksi bahan insuline pertama di dalam negeri.
Sementara itu, di depan ribuan buruh teladan dari berbagai penjuru negeri, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung tibanya pekan Buruh Nasional dan mengucapkan selamat kepada para buruh dan seluruh rakyat Iran. Dalam kesempatan itu beliau menyebut maksud dari pertemuan hari ini dengan para buruh sebagai penghargaan dan apresiasi terhadap pekerjaan dan kaum buruh Iran.
"Tindakan Nabi Saw yang mencium tangan seorang pekerja keras adalah pelajaran yang sangat berharga bagi semua orang. Langkah itu merupakan bukti penghargaan Islam kepada pekerjaan dan tenaga pekerja," kata beliau menjelaskan.
Bekerja, menurut beliau, dengan maknanya yang luas yang meliputi pekerjaan tangan, pemikiran, keilmuan dan manajemen adalah poros kehidupan, gerakan dan kemajuan yang berkesinambungan dalam setiap masyarakat. Mengenai tindakan rezim-rezim sosialis dan kapitalis yang memanipulasi kaum buruh, beliau menandaskan, "Berbeda dengan ideologi-ideologi itu, Islam memperlakukan kaum buruh secara benar. Dengan logika yang kuat, Islam menilai pekerjaan sebagai suatu hal yang sangat berharga dan bernilai agung."
Seraya menekankan untuk lebih menonjolkan logika dan dasar pemikiran Islam dalam setiap penyusunan kebijakan dan pengambilan tindakan yang berhubungan dengan pekerjaan dan kaum buruh, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut modal dan tenaga kerja sebagai dua sayap bagi sektor produksi nasional untuk bergerak ke arah kemajuan.
"Pekerjaan dan modal lokal harus dihargai dengan baik. Dengan cara itu, produksi nasional akan benar-benar tercapai," imbuh beliau.
Menyinggung penekanan tentang agenda konspirasi musuh untuk membidik sektor ekonomi yang dalam beberapa tahun ini sudah beliau sampaikan dalam banyak kesempatan, Rahbar mengungkapkan, "Tanda-tanda dari konspirasi besar itu dalam situasi saat ini semakin terungkap. Tapi insya Allah, dengan tekadnya yang kuat bangsa Iran akan berhasil mengatasi hambatan ini sebagaimana hambatan-hambatan lain yang sudah disingkarkannya."
Untuk menggagalkan konspirasi musuh di sektor ekonomi, kata beliau, diperlukan tekad kuat dari kaum buruh, pihak pemodal, dan para pejabat di berbagai instansi pemerintahan dan swasta.
"Rakyat pun harus menunjukkan tekad melawan musuh dengan menggunakan produksi lokal," kata beliau.
Seraya menyinggung kebijakan pemerintah dalam mendukung produksi dalam negeri, Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Masalah ini memerlukan tindakan fundamental. Selain itu, tonggak ekonomi negara yang kokoh menuntut kerja keras tanpa henti dari lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif."
Salah satu tugas ketiga lembaga tinggi negara adalah mengawasi dan mendukung aktivitas ekonomi, pekerjaan, produksi, dan investasi yang sehat. Mengenai langkah apa saja yang diperlukan untuk memperkokoh sektor produksi nasional, serta mendukung pekerjaan dan modal Iran, Rahbar menandaskan, yang harus dilakukan adalah meningkatkan keahlian, membekali tenaga kerja dengan ketrampilan, manajemen yang benar, dan menciptakan rasa aman untuk para buruh dan pemodal.
Beliau mengingatkan untuk melawan fenomena yang merusak tatanan ekonomi negara, seraya menyebutnya sebagai satu keharusan untuk memperkuat produksi nasional.
"Salah satu bentuk dari tindakan yang merusak perekonomian adalah fenomena penyelundupan barang dan secara tidak benar menggunakan kekayaan rakyat yang ada di sistem perbankan," ungkap beliau.
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Sebagian orang berhasil memperoleh bantuan pendanaan dari bank dalam jumlah besar untuk satu proyek tertentu tapi dana itu digunakan di tempat lain. Tindakan seperti ini adalah pengkhianatan dan pencurian kekayaan rakyat. Orang-orang seperti ini harus ditindak secara hukum."
Beliau mengapresiasi kerja keras yang sudah dilakukan terkait pengembangan produksi lokal seraya mengimbau untuk menciptakan kondisi persaingan, meningkatkan kwalitas dan menekan biayai produksi dalam negeri yang kesemua itu mesti dilaksanakan untuk mendukung sektor produksi lokal.
"Pemerintah harus membantu unit-unit produksi dalam negeri," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menekankan untuk memprioritaskan kebijakan berporos produksi dalam negeri, membudayakan konsumsi produk lokal, dan mengembangkan kreativitas dalam hal pengadaan mesin, produksi dan pengelolaan.
Dalam kunjungan yang dilakukan menjelang peringatan hari Buruh dan di tahun ‘Produksi Nasional' Rahbar menyaksikan langsung proses produksi obat-obatan cair dan suntikan, pengontrolan hingga pengemasannya. Pabrik ini memproduksi berbagai macam obat-obatan termasuk hormon pertumbuhan yang proses pembuatannya sangat sulit dan hanya diproduksi oleh beberapa negara tertentu. Seiring dengan kunjungan Pemimpin Besar Revolusi Islam, pabrik farmasi ini mulai memproduksi dan memasarkan obat suntikan anuxsaparine 6000.
Ikut dalam kunjungan ke pabrik farmasi ini Menteri Kesehatan, Pengobatan dan Pendidikan Kedokteran, Menteri Koperasi, Pekerjaan dan Kesejahteraan Sosial, dan Menteri Industri, Pertambangan dan Perdagangan.
Dalam kesempatan itu, Menteri Kesehatan, Pengobatan dan Pendidikan Kedokteran Ibu Vahid Dastjerdi dalam pernyataannya menyinggung keberhasilan Iran di bidang farmasi di tengah embargo, seraya mengatakan, "Embargo menjadi peluang yang memacu para pakar dalam negeri untuk membulatkan tekad mengembangkan industri farmasi dan memproduksi obat-obatan khususnya obat-obatan yang pembuatannya memerlukan teknologi tinggi. Hasilnya, di bidang farmasi Republik Islam Iran menjadi negara terdepan di tingkat regional."
Seraya menjelaskan adanya 100 pabrik farmasi di Iran saat ini, Dastjerdi melaporkan beberapa obat produksi Iran yang pembuatannya sebelum ini dimonopoli oleh beberapa negara Eropa dan Amerika. Laporan Menteri Kesehatan, Pengobatan dan Pendidikan Kedokteran juga menyebutkan tentang kebijakan investasi untuk memproduksi obat-obatan herbal dan farmasi dengan teknologi nano dan bio teknologi.
Sementara itu, Menteri Koperasi, Pekerjaan dan Kesejahteraan Sosial Sheikhul Islami melaporkan produksi 800 jenis bahan awal farmasi di pabrik farmasi Daroupakhsh seraya mengatakan, pabrik ini menyuplai 40 persen kebutuhan obat-obatan di dalam negeri, sementara 50 persen produksi diekspor ke luar negeri.
"Direncanakan bahwa pada tahun yang dinamakan dengan tahun produksi nasional ini tujuh produk obat-obatan dengan teknologi canggih untuk pengobatan penyakit kanker dan MS akan dipasarkan secara bebas," tambahnya.
Menteri Industri, Pertambangan dan Perdagangan Ghazanfari dalam pembicaraannya menyinggung penamaan tahun ini dengan nama ‘Produksi Nasional; Perlindungan Kerja dan Modal Iran' menjelaskan sejumlah agenda kerja departeman yang dipimpinnya pada tahun ini diantaranya, menyelesaikan 18 ribu proyek yang belum rampung, investasi pada sektor-sektor prioritas, mencegah impor yang tak terarah, memperbaiki kondisi lapangan kerja, dan investasi pada teknologi baru.
Di bagian lain, Direktur Perusahaan Farmasi Darupakhsh melaporkan produksi pabrik farmasi yang dipimpinnya, seraya menjelaskan agenda kerja tahun ini antaranya memproduksi bahan insuline pertama di dalam negeri.
Sementara itu, di depan ribuan buruh teladan dari berbagai penjuru negeri, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung tibanya pekan Buruh Nasional dan mengucapkan selamat kepada para buruh dan seluruh rakyat Iran. Dalam kesempatan itu beliau menyebut maksud dari pertemuan hari ini dengan para buruh sebagai penghargaan dan apresiasi terhadap pekerjaan dan kaum buruh Iran.
"Tindakan Nabi Saw yang mencium tangan seorang pekerja keras adalah pelajaran yang sangat berharga bagi semua orang. Langkah itu merupakan bukti penghargaan Islam kepada pekerjaan dan tenaga pekerja," kata beliau menjelaskan.
Bekerja, menurut beliau, dengan maknanya yang luas yang meliputi pekerjaan tangan, pemikiran, keilmuan dan manajemen adalah poros kehidupan, gerakan dan kemajuan yang berkesinambungan dalam setiap masyarakat. Mengenai tindakan rezim-rezim sosialis dan kapitalis yang memanipulasi kaum buruh, beliau menandaskan, "Berbeda dengan ideologi-ideologi itu, Islam memperlakukan kaum buruh secara benar. Dengan logika yang kuat, Islam menilai pekerjaan sebagai suatu hal yang sangat berharga dan bernilai agung."
Seraya menekankan untuk lebih menonjolkan logika dan dasar pemikiran Islam dalam setiap penyusunan kebijakan dan pengambilan tindakan yang berhubungan dengan pekerjaan dan kaum buruh, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut modal dan tenaga kerja sebagai dua sayap bagi sektor produksi nasional untuk bergerak ke arah kemajuan.
"Pekerjaan dan modal lokal harus dihargai dengan baik. Dengan cara itu, produksi nasional akan benar-benar tercapai," imbuh beliau.
Menyinggung penekanan tentang agenda konspirasi musuh untuk membidik sektor ekonomi yang dalam beberapa tahun ini sudah beliau sampaikan dalam banyak kesempatan, Rahbar mengungkapkan, "Tanda-tanda dari konspirasi besar itu dalam situasi saat ini semakin terungkap. Tapi insya Allah, dengan tekadnya yang kuat bangsa Iran akan berhasil mengatasi hambatan ini sebagaimana hambatan-hambatan lain yang sudah disingkarkannya."
Untuk menggagalkan konspirasi musuh di sektor ekonomi, kata beliau, diperlukan tekad kuat dari kaum buruh, pihak pemodal, dan para pejabat di berbagai instansi pemerintahan dan swasta.
"Rakyat pun harus menunjukkan tekad melawan musuh dengan menggunakan produksi lokal," kata beliau.
Seraya menyinggung kebijakan pemerintah dalam mendukung produksi dalam negeri, Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Masalah ini memerlukan tindakan fundamental. Selain itu, tonggak ekonomi negara yang kokoh menuntut kerja keras tanpa henti dari lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif."
Salah satu tugas ketiga lembaga tinggi negara adalah mengawasi dan mendukung aktivitas ekonomi, pekerjaan, produksi, dan investasi yang sehat. Mengenai langkah apa saja yang diperlukan untuk memperkokoh sektor produksi nasional, serta mendukung pekerjaan dan modal Iran, Rahbar menandaskan, yang harus dilakukan adalah meningkatkan keahlian, membekali tenaga kerja dengan ketrampilan, manajemen yang benar, dan menciptakan rasa aman untuk para buruh dan pemodal.
Beliau mengingatkan untuk melawan fenomena yang merusak tatanan ekonomi negara, seraya menyebutnya sebagai satu keharusan untuk memperkuat produksi nasional.
"Salah satu bentuk dari tindakan yang merusak perekonomian adalah fenomena penyelundupan barang dan secara tidak benar menggunakan kekayaan rakyat yang ada di sistem perbankan," ungkap beliau.
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Sebagian orang berhasil memperoleh bantuan pendanaan dari bank dalam jumlah besar untuk satu proyek tertentu tapi dana itu digunakan di tempat lain. Tindakan seperti ini adalah pengkhianatan dan pencurian kekayaan rakyat. Orang-orang seperti ini harus ditindak secara hukum."
Beliau mengapresiasi kerja keras yang sudah dilakukan terkait pengembangan produksi lokal seraya mengimbau untuk menciptakan kondisi persaingan, meningkatkan kwalitas dan menekan biayai produksi dalam negeri yang kesemua itu mesti dilaksanakan untuk mendukung sektor produksi lokal.
"Pemerintah harus membantu unit-unit produksi dalam negeri," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menekankan untuk memprioritaskan kebijakan berporos produksi dalam negeri, membudayakan konsumsi produk lokal, dan mengembangkan kreativitas dalam hal pengadaan mesin, produksi dan pengelolaan.
"Ketiga lembaga tinggi negara, semua instansi pemerintahan, sektor swasta, penanggung jawab budaya, radio dan televisi dan semua pihak harus ikut berperan dalam mendukung produksi dalam negeri. Dengan demikian dan dengan inayah Allah Swt musuh akan merasakan pukulan yang telak dari bangsa ini," tegas beliau.
Wahabi Makin Menggila
Akibat Masuk Syiah, Disiksa Sampai Mati
|
Menurut Kantor Berita ABNA, jasad seorang ulama Sunni yang menyatakan diri masuk Syiah ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya meninggalkan bekas-bekas siksaan, bahkan masih terdapat paku yang menancap di tubuhnya.
Syaikh Maulana Zulfiqar menyatakan secara resmi masuk Syiah beberapa bulan lalu, dinyatakan hilang sejak tujuh hari lalu dengan dugaan mengalami penculikan. Akhirnya ia ditemukan Ahad malam (6/4) di sekitar sungai Neda Pur kawasan Gujranwala dalam keadaan sudah tidak bernyawa dengan kondisi tubuh yang mengenaskan.
Sementara itu kelompok teroris Wahabi tidak juga menghentikan aksi biadabnya. Dilaporkan kelompok teroris tersebut menyerang pengikut mazhab Syiah Senin siang (7/4) di wilayah Parachinar dan Peshawar yang meskipun tidak menelan korban jiwa namun menciderai 4 orang warga Syiah dan tiga diantaranya perempuan.
Syaikh Maulana Zulfiqar menyatakan secara resmi masuk Syiah beberapa bulan lalu, dinyatakan hilang sejak tujuh hari lalu dengan dugaan mengalami penculikan. Akhirnya ia ditemukan Ahad malam (6/4) di sekitar sungai Neda Pur kawasan Gujranwala dalam keadaan sudah tidak bernyawa dengan kondisi tubuh yang mengenaskan.
Sementara itu kelompok teroris Wahabi tidak juga menghentikan aksi biadabnya. Dilaporkan kelompok teroris tersebut menyerang pengikut mazhab Syiah Senin siang (7/4) di wilayah Parachinar dan Peshawar yang meskipun tidak menelan korban jiwa namun menciderai 4 orang warga Syiah dan tiga diantaranya perempuan.
Warga muslim Syiah Pakistan telah hilang kepercayaan kepada pihak keamanan dan pemerintah yang tidak mampu lagi menjamin keselamatan warga Syiah. Pemerintah Pakistan tidak berdaya untuk mencegah aksi kekerasan dan pembunuhan yang semakin merebak belakangan ini di kawasan pemukiman Syiah. Ratusan jiwa telah tercatat sebagai korban keganasan kelompok Wahabi.
Membongkar Konspirasi dan Skandal Arab Saudi di Mesir
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Bersamaan dengan eskalasi tensi anti Arab Saudi di Mesir dan tuntutan rakyat negara ini untuk mengusir dubes Riyadh dari negara ini, penasehat hukum Arab Saudi dalam sebuah klaim barunya menuding Iran berusaha meneror dubes negara ini di Mesir. Sebuah sandiwara yang menggelikan, karena sehari kemudian klaim ini dibantah dan terkuaknya skandal baru al-Saud.
Seorang petinggi Mesir yang tidak bersedia disebutkan identitasnya saat dihubungi al-Sharq al-Awsat Mesir, menilai tak berdasar klaim Arab Saudi terkait penangkapan sebuah kelompok tiga warga Iran di Kairo yang dituding Riyadh berusaha meneror dubesnya di Mesir.
Sementara itu, sumber resmi pemerintah Mesir membantah klaim sejumlah media massa terkait penangkapan sindikat Iran yang berniat meneror Duta Besar Arab Saudi untuk Kairo.Televisi al-Alam Rabu (2/5) melaporkan, al-Sharq al-Awsat dan televisi Mesir membantah berita yang dimuat oleh koran al-Hayat terbitan London dan sejumlah media lain yang mengklaim adanya rencana teror terhadap Ahmad Abdul Aziz al-Qattan.
Al-Sharq al-Awsat Mesir menegaskan bahwa berita tersebut tidak berdasar dan sejak bertugas di negara ini hingga penarikannya dari Kairo pada Sabtu (28/4), tidak pernah ada ancaman teror terhadap Dubes Saudi.
Sebelumnya, koran al-Hayat terbitan London mengutip Muhammad Sami Jamaluddin, Penasihat Hukum Kedutaan Besar Saudi di Kairo mengklaim bahwa Badan Keamanan Mesir menangkap tiga warga Iran yang berniat meneror al-Qattan.
Masih menurut al-Hayat, Sami Jamaluddin menegaskan, konspirasi ini dimulai sejak tiga bulan lalu, bahkan Dewan Militer Mesir telah mengusulkan penjagaan ekstra di Kedubes Arab Saudi, namun hal ini ditolak dubes.
Jamaluddin mengklaim, kekhawatiran terkait kemungkinan tangan-tangan asing yang akan memanfaatkan demonstran mesir di depan Kedubes Arab Saudi semakin besar.
Berita tersebut dipublikasikan pasca Dubes Saudi dan para diplomat negara itu meninggalkan Kairo sebagai reaksi atas protes damai warga Mesir.Rakyat Mesir beberapa hari lalu menggelar demonstrasi damai di depan Kedubes Saudi di Kairo guna memprotes penangkapan warga Mesir di Arab Saudi oleh badan keamanan Riyadh.
Berita Skandal Arab Saudi Masih Terus Bergulir
Tak lama setelah tersebarnya kebohongan media Arab Saudi dan kemudian dibantah oleh Mesir, dua media lain yang seiring dengan skenario busuk Arab Saudi mengulurkan bantuannya ketika menyaksikan pangkalan mereka di Mesir terancam. Dua media ini satunya milik Arab Saudi dan yang kedua milik Rezim Zionis Israel.
Televisi al-Arabiya di situsnya pada hari Selasa mengutip pemberitaan al-Hayat dan kembali mengulang klaim palsu ini bahwa sindikat Iran berusaha menculik dubes Arab Saudi dan sindikat ini mencampurkan dirinya di tengah-tengah demonstran Mesir yang berdemo di depan Kedubes Saudi di Kairo.
Koran Haaretz juga tak membiarkan petinggi Arab Saudi sendirian dalam kasus ini dan pada hari Selasa koran ini menulis berita palsu. Haaretz menulis, dalih ditutupnya Kedubes Arab Saudi di Kairo bukan disebabkan friksi antara Riyadh dan Kairo terkait penangkapan Ahmad Al-Jizawi, namun dikarenakan adanya informasi rencana Iran untuk meneror dubes Arab Saudi. Koran ini mengulang klaim al-Arabiya soal adanya sindikat Iran di tengah-tengah demonstran Mesir di depan Kedubes Arab Saudi di Kairo.
Wajar jika pengulangan skenario menggelikan Saudi ini meski kegagalan rencana mereka sebelumnya sebetulnya hanya ditujukan untuk mengobarkan perpecahan di Kairo. Apalagi mereka tak malu-malu melibatkan Iran dalam skenario busuk mereka dan menjadikannya kambing hitam.
Royvaran: Arab Saudi Berusaha Tutupi Friksinya dengan Mesir
Dr. Hossein Royvaran, pengamat masalah Timur Tengah saat diwawancarai IRNA terkait masalah ini mengatakan, berita ini bersamaan dengan memanasnya gelombang anti Arab Saudi di Mesir, khususnya berbagai aksi demo dalam beberapa hari lalu yang menuntut pengusiran dubes Arab Saudi dari Kairo.
Aksi demo warga Mesir beberapa hari lalu, serangan terhadap Kedubes Arab Saudi serta penurunan bendara negara ini, menurut Royvaran didasari oleh kebijakan politik.
"Beberapa waktu lalu, salah satu aktivis Mesir yang melakukan ibadah umrah ditangkap pasukan keamanan Arab Saudi dengan dakwaan menghina Raja Arab Saudi. Aktivis tersebut dijatuhi hukuman cambuk dan penggal kepala," tandas Royvaran.
Seraya menekankan bahwa penangkapan aktivis tersebut memiliki dimensi politik, Royvaran mengingatkan, pasca aksi protes Mesir terhadap vonis ini, Arab Saudi langsung mengalihkan isu ini dan menyatakan penangkapan aktivis Mesir disebabkan ia membawa narkotika.
Menurutnya, kini Arab Saudi berusaha menjustikasi tindakannya serta menutupi friksi yang timbul antara Riyadh dan warga Mesir menjadikan Iran sebagai tumbalnya dengan mempropagandakan isu rencana Tehran meneror dubesnya di Mesir.
Royvaran juga mengisyaratkan berita serupa pada Oktober lalu terkait penangkapan dua warga Iran di Amerika Serikat yang didakwa berusaha meneror dubes Arab Saudi di Washington. Ia mengatakan,"Tujuan utama Arab Saudi adalah merusak citra Iran dan Riyadh dengan berbagai cara berusaha menjadikan Tehran sebagai sasaran berbagai tudingan."
Pengamat Timur Tengah iin menandaskan, kini Arab Saudi berusaha menjadikan isu Bahrain, Yaman dan Suriah sebagai kebijakan politiknya dan sikap Riyadh terhadap Tehran didasari oleh transformasi di kawasan.
Seorang petinggi Mesir yang tidak bersedia disebutkan identitasnya saat dihubungi al-Sharq al-Awsat Mesir, menilai tak berdasar klaim Arab Saudi terkait penangkapan sebuah kelompok tiga warga Iran di Kairo yang dituding Riyadh berusaha meneror dubesnya di Mesir.
Sementara itu, sumber resmi pemerintah Mesir membantah klaim sejumlah media massa terkait penangkapan sindikat Iran yang berniat meneror Duta Besar Arab Saudi untuk Kairo.Televisi al-Alam Rabu (2/5) melaporkan, al-Sharq al-Awsat dan televisi Mesir membantah berita yang dimuat oleh koran al-Hayat terbitan London dan sejumlah media lain yang mengklaim adanya rencana teror terhadap Ahmad Abdul Aziz al-Qattan.
Al-Sharq al-Awsat Mesir menegaskan bahwa berita tersebut tidak berdasar dan sejak bertugas di negara ini hingga penarikannya dari Kairo pada Sabtu (28/4), tidak pernah ada ancaman teror terhadap Dubes Saudi.
Sebelumnya, koran al-Hayat terbitan London mengutip Muhammad Sami Jamaluddin, Penasihat Hukum Kedutaan Besar Saudi di Kairo mengklaim bahwa Badan Keamanan Mesir menangkap tiga warga Iran yang berniat meneror al-Qattan.
Masih menurut al-Hayat, Sami Jamaluddin menegaskan, konspirasi ini dimulai sejak tiga bulan lalu, bahkan Dewan Militer Mesir telah mengusulkan penjagaan ekstra di Kedubes Arab Saudi, namun hal ini ditolak dubes.
Jamaluddin mengklaim, kekhawatiran terkait kemungkinan tangan-tangan asing yang akan memanfaatkan demonstran mesir di depan Kedubes Arab Saudi semakin besar.
Berita tersebut dipublikasikan pasca Dubes Saudi dan para diplomat negara itu meninggalkan Kairo sebagai reaksi atas protes damai warga Mesir.Rakyat Mesir beberapa hari lalu menggelar demonstrasi damai di depan Kedubes Saudi di Kairo guna memprotes penangkapan warga Mesir di Arab Saudi oleh badan keamanan Riyadh.
Berita Skandal Arab Saudi Masih Terus Bergulir
Tak lama setelah tersebarnya kebohongan media Arab Saudi dan kemudian dibantah oleh Mesir, dua media lain yang seiring dengan skenario busuk Arab Saudi mengulurkan bantuannya ketika menyaksikan pangkalan mereka di Mesir terancam. Dua media ini satunya milik Arab Saudi dan yang kedua milik Rezim Zionis Israel.
Televisi al-Arabiya di situsnya pada hari Selasa mengutip pemberitaan al-Hayat dan kembali mengulang klaim palsu ini bahwa sindikat Iran berusaha menculik dubes Arab Saudi dan sindikat ini mencampurkan dirinya di tengah-tengah demonstran Mesir yang berdemo di depan Kedubes Saudi di Kairo.
Koran Haaretz juga tak membiarkan petinggi Arab Saudi sendirian dalam kasus ini dan pada hari Selasa koran ini menulis berita palsu. Haaretz menulis, dalih ditutupnya Kedubes Arab Saudi di Kairo bukan disebabkan friksi antara Riyadh dan Kairo terkait penangkapan Ahmad Al-Jizawi, namun dikarenakan adanya informasi rencana Iran untuk meneror dubes Arab Saudi. Koran ini mengulang klaim al-Arabiya soal adanya sindikat Iran di tengah-tengah demonstran Mesir di depan Kedubes Arab Saudi di Kairo.
Wajar jika pengulangan skenario menggelikan Saudi ini meski kegagalan rencana mereka sebelumnya sebetulnya hanya ditujukan untuk mengobarkan perpecahan di Kairo. Apalagi mereka tak malu-malu melibatkan Iran dalam skenario busuk mereka dan menjadikannya kambing hitam.
Royvaran: Arab Saudi Berusaha Tutupi Friksinya dengan Mesir
Dr. Hossein Royvaran, pengamat masalah Timur Tengah saat diwawancarai IRNA terkait masalah ini mengatakan, berita ini bersamaan dengan memanasnya gelombang anti Arab Saudi di Mesir, khususnya berbagai aksi demo dalam beberapa hari lalu yang menuntut pengusiran dubes Arab Saudi dari Kairo.
Aksi demo warga Mesir beberapa hari lalu, serangan terhadap Kedubes Arab Saudi serta penurunan bendara negara ini, menurut Royvaran didasari oleh kebijakan politik.
"Beberapa waktu lalu, salah satu aktivis Mesir yang melakukan ibadah umrah ditangkap pasukan keamanan Arab Saudi dengan dakwaan menghina Raja Arab Saudi. Aktivis tersebut dijatuhi hukuman cambuk dan penggal kepala," tandas Royvaran.
Seraya menekankan bahwa penangkapan aktivis tersebut memiliki dimensi politik, Royvaran mengingatkan, pasca aksi protes Mesir terhadap vonis ini, Arab Saudi langsung mengalihkan isu ini dan menyatakan penangkapan aktivis Mesir disebabkan ia membawa narkotika.
Menurutnya, kini Arab Saudi berusaha menjustikasi tindakannya serta menutupi friksi yang timbul antara Riyadh dan warga Mesir menjadikan Iran sebagai tumbalnya dengan mempropagandakan isu rencana Tehran meneror dubesnya di Mesir.
Royvaran juga mengisyaratkan berita serupa pada Oktober lalu terkait penangkapan dua warga Iran di Amerika Serikat yang didakwa berusaha meneror dubes Arab Saudi di Washington. Ia mengatakan,"Tujuan utama Arab Saudi adalah merusak citra Iran dan Riyadh dengan berbagai cara berusaha menjadikan Tehran sebagai sasaran berbagai tudingan."
Pengamat Timur Tengah iin menandaskan, kini Arab Saudi berusaha menjadikan isu Bahrain, Yaman dan Suriah sebagai kebijakan politiknya dan sikap Riyadh terhadap Tehran didasari oleh transformasi di kawasan.
Iran kini menjadi poros resistensi di kawasan dan Arab Saudi berusaha membesar-besarkan peran juru perdamaiannya. Sementara dalam masalah Kebangkitan Islam, Arab Saudi sepenuhnya negatif. Hal ini dapat kita saksikan sikap Riyadh terkait Yaman dan Bahrain. Di sini peran Arab Saudi bukan lagi juru damai, namun menjadi bagian dari rezim despotik menumpas aksi damai rakyat. Oleh karena itu, wajar kita saksikan pandangan negatif rakyat Mesir terhadap Arab Saudi mengingat raport merah Riyadh. Pastinya sikap negatif rakyat Mesir ini akan menjadikan Arab Saudi dibenci oleh publik.
sumber:abna,irib,infopalestina,islamtimes,buletin MPR
Risalah Amman
PERNYATAAN SIKAP
KONFERENSI ISLAM INTERNASIONAL
KONFERENSI ISLAM INTERNASIONAL
Konferensi ini diadakan di Amman, Yordania, dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern” (27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.)
Bismillahir-Rahmanir-Rahim
SALAM DAN SALAWAT SEMOGA TERCURAH PADA BAGINDA NABI MUHAMMAD DAN KELUARGANYA YANG SUCI
SALAM DAN SALAWAT SEMOGA TERCURAH PADA BAGINDA NABI MUHAMMAD DAN KELUARGANYA YANG SUCI
Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa… (Al-Nisa’,4:1) Sesuai dengan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh YTH Imam Besar Syaikh Al-Azhar, YTH Ayatollah Sayyid Ali Al-Sistani, YTH Mufti Besar Mesir, para ulama Syiah yang terhormat (baik dari kalangan Syiah Ja’fari maupun Zaidi), YTH Mufti Besar Kesultanan Oman, Akademi Fiqih Islam Kerajaan Saudi Arabia, Dewan Urusan Agama Turki, YTH Mufti Besar Kerajaan Yordania dan Para Anggota Komite Fatwa Nasional Yordania, dan YTH Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi; Sesuai dengan kandungan pidato Yang Mulia Raja Abdullah II bin Al-Hussein, Raja Yordania, pada acara pembukaan konferensi;
Sesuai dengan pengetahuan tulus ikhlas kita pada Allah SWT; Dan sesuai dengan seluruh makalah penelitian dan kajian yang tersaji dalam konferensi ini, serta seluruh diskusi yang timbul darinya; Kami, yang bertandatangan di bawah ini, dengan ini menyetujui dan menegaskan kebenaran butir-butir yang tertera di bawah ini:
(1) Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus
Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan
Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. Tidak diperbolehkan
mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut
di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan. Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.
Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan
Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. Tidak diperbolehkan
mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut
di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan. Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.
(2) Ada jauh lebih banyak kesamaan dalam mazhab-mazhab Islam dibandingkan
dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan
mazhab Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip prinsip utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an
sebagai wahyu Allah; dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul
untuk seluruh manusia. Semua sepakat pada lima rukun Islam: dua kalimat
syahadat(syahadatayn); kewajiban shalat; zakat; puasa di bulan Ramadhan, dan
Haji ke Baitullah di Mekkah. Semua percaya pada dasar-dasar akidah Islam:
kepercayaan pada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya,
hari akhir, dan takdir baik dan buruk dari sisi Allah. Perbedaan di antara ulama kedelapan mazhab Islam tersebut hanya menyangkut masalah-masalah cabang agama (furu’) dan tidak menyangkut prinsip-prinsip dasar (ushul) Islam.
dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan
mazhab Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip prinsip utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an
sebagai wahyu Allah; dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul
untuk seluruh manusia. Semua sepakat pada lima rukun Islam: dua kalimat
syahadat(syahadatayn); kewajiban shalat; zakat; puasa di bulan Ramadhan, dan
Haji ke Baitullah di Mekkah. Semua percaya pada dasar-dasar akidah Islam:
kepercayaan pada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya,
hari akhir, dan takdir baik dan buruk dari sisi Allah. Perbedaan di antara ulama kedelapan mazhab Islam tersebut hanya menyangkut masalah-masalah cabang agama (furu’) dan tidak menyangkut prinsip-prinsip dasar (ushul) Islam.
Perbedaan pada masalah-masalah cabang agama tersebut adalah rahmat Ilahi.
Sejak dahulu dikatakan bahwa keragaman pendapat di antara ‘ulama adalah hal yang baik.
Sejak dahulu dikatakan bahwa keragaman pendapat di antara ‘ulama adalah hal yang baik.
(3) Mengakui kedelapan mazhab dalam Islam tersebut berarti bahwa mengikuti
suatu metodologi dasar dalam mengeluarkan fatwa: tidak ada orang yang berhak
mengeluarkan fatwa tanpa keahlihan pribadi khusus yang telah ditentukan oleh
masing-masing mazhab bagi para pengikutnya. Tidak ada orang yang boleh
mengeluarkan fatwa tanpa mengikuti metodologi yang telah ditentukan oleh
mazhab-mazhab Islam tersebut di atas. Tidak ada orang yang boleh mengklaim
untuk melakukan ijtihad mutlak dan menciptakan mazhab baru atau mengeluarkan
fatwa-fatwa yang tidak bisa diterima hingga membawa umat Islam keluar dari
prinsip-prinsip dan kepastian-kepastian Syariah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab yang telah disebut di atas.
suatu metodologi dasar dalam mengeluarkan fatwa: tidak ada orang yang berhak
mengeluarkan fatwa tanpa keahlihan pribadi khusus yang telah ditentukan oleh
masing-masing mazhab bagi para pengikutnya. Tidak ada orang yang boleh
mengeluarkan fatwa tanpa mengikuti metodologi yang telah ditentukan oleh
mazhab-mazhab Islam tersebut di atas. Tidak ada orang yang boleh mengklaim
untuk melakukan ijtihad mutlak dan menciptakan mazhab baru atau mengeluarkan
fatwa-fatwa yang tidak bisa diterima hingga membawa umat Islam keluar dari
prinsip-prinsip dan kepastian-kepastian Syariah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab yang telah disebut di atas.
(4) Esensi Risalah Amman, yang ditetapkan pada Malam Lailatul Qadar tahun 1425 H dan dideklarasikan dengan suara lantang di Masjid Al-Hasyimiyyin, adalah kepatuhan dan ketaatan pada mazhab-mazhab Islam dan metodologi utama yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab tersebut. Mengikuti tiap-tiap mazhab tersebut di atas dan meneguhkan penyelenggaraan diskusi serta pertemuan di antara para penganutnya dapat memastikan sikap adil, moderat, saling memaafkan, saling menyayangi, dan mendorong dialog dengan umat-umat lain.
(5) Kami semua mengajak seluruh umat untuk membuang segenap perbedaan di
antara sesama Muslim dan menyatukan kata dan sikap mereka; menegaskan kembali sikap saling menghargai; memperkuat sikap saling mendukung di antara
bangsa-bangsa dan negara-negara umat Islam; memperkukuh tali persaudaraan yang menyatukan mereka dalam saling cinta di jalan Allah. Dan kita mengajak seluruh Muslim untuk tidak membiarkan pertikaian di antara sesama Muslim dan tidak membiarkan pihak-pihak asing mengganggu hubungan di antara mereka.
antara sesama Muslim dan menyatukan kata dan sikap mereka; menegaskan kembali sikap saling menghargai; memperkuat sikap saling mendukung di antara
bangsa-bangsa dan negara-negara umat Islam; memperkukuh tali persaudaraan yang menyatukan mereka dalam saling cinta di jalan Allah. Dan kita mengajak seluruh Muslim untuk tidak membiarkan pertikaian di antara sesama Muslim dan tidak membiarkan pihak-pihak asing mengganggu hubungan di antara mereka.
Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang beriman adalah bersaudara. Maka itu islahkan hubungan di antara saudara-saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah sehingga kalian mendapat rahmat-Nya. (Al-Hujurat, 49:10).
Amman, 27-29 Jumadil Ula 1426 H./ 4-6 Juli 2005 M.
Para penandatangan:
AFGHANISTAN
1. YTH. Nusair Ahmad Nour
Dubes Afghanistan untuk Qatar
AFGHANISTAN
1. YTH. Nusair Ahmad Nour
Dubes Afghanistan untuk Qatar
Aljazair
1. YTH. Lakhdar Ibrahimi
Utusan Khusus Sekjen PBB; Mantan Menlu Aljazair
2. Prof. Dr. Abd Allah bin al-Hajj Muhammad Al Ghulam Allah
Menteri Agama
3. Dr. Mustafa Sharif
Menteri Pendidikan
4. Dr. Sa’id Shayban
Mantan Menteri Agama
5. Prof. Dr. Ammar Al-Talibi
Departemen Filsafat, University of Algeria
6. Mr. Abu Jara Al-Sultani
Ketua LSM Algerian Peace Society Movement
1. YTH. Lakhdar Ibrahimi
Utusan Khusus Sekjen PBB; Mantan Menlu Aljazair
2. Prof. Dr. Abd Allah bin al-Hajj Muhammad Al Ghulam Allah
Menteri Agama
3. Dr. Mustafa Sharif
Menteri Pendidikan
4. Dr. Sa’id Shayban
Mantan Menteri Agama
5. Prof. Dr. Ammar Al-Talibi
Departemen Filsafat, University of Algeria
6. Mr. Abu Jara Al-Sultani
Ketua LSM Algerian Peace Society Movement
AUSTRIA
1. Prof. Anas Al-Shaqfa
Ketua Komisi Islam
2. Mr. Tar afa Baghaj ati
Ketua LSM Initiative of Austrian Muslims
1. Prof. Anas Al-Shaqfa
Ketua Komisi Islam
2. Mr. Tar afa Baghaj ati
Ketua LSM Initiative of Austrian Muslims
AUSTRALIA
1. Shaykh Salim ‘Ulwan al-Hassani
Sekjen, Darulfatwa, Dewan Tinggi Islam
1. Shaykh Salim ‘Ulwan al-Hassani
Sekjen, Darulfatwa, Dewan Tinggi Islam
AZERBAIJAN
1. Shaykh Al-Islam Allah-Shakur bin Hemmat Bashazada
Ketua Muslim Administration of the Caucasus
1. Shaykh Al-Islam Allah-Shakur bin Hemmat Bashazada
Ketua Muslim Administration of the Caucasus
BAHRAIN
1. Syaikh Dr. Muhammad Ali Al-Sutri
Menteri Kehakiman
2. Dr. Farid bin Ya’qub Al-Miftah
sekretaris Kementerian Agama
1. Syaikh Dr. Muhammad Ali Al-Sutri
Menteri Kehakiman
2. Dr. Farid bin Ya’qub Al-Miftah
sekretaris Kementerian Agama
BANGLADESH
1. Prof. Dr. Abu Al-Hasan Sadiq
Rektor Asian University of Bangladesh
1. Prof. Dr. Abu Al-Hasan Sadiq
Rektor Asian University of Bangladesh
BOSNIA dan HERZEGOVINA
1. Prof. Dr. Syaikh Mustafa Ceric
Ketua Majlis ‘Ulama’dan Mufti Besar Bosnia dan Herzegovina
2. Prof. Hasan Makic
Mufti Bihac
3. Prof. Anes Lj evakovic
Peneliti dan Pengajar, Islamic Studies College
1. Prof. Dr. Syaikh Mustafa Ceric
Ketua Majlis ‘Ulama’dan Mufti Besar Bosnia dan Herzegovina
2. Prof. Hasan Makic
Mufti Bihac
3. Prof. Anes Lj evakovic
Peneliti dan Pengajar, Islamic Studies College
BRAZIL
1. Syaikh Ali Muhmmad Abduni
Perwakilan International Islamic Youth Club di Amerika Latin
1. Syaikh Ali Muhmmad Abduni
Perwakilan International Islamic Youth Club di Amerika Latin
kANADA
1. Shaykh Faraz Rabbani
Guru, Hanafijurisprudence, Sunnipath.com
1. Shaykh Faraz Rabbani
Guru, Hanafijurisprudence, Sunnipath.com
REPUBLIk CHAD
1. Shaykh Dr. Hussein Hasan Abkar
Presiden, Higher Council for Islamic Affair; Imam Muslim, Chad
1. Shaykh Dr. Hussein Hasan Abkar
Presiden, Higher Council for Islamic Affair; Imam Muslim, Chad
Mesir
1. Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq
Menteri Agama
2. Prof. Dr. Ali Jumu’a
Mufti Besar Mesir
3. Prof. Dr. Ahmad Muhammad Al-Tayyib
Rektor Universitas Al-Azhar University
4. Prof. Dr. Kamal Abu Al-Majd
Pemikir Islam; Mantan Menteri Informasi;
5. Dr. Muhammad Al-Ahmadi Abu Al-Nur
Mantan Menteri Agama Mesir; Profesor Fakultas Syariah, Yarmouk University, Jordan
6. Prof. Dr. Fawzi Al-Zifzaf
Ketua Masyayikh Al-Azhar; Anggota the Academy of Islamic Research
7. Prof. Dr. Hasan Hanafi
Peneliti dan Cendekiawan Muslim, Departemen Filsafat, Cairo University
8. Prof. Dr. Muhammad Muhammad Al-Kahlawi
Sekjen Perserikatan Arkeolog Islam; Dekan Fakultas Studi Kesejarahan Kuno, Cairo University
9. Prof. Dr. Ayman Fuad Sayyid
Mantan Sekjen, Dar al-Kutub Al-Misriyya
10. Syaikh Dr. Zaghlul Najjar
Anggota Dewan Tinggi Urusan Islam, Mesir
11. Syaikh Moez Masood
Dai Islam
12. Dr. Raged al-Sirjani
13. Dr. Muhammad Hidaya
1. Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq
Menteri Agama
2. Prof. Dr. Ali Jumu’a
Mufti Besar Mesir
3. Prof. Dr. Ahmad Muhammad Al-Tayyib
Rektor Universitas Al-Azhar University
4. Prof. Dr. Kamal Abu Al-Majd
Pemikir Islam; Mantan Menteri Informasi;
5. Dr. Muhammad Al-Ahmadi Abu Al-Nur
Mantan Menteri Agama Mesir; Profesor Fakultas Syariah, Yarmouk University, Jordan
6. Prof. Dr. Fawzi Al-Zifzaf
Ketua Masyayikh Al-Azhar; Anggota the Academy of Islamic Research
7. Prof. Dr. Hasan Hanafi
Peneliti dan Cendekiawan Muslim, Departemen Filsafat, Cairo University
8. Prof. Dr. Muhammad Muhammad Al-Kahlawi
Sekjen Perserikatan Arkeolog Islam; Dekan Fakultas Studi Kesejarahan Kuno, Cairo University
9. Prof. Dr. Ayman Fuad Sayyid
Mantan Sekjen, Dar al-Kutub Al-Misriyya
10. Syaikh Dr. Zaghlul Najjar
Anggota Dewan Tinggi Urusan Islam, Mesir
11. Syaikh Moez Masood
Dai Islam
12. Dr. Raged al-Sirjani
13. Dr. Muhammad Hidaya
Perancis
1. Syaikh Prof. Dalil Abu Bakr
Ketua Dewan Tinggi Urusan Agama Islam dan Dekan Masjid Paris
2. Dr. Husayn Rais
Direktur Urusan Budaya, Masjid Jami’ Paris
1. Syaikh Prof. Dalil Abu Bakr
Ketua Dewan Tinggi Urusan Agama Islam dan Dekan Masjid Paris
2. Dr. Husayn Rais
Direktur Urusan Budaya, Masjid Jami’ Paris
JERMAN
1. Prof. Dr. Murad Hofmann
Mantan Dubes Jerman untuk Maroko
2. Syaikh Salah Al-Din Al- Ja’farawi
Asisten Sekjen World Council for Islamic Propagation
1. Prof. Dr. Murad Hofmann
Mantan Dubes Jerman untuk Maroko
2. Syaikh Salah Al-Din Al- Ja’farawi
Asisten Sekjen World Council for Islamic Propagation
INDIA
1. H.E. Maulana Mahmood Madani
Anggota Parlemen
Sekjen Jamiat Ulema-i-Hind
2. Ja’far Al-Sadiq Mufaddal Sayf Al-Din
Cendikiawan Muslim
3. Taha Sayf Al-Din
Cendikiawan Muslim
4. Prof. Dr. Sayyid Awsaf Ali
Rektor Hamdard University
5. Prof. Dr. Akhtar Al-Wasi
Dekan College of Humanities and Languages
1. H.E. Maulana Mahmood Madani
Anggota Parlemen
Sekjen Jamiat Ulema-i-Hind
2. Ja’far Al-Sadiq Mufaddal Sayf Al-Din
Cendikiawan Muslim
3. Taha Sayf Al-Din
Cendikiawan Muslim
4. Prof. Dr. Sayyid Awsaf Ali
Rektor Hamdard University
5. Prof. Dr. Akhtar Al-Wasi
Dekan College of Humanities and Languages
INDONESIA
1. Dr. Tutty Alawiyah
Rektor Universitas Islam Al-Syafi’iyah
2. Rabhan Abd Al-Wahhab
Dubes RI untuk Yordania
3. KH Ahmad Hasyim Muzadi
Mantan Ketua PBNU
4. Rozy Munir
Mantan Wakil Ketua PBNU
5. Muhamad Iqbal Sullam
International Conference of Islamic Scholars, Indonesia
1. Dr. Tutty Alawiyah
Rektor Universitas Islam Al-Syafi’iyah
2. Rabhan Abd Al-Wahhab
Dubes RI untuk Yordania
3. KH Ahmad Hasyim Muzadi
Mantan Ketua PBNU
4. Rozy Munir
Mantan Wakil Ketua PBNU
5. Muhamad Iqbal Sullam
International Conference of Islamic Scholars, Indonesia
IRAN
1. Ayatollah Syaikh Muhammad Ali Al-Taskhiri
Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah.
2. Ayatollah Muhammad Waez-zadeh Al-Khorasani
Mantan Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah
3. Prof. Dr. Mustafa Mohaghegh Damad
Direktur the Academy of Sciences; Jaksa; Irjen Kementerian Kehakiman
4. Dr. Mahmoud Mohammadi Iraqi
Ketua LSM Cultural League and Islamic Relations in the Islamic Republic of Iran
5. Dr. Mahmoud Mar’ashi Al-Najafi
Kepala Perpustakaan Nasional Ayatollah Mar’ashi Al-Najafi
6. Dr. Muhammad Ali Adharshah
Sekjen Masyarakat Persahabatan Arab-Iran
7. Shaykh Abbas Ali Sulaymani
Wakil Pemimpin Spiritual Iran di wilayah Timur Iran
1. Ayatollah Syaikh Muhammad Ali Al-Taskhiri
Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah.
2. Ayatollah Muhammad Waez-zadeh Al-Khorasani
Mantan Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah
3. Prof. Dr. Mustafa Mohaghegh Damad
Direktur the Academy of Sciences; Jaksa; Irjen Kementerian Kehakiman
4. Dr. Mahmoud Mohammadi Iraqi
Ketua LSM Cultural League and Islamic Relations in the Islamic Republic of Iran
5. Dr. Mahmoud Mar’ashi Al-Najafi
Kepala Perpustakaan Nasional Ayatollah Mar’ashi Al-Najafi
6. Dr. Muhammad Ali Adharshah
Sekjen Masyarakat Persahabatan Arab-Iran
7. Shaykh Abbas Ali Sulaymani
Wakil Pemimpin Spiritual Iran di wilayah Timur Iran
IRAK
1. Grand Ayatollah Shaykh Husayn Al-Mu’ayyad
Pengelola Knowledge Forum
2. Ayatollah Ahmad al-Bahadili
Dai Islam
3. Dr. Ahmad Abd Al-Ghaffur Al-Samara’i
Ketua Diwan Waqaf Sunni
1. Grand Ayatollah Shaykh Husayn Al-Mu’ayyad
Pengelola Knowledge Forum
2. Ayatollah Ahmad al-Bahadili
Dai Islam
3. Dr. Ahmad Abd Al-Ghaffur Al-Samara’i
Ketua Diwan Waqaf Sunni
ITALiA
1. Mr. Yahya Sergio Pallavicini
Wakil Ketua, Islamic Religious Community of Italy (CO.RE.IS.)
1. Mr. Yahya Sergio Pallavicini
Wakil Ketua, Islamic Religious Community of Italy (CO.RE.IS.)
YORDANIA
1. Prof. Dr. Ghazi bin Muhammad
Utusan Khusus Raja Abdullah II bin Al-Hussein
2. Syaikh Izzedine Al-Khatib Al-Tamimi
Jaksa Agung
3. Prof. Dr. Abdul-Salam Al-Abbadi
Mantan Menteri Agama
4. Prof. Dr. Syaikh Ahmad Hlayyel
Penasehat Khusus Raja Abdullah dan Imam Istana Raja
5. Syaikh Said Al-Hijjawi
Mufti Besar Yordania
6. Akel Bultaji
Penasehat Raja
7. Prof. Dr. Khalid Touqan
Menteri Pendidikan dan Riset
8. Syaikh Salim Falahat
Ketua Umum Ikhwanul Muslimin Yordania
9. Syaikh Dr. Abd Al-Aziz Khayyat
Mantan Menteri Agama
10. Syaikh Nuh Al-Quda
Mantan Mufti Angkatan Bersenjata Yordania
11. Prof. Dr. Ishaq Al-Farhan
Mantan Menteri Pendidikan
12. Dr. Abd Al-Latif Arabiyyat
Mantan Ketua DPR Yordania;
Shaykh Abd Al-Karim Salim Sulayman Al-Khasawneh
Mufti Besar Angkatan Bersenjata Yordania
13. Prof. Dr. Adel Al-Toweisi
Menteri Kebudayaan
14. Mr.BilalAl-Tall
Pemimpin Redaksi Koran Liwa’
15. Dr. Rahid Sa’id Shahwan
Fakultas Ushuluddin, Balqa Applied University
1. Prof. Dr. Ghazi bin Muhammad
Utusan Khusus Raja Abdullah II bin Al-Hussein
2. Syaikh Izzedine Al-Khatib Al-Tamimi
Jaksa Agung
3. Prof. Dr. Abdul-Salam Al-Abbadi
Mantan Menteri Agama
4. Prof. Dr. Syaikh Ahmad Hlayyel
Penasehat Khusus Raja Abdullah dan Imam Istana Raja
5. Syaikh Said Al-Hijjawi
Mufti Besar Yordania
6. Akel Bultaji
Penasehat Raja
7. Prof. Dr. Khalid Touqan
Menteri Pendidikan dan Riset
8. Syaikh Salim Falahat
Ketua Umum Ikhwanul Muslimin Yordania
9. Syaikh Dr. Abd Al-Aziz Khayyat
Mantan Menteri Agama
10. Syaikh Nuh Al-Quda
Mantan Mufti Angkatan Bersenjata Yordania
11. Prof. Dr. Ishaq Al-Farhan
Mantan Menteri Pendidikan
12. Dr. Abd Al-Latif Arabiyyat
Mantan Ketua DPR Yordania;
Shaykh Abd Al-Karim Salim Sulayman Al-Khasawneh
Mufti Besar Angkatan Bersenjata Yordania
13. Prof. Dr. Adel Al-Toweisi
Menteri Kebudayaan
14. Mr.BilalAl-Tall
Pemimpin Redaksi Koran Liwa’
15. Dr. Rahid Sa’id Shahwan
Fakultas Ushuluddin, Balqa Applied University
KUWAIT
1. Prof. Dr. Abdullah Yusuf Al-Ghoneim
Kepala Pusat Riset dan Studi Agama
2. Dr. Adel Abdullah Al-Fallah
Wakil Menteri Agama
1. Prof. Dr. Abdullah Yusuf Al-Ghoneim
Kepala Pusat Riset dan Studi Agama
2. Dr. Adel Abdullah Al-Fallah
Wakil Menteri Agama
LEBANON
1. Prof. Dr. Hisham Nashabeh
Ketua Badan Pendidikan Tinggi
2. Prof. Dr. Sayyid Hani Fahs
Anggota Dewan Tinggi Syiah
3. Syaikh Abdullah al-Harari
Ketua Tarekat Habashi
4. Mr. Husam Mustafa Qaraqi
Anggota Tarekat Habashi
5. Prof. Dr. Ridwan Al-Sayyid
Fakultas Humaniora, Lebanese University; Pemred Majalah Al-Ijtihad
6. Syaikh Khalil Al-Mays
Mufti Zahleh and Beqa’ bagian Barat
1. Prof. Dr. Hisham Nashabeh
Ketua Badan Pendidikan Tinggi
2. Prof. Dr. Sayyid Hani Fahs
Anggota Dewan Tinggi Syiah
3. Syaikh Abdullah al-Harari
Ketua Tarekat Habashi
4. Mr. Husam Mustafa Qaraqi
Anggota Tarekat Habashi
5. Prof. Dr. Ridwan Al-Sayyid
Fakultas Humaniora, Lebanese University; Pemred Majalah Al-Ijtihad
6. Syaikh Khalil Al-Mays
Mufti Zahleh and Beqa’ bagian Barat
LiBya
1. Prof. Ibrahim Al-Rabu
Sekretaris Dewan Dakwah Internasional
2. Dr. Al-Ujaili Farhat Al-Miri
Pengurus International Islamic Popular Leadership
1. Prof. Ibrahim Al-Rabu
Sekretaris Dewan Dakwah Internasional
2. Dr. Al-Ujaili Farhat Al-Miri
Pengurus International Islamic Popular Leadership
MALAYSIA
1. Dato’ Dr. Abdul Hamid Othman
Menteri Sekretariat Negara
2. Anwar Ibrahim
Mantan Perdana Menteri
3. Prof. Dr. Muhamad Hashem Kamaly
Dekan International Institute of Islamic Thought and Civilisation
4. Mr. Shahidan Kasem
Menteri Negara Bagian Perlis, Malaysia
5. Mr. Khayri Jamal Al-Din
Wakil Ketua Bidang Kepemudaan UMNO
1. Dato’ Dr. Abdul Hamid Othman
Menteri Sekretariat Negara
2. Anwar Ibrahim
Mantan Perdana Menteri
3. Prof. Dr. Muhamad Hashem Kamaly
Dekan International Institute of Islamic Thought and Civilisation
4. Mr. Shahidan Kasem
Menteri Negara Bagian Perlis, Malaysia
5. Mr. Khayri Jamal Al-Din
Wakil Ketua Bidang Kepemudaan UMNO
Maladewa
1. Dr. Mahmud Al-Shawqi
Menteri Pendidikan
1. Dr. Mahmud Al-Shawqi
Menteri Pendidikan
Maroko
1. Prof. Dr. Abbas Al-Jarari
Penasehat Raja
2. Prof. Dr. Mohammad Farouk Al-Nabhan
Mantan Kepala DarAl-Hadits Al-Hasaniyya
3. Prof. Dr. Ahmad Shawqi Benbin
Direktur Perpustakaan Hasaniyya
4. Prof. Dr. Najat Al-Marini
Departemen Bahasa Arab, Mohammed V University
1. Prof. Dr. Abbas Al-Jarari
Penasehat Raja
2. Prof. Dr. Mohammad Farouk Al-Nabhan
Mantan Kepala DarAl-Hadits Al-Hasaniyya
3. Prof. Dr. Ahmad Shawqi Benbin
Direktur Perpustakaan Hasaniyya
4. Prof. Dr. Najat Al-Marini
Departemen Bahasa Arab, Mohammed V University
NIGERIA
1. H.H. Prince Haji Ado Bayero
Amir Kano
2. Mr. Sulayman Osho
Sekjen Konferensi Islam Afrika
1. H.H. Prince Haji Ado Bayero
Amir Kano
2. Mr. Sulayman Osho
Sekjen Konferensi Islam Afrika
Kesultanan OMAN
1. Shaykh Ahmad bin Hamad Al-Khalili
Mufti Besar Kesultanan Oman
2. Shaykh Ahmad bin Sa’ud Al-Siyabi
Sekjen Kantor Mufti Besar
1. Shaykh Ahmad bin Hamad Al-Khalili
Mufti Besar Kesultanan Oman
2. Shaykh Ahmad bin Sa’ud Al-Siyabi
Sekjen Kantor Mufti Besar
PAKISTAN
1. Prof. Dr. Zafar Ishaq Ansari
Direktur Umum, Pusat Riset Islam, Islamabad
2. Dr. Reza Shah-Kazemi
Cendikiawan Muslim
3. Arif Kamal
Dubes Pakistan untuk Yordania
4. Prof. Dr. Mahmoud Ahmad Ghazi
Rektor Islamic University, Islamabad; Mantan Menteri Agama Pakistan
1. Prof. Dr. Zafar Ishaq Ansari
Direktur Umum, Pusat Riset Islam, Islamabad
2. Dr. Reza Shah-Kazemi
Cendikiawan Muslim
3. Arif Kamal
Dubes Pakistan untuk Yordania
4. Prof. Dr. Mahmoud Ahmad Ghazi
Rektor Islamic University, Islamabad; Mantan Menteri Agama Pakistan
PALESTINA
1. Shaykh Dr. Ikrimah Sabri
Mufti Besar Al-Quds dan Imam Besar Masjid Al-Aqsa
2. Shaykh Taysir Raj ab Al-Tamimi
Hakim Agung Palestina
1. Shaykh Dr. Ikrimah Sabri
Mufti Besar Al-Quds dan Imam Besar Masjid Al-Aqsa
2. Shaykh Taysir Raj ab Al-Tamimi
Hakim Agung Palestina
PORTUGAL
1. Mr. Abdool Magid Vakil
Ketua LSM Banco Efisa
2. Mr. Sohail Nakhooda
Pemred Islamica Magazine
1. Mr. Abdool Magid Vakil
Ketua LSM Banco Efisa
2. Mr. Sohail Nakhooda
Pemred Islamica Magazine
QATAR
1. Prof. Dr. Shaykh Yusuf Al-Qaradawi
Ketua Persatuan Internasional Ulama Islam
2. Prof. Dr. Aisha Al-Mana’i
Dekan Fakultas Hukum Islam, University of Qatar
1. Prof. Dr. Shaykh Yusuf Al-Qaradawi
Ketua Persatuan Internasional Ulama Islam
2. Prof. Dr. Aisha Al-Mana’i
Dekan Fakultas Hukum Islam, University of Qatar
RUSIA
1. Shaykh Rawi Ayn Al-Din
Ketua Urusan Muslim
2. Prof. Dr. Said Hibatullah Kamilev
Direktur, Moscow Institute of Islamic Civilisation
3. Dr. Murad Murtazein
Rektor, Islamic University, Moskow
1. Shaykh Rawi Ayn Al-Din
Ketua Urusan Muslim
2. Prof. Dr. Said Hibatullah Kamilev
Direktur, Moscow Institute of Islamic Civilisation
3. Dr. Murad Murtazein
Rektor, Islamic University, Moskow
ARAB SAUDI
1. Dr. Abd Al-Aziz bin Uthman Al-Touaijiri
Direktur Umum, The Islamic Educational, Scientific and Cultural
Organization (ISESCO)
2. Syaikh al-Habib Muhammad bin Abdurrahman al-Saqqaf
1. Dr. Abd Al-Aziz bin Uthman Al-Touaijiri
Direktur Umum, The Islamic Educational, Scientific and Cultural
Organization (ISESCO)
2. Syaikh al-Habib Muhammad bin Abdurrahman al-Saqqaf
SENEGAL
1. Al-Hajj Mustafa Sisi
Penasehat Khusus Presiden Senegal
1. Al-Hajj Mustafa Sisi
Penasehat Khusus Presiden Senegal
SINGAPORE
1. Dr. Yaqub Ibrahim
Menteri Lingkuhan Hidup dan Urusan Muslim
1. Dr. Yaqub Ibrahim
Menteri Lingkuhan Hidup dan Urusan Muslim
AFRIKA SELATAN
1. Shaykh Ibrahim Gabriels
Ketua Majlis Ulama Afrika Utara South African ‘Ulama’
1. Shaykh Ibrahim Gabriels
Ketua Majlis Ulama Afrika Utara South African ‘Ulama’
SUDAN
1. Abd Al-Rahman Sawar Al-Dhahab
Mantan Presiden Sudan
2. Dr. Isam Ahmad Al-Bashir
Menteri Agama
1. Abd Al-Rahman Sawar Al-Dhahab
Mantan Presiden Sudan
2. Dr. Isam Ahmad Al-Bashir
Menteri Agama
SWISS
1. Prof. Tariq Ramadan
Cendikiawan Muslim
1. Prof. Tariq Ramadan
Cendikiawan Muslim
SYRIA
1. Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buti
Dai, Pemikir dan Penulis Islam
2. Prof. Dr. Syaikh Wahba Mustafa Al-Zuhayli
Ketua Departemen Fiqih, Damascus University
3. Syaikh Dr. Ahmad Badr Hasoun
Mufti Besar Syria
1. Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buti
Dai, Pemikir dan Penulis Islam
2. Prof. Dr. Syaikh Wahba Mustafa Al-Zuhayli
Ketua Departemen Fiqih, Damascus University
3. Syaikh Dr. Ahmad Badr Hasoun
Mufti Besar Syria
THAILAND
1. Mr. Wan Muhammad Nur Matha
Penasehat Perdana Menteri
2. Wiboon Khusakul
Dubes Thailand untuk Irak
1. Mr. Wan Muhammad Nur Matha
Penasehat Perdana Menteri
2. Wiboon Khusakul
Dubes Thailand untuk Irak
TUNISIA
1. Prof. Dr. Al-Hadi Al-Bakkoush
Mantan Perdana Menteri Tunisia
2. Dr. Abu Baker Al-Akhzuri
Menteri Agama
1. Prof. Dr. Al-Hadi Al-Bakkoush
Mantan Perdana Menteri Tunisia
2. Dr. Abu Baker Al-Akhzuri
Menteri Agama
TURKI
1. Prof. Dr. Ekmeleddin I lis an og hi
Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI)
2. Prof. Dr. Mualla Saljuq
Dekan Fakultas Hukum, University of Ankara
3. Prof. Dr. Mustafa Qag nci
Mufti Besar Istanbul
4. Prof. Ibrahim Kafi Donmez
Profesor Fiqih University of Marmara
1. Prof. Dr. Ekmeleddin I lis an og hi
Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI)
2. Prof. Dr. Mualla Saljuq
Dekan Fakultas Hukum, University of Ankara
3. Prof. Dr. Mustafa Qag nci
Mufti Besar Istanbul
4. Prof. Ibrahim Kafi Donmez
Profesor Fiqih University of Marmara
UKRAINA
1. Shaykh Dr. Ahmad Tamim
Mufti Ukraina
1. Shaykh Dr. Ahmad Tamim
Mufti Ukraina
Uni Emirat Arab
1. Mr. Ali bin Al-Sayyid Abd Al-Rahman Al-Hashim
Penasehat Menteri Agama
2. Syaikh Muhammad Al-Banani
Hakim Pengadilan Tinggi
3. Dr. Abd al-Salam Muhammad Darwish al-Marzuqi
Hakim Pengadilan Dubai
1. Mr. Ali bin Al-Sayyid Abd Al-Rahman Al-Hashim
Penasehat Menteri Agama
2. Syaikh Muhammad Al-Banani
Hakim Pengadilan Tinggi
3. Dr. Abd al-Salam Muhammad Darwish al-Marzuqi
Hakim Pengadilan Dubai
Inggris
1. Syaikh Abdal Hakim Murad / Tim Winter
Dosen, University of Cambridge
2. Syaikh Yusuf Islam /Cat Steven
Dai Islam dan mantan penyanyi
3. Dr.FuadNahdi
Pemimpin Redaksi Q-News International
4. SamiYusuf
Penyanyi Lagu-lagu Islam
1. Syaikh Abdal Hakim Murad / Tim Winter
Dosen, University of Cambridge
2. Syaikh Yusuf Islam /Cat Steven
Dai Islam dan mantan penyanyi
3. Dr.FuadNahdi
Pemimpin Redaksi Q-News International
4. SamiYusuf
Penyanyi Lagu-lagu Islam
Amerika Serikat
1. Prof. Dr. Seyyed Hossein Nasr
Penulis dan profesor Studi-studi Islam, George Washington University
2. Syaikh Hamza Yusuf
Ketua Zaytuna Institute
3. Syaikh Faisal Abdur Rauf
Imam Masjid Jami Kota New York
4. Prof. Dr. Ingrid Mattson
Profesor Studi-studi Islam, Hartford Seminary; Ketua Masyarakat Islam
Amerika Utara (ISNA)
1. Prof. Dr. Seyyed Hossein Nasr
Penulis dan profesor Studi-studi Islam, George Washington University
2. Syaikh Hamza Yusuf
Ketua Zaytuna Institute
3. Syaikh Faisal Abdur Rauf
Imam Masjid Jami Kota New York
4. Prof. Dr. Ingrid Mattson
Profesor Studi-studi Islam, Hartford Seminary; Ketua Masyarakat Islam
Amerika Utara (ISNA)
UZBEKISTAN
1. Syaikh Muhammad Al-Sadiq Muhammad Yusuf
Mufti Besar
1. Syaikh Muhammad Al-Sadiq Muhammad Yusuf
Mufti Besar
Yaman
1. Syaikh Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz
Ketua Madrasah Dar al-Mustafa, Tarim
2. Syaikh Habib Ali Al-Jufri
Dai Internasional
3. Prof. Dr. Husayn Al-Umari
Anggota UNESCO; Profesor Sejarah, Universitas Sana’a’
1. Syaikh Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz
Ketua Madrasah Dar al-Mustafa, Tarim
2. Syaikh Habib Ali Al-Jufri
Dai Internasional
3. Prof. Dr. Husayn Al-Umari
Anggota UNESCO; Profesor Sejarah, Universitas Sana’a’
teks aslinya bisa dilihat di www.ammanmassage.com (Arab-Inggris); http://www.kingabdullah.jo/main2.php?page_id=464
———————————————-
———————————————-
Risalah Amman Yang Ditanda Tangani Kurang Lebih 500 Ulama Baik Syiah maupun Sunnah
Risalah ‘Amman (رسالة عمّان) dimulai sebagai deklarasi yang di rilis pada 27 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan 9 November 2004 M oleh HM Raja Abdullah II bin Al-Hussein di Amman, Yordania. Risalah Amman (رسالة عمّان) bermula dari upaya pencarian tentang manakah yang “Islam” dan mana yang bukan (Islam), aksi mana yang merepresentasikan Islam dan mana yang tidak (merepresentasikan Islam). Tujuannya adalah untuk memberikan kejelasan kepada dunia modern tentang “Islam yang benar (الطبيعة الحقيقية للإسلام)” dan “kebenaran Islam” (وطبيعة الإسلام الحقيقي).
Untuk lebih menguatkan asas otoritas keagamaan pada pernyataan ini, Raja Abdullah II mengirim tiga pertanyaan berikut kepada 24 ulama senior dari berbagai belahan dunia yang merepresentasikan seluruh Aliran dan Mazhab dalam Islam :
1. Siapakah seorang Muslim ?
2. Apakah boleh melakukan Takfir (memvonis Kafir) ?
3. Siapakah yang memiliki haq untuk mengeluarkan fatwa ?
Dengan berlandaskan fatwa-fatwa ulama besar (العلماء الكبار) –termasuk diantaranya Syaikhul Azhar (شيخ الأزهر), Ayatullah As-Sistaniy (آية الله السيستاني), Syekh Qardhawiy (شيخ القرضاوي)– , maka pada Juli tahun 2005 M, Raja Abdullah II mengadakan sebuah Konferensi Islam Internasional yang mengundang 200 Ulama terkemuka dunia dari 50 negara. Di Amman, ulama-ulama tersebut mengeluarkan sebuah panduan tentang tiga isu fundamental (yang kemudian dikenal dengan sebutan “Tiga Poin Risalah ‘Amman/محاور رسالة عمّان الثلاثة”), Berikut adalah kutipan Piagam Amman dari Konferensi Islam Internasional yang diadakan di Amman, Yordania, dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern” (27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.) dan dihadiri oleh ratusan Ulama’ dari seluruh dunia sebagai berikut:
[1]Siapapun yang mengikuti Madzhab yang 4 dari Ahlussunnah wal Jamaah (Madzhab Hanafiy, Malikiy, Syafi’iy, Hanbali), Madzhab Jakfariy, Madzhab Zaidiyah, Madzhab Ibadiy, Madzhab Dhahiriy, maka dia Muslim dan tidak boleh mentakfir-nya (memvonisnya kafir) dan haram darahnya, kehormatannya dan hartanya. dan juga dalam fatwa Fadlilatusy Syekh Al-Azhar tidak boleh mentakfir ulama-ulama beraqidah Al-Asy’ariyah dan aliran Tashawuf yang hakiki (benar). Demikian juga tidak boleh memvonis kafir ulama-ulama yang berpaham Salafiy yang shahih
Sebagaimana juga tidak boleh memvonis kafir kelompok kaum Muslimin yang lainnya yang beriman kepada Allah dan kepara Rasulullah, rukun-rukun Iman, menghormati rukun Islam dan tidak mengingkari informasi yang berasal dari agama Islam.
[2]. Sungguh diantara madzhab yang banyak tersebut memang terdapat perbedaan (ikhtilaf), maka ulama-ulama dari delapan madzhab tersebut bersepakat dalam mabda’ yang pokok bagi Islam. Semuanya beriman kepada Allah subhanahu wa ta’alaa yang Maha Esa, Al-Qur’an al-Karim adalah Kalamullah, Sayyidina Muhammad ‘alayhis shalatu wassalam adalah Nabi sekaligus Rasul bagi umat manusia seluruhnya, dan mereka bersepakat atas rukun Islam yang 5 : Syadatayn, Shalat, Zakat, puasa Ramadhan, Haji kepa Baitullah, dan juga bersepakat atas Rukun Imam yang 6 ; beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari kiamat, dan kepada Qadar yang baik dan buruk, dan ulama-ulama dari perngikut Madzhab tersebut berbeda pendapat dalam masalah Furu’ (cabang) dan bukan masalah Ushul (pokok), dan itu adalah Rahmat, dan terdahulu telah dikatakan ;
إنّ اختلاف العلماء في الرأي أمرٌ جيّد
“Sesungguhnya ikhtilaf (perbedaan pendapat) para Ulama dalam masalah pemikiran hal yang baik”
[3]. Pengakuan terhadap madzhab-madzhab dalam Islam berarti berkomitmen dengan metodologi (manhaj) dalam hal fatwa ; maka siapapun tidak boleh mengeluarkan fatwa selain yang memenuhi kriteria tertentu dalam setiap madzhab, dan tidak boleh berfatwa selain yang berkaitan dengan manhaj (metodologi) madzhab, tidak boleh seorang pun mampu mengklaim ijtihad dan mengembangkan/membuat madzhab/pendapat baru atau mengelurkan fatwa yang tidak bisa diterima yang dapat mengeluarkan kaum Muslim dari kaidah syar’iyyah, prinsip, ketetapan dari madzhabnya.
Tiga Poin Risalah ‘Amman ini lalu diadopsi oleh kepemimpinan politik dunia Islam pada pertemuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Mekkah pada Desember 2005. Dan setelah melewati satu tahun periode dari Juli 2005 hingga Juli 2006, piagam ini juga diadopsi oleh enam Dewan Ulama Islam Internasional. Secara keseluruhan, lebih dari 500 ulama Islam terkemuka telah mendukung Risalah ‘Amman dan tiga poin pentingnya.
Di antara penandatangan dan pengesah Risalah Amman ini adalah:
Afghanistan: Hamid Karzai (Presiden).
Amerika Serikat: Prof. Hossein Nasr, Syekh Hamza Yusuf (Institut Zaytuna), Ingrid Mattson (ISNA)
Arab Saudi: Raja Abdullah As-Saud, Dr. Abdul Aziz bin Utsman At-Touaijiri, Syekh Abdullah Sulaiman bin Mani’ (Dewan Ulama Senior).
Bahrain: Raja Hamad bin Isa Al-Khalifah, Dr. Farid bin Ya’qub Al-Miftah (Wakil Menteri Urusan Islam)
Bosnia Herzegovina: Prof. Dr. Syekh Mustafa Ceric (Ketua Ulama dan Mufti Agung), Prof. Enes Karic (Profesor Fakultas Studi Islam)
Mesir: Muhammad Sayid Thantawi (Mantan Syekh Al-Azhar), Prof. Dr. Ali Jum’ah (Mufti Agung), Ahmad Al-Tayyib (Syekh Al-Azhar)
India: Maulana Mahmood (Sekjen Jamiat Ulema-i-Hindi)
Indonesia: Maftuh Basyuni (Mantan Menag), Din Syamsuddin (Muhammadiyah), Hasyim Muzadi (NU).
Inggris: Dr. Hassan Shamsi Basha (Ahli Akademi Fikih Islam Internasional), Yusuf Islam, Sami Yusuf (Musisi).
Iran: Ayatullah Ali Khamenei (Wali Amr Muslimin), Ahmadinejad (Presiden), Ayatullah Ali Taskhiri (Sekjen Pendekatan Mazhab Dunia), Ayatullah Fadhil Lankarani.
Irak: Jalal Talabani (Presiden), Ayatullah Ali As-Sistani, Dr. Ahmad As-Samarai (Kepala Dewan Wakaf Sunni)
Kuwait: Syekh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber As-Sabah.
Lebanon: Ayatullah Husain Fadhlullah, Syekh Muhammad Rasyid Qabbani (Mufti Agung Sunni).
Oman: Syekh Ahmad bin Hamad Al-Khalili (Mufti Agung Kesultanan Oman)
Pakistan: Pervez Musharraf (Presiden), Syekh Muhammad Tahir-ul-Qadri (Dirjen Pusat Penelitian Islam), Muhammad Taqi Usmani.
Palestina: Syekh Dr. Ikramah Sabri (Mufti Agung dan Imam Al-Aqsha).
Qatar: Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Dr. Ali Ahmad As-Salus (Profesor Syariah Universitas Qatar).
Sudan: Omar Hassan Al-Bashir (Presiden).
Suriah: Syekh Ahmad Badr Hasoun (Mufti Agung), Syekh Wahbah Az-Zuhaili (Kepala Departemen Fikih), Salahuddin Ahmad Kuftaro.
Yaman: Habib Umar bin Hafiz (Darul Mustafa), Habib Ali Al-Jufri.
Yordania: Raja Abdullah II, Pangeran Ghazi bin Muhammad (Dewan Pengawas Institut Aal Al-Bayt), Syekh Izzuddin Al-Khatib At-Tamimi (Hakim Agung), Syekh Salim Falahat (Ikhwanul Muslimin Yordania).
sumber : ammanmessage.com
Tulisan Admin : [1]Siapapun yang mengikuti Madzhab yang 4 dari Ahlussunnah wal Jamaah (Madzhab Hanafiy, Malikiy, Syafi’iy, Hanbali), Madzhab Jakfariy, Madzhab Zaidiyah, Madzhab Ibadiy, Madzhab Dhahiriy, maka dia Muslim dan tidak boleh mentakfir-nya (memvonisnya kafir)
Tulisan yang di tambah dengan karena di tulis 4 Madzhab dari Ahlussunnah wal Jamaah yaitu Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali kemudian di sisipkan Madzhab Jakfariy, Madzhab Zaidiyah, Madzhab Ibadiy, Madzhab Dhahiriy untuk memasukan Syiah tapi sayang tidak teliti "jadi batal terkelabui", apalagi umum diketahui Jakfar tidak pernah membuat kitap sesuilpun seperti Fiqih maupun Hadist coba buktikan kalau ada, yang ada perkataan jakfar yang di jadikan hadist oleh agama syiah itupun tidak bisa dibuktikan sah dari perkataan Jakfar Sendiri yang ada buktinya jakfar menentang Syiah "Sadarlah Orang Banjar"
Aneh @Anonymous nih, minta bukti rujukannya, tapi admin sudah menulis buktinya diatas disambat kadada buktinya/rujukannya...aneh...bawa istighfar ja dulu nyaman kapala dingin. Dibaca bujur-bujur sumber ambilan admin (Nang kaya diatas ammanmessage.com rujukannya). kada usah telalu betaklid buta wan suatu mazhab..yang jelas admin disini nih mambawai "persatuan Islam", kada usah mambawa ngaran Sunni, Syi'ah wan Wahabi, nang kada basambahyangan ja di Banjar neh hibak ja, tapi urang "Kada mauk"..jangan piragah situ aja nang ampun Banjar, mun ada nang salah ditulisan admin tuh ditulis aja balasannya disini dengan baik-baik/santun, kaitu urang baiman wan batuah tuh pintarai..kada usah pina "hamuk" banar pina situ aja "Ampun surga", jadi pembaca malihat mana nang "Bujur-bujur Ba akhlak kaya Nabi"
Buhan Sungai Tabuk @ Dasar bujur coba buktiakan mana bukti kalau jakfar maulah mazhad mana kitap jakfar, mana kitap jakfar tentang kumpulan Hadist, dan bujur nang ada Transkrif jakfar MENENTANG syiah, di sini kada masalah persatuan tetapi masalah KEBENARAN, mari buka mata awan talinga kada managuk sabuting informasi ja, Mana tulisan unda nang pina hamuk, UNDA HANYA MINTA BUKTI, Biar nang manbaca tahu KEBENARAN
Sorang timbul rasa cucuk wan @Buhan Sungai Tabuk, sorang copy paste nah....kada usah mambawa ngaran Sunni, Syi'ah wan Wahabi, nang kada basambahyangan ja di Banjar neh hibak ja, tapi urang "Kada mauk"..jangan piragah situ aja nang ampun Banjar, mun ada nang salah ditulisan admin tuh ditulis aja balasannya disini dengan baik-baik/santun, kaitu urang baiman wan batuah tuh pintarai..kada usah pina "hamuk" banar pina situ aja "Ampun surga", jadi pembaca malihat mana nang "Bujur-bujur Ba akhlak kaya Nabi", mun panderan @Anonymous kaya ngitu busiah kita dibalik ditakuni urang buktiakan kalau Syafei, Hanafi, maliki wan Hambali dan wahabi maulah mazhab????, nang sorang pikirakan bujur admin "Parsatuan Aja", napa garang ngalihnya??? Kada usah parasa "Pambujurnya"...mun marasa pambujurnya ngitu ngarannya "Hamuk"...Kita nang bahualan admin ja "Hinip" za, soalnya adminnya "Bapikir", kadapang "Hamuk"...Damai ja wal ai....Hidup ISLAM
yang punya blog ini koq benci bgt sama saudi arabia .. dan terlalu memojokkan negara saudi ingat pak makah dan madinah di jaga allah dari masuknya dajjal laknatullah... termasuk fitnah2 seperti ini anda sengaja hembuskan ke masyarakat agar org2 membenci negara saudi yang dengan keras memerangi syiah ,...dan memang para ulama saudi byk memfatwakan kalau syiah itu memang sesat karna byk bukti2 sejarah tentang kebiadaban syiah.orang syiah yang minoritas di negara ini mengambil simpatisan dari sunni yang mayoritas dgn alasan persamaan dan persaudaraan tapi di balik itu swmua pasti mreka ingin menguasai negara ini dengan paham syiah bahkan dengan membunuh dan membantai umat sunni di halalkan olleh ulama2 mereka.. hati2 lah kaum muslimin dgn taqiyah2 mereka.. dajal nanti akan keluar dari khurasan IRAN bersama 70rb org yahudi( syiah=yahudi) karna tokoh yang pertama membuat agama ini adl abdullah bin saba tokoh rahib yahudi yang masuk islam.. yang mereka anggap(orang2 syiah) sebagai tokoh fiktif, padahal itu semua nyata
@Abi Umi, blog ini bukan benci bgt sama saudi arabia, tapi mengingatkan sesama muslim jangan saling berantem, kalau anda PENCINTA Syi'ah 12 Imam / Jakfari / Imamiah maka BERANILAH membaca Kitab Lillahi Tsuma Lil-Tarikh atau buku “MENGAPA SAYA KELUAR DARI SYIAH” Karya Husain al-Musawi..yg diterbitkan oleh Pustaka al-Kautsar ( yang dibantah di http://syiahali.wordpress.com/2010/12/26/bedah-buku-%E2%80%9Cmengapa-saya-keluar-dari-syiah%E2%80%9D-karya-husain-al-musawi-yg-diterbitkan-oleh-pustaka-al-kautsar/ ), kalau ANDA Abi Umi PEMBENCI Syi'ah 12 Imam / Jakfari / Imamiah maka BERANILAH membaca buku DEMI ALLAH JUNJUNGLAH KEBENARAN,ini adalah jawaban dari buku MENGAPA AKU KELUAR DARI SYIAH ( http://belibuku.net/demi-allah-junjunglah-kebenaran/ )
Persatuan aza@ - saya tidak perlu mngambil rujukan yg bkan dari AL-QURAN dan HADIST.Saya yakin di buku yang anda sodorkan itu semua berisi jawaban2 taqiyah,..karna taqiyah(kebohongan) merupakan pondasi aqidah org syiah...bahkan tidak ada agama bagi org2 yg tidak bertaqiyah..
Satu pertanyaan saya? kalian PASTI beriman bhw imam kalian ma'shum .dan kalianpun yakin akn ka ke ma'shuman hasan bin ali ,ia jg termasuk ahlul baiyt,.yg saya tanyakan d sini...kenapa hasan bin ali pada saat itu MENYERAHKAN urusan ke khalifahan kepada MU'AWIYAH, dmana letak ke'mashuman nya? tolong d jawab?
@Abi Umi- saya tidak perlu mngambil rujukan yg bkan dari AL-QURAN dan HADIST. Saya yakin di komen yang anda sodorkan itu semua berisi ajakan perpecahan ummat ISLAM,..karna ZIONIS merupakan pondasi aqidah org pembenci persatuan ISLAM...bahkan tidak ada agama bagi org2 yg tidak INGIN BERSATU sesama ISLAM..Satu pertanyaan saya? kalian PASTI beriman bhw imam kalian ma'shum .dan kalianpun yakin akn ka ke ma'shuman hasan bin ali ,ia jg termasuk ahlul baiyt,.yg saya tanyakan d sini...kenapa hasan bin ali pada saat itu MENYERAHKAN urusan ke khalifahan kepada MU'AWIYAH, dmana letak ke'mashuman nya? tolong d jawab?
LALU menurut ANDA Apakah kehebatan MUAWIYAH dari Imam Hasan yg merupakan salah satu penghulu pemuda surga , sehingga ANDA RAGUKAN ??? Jng terlalu FANATIK akan satu golongan ...PERSATUAN AZA...agar tdk gampang diadu domba...!!!!!
Persatuan aza@ -Saya disini bukan untuk mencoba memprovokasi dan mengadakan perpecahan tapi saya berhak untuk menyampaikan kebenaran agar saudara saya sesama ahlus sunnah waljama'ah tdk diracuni dgn pikiran2 busuk kaum syiah rofidoh.
di sini saya perlu JELASKAN..
kami ahlus sunnah waljama'ah semua beriman dan menghormati para sahabat nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti
abu bakkar radhiyallahu 'anhu.,umar radhiyallahu 'anhu.,utsman radhiyallahu 'anhu.,dan ali radhiyallahu 'anhu.. serta istri dan ahlul baitnya
termasuk dsini Aisyah radliyallâhu 'anha,dan hafsah radliyallâhu 'anha serta cucu rasulullah salallahu alaihi wassalam hassan radhiyallahu 'anhu dan hussain radhiyallahu 'anhu.. serta Para Sahabat radhiyallahu 'anhum.yang lainnya..
kami tidak membeda-bedakan antara yg satu dgn yg lainnya dan kami jg tdk ghuluw (berlebih-lebihan) dlm menganggungkan dan mencintai mereka karena hal itu akan menjerumuskan kepada kesyirikan ,dan kami beriman bhw mereka semua berada di atas jalan yang haq..
allah berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
(QS: At-Taubah Ayat: 100)
dan saya tau biasanya org2 (syiah) punya tafsiran tersendiri dgn ayat di atas..
dgn hasil taqiyah ulama2 anda dan hadist2 palsu dari para imam2 anda
yg menyatakan bhw yg di maksud ayat di atas bukan seluruh dari sahabat nabi tapi ada pengecualian... namun hal itu bathil dan tdk benar.
saya rasa anda blm menjawab pertanyaan saya kmren?????
@Abi Umi berkata "Saya disini bukan untuk mencoba memprovokasi dan mengadakan perpecahan tapi saya berhak untuk menyampaikan kebenaran agar saudara saya sesama ahlus sunnah waljama'ah tdk diracuni dgn pikiran2 busuk kaum syiah rofidoh", LALU apakah anda Abi Umi MEWAKILI KEBENARAN??? Anda Abi Umi Punya TAFSIR berbeda dengan orang lain mengenai apa arti KEBENARAN, lalu apa anda LANGSUNG meng KAFIRKAN, MEMBID'AH kan org tsb, yg BENAR anda Abi Umi sudah diracuni pikiran2 busuk kaum ZIONIS berbaju agama yg menyukai perpecahan & adu domba...!!!! Lalu Abi Umi bilang "saya rasa anda blm menjawab pertanyaan saya kmren?????" Lalu apakah anda sudah menjawab pertanyaan saya, Apakah anda meragukan keutamaan Sang Penghulu Pemuda Surga cucunda Nabi Muhammad al Imam Hasan???, kl ANda sudah meragukan keutamaan Imam Hasan, apalagi sy & ANDA serta seluruh kaum muslimin yg bukan penghulu pemuda surga??? Dasar ZIONIS, maunya mecah belah ummat ISLAM...Persatuan Aja emang masalah bangetz ya buat ANDA...!!! Apakah anda punya kavling Surga jd merasa PALING BENAR dari orang lain...ini Indonesia Bung, bukan Timur Tengah yg gampang di adu domba...!!! oh Indahnya PErsatuan ISlam...!!!!!! Gt aja koq repot..!!!!
Untuk Abi Umi yg merasa PALING BENAR dan orang yg berbeda pemahaman dan penafsiran dengan dia adalah SALAH, kl menurut sy, blog ini sudah menampilkan KUNCI SUKSES Islam adalah Persatuan Ummat Islam, karena musuh kita bersama ummat manusia dan ummat Islam adalah Sifat ZIONIS INternasional yg menyukai adu-domba/perpecahan dan kekerasan, khusus ttng sahabat blog ini sudah menyajikan berita klarifikasi HARAM menghujat Sahabat oleh Rahbar / Pimpinan Tertinggi Spritual Republik Islam Iran yg menganut Islam Syiah 12 Imam / Mazhab Jakfari / Imamiah di http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2013/06/haram-menghujat-istri-istri-nabi-para.html#axzz2lRSq156d
persatuan aza@ untuk pertanyaan anda sudah saya jawab panjang lebar di ats mungkin anda tidak tau atau bhkan pura2 tdk mengerti..
kebenaran hanya milik allah dan rasulnya selama saya berpegang dgn alquran dan hadist saya yakin saya berada di atas kebenaran,.(bukan berpegang dgn ke 12 imam yg anda yakini) saya yakin org syiah hanya berpura2 untuk tidak mencela istri nabi dan para sahabatnya..karna mereka tdk berani terang2 an untuk itu..
anda menuduh saya zionis bukan kah anda yg lebih pantas di sebu zionis... karna ajaran syiah banyak kesamaan nya dgn zionis...
abdullah bin saba kan dari yahudi jd pengikutnya sekarang ini sama seperti dedengkotnya dong.. jadi (zionis teriak zionis)...
@Abi Umi, dimana-mana yg namanya kl namanya pembawa, pencipta dan pembuat suatu ajaran tentu akan DIPUJA oleh para pengikutnya, ANDA Abi Umi menuduh sesama muslim, khususnya ISLAM Syiah 12 Imam/Imamiah/Jakfari dibawa oleh Abdullah bin Saba, TAPI sampai hari ini mereka TIDAK PERNAH menghaul dan memperingati hari MILADNYA si ABDULLAH BIn SABA sang Tokoh Fiktif yg dihembuskan para Zionis berbaju agama MIRIP seperti ANda yg mencoba mengadu Islam Sunni dan Islam Syiah, kl anak/saudara/keluarga anda ternyata menjadi islam sunni, Islam wahabi dan ada yg islam syi'ah karena mereka mempunyai TAFSIR sendiri, lalu ketika berbeda Anda mengucapkan KAFIR & BID'AH pada anak/saudara/keluarg anda hingga terjadi "PERTUMPAHAN DARAH" sesama muslim, sedangkan kanjeng Nabi Muhammad mengutamakan AKHLAK ketimbang kekerasan, trus pertanyaan yg mana sudah anda JAWAB jng pura-pura sudah menjwb, APAKAH KEUTAMAAN MUAWIYAH lebih UTAMA dari sayidina HAsan sang cucunda nabi Muhammad penghulu Pemuda Surga, tolong tampilkan surah di AL-Qur'an yg mengutamakan MUAWIYAH?????? Dasar ZIONIS suka memecah belah bangsa dan ummat manusia...!!!!...Persatua AJA, tidak usah terlalu merasa paling BENAR....!!!!!!! Kita ada kekurangan & Kelebihan...terimalah perbedaan itu sebgai rahmatan lil 'allamin....Hidup Persatuan Islam...Hidup Persatuan Ummat Manusia...!!!!!
Dakwaan yang mengatakan Abdullah bin Saba itu adalah tokoh fiktif, selalu
dielu-elukan oleh orang syi'ah modern dan orang orentalis, agar mereka bisa
diterima ditengah-temgah masyarakat. Dakwaan seperti ini bagaikan orang
yang mengingkari cahaya matahari ditengah siang bolong lagi cerah.
Marilah kita lihat apa pengakuan orang syiah terdahulu terhadap keberadaan
Abdullah bin Saba, sebagai bukti yang konkrit atas keberadaannya :
1) An Nasyi Al Akbar (293 H) mencantumkan tantang Ibnu Saba, dan
golongan As Sabaiyah, yang teksnya: "Dan suatu golongan yang mereka
mendakwahkan bahwa Ali 'alaihi salam masih hidup dan tidak pernah mati,
dan ia tidak akan mati sampai ia menghalau (mengumpulkan) orang arab
dengan tongkatnya, orang ini adalah As Sabaiyah, pengikut Abdullah bin
Saba. Dan adalah Abdullah bin Saba seorang laki-laki dari penduduk San'a,
seorang yahudi, telah masuk Islam lewat tangan Ali dan bermukim di Al
Madain…."1
2) Al Qummi (301 H), menyebutkan : "Sesungguhnya Abdullah bin Saba
adalah orang yang pertama sekali menampakkan celaan atas Abu Bakr,
Umar, dan Utsman, serta para sahabat, dan berlepas diri dari mereka. Dan ia
mendakwakan sesungguhnya Ali-lah yang memerintahkannya akan hal itu.
Dan sesungguhnya Taqiyah tidak boleh. Lalu Ali diberitahukan, lantas Alipun
menanyakannya akan hal itu, maka ia mengakuinya. Dan Ali memerintah
untuk membunuhnya, lalu orang-orang berteriak dari setiap penjuru : "Wahai
Amirul Mukminin apakah anda akan membunuh seorang yang mengajak
kepada mencintai kalian Ahli Bait, dan mengajak kepada setia kepadamu dan
berlepas diri dari musuh-musuhmu, maka biarkan dia pergi ke Al Madain"2
3) An Naubakhti (310H) menyetujui Al Qummi dalam memperkuat baritaberita
tentang Abdullah bin Saba, lalu ia menyebutkan satu contoh, yaitu
bahwasanya tatkala sampai kepada Abdullah bin Saba berita kematian Ali di
Madain, maka ia berkata kepada orang yang membawa berita itu : "Kamu
telah berdusta kalau seandainya kamu datang kepada kami dengan otaknya
sebanyak tujuh puluh kantong, dan kamu mendatangkan tujuh puluh saksi
atas kematiannya, maka sungguh kami telah mengetahui sesungguhnya dia
belum mati, dan tidak terbunuh, dan tidak akan mati sampai ia memiliki
bumi"3.
1 Masailul Imaamah Wa Muqtathofaat minil kitabil Ausath fil Maqalat / ditahqiq oleh Yusuf Faan As, (Bairut 1971)
hal : 22, 23
2 Al Maqaalat wal Firaq, hal : 20. Diedit dan dikomenteri ser ta kata pengantar oleh Dr. Muhammad Jawad
Masykur, diterbitkan oleh Muasasah Mathbu'ati 'athani, Teheran 1963
3 Firaqus Syi'ah : hal : 23. oleh Abu Muhammad Al Hasan bin Musa An Naubakhti, ditashhih oleh H. Raiter,
Istambul, percetakan Ad Daulah, 1931
msh byk lg keterangan yg di nukil dr ulama2 syiah itu sendiri yg tdk bs dsebutkan semuanya.
Dengan demikian dapatlah kita memastikan bahwa Abdullah bin Saba,
bukanlah tokoh fiktif akan tetapi adalah tokoh yang ada realitanya, dan
terbukti ia itu ada. Hal itu telah disaksikan sendiri oleh buku-buku syiah itu sendiri.
kami pemuda anshor Nahdatul ulama di banjarmasin menolak SYIAH ROFIDAH dan SYIAH-SYIAH yang lain yg mencoba mencari simpati di bumi ''KAYUH BAIMBAI''..
@ Abi Umi, setelah anda Abi Umi TIDAK BISA MENJAWAB pertanyaan Persatua Aza tentang "APAKAH KEUTAMAAN MUAWIYAH lebih UTAMA dari sayidina HAsan sang cucunda nabi Muhammad penghulu Pemuda Surga, tolong tampilkan surah di AL-Qur'an yg mengutamakan MUAWIYAH??????, sekarang dia mau mencoba mengadu domba lagi antara Persatuan Aza yang Sunni dengan "pemuda anshor Nahdatul ulama di banjarmasin", supaya Islam Sunni dan Islam Syi'ah Banjarmasin BENTROK, jujur aza Abi Umi lah KAMI INI SUDAH MUAR lawan yg namanya KERUSUHAN (ala kejadian thn 97), kami di banua Banjar hanya ingin PERSATUAN sesama Ummat Manusia sesama ummat Islam, jng sampai AKIDAH kekerasan ala WAHABI TAKFIRI si ZIONIS INTERNASIONAL berbaju agama yg anda anut HIDUP & BERKEMBANG di bumi kami Banjarmasin...JIHAD AJA ENTE KE SURIAH SANA ...kl pina mati SYAHID... kl pina dapat bidan lari...dasar bubuhan DAJJAL suka adu domba, kl kutipan -kutipan semua orang bisa menampilkan...(kan tdk percaya buku, kecuali alqur'an dan hadis...ya Abi Umi BEGO).... INTINYA IKAM Abi Umi adalah ZIONIS yg hendak mengacau Persatuan Ummat Islam di bumi Indonesia, yg hendak mengacau Negara Kesatuan Republik Indonesia...... KALAU WANI TANTANG DEBAT SECARA ILMIAH BAIK ISLAM SUNNI, ISLAM WAHABI dan ISLAM SYI'AH, siarkan LIVE, kan duit ZIONIS banyak..jd ISLAM tercerahkan ..bukan malah menciptakan HOROR KEBENCIAN sesama Ummat ISLAM...DASAR SETAN ZIONIS....!!!!!
@ Buhan Sungai Tabuk, sabar..sabar wal ai...menghadapi ZIONIS berbaju agama seperti ABi Umi ini memang kita di ajak BEGO, tapi begitulah, ketika hati dan akal tidak "seimbang", hanya NAFSU yg dikedepankan... katanya tdk percaya buku, apalagi buku Syi'ah... sekarang malah bawa argumen buku Syi'ah (yg BELUM TENTU DIPERCAYA ulama Syi'ah 12 Imam / mazhab Jakfari / Imamiah )...kasian Abi Umi, saya ini Islam Sunni, cuma paham bagaimana bersikap seperti Pimpinan Nahdiyin saat ini Said Aqil Siraj yg TiDaK masalah dng keberadaan Syi'ah, begitu jg dng Pimpinan Muhammadiyah sekelas Din Syamsuddin TiDaK masalah dng keberadaan Syi'ah 12 Imam / Imamiah / Mazhab Jakfari di Indonesia, Lalu anda Abi Umi ikut siapa???? ikut ZIONIS si tukang adu domba dan merasa paling BENAR diantara orang lain ???? ^_^... ^_^... ini blog orang syiah yg mem FIKTIF kan http://syiahali.wordpress.com/2010/11/01/abdullah-bin-saba-tokoh-fiktif-yang-menjadi-senjata-andalan-sunni-menghancurkan-nama-baik-mazhab-ahlulbait/ dan ini blog yg tdk mem FIKTIF kan http://www.akhirzaman.info/e-book/113/1760-abdullah-bin-saba-bukan-tokoh-fiktif.html ... Persatuan Aza...gt aja koq repot...!!!!!!
Mudahan nang komen disini bauntung batuah... bisa basilaturahim... badapatan ...akhirnya bangkatan dingsanak..... lau DAMAI... umpat MAMBACA dah ..... (supaya kada taumpat BEGO)... heheheheee . Salam kenal za buat yang komen dari CINTA DAMAI
Mereka semua itu sebenarnya telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ dari satu sumber yaitu; Sayf ibn Umar at-Tamimi dalam bukunya “al-Futuh al-kabir wa al-riddah dan al-Jamal wal-masir Aishah wa Ali”. Dari cerita Sayf inilah beberapa orang penulis telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ tersebut. Padahal pribadi Sayf adalah seorang penulis yang tidak dipercaya oleh kebanyakan penulis-penulis kitab rijal seperti Yahya ibn Mu’in, Abu Dawud, al-Nasai, Ibn Abi Hatim, Ibn al-Sukn, Ibn Hibban, al-Daraqutni, al-Hakim, al-Firuzabadi, Ibn Hajar, al-Suyuti, dan al-Safi al-Din. Istilah Saba’iyyah diberikan maksudnya yang baru oleh Sayf ibn Umar pada pertengahan kedua tahun Hijrah yang menggunakannya untuk ditujukan kepada golongan sesat yang kononnya diasaskan oleh tokoh khayalan Abdullah ibn Saba’.
Abdullah Bin Saba’ Pendiri Syiah, Benarkah?
Tuduhan bahwa madzhab syiah adalah ajaran dari si Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’ telah lama diketengahkan kepada masyarakat muslim dan semacam sudah merasuk di tengah masyarakat bahwa syiah adalah ajaran Yahudi Abdullah ibn Saba’ yang berpura-pura memeluk Islam tetapi bertujuan untuk menghancurkan pegangan aqidah umat Islam.
Abdullah bin Saba’ dikatakan sebagai pendiri madzhab Saba’iyyah yang mengemukakan teori bahwa Ali adalah wasi Muhammad SAWW. Abdullah ibn Saba’ juga dikenali dengan nama Ibn al-Sawda’ atau ibn ‘Amat al-Sawda’- anak wanita kulit hitam. Pada hakikatnya cerita Abdullah ibn Saba’ adalah satu dongengan (fiktif) semata.
Allamah Murtadha Askari telah membuktikan bahwa cerita Abdullah ibn Saba’ yang terdapat dalam beberapa kitab Ahlusunah bersumber dari Al-Tabari (w.310H/922M), Ibn Asakir (w571H/1175M), Ibn Abi Bakr (w741H/1340M) dan al-Dhahabi (w747H/1346M). Mereka semua itu sebenarnya telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ dari satu sumber yaitu; Sayf ibn Umar at-Tamimi dalam bukunya “al-Futuh al-kabir wa al-riddah dan al-Jamal wal-masir Aishah wa Ali”. [Murtadha Askari, Abdullah ibn Saba' wa digar afsanehaye tarikhi, Tehran, 1360 H].
Sayf adalah seorang penulis yang tidak dipercaya oleh kebanyakan penulis-penulis kitab rijal seperti Yahya ibn Mu’in (w233/847H), Abu Dawud (w275H/888M), al-Nasai (w303H/915M), Ibn Abi Hatim (w327H/938M), Ibn al-Sukn (w353H/964M), Ibn Hibban (w354H/965M), al-Daraqutni (w385H/995M), al-Hakim (w405H/1014M), al-Firuzabadi (w817H/1414M), Ibn Hajar (w852H/1448M), al-Suyuti (w911H/1505M, dan al-Safi al-Din (w923H/1517M).
Abdullah ibn Saba’, kononnya seorang Yahudi yang memeluk Islam pada zaman Uthman, dikatakan seorang pengikut Ali yang setia. Dia mengembara dari satu tempat ke satu tempat lain untuk menghasut orang banyak supaya bangun dan memberontak menentang khalifah Uthman bin Affan. Sayf menyatakan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah sebagai pengasas ajaran Sabaiyyah dan pengasas madzhab ghuluww (sesat). Menurut Allamah Askari, pribadi Abdullah ibn Saba’ ini adalah hasil rekaan Sayf yang juga telah berhasil mencipta beberapa pribadi, tempat, dan kota lain hasil khayalannya. Dari cerita Sayf inilah beberapa orang penulis telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ tersebut. Beberapa orang yang erpengaruh dengan kisah bohong Sayf seperti: Said ibn Abdullah ibn Abi Khalaf al-Ashari al-Qummi (w301H/913M) dalam bukunya al-Maqalat al-Firaq, al-Hasan ibn Musa al-Nawbakhti (w310H/922M) dalam bukunya Firaq al-Shiah, dan Ali ibn Ismail al-As’ari (w324H/935M) dalam bukunya Maqalat al-Islamiyyin.
Allamah al-Askari mengupas hakekat cerita Abdullah ibn Saba’ dari riwayat syiah dari Rijal oleh al-Kashshi. Al-Kashshi telah meriwayatkan dari sumber Sa’d ibn Abdullah al-Ashari al-Qummi yang menyebut bahawa Abdullah ibn Saba’ mempercayai kesucian Ali sehingga menganggapnya sebagai seorang nabi. Hal itu karena mengikut dua riwayat ini, Ali AS memerintahkannya menyingkirkan fahaman tersebut, dan disebabkan keengganannya itu Abdullah ibn Saba telah dihukum bakar hidup-hidup. Walau bagaimanapun menurut Sa’d ibn Abdullah, Ali telah menghalau Ibn Saba’ ke Madain dan di sana dia menetap sehingga Ali AS menemui kesyahidannya. Pada ketika itu Abdullah ibn Saba’ mengatakan: Ali AS tidak wafat, sebaliknya, ia akan kembali semula ke dunia.
Al-Kashshi, selepas meriwayatkan lima riwayat yang berkaitan dengan Abdullah ibn Saba’ menyatakan bahwa tokoh ini didakwa oleh golongan Sunni sebagai orang yang pertama yang mengumumkan tentang Imamah (kepemimpinan) Ali AS. Allamah Askari menyatakan bahwa hukuman bakar hidup-hidup adalah satu perkara bid’ah yang bertentangan dengan hukum Islam, tiada beda antara madzhab Syi’ah ataupun Sunnah.
Kisah tersebut tidak akan pernah kita jumpai dalam kitab-kitab karya tokoh-tokoh sejarah yang masyhur seperti Ibn al-Khayyat, al-Yakubi, al-Tabari, al-Masudi, Ibn Al-Athir, ibn Kathir atau Ibn Khaldun. Peranan yang dimainkan oleh Abdullah ibn Saba’ sebelum peristiwa pembunuhan Uthman atau pada zaman pemerintahan Imam Ali AS tidak pernah disebut oleh para penulis yang terdahulu seperti Ibn Sa’d (w230H/844M0, al-Baladhuri (w279H/892M) atau al-Yaqubi. Hanya al-Baladhuri yang hanya sekali saja menyebut namanya dalam buku Ansab al-Ashraf ketika meriwayatkan peristiwa pada zaman Imam Ali AS. Al-Baladuri berkata: ” Hujr ibn Adi al-Kindi, Amr ibn al-Hamiq al-Khuzai, Hibah ibn Juwayn al-Bajli al-Arani, dan Abdullah ibn Wahab al-Hamdani – ibn Saba’ datang kepada Imam Ali AS dan bertanya kepada Ali AS tentang Abu Bakar dan Umar…”. Ibn Qutaybah (w276H/889M) dalam bukunya al-Imamah wal-Siyasah dan al-Thaqafi (w284H/897M) dalam al-Gharat telah menyatakan peristiwa tersebut. Ibn Qutaybah memberikan identitas orang ini sebagai Abdullah ibn Saba’. Sa’d ibn Abdullah al-Ashari dalam bukunya al-Maqalat wal-Firaq menyebutkan namanya sebagai Abdullah ibn Saba’ pengasas ajaran Saba’iyyah – sebagai Abdullah ibn Wahb al-Rasibi. Ibn Malukah (w474H/1082M) dalam bukunya Al-Ikmal dan al-Dhahabi (w748H/1347M) dalam bukunya al-Mushtabah ketika menerangkan perkataan ‘Sabaiyyah ‘, menyebut Abdullah ibn Wahb al-Saba’i, sebagai pemimpin Khawarij. Ibn Hajar (w852H/1448M) dalam Tansir al-Mutanabbih menerangkan bahawa Saba’iyyah sebagai ‘ satu kumpulan Khawarij yang diketuai oleh Abdullah ibn Wahb al-Saba’i’. Al-Maqrizi (w848H/1444M) dalam bukunya al-Khitat menamakan tokoh khayalan Abdullah ibn Saba’ ini sebagai ‘Abdullah ibn Wahb ibn Saba’, juga dikenali sebagai Ibn al-Sawda’ al-Saba’i.’
Allamah Askari mengemukakan rasa keheranannya disaat tidak seorang pun dari para penulis tokoh Abdullah ibn Saba’ ini menyertakan nasabnya, satu perkara yang agak ganjil bagi seorang Arab yang pada zamannya memainkan peranan yang penting. Penulis sejarah Arab tidak pernah gagal menyebutkan nasab bagi kabilah-kabilah Arab yang terkemuka pada zaman awal Islam. Tetapi dalam kisah Abdullah ibn Saba’, yang dikatakan berasal dari San’a Yaman, tidak dinyatakan kabilahnya. Allamah Askari yakin bahawa Ibn Saba’ dan golongan Sabai’yyah adalah satu cerita khayalan dari Sayf ibn Umar yang ternyata turut menulis cerita-cerita khayalan lain dalam bukunya. Walau bagaimanapun, nama Abdullah ibn Wahb ibn Rasib ibn Malik ibn Midan ibn Malik ibn Nasr al-Azd ibn Ghawth ibn Nubatah in Malik ibn Zayd ibn Kahlan ibn Saba’, seorang Rasibi, Azdi dan Saba’i adalah pemimpin Khawarij yang terbunuh dalam Peperangan Nahrawan ketika menentang Imam Ali AS.
Nampaknya kisah tokoh Khawarij ini telah diambil oleh penulis kisah khayalan itu (Sayf bin Umar at-Tamimi) untuk melukiskan pribadi khayalan yang menjadi orang pertama menyebarkan Imamah Ali AS. Nama pribadi ini tiba-tiba muncul untuk memimpin pemberontakan terhadap khalifah Uthman, menjadi dalang mencetuskan Perang Jamal, menyebarkan kesucian Ali AS, kemudian dibakar hidup-hidup oleh Ali AS atau dihalau oleh Ali AS dan tinggal dalam buangan, selepas wafat Imam Ali AS. Abdullah bin Saba’ dinyatakan sebagai penyebar ajaran kesucian Ali AS, dan Ali tidak mati melainkan akan hidup kembali. Ia digambarkan sebagai pribadi yang paling vokal dan lantang di hadapan musuh-musuh Ali AS.
Menurut Allamah Askari, perkataan Saba’iyyah adalah berasal-usul sebagai satu istilah umum untuk kabilah dari bahagian selatan Semenanjung Tanah Arab iaitu Bani Qahtan dari Yaman. Kemudian disebabkan banyak daripada pengikut-pengikut Imam Ali bin Abi Talib AS berasal dari Yaman seperti Ammar ibn Yasir, Malik al-Ashtar, Kumayl ibn Ziyad, Hujr ibn Adi, Adi ibn Hatim, Qays ibn Sa’d ibn Ubadah, Khuzaymah ibn Thabit, Sahl ibn Hunayf, Uthman ibn Hunayf, Amr ibn Hamiq, Sulayman ibn Surad, Abdullah Badil, maka istilah tersebut ditujukan kepada para penyokong Ali AS ini. Justru Ziyad ibn Abihi pada suatu ketika mendakwa Hujr dan teman-temannya sebagai ‘Saba’iyyah.’ Dengan bertukarnya maksud istilah, maka istilah itu juga turut ditujukan kepada Mukhtar dan penyokong-penyokongnya yang juga terdiri dari kelompok-kelompok yang berasal dari Yaman. Selepas runtuhnya Bani Umayyah, istilah Saba’iyyah telah disebut dalam ucapan Abu al-Abbas Al-Saffah, khalifah pertama Bani Abbasiyyah, ditujukan kepada golongan Syi’ah yang mempersoalkan hak Bani Abbas sebagai khalifah.
Walau bagaimanapun Ziyad maupun Al-Saffah tidak mengaitkan Saba’iyyah sebagai golongan yang sesat. Malahan Ziyad gagal mendakwa bahwa Hujr bin Adi dan teman-temannya sebagai golongan sesat. Istilah Saba’iyyah diberikan maksudnya yang baru oleh Sayf ibn Umar pada pertengahan kedua tahun Hijrah yang menggunakannya untuk ditujukan kepada golongan sesat yang kononnya diasaskan oleh tokoh khayalan Abdullah ibn Saba’.
Sejarah adalah ilmu yang membahas tentang peristiwa masa lalu. Dengan mengkaji sejarah, kita akan mengenal zaman dahulu, serta bagaimana dan dimana peristiwa itu yang mewarnainya. Para sejarahwan menyatakan bahwa sebuah peristiwa sejarah hanya bisa diterima jika didasarkan pada data-data dan bukti akurat yang mendukung kebenarannya. Sebab, ada semacam sensitivitas yang tak terbantahkan dalam menukil peristiwa sejarah. Sensitivitas ini dirasakan pada semua hal menceritakan peristiwa di masa lalu baik yang berbentuk tulisan, penukilan secara lisan maupun benda-benda peninggalan masa lalu. Di dunia sinema dan pertelevisian, sejak beberapa dekade silam muncul kecenderungan sebagian kalangan untuk merambah peristiwa sejarah. Kecenderungan itu semakin mengkristal ketika karya-karya sinema dengan topik sejarah mendapat sambutan luas.
Sejarah agama dan kehidupan para nabi utusan Allah seperti Nabi Isa as, Nabi Musa as, dan bahkan Nabi Muhammad Saw sudah pernah diangkat ke layar lebar oleh para produsen sinema. Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya film-film seperti ini, yang jelas, film dengan durasi yang tentunya sangat terbatas ini hanya menggambarkan fase yang singkat dari kehidupan insan-insan agung itu. Di Iran, beberapa sutradara film punya pengalaman yang membanggakan dalam membuat film-film dan serial keagamaan. Diantara karya mereka adalah serial Imam Ali as, Imam Hasan as, Imam Ali Ridha as Nabi Isa as, Siti Maryam as, Nabi Yusuf as dan Nabi Ibrahim as. Karya-karya seniman sinema Iran ini juga sudah dinikmati oleh banyak umat Islam di berbagai negara.
Serial terakhir yang dibuat dengan tema sejarah keagamaan adalah serial tentang kebangkitan Mukhtar bin Abu Ubaid al-Tsaqafi, dengan judul ‘Mokhtar Nameh'. Serial ini berkisah tentang pembantaian Imam Husain as di Karbala dan kebangkitan Mukhtar yang menuntut balas atas darah Imam Husain as. Serial yang berhasil menarik perhatian dan diminati secara luas ini didasarkan pada riwayat dan data sejarah yang akurat. Selain di Iran, film serial ini juag dinikamti oleh para pemirsanya di berbagai negara lewat parabola. Salah satu faktor yang membuat Mokhtar Nameh diminati adalah karena film ini dibuat dengan penuh kehati-hatian dalam menyampaikan fakta sejarah.
Tidak semua orang menyukai serial Mokhtar Nameh. Sebab, sebagian kalangan di Dunia Arab tak bisa menerima pembeberan fakta sejarah ini. Ada kekhawatiran pada diri mereka akan terungkapnya hakikat sejarah bagi masayarakat umum. Penentangan pun bermunculan mengiringi sambutan baik dari banyak kalangan terhadap film ini. Sebagai reaksi pembalasan, para penentang itupun membuat serial tandiangan berjudul ‘Muawiyah, Hasan dan Husein' yang sudah mulai dibuat sejak tahun 2009. Film ini dibuat di beberapa negara Arab dan mulai ditayangkan sejak Ramadhan tahun ini, yaitu tahun 1432 Hijriah. Meski mengaku bahwa serial ini dibuat untuk mengungkap fakta sejarah permulaan Islam, para pembuat film menyusupkan kebohongan ke dalamnya. Kebohongan dan distorsi sejarah itu sedemikian jelas sehingga menuai kritik luas kalangan ulama, cendekiawan, sejawahran bahkan masyarakat luas hanya selang setelah penayangan beberapa episodenya.
Serial Muawiyah, Hasan dan Husain dimulai dari peristiwa pemberontakan massa terhadap khalifah ketiga Utsman bin Affan sampai naiknya Imam Ali aske kursi khilafah. Kisah berlanjut hingga khilafah Imam Hasan, hingga kehidupan di masa Imam Husein sampai kesyahidan beliau di Karbala. Para produser terkait mengaku bahwa film serial ini dibuat untuk memperkuat persatuan di antara umat Islam. Akan tetapi, fakta justru menunjukkan hal yang sebaliknya.
Dengan menyaksikan film ini pemirsa akan menangkap adanya distorsi besar-besaran terhadap sejarah. Produsen film pada langkah awal berusaha membersihkan figur-figur jahat dalam sejarah seperti Muawiyah dan Yazid. Berbeda dengan yang digambarkan dalam film ini, kedua figur yang ingin dibersihkan adalah orang-orang yang oleh sejarah dikukuhkan sebagai pembunuh dua cucu kesayangan Nabi Saw, perampas kekhalifahan umat Islam dan yang paling bertanggung jawab dalam perubahan alur sejarah umat ini.
Penulis naskah maupun sutradara film berusaha keras untuk menyembunyikan fakta permusuhan Muawiyah dan Nabi Umayyah terhadap keluarga Nabi Saw, padahal kisah permusuhan itu adalah fakta sejarah yang tak terbantahkan. Mohammad Hoseein Rajabi Davani, peneliti sejarah Islam mengatakan, "Serial ini mengesankan Muawiyah yang telah menyimpangkan sistem kekhalifahan Islam dari jalurnya sebagai figur yang baik. Sementara, sumber-suber otentik sejarah tak pernah mengenal Muawiyah seperti yang digambarkan itu. Bahkan, serial ini melupakan peran utama Yazid dalam tragedi Karbala dan pembunuhan atas Imam Husein, keluarga dan para sahabatnya. Serial ini secara jelas telah melakukan distorsi sejarah untuk kepentingan kelompok dan aliran pemikiran tertentu."
Dari sisi lain, serial ‘Muawiyah, Hasan dan Husein' mengangkat sebuah kisah dusta dan riwayat palsu tentang Syiah dengan tujuan menciptakan perselisihan di tengah umat Islam. Dikisahkan dalam film ini bahwa Syiah adalah aliran yang kehadirannya dibidani oleh sosok manusia bernama Abdullah bin Saba'. Bagaimanakah sejarah bercerita tentang Ibnu Saba' dan sejauhmana perbedaannya dengan apa yang diklaim sutradara film Abdul Bari Abul Kheir. Thabari, sejarahwan abad ketiga hijriah menceritakan tentang seorang Yahudi yang menyatakan keislamannya di masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Dia yang bernama Abdullah bin Saba' lalu berkelana ke sejumlah negeri termasuk Kufah, Basrah dan Syam untuk menyatakan pembelaannya kepada kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Menurut Thabari, Ibnu Saba' adalah tokoh yang memprovokasi massa untuk memberontak dan membunuh khalifah Utsman.
Thabari menukil kisah ini dari seorang perawi bernama Saif bin Umar yang oleh para ulama dan ahli sejarah disebut-sebut sebagai perawi yang tak bisa dipercaya. Saif terbukti sering memalsukan hadis. Ia sering menyebutkan nama sejumlah orang yang diklaim sebagai sahabat Nabi, padahal tak ada satupun data sejarah yang menyebutkan nama mereka. Banyak pula kisah dan peristiwa yang ia ceritakan tanpa ada seorangpun yang meriwayatkannya. Tak heran jika di kalangan para ahli sejarah dan ilmu Rijal, Saif bin Umar ditetapkan sebagai orang yang tidak bisa dipercaya. Yang menarik, Thabari sering menukil kisah-kisah dari perawi ini. Kisah-kisah itulah yang di kemudian hari banyak dinukil oleh kalangan orientalis, termasuk kisah tentang keberadaan sosok Yahudi bernama Abdullah bin Saba'.
Meski banyak sejarahwan yang menafikan keberadaan orang bernama Abdullah bin Saba' namun sejumlah kitab dan data sejarah, mengakui adanya orang dengan nama itu. Hanya saja, dia disebut dengan tegas sebagai orang kafir dan sesat. Para ulama seperti Syekh Thusi, Allamah Hilli dan Ibnu Daud termasuk di antara sekian ulama besar dalam sejarah Islam yang melaknat Ibnu Saba' dan menyebutnya sebagai pembohong dan kafir. Meski demikian, masih ada sejumlah kalangan yang memasukkan Abdullah bin Saba' ke dalam kelompok tokoh-tokoh penting sejarah Islam, salah satunya adalah pembuat film serial ‘Muawiyah, Hasan dan Husein'.
Yang menarik, Allamah Thabathabai, penulis kitab tafsir al-Mizan sekitar 60 tahun dalam sebuah artikel menyatakan bahwa isu Ibnu Saba' bukan hanya dituduhkan oleh kelompok Sunni fanatik, tetapi juga disebarluaskan oleh kalangan orientalis dan pendukung Wahhabisme untuk tujuan-tujuan busuk mereka. Allamah mengatakan, "Jika satu atau dua abad yang lalu kisah fiktif Abdullah bin Saba' bisa ditemukan secara singkat dalam buku-buku sejarah, kini kondisinya sudah berubah. Kisah ini sengaja dibesar-besarkan tanpa ada dorongan untuk melakukan penelitian terhadap kebenaran atau kebohongannya.
Para ulama mengatakan, fiktif dan tidaknya tokoh bernama Abdullah bin Saba', tidak ada kaitan antara aliran Syiah dengannya. Apalagi, para ulama besar Syiah secara tegas menyebut Ibnu Saba' sebagai orang terlaknat, pembohong dan kafir. Thaha Husein, cendekiawan Mesir mengatakan, membesar-besarkan tokoh bernama Abdullah bin Saba' adalah kejahatan terhadap sejarah. (IRIB Indonesia)
Distorsi Sejarah dalam Serial Muawiyah, Hasan dan Husein
Bulan ramadhan tahun 1432 Hq, sejumlah saluran televisi berbahasa Arab secara serentak menayangkan film serial bertema sejarah Islam. Namun serial berjudul ‘Muawiyah, Hasan dan Husein' ini sarat dengan kebohongan, distorsi dan pemutarbalikan fakta sejarah. Tebar kebohongan seperti ini tentu saja tidak sejalan dengan nuansa ruhani yang menyelimuti umat Islam di bulan Ramadhan. Serial ini dengan jelas berusaha menebar kebencian dan perselisihan di tengah umat Islam. Tak heran jika lantas serial yang dibuat dengan dana raksasa yang dikucurkan oleh salah satu perusahaan Kuwait ini menuai kritik, bahkan kecaman dan penentangan luas, padahal para pembuat film mengklaim adanya dukungan kuat dari para ulama terhadap muatan dan isi film.
Penentangan pertama muncul di Kuwait sendiri. Ayatollah Muhammad Baqir Muhri, pemimpin Syiah Kuwait melayangkan kecaman dan penentangannya. Muhri mengatakan, secara syariat, tidak ada satupun ulama dan tokoh Syiah yang mengizinkan pembuatan film ini. Sebab, film serial ini telah menghujat dua Imam Syiah dan melecehkan seluruh pengikut Syiah. Pernyataan itu disampaikan Ayatollah Muhri untuk menjawab klaim pembuat film yang mengaku telah mengantongi izin dan dukungan dari para ulama Syiah dan Sunni.
Di Iran, para ulama mengecam pembuatan film yang memutarbalikkan fakta sejarah ini. Ayatollah Makarim Shirazi, ulama dan marji Syiah mengeluarkan fatwa haram untuk pembuatan film yang merugikan Islam ini. Menurut beliau, penentangan muncul karena para pembuat film serial ini berusaha membersihkan dosa Muawiyah dan Yazid dari lembaran sejarah. Karenanya, serial ini bisa dimanfaatkan oleh musuh untuk kepentingannya. Pernyataan senada juga disampaikan oleh Ayatollah Safi Golpeygani dan Ayatollah Ja'far Subhani dua marji Syiah di kota Qom. Mereka menyatakan bahwa pembuatan film seperti ini akan menumbuhkan kemunafikan dan permusuhan di tengah umat Islam.
Penentangan tidak hanya datang dari kalangan Syiah. Universitas al-Azhar Mesir juga mengumumkan penentangannya terhadap serial ‘Muawiyah, Hasan dan Husein'. Al-Azhar yang merupakan pusat keilmuan agama paling bergengsi di kalangan Ahlussunnah menyatakan bahwa penentangan ini terjadi karena film terkait menunjukkan wajah Ahlul Bait Nabi, sementara para ulama al-Azhar mengharamkan penayangan gambar insan-insan suci itu. Syeikh Ali Abdul Baqi, sekretaris Forum Kajian Islam al-Azhar mengatakan, "Kami telah berulang kali menyatakan penentangan terhadap penyangan gambar para Nabi dan Ahlul Bait dalam sinema dan televisi. Mereka yang terlibat dalam dunia sinema harus memerhatikan pandangan fiqih ini."
Sekitar delapan juta orang di Mesir yang tergabung dalam kelompok Syurafa' menyatakan menolak serial Muawiyah, Hasan dan Husein. Menurut mereka, garis merah bagi mereka adalah Imam Hasan dan Imam Husain. Tak hanya bersikap, kelompok ini juga telah melakukan usaha keras untuk mencegah penayangan serial tersebut dari satelit Nile Sat, milik pemerintah Mesir. Akibat penentangan yang juga direstui oleh para ulama al-Azhar, televisi resmi Mesir tidak mengizinkan penayangan film ini, dan hanya sebagian televisi swasta yang menayangkannya.
Seiring dengan itu, gugatan terhadap para pembuat film serial ini juga sudah diajukan untuk diproses secara adil. Fakta-fakta lain di balik skenario pembuatan serial ‘Muawiyah, Hasan dan Husein' bakal terkuak. Jika sebelum ini, para pembuat serial mengaku mengantongi restu dari para ulama Syiah dan Sunni, kini terungkap bahwa klaim itu tak lebih dari kebohongan yang mereka tebar. Untuk rakyat dan masyarakat umum, banyak fakta yang sudah terjelaskan.
Di sini perlu dijelaskan bahwa fatwa haram penayangan gambar wajah Nabi Saw dan Ahlul Bait as bukan hanya pendapat para ulama al-Azhar. Sebab, hampir seluruh ulama baik Syiah maupun Sunni, memiliki pandangan yang sama dengan itu. Sayangnya, para pembuat film tak hanya memutarbalikkan dan mendistorsi sejarah tetapi juga menutup mata dari fatwa mayoritas ulama ini. Tak heran jika langkah itu direaksi keras oleh para ulama dan masyarakat umum. Banyak orang di berbagai negara yang melaksanakan fatwa para ulama mereka yang mengharamkan film ini. Masyarakat yang menolak film ini juga melakukan aksi umum lewat media internet. Via internet, mereka mengumpulkan jutaan tanda tangan untuk menghentikan penayangan serial kontroversial tersebut. Puluhan laman jejaring sosial facebook yang menentang serial ‘Muawiyah, Hasan dan Husein' dengan anggota ribuan orang juga ikut meramaikan aksi ini.
Beberapa episode dari serial ‘Muawiyah, Hasan dan Husein' sudah ditayangkan dan reaksi penentangan bahkan kecamanpun bermunculan. Semakin lama penentangan itu itu semakin meluas. Umumnya mereka yang menolak film serial ini menyebut penistaan terhadap Ahlul Bait Nabi as dan penafian peran utama Yazid dalam peristiwa Karbala dan pembantaian Imam Husein as sebagai alasan penentangan. Syeikh Abdul Mahdi Karbalai, wakil Ayatollah Sistani di Karbala mengatakan, "Tidak ada ulama Syiah yang menyetujui film serial ini. Dalam banyak episodenya, film ini telah melakukan distorsi sejarah besar-besaran terkait Imam Hasan dan Imam Husein."
Dr Mohammad Hossein Saei, pakar sejarah Islam menegaskan bahwa untuk mengetahui sejauhmana kebohongan yang sengaja ditebar dalam serial ini, cukup kita menyelidiki para pembuatnya. Penyandang dana serial ini adalah sebuah perusahaan Kuwait yang memiliki hubungan spesial dengan Wahid bin Talal, salah seorang pangeran Arab Saudi. Pangeran inilah pemiliki sejumlah stasiun televisi Arab yang menayangkan serial kontroversial tersebut. Stasiun-stasiun televisi ini umumnya menayangkan program-program yang bertujuan menyebarkan sekularisme dan gerakan anti Islam di Dunia Arab. Pemilik jaringan televisi itu punya hubungan perseroan dengan Robert Murdock, Zionis Amerika yang dikenal sebagai Raja Jaringan Informasi, dalam membangun sejumlah stasiun televisi.
Di akhir pembahasan ini perlu kita singgung bahwa agenda membuat serial dan film yang menyudutkan keyakinan Islam bukan hal yang baru. Perang media dan informasi terhadap Islam sudah ada sejak lama bahkan di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Gerakan yang biasa disebut Islamophobia ini sebenarnya menunjukkan kekalutan kubu kafir terhadap pengaruh Islam yang semakin besar di dunia. Sebab, dalam beberapa dekade terakhir arus kebangkitan Islam kian membesar berkat teknologi modern di dunia informasi.
Bisa dikata bahwa kubu anti Islam dengan berbagai sarananya, khususnya media-media massa yang ada dalam genggaman hegemoni AS telah menyulut sebuah perang informasi besar-besaran terhadap Islam. Mereka biasa memutakbalikkan fakta dan mendistorsi ajaran-ajaran agama ilahi ini termasuk juga sejarah para pemuka agama. Tujuannya adalah untuk memburukkan citra Islam dan melemahkan keimanan yang sudah ada. Namun mereka melupakan satu hal yang sangat penting, yaitu bahwa usaha apapun yang mereka lakukan untuk memadamkan cahaya Allah tak berbeda dengan upaya sepenggal awan untuk menutupi cahaya dan panas matahari. Usaha mereka akan sia-sia sementara pancaran cahaya kebenaran dan nur Ilahi akan semakin besar untuk menerangi dunia. (IRIB Indonesia)
Source: Banjarku Umai Bungasnya: Distorsi Sejarah dalam Serial Muawiyah, Hasan dan Husein (serial) http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2011/12/distorsi-sejarah-dalam-serial-muawiyah.html#ixzz2lhjBVH00
Under Creative Commons License: Attribution
santai aja wal ae kd usah tp pina hamuk banar.. unda tahu nyawa sabarataan urang syiah
ABDULLAH BIN SABA’
TOKOH YAHUDI “PENCIPTA” GOLONGAN SYI’AH
Idelogi Ibnu Saba’ dan Berbagai Kesesatannya
Dibawah ini disebutkan hal-hal urgen yang menjadi ideologi Ibnu Saba’
dimana ia membawa dan meyakinkan pengikutnya pada masalah-masalah
tersebut. Demikianlah ideologi sesat ini menyusup ke dalam sekte-sekte
Syi’ah. Sedang motivasi kami menggelar ideologi Yahudi ini dari kitab-kitab
dan riwayat mereka tentang imam-imam yang ma’sum di kalangan mereka
oleh karena mereka mengatakan :
a. Percaya kepada ismah para imam menjadikan hadist-hadist yang
berasal dari mereka shahih/benar, tanpa mengahruskan
bersambungnya sanad tersebut dengan Nabi Sholallohu ‘alaihi was
Salam, sebagaimana hal itu berlaku di kalangan ahli sunnah (lihat
Tarikhul Imamah, hal : 158).
b. Karena iamam di kalangan Imamiah adalah ma’sum, maka tidak ada
keraguan sedikitpun terhadap apa yang ia ucapkan (lihat Tarikhul
Imamiah, hal : 140)
c. Al-Mamaqani berkata : ”Semua hadits kamu mutlak berasal dari Imam
yang ma’sum.” (lihat Tanhiqul Maqol, jilid I/17). Kitab Al-Mamaqani
termasuk diantara kitab-kitab jarh dan ta’dil yang paling urgen di
kalangan syi’ah.
Setelah penjelasan-penjelasan ini, yang mengharuskan satu kaum untuk
menerima kabar-kabar yang diriwayatkan dalam karangan-karangan mereka,
maka akan kami sebutkan kesesatan-kesesatan utama yang disebarluaskan
oleh Abdullah bin Saba’, yaitu :
1. Ia adalah orang pertama yang berpendapat tentang adanya wasiat
Rasululloh Sholallohu ‘alaihi was Salam untuk Ali, yaitu bahwa Ali adalah
penggantinya atas ummatnya setelah beliau berdasarkan nash.
2. Ia adalah orang pertama yang menunjukkan sikap ‘bebas diri’ terhadap
musuh-musuh Ali –menurut anggapannya- dan menyatakan resistansi
terhadap para penentangnya serta mengkafirkan mereka. Bukti akan
kebenaran ungkapan tersebut berasal dari buku sejarah berdasarkan
riwayat An-Nubakhti, Al-Kasyi, Al-Mamaqani, At-Tasturi dan para
sejarawan Syi’ah lainnya.
3. Ia adalah orang pertama yang mengatakan tentang ke-Tuhanan Ali
radiallohu ‘anhu
4. Ia adalah orang pertama yang mendakwahkan kenabian dari sekte-sekte
Syi’ah yang ekstrim (ghulat). Sebagai bukti adalah apa yang diriwayatkan
Al-Kasyi dengan sanadnya dari Muhammad bin Quluwaith Al-Qummi.
5. Ia adalah orang pertama yang mengada-adakan pendapat mengenai
kembalinya Ali ke dunia setelah wafatnya dan tentang kembalinya
Rasululloh Sholallohu ‘alaihi was Salam. Petama kali ia mengutarakan
pendapatnya secara nyata adalah ketika ia di Mesir.
Ia berkata : “Adalah sangat mengherankan jika orang menganggap bahwa
Isa kelak akan kembali, namun mendustakan kembalinya Muhammad
sholallohu ‘alaihi was Salam. Sedang Alloh berfirman : “Sesungguhnya
Alloh yang mewajibkan (pelaksanaan hukum0hukum) Al-Qur’an atasmu,
pasti akan mengembalikanmu ke tempat kembali.” Maka, dengan
denikian, Muhammad lebih berhak untuk kembali ke dunia daripada Isa.
Ucapannya itu bisa ditermia. Ia meletakkan dasar-dasar raj’ah (kehidupan
kembali setelah mati) bagi mereka, maka mereka mulai
memperbincangkannya. (lihat Tarikh Dimasyq nomor 602, dalam
terjemahan Abdullah bin Saba’, juga dalam Tahzib Tarikh Dimasyq oleh
Ibnu Badran jilid V/428).
6. Ibnu Saba’ yang beragama Yahudi itu mendakwahkan, bahwa Ali adalah
binatang yang akan keluar dari perut bumi dan sesungguhnya dialah yang
menciptakan makhluk dan mebagi-bagikan rizki.
7. Kaum Sabaiah berkata : “Mereka sebenarnya tidak mati, melainkan
terbang setelah kematian mereka dan mereka dinamakan Ath-Thoyyaroh
(yang berterbangan).
Ibnu Thahir Al-Maqdisi berkata : “Sesungguhnya golongan Sabiah
dinamakan Thoyarroh. Mereka menganggap diri mereka tidak mati, dan
kematian mereka tidak lain adalah terbangnya diri mereka dalam gelapnya
malam. Nama ini dipergunakan oleh Imam Jarh wat ta’dil di kalangan
Syi’ah untuk –‘menetapkan’- kejelekan para rawi. (lihat Majmul Bayan fi
tafsiri Quran oleh Abu Ali Fadhli bin Hasan Ath-Thabrani dari ulama Syi’ah
Imamiah pada abad ke VI jilid IV, hal 234, cetakan Al-Irfan, Sidon 1355
H./1937 M. dan tafsir Al-Qummi jilid II, hal 131)
8. Suatu kamu dari golongan Sabaiah, telah berbicara tentang perpindahan
ruhul qudus dalam diri para imam. Mereka menamakannya ‘reinkarnasi’.
Ibnu Thahir Al=Maqdisi berkata : “Ada satu kaum diantara kaum
Thoyyaroh (golongan Sabaiah) yang beranggapan, bahwa ruhul qudus
terdapat dalam diri nabi, sebagaimana sebelumnya terdapat dalam diri Isa
yang kemudian berpindah ke dalam diri Ali, lalu Hasan, Husain, demikian
pula berpindah ke dalam diri para Imam. Umumnya mereka mengakui
adanya reinkarnasi dan raj’ah.” (lihat Al-Badu wat Tarikh jilid V hal 129,
cetakan 1916).
9. Kaum Sabaiah berkata : “Kami mendapat petunjuk melalui wahyu, namun
banyak orang yang tersesat melalui isinya dan kami mendapat petunjuk
berupa ilmu, namun tersembunyi bagi mereka.
10. Mereka bertanya : “Sesungguhnya Rasululloh Sholallhou ‘alaihi was
Salam telah menyembunyikan 9/10 dari wahyu. Ocehan-ocehan omong
kosong semacam itu telah disanggah oleh salah seorang Imam Ahlu Bait,
yaitu Al-Hasan bin Muhammad Ibnul Hanafiah dalam risalahnya Al-Irja dan
yang meriwayatkannya adalah orang-orang terpercaya di kalangan Syi’ah.
Dan ilmunya ada pada Ali, maka Ali melarangnya setelah
menginginkannya. (lihat Al-Farqu bainal Firaq, hal : 234, ide semacam ini
juga disebutkan oelh Ibnu Abil Hadid dalam Syarhu Nahjul Balagah jilid II,
hal : 309)
11. Mereka juga mengatakan : “Bahwa Ali ada di langit. Petir adalah suaranya,
kilat adalah cemetinya. Siapa diantara mereka yang mendengar suara
petir, maka akan mengatakan : “Alaikassalam, ya Amirul Mukminin! (salam
sejahtera bagimu, wahai amirul mukminin).”
Asy-Syaikh Muhyiddin Abdul Hamid, telah berkomentar tentang ideology
semacam ini, yaitu : “Hingga kini saya masih melihat anak-anak kecil di
Kairo berlarian ketika hujan deras, sambil berteriak : “Wahai berkah Ali,
melimpahlah.” (lihat Maqalatul Islamiyyin, hal : 85)
Sikap Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalih radiallohu ‘anhu dan Ahlul
Baitnya
Ali radiallohu ‘anhu, berkata : “Akan binasa sehubungan dengan diriku dua
golongan manusia : Pecinta yang berlebihan, hingga kecintannya
menyebabkannya menyimpang dari yang haq dan pembenci yang ceroboh,
hingga kebenciannya membuatnya menyimpang dari kebenaran. Maka,
sebaik-baik keadaan manusia dalam kaitannya dengan diriku adalah yang di
tengah. Ikutlah yang di tengah dan ikutilah kelompok terbesar, karena
sesungguhnya pertolongan Alloh beserta jamaah. (Lihat Al-Adabul Hadist
oleh Umar Dasuqi, jilid II/405-406, ia adalah Muhammad bin abdul Muthalib
bin wasil dari Juhainah)
Demikianlah, kehendak Alloh atas manusia sehubungan dengan Ali terbagi
menjadi tiga bagian :
1. Pembenci yang ceroboh, mereka inilah yang mencelanya, bahkan
sebagian dari mereka terlalu ekstrim, hingga mengkafirkannya. Seperti
kaum KHAWARIJ
2. Pecinta yang berlebihan, dan kecintaannya tersebut membuatnya
melewati batas, hingga menjadikannya Nabi bahkan kesesatan mereka
kian meluap, hingga memper-Tuhankannya, seperti kaum SYI’AH
3. Kelompok ketiga adalah yang terbesar, mereka inilah Ahlus-Sunnah wal
Jama’ah dari mulai kaum terdahulu yang saleh, hingga masa kita dewasa
ini. Mereka inilah yang mencintai Ali dan keluarganya dengan cinta yang
benar menurut syara’. Mereka mencintai Ali dan keluarganya adalah
karena kedudukan mereka di sisi Nabi Sholallohu ‘alaihi wassalam.
Kisah-kisag tentang Ali dengan kelompok pertama tersebut, telah banyak
disebutkan dalam kitab-kitab sejarah, sebagaimana yang kita telah ketahui.
Kini kita ingin mengetahui sikap Ali dan keluarganya terhadap Ibnu Saba’ dan
para pengikutnya.
Ketika Ibnu Saba’ menyatakan keislamannya dan mulai menampakkan sikap
‘amar ma’ruf nahi mungkar serta berhasil menarik simpati banyak orang,
maka ia mulai mendekatkan diri dan menunjukkan kecintaannya kepada Ali.
Ketika kedudukannya cukup stabil, ia mulai berdusta dan menciptakan
kebohongan atas diri Ali. Salah seorang tokoh besar dari golongan Tabi’in,
yang wafat pada tahun 103 H., yaitu Asy-Sya’bi berkata : “Yang pertama kali
melahirkan kebohongan adalah Abdullah bin Saba’. Dia telah berdusta atas
nama Alloh dan Rasul-Nya.” Ali berkata : “Ada urusan apa aku dengan si
jahat berkulit hitam itu (yang dimaksud adalah Ibnu Saba’), ia telah mencaci
Abu Bakar dan ‘Umar.” (lihat Tarikh Dimasyq, copy dari naskah manuskrip di
lembaga manuskrip no : 302 Tarikh, biografi Abdullah bin Saba’, lihat juga
Tahdzib Tarikh Ibnu Asakir jilid V hal : 430)
Ibnu Asakir meriwayatkan, bahwa ketika kabar tentang caci maki yang
dilontarkan Ibnu Saba’ pada Abu Bakar dan ‘Umar sampai kepada Ali bin Abi
Thalib, maka beliau memanggilnya, maka orang-orang meminta pertolongan
kepadanya. Kemudian Ali berkata : “Demi Alloh, dia tidak boleh tinggal di
negri yang sama denganku. Asingkanlah dia ke Madain.” (idem Tarikh
Dimasyq)
Berkata Ibnu Asakir :
“Ash-Shodiq-Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad Ash-Shodiq, lahir di Madinah
Munawaroh pada tahun 83 H, dan meninggal di kota yang sama pada tahun
148 H. Beliau Imam ke VI yang ma’sum di kalangan Syi’ah, meriwayatkan dari
ayah-ayahnya yang suci ,eriwayatkan dari Jabir, ia berkata : “Ketika Ali telah
di bai’at, ia berkhotbah di hadapan masa, maka Abdullah bin Saba’ bangkit
lalu menghampirinya sambil berkata kepadanya : “Engkau adalah binatang
melata yang akan keluar dari perut bumi (salah satu tanda kiamat).
Ali berkata kepadanya : “Bertaqwalah kepada Alloh !”.
Abdullah balik berkata : “Engkaulah Sang Raja.”
Sekali lagi Ali berkata : “Bertaqwalah kepada Alloh !”.
Namun Abdullah malah menjawab : “Engkaulah yang menciptakan makhluq
dan membagi-bagikan rizki.”
Lalu Ali menginstruksokan agar ia segera dibunuh, maka kaum Rafidhah
sempat menentang Ali dengan berkata : “Biarlah dia ! Asingkan saja ke
pinggira Madain. Karena jika engkau membunuhnya di kota ini (Kufah)
kawan-kawan beserta pengikutnya tentu akan menentang kita.” Maka beliau
mengasingkannya ke pinggiran Madain. Disana terdapat Qaramithah dan
Rafidhah. Setelah itu, berkat upaya Ibnu Saba’, maka kota Madain menjadi
sentra pertemuan mereka.”
Jabir berkata : “Lalu, datang kepada Ali 11 (sebelas) orang dari kaum
Sabaiah. Beliau berkata : ”Kembalilah kamu (Ali meminta agar mereka
menarik kembali kata-kata mereka yang mengandung syirik) –aku adalah Ali.
Ayah dan Ibuku sudah dikenal. Aku adalah putra paman Nabi sholallohu
‘alaihi was Salam.” Mereka berkata : “Kami tidak akan kembali, tinggalkan
yang memanggilmu.” Lalu Ali membakar mereka. Kuburan mereka yang
berjumlah 11 di padang pasir demikian terkenal. Sisa dari mereka
mengatakan kepada Ali adalah Tuhan. Mereka berpegang kepada ucapan
Ibnu Abbas : “Tidak;ah diperbolehkan menyiksa dengan api, kecuali
Penciptanya (Alloh –maksudnya karena anggapan mereka Ali adalah Tuhan,
maka Ali berhak melakukan siksaan tersebut). (lihat Tarikh Dimasyq,
manuskrip oelh Ibnu Asakir, lihat juga Tahdzib Tarikh Ibnu Asakir jilid VII/430-
431).
Sikap Pengikut Ibnu Saba’, Ketika Mendengar Terbunuhnya Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib
Para pengikut Ibnu Saba’ masih belum merasa puas dengan hanya
mendustakan kabar itu (terbunuhnya Ali), tetapi mereka pergi ke Kufah
dengan menyiarkan kesesatan-kesesatan guru dan pemimpin mereka, Ibnu
Saba’.
Sa’d bin Abdullah Al-Qummi, penulis kitab Al-Maqalat wal Firaq dan orang
yang sangat terpercaya di kalangan Syi’ah telah meriwayatkan, kaum
Sabaiah telah berkata pada pembawa kabar tentang wafatnya Ali : “Engkau
berdusta, wahai musuh Alloh. Seandainya engkau datang dengan membawa
otaknya yang telah hancur serta membawa 70 orang saksi, kami tetap tidak
akan mempercayaimu. Kami yakin bahwa dia tidak mati dan tidak terbunuh.
Dia tidak akan mati sampai ia kelak menggiring orang-orang Arab dengan
tongkatnya serta menguasai bumi.” Kemudian, sedang beberapa saat mereka
pergi ke rumah Ali. Mereka minta ijin untuk masuk dengan penuh keyakinan
bahwa Ali masih hidup, hingga mereka dapat memenuhi keinginan mereka
untuk bertemu dengannya. Orang-orang yang menyaksikan pembunuhan
terhadap Ali, yaitu keluarga, para sahabat serta putranya, mengatakan
kepada para pendatang tersebut : “Subhanalloh ! Tidak tahukah kalian,
bahwa Amirul Mukminin telah mati syahid ?!”
Mereka menjawab : “Kami tahu pasti, bahwa ia tidak terbunuh dan tidak mati,
hingga kelak ia menggiring orang-orang Arab dengan pedang dan cemetinya,
sebagaimana ia pimpin mereka dengan hujjah dan bukti nyata yang ada
padanya. Sungguh ia mendengar segala bisikan yang penuh rahasia dan
mengetahui apa yang ada dibawah selimut tebal. Ia demikian kemilau dalam
kegelapan, sebagaimana kemilaunya pedang yang tajam.” (lihat Al-Maqalat
wal Firaq oleh Sa’d bin Abdullah Al-Qummi tahun 301 H, hal : 21, cetakan :
Teheran 1963 M. Tahqiq Dr. Muhammad Jawad Masykur).
Sikap Keluarga Nabi yang Mulia terhadap Ibnu Saba’
Ahlul Bait Nabi yang mulia menentang Abdullah bin Saba’, sebagaimana Ali
bin Abi Thalib. Hingga mereka semua mendustakannya serta menentang
ucapannya yang busuk, dan kesesatannya.
Al-Kasyi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Quluwaih, ia
berkata : Telah diceritakan kepadaku oleh Ya’qub bin Yazid dan Muhammad
bin Isa dari Ali bin Mahziar dari Fudhalah bin Ayyub Al-Azdi dari Aban bin
Ustman berkata : Aku telah mendengar Abu Abdillah radiallohu ‘anhu berkata
: “Semoga Alloh mengutuk Abdullah bin Saba’, ia telah mendakwahkan
adanya unsure ketuhanan dalam diri Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.
Sementara, Demi Alloh, beliau adalah orang yang sangat taat. Sungguh
celaka orang yang berdusta atas nama kami dan sesungguhnya satu kaum
mengatakan tentang apa yang tidak pernah kami katakana mengenai diri
kami. Kami berlindung kepada Alloh dari mereka.” (lihat Rijatul Kasyi, hal :
100, Yaysan A’lami Karbala dan Tanhiqul Maqol fi Ahwalir Rijal oleh Al-
Mamaqani jilid II hal 183-184 cetakan Al-Muradhowiah 1350 H, dan Qanusur
Rijal jilid V hal : 461).
Al-Kasyi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Quluwaih, telah
berkata Ali bin Husain radiallohu ‘anhu : “Semoga Alloh mengutuk orang yang
berdusta atas nama kami. Suatu ketika aku teringat pada Abdullah bin Saba’,
tiba-tiba berdiri bulu roma di sekujur tubuhku. Ia telah mendakwahkan satu
masalah besar yang sungguh tak layak diucapkannya. Semoga Alloh
melaknatinya. Ali radiallohu ‘anhu adalah hamba Alloh yang saleh,
seukhuwah dengan Rasululloh sholallohu ‘alaihi was Salam. Ia tidak
mendapatkan kemuliaan dari Alloh, melainkan dengan ketaatannya dengan
Alloh dan Rasul-Nya, sebagaimana Rasululloh sholallohu ‘alaihi was Salam
tidak memperoleh kemuliaan, melainkan dengan taatnya kepada Alloh.”
Semua ini adalah riwayat Al-Kasyi yang berasal dari imam-imam Ahlul Bait.
Sebagaimana kita telah ketahui, Kitab Kasyi yang berjudul Ma’rifatun Naqihin
‘Ani aim Matish Shodiqin telah diteliti oleh Imam Syi’ah yang sangat
terpercaya di kalangan mereka, yaitu Ath-Thusi yang mereka gelari Syaikhul-
Thaifah (wafat tahun 460 H.).
aku handak mandangari haja buhan syiah baargumen
tapi tetap yang haq milik Allah dan RasulNya
maju terus abi umi ,sampaikan ke bENARAn, walaupun org2 syiah tidak meNyukai nya.
Kisah Abdullah ibn Saba’ dan Para Ahli Sejarah
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa dongen Abdullah ibn Saba’ dan paran besarnya dalam memecah belah kesatuan umat Islam dengan doktrin kesyi’ahan dan hasutan atas Khalifah Utsman hanya ada dan diriwayat oleh Saif ibn Umar at Tamimi, dan tidak ada satupun riwayat dari selainnya! Dan bagi Anda yang mabok kegembiraan dengan menemukan edisi riwayat yang memojokkan Syi’ah dan ajarannya melalui dongen Abdullah ibn Saba’ yang dirajut benang kepalsuannya oleh tangan Siaf ibn Umar at Tamimi saya berharap Anda dapat menemukan edisi dongen tersebut dari selain riwayat Saif ibn Umar! Apabila Anda mampu menemukannya, maka saya akan siap mengatakan bahwa Syi’aisme adalah ajaran Yahudi yang disisipka oleh Misionaris Yahudi bernam Abdullah ibn Saba’!
Dan tidaklah terlalu dini apabila saya pastikan di sini bahwa Anda (dan juga para sarjana wahhâbi atau siapapun yang memusuhi Syi’ah) tidak akan pernah mampu menemukannya, walaupun kalian meminta bantuan dan pertolongan dari jin sekalipun!
Dan jika ternyata dongeng itu tidak pernah akan Anda temukan dalam selain riwayat Saif ibn Umar, maka ketahuilah bahwa Siaf itu adalah seorang yang telah disepakati para ulama Ahlusunnah sendiri sebagai pembohong besar… seorang zindiq yang sengaja meracuni agama Islam dengan kepalsuan-kepalsuannya…
Tapi sayangnya, bahwa kebohongan itu begitu dinimati oleh para pendengki Ahlulbait as. dan Syi’ah mereka atau oleh mereka yang dangkal dan tumpul daya kritisnya… Oleh mereka yang hanya pandai mengulang-ulang tanpa seleksi riwayat-riwayat Saif ibn Umar. Hal demikian karena melalui riwayat seperti itu mereka menemukan senjata yang dapat memojokkan Syi’ah!
Para penulis sejarah itu melaporkan dongen tentang Abdullah bin Saba’ tanpa menyeleksi dan menganalisa secara seksama, mereka menurunkan berita tentang kepribadiannya dan peran besarnya seakan sebuah kenyataan sejarah yang tidak halal untuk diragukan. Dan sejarawan pertama yang menurunkan berita tentangnya adalah ath Thabari dalam buku sejarahnya yang berjudul Tarikh al Umam wa al Mulûk dengan mengandalkan jalur tunggal; Saif bin Umar at Tamimi.
Sedang seluruh penulis yang datang setelah ath Thabari yang meriwayatkan peran yang dilakonkan Ibnu Saba’, seperti Ibnu al Atsîr (W:630h), Abu al Fidâ’ (W:732H), Ibnu Katsîr (W:741H), Ibnu Khaldûn (W:808H), Ibnu Badrân (W:1346H) dll. hanya bersandar kepadanya. Bahan dasar mereka adalah laporang yang diturunkan ath Thabari dari riwayat Saif bin Umar. Dan kalau pun ada selain ath Thabari yang menurunkan berita tentang Ibnu Saba’ maka jalur periwayatannya juga berakhir pada Saif.[12]
Jadi Saif adalah jalur tunggal kisah Abdullah bin Saba’.
Ath Thabari Dan Kisah Abdullah bin Saba’
Seperti telah disebutkan bahwa sumber tertua kisah Abdullah bin Saba’ adalah Ibnu Jarir ath-Thabari (W:310H) ketika ia menyebut peristiwa –peristiwa yang terjadi pada tahun 30-36 H. Dalam menukil kisah tersebut ath Thabari hanya bersandar pada perawi tunggal yaitu Saif bin Umar, sedang jalur yang menyambungkannya kepada Saif hanya dua jalur:
A) Ubaidullah ibn Sa’id az Zuhri dari pamannya yang bernama Ya’qub ibn Ibrahim dari Saif. Kisah itu ia nukil dari jalur ini secara lisan .
B) As Surri (Abu Ubaidah) ibn Yahya dari Syu’aib ibn Ibrahim dari Saif. Kisah itu ia nukil dari jalur ini melalui kitab al Futûh wa ar Riddah dan kitab Al Jamal wa Masîr ‘Aisyah karya Saif . Dan terkadang juga secara lisan.
Catatan:
As Surri ibn Yahya dalam jalur periwayatan ini bukan As Surri ibn Yahya seorang perawi yang terkenal dan ia tsiqah (terpercaya) itu, sebab masa hidup dia lebih awal dari ath Thabari, ia wafat tahun 167 H. sementara ath Thabari lahir tahun 224H. Jadi selisih antara wafat as Surri dan kelahiran ath Thabari adalah lima puluh tujuh tahun, sedang dalam batas penelusuran ulama tidak ada seorang perawi yang bernama as Surri ibn Yahya selain dia. Oleh karenanya ada yang mengasumsikan bahwa as Surri yang menjadi perantara periwayatan ath Thabari adalah salah satu dari dua perawi yang keduanya adalah pembohong dan cacat di mata ulama:
Pertama: As Surri ibn Ismail al Hamdani al Kufi.
Kedua: As Surri ibn ‘Ashim al Hamdani (seorang imigran yang tinggal di kota Baghdad), wafat tahun 258 H. dan ath Thabari hidup sezaman dengannya selama tiga puluh tahun lebih.[13]
Saif bin Umar Di Mata Para Ulama
Nah, setelah kita mengetahui kenyataan ini, kita perlu mengenal siapa sejatinya Saif ibn Umar at Tamimi itu? Dan bagaima sikap ulama tentannya?
Saif bin Umar at Tamimi al Usaidi telah disebut-sebut oleh para ulama’ ahli jarh wa ta’dil dan tidak satupun dari mereka memberikan komentar positif tentangnya, mereka menilai bahwa dia adalah seorang pembohong besar dan riwayat-riwayat darinya tidak bernilai sedikitpun!
Perhatikan komentar-komentar mereka dibawah ini :
Yahya bin Main (w:233H) berkata tentangnya:
ضعيف الحديث
“Ia lemah dalam periwayatan hadis.”
Ia juga berkata:
فَلْس خير منه
“Uang sesen lebih berharga darinya.”[14]
Abu Da’ud (w:270H) berkata:
ليس بشيء
“Ia tidak berarti sedikitpun, ia pembohong.”
An-Nasa’i –penulis kitab Shahih– berkata (W:303H):
ضعيف
“Ia lemah.”
Abu Hatim(W:227 H):
متروك الحديث
“Ia ditinggalkan hadisnya.”
Ibnu Abi Hatim (W:327H) berkata:
وسيف متروك الحديث
“Dan Saiaf adalah orang yang ditinggalkan hadisnya.”
Ibnu Sakan (W:353H) berkata:
سيف بن عمر ضعيف
“Ia lemah.”
Ibnu Hibban (W:354H) berkata:
يروي الموضوعات عن الاثبات ، وقالوا: سيف يضع الحديث وكان قد اتهم بالزندقة
“Ia meriwayatkan hadis-hadis palsu (dan menisbatkannya) kepada orang-orang tsiqât/jujur terpercaya. Para ulama berkata, ‘ Saif sering memalsu hadis. Dan ia disinyalir tidak beragama.”
Ibnu ‘Adiy (W:360H) berkata:
وبعض أحاديثه مشهورة ، وعامتها منكرة لم يتابع عليها ، وهو إلى الضعف أقرب منه إلى الصدق
“Sebagian hadisnya masyhur/terkenal, akan tetapi rata-rata munkar tidak terdukung oleh riwayat parawi lain. Ia lebih dekat disifati lemah dari pada disifati jujur.”
Al-Hakim (W:405H) berkata:
اتهم بالزندقة وهو في الرواية ساقط
“Ia dituduh tidak beragama dan ia gugur dalam periwayatan.”
Ibnu Jauzi (W. 571 H) menegaskan kelemahan Saif ketika ia menvonis palsu sebuah hadis tentang keutamaan sahabat. Ia berkata:
هذا حديث موضوع على رسول الله (صلى الله عليه وآله وسلم) وفيه مجهولون ، وضعفاء وأقبحهم حالاً سيف ….
“Hadis ini palsu atas nama Rasulullah saw. pada jalurnya terdapat banyak parawi majhûl (tidak dikenal) dan parawi dha’îf. Dan yang paling jeleknya (parawi dalam jalur itu) adalah Saif.”[15]
Ia juga mengatakan:
وهذا حديث موضوع بلا إشكال وفيه جماعة مجروحين ، وأشدهم في ذلك سيف وسعد ،وكلاهما متهم بوضع الحديث
“Ini adalah hadis palsu tanpa sedikit keraguan. Di dalamnya terdapat banyak parawi cacat dan yang paling parah cacatnya adalah Saif dan Sa’ad, keduanya tertuduh memalsu hadis.”[1
a juga mengatakan:
وهذا حديث موضوع بلا إشكال وفيه جماعة مجروحين ، وأشدهم في ذلك سيف وسعد ،وكلاهما متهم بوضع الحديث
“Ini adalah hadis palsu tanpa sedikit keraguan. Di dalamnya terdapat banyak parawi cacat dan yang paling parah cacatnya adalah Saif dan Sa’ad, keduanya tertuduh memalsu hadis.”[16]
Adz Dzahabi (W. 847 H) menegaskan bahwa para ulama ahli hadis telah bersepakat bahwa Saif adalah seorang yang cacat berat. Ia menegaskan:
متروك باتفاق
“Ia disepakati sebagai perawi terbuang/ditinggalkan.”
Setelahnya ia menukil pernayatan banyak ulama ahli hadis yang mendukung mencacatan Saif ibn Umar dan ia tidak menukil dari satu ulama pun yang memberikan penilaian positif untuknya.[17]
Ibnu Hajar (w. 841 H) menyebutkan data Saif dalam kitab Tahdzîb at Tahdzîb, ia menyebutkan komentar para ulama ahlij al jarh wa at Ta’dîl dan mereka semua melemahkan. Ibnu Hajar tidak menyebutkan seorang yang mentsiqahkannya. Dan dala kitab Lisân al Mîzân-nya ketika menyebut biodata Abdullah ibn Saba’ ia berkata, “Abdullah ibn Saba’ seorang zindiq ekstrim, sesat lagi menyesatkan. Saya mengira Ali membakarnya.” Setelahnya Ibnu Hajar menukil apa yang disebutkan oleh Ibnu ‘Asâkir tentang Abdullah ibn Saba’ dan ia mengomentarinya demikian, “Ibnu ‘Asâkir meriwayatkan dari jalur Saif ibn Umar at Tamimi dalam kitab al Futûh kisah panjang yang nama sanadnya tidak shahih.”[18]
Dari komentar Ibnu Hajar di atas jelas sekali bahwa ia melemahkan dan mencacat riwayat-riwayat Saif dalam sejarah secara umum dan khususnya dongennya tentang Abdullah ibn Saba’.
Dalam kitab-nya al Ishâbah ketika menyebut biodata Khidir dan Musa as., ia berkata, “Saif ibn Umar at Tamimi meriwayatkan dalam kitab ar Riddah dari Said ibn Abdillah ibn Umar, ‘bahwa ketika Nabi saw. wafat …. ‘ Ibnu Hajar berkomentar, “pada sanadnya terdapat perbincaangan. Dan gur dia tidak dikenal.”[19]
Jalâluddîn as Suyûfhi (W. 911 H) ketika menvonis palsu sebuah hadis ia mengatakan:
موضوع ، فيه ضعفاء أشدهم سيف
“Hadis ini palsu, pada sanadnya terdapat banyak parawi dha’îf/lemah, yang paling parah adalah Saif.”
Asy Syaukâni menegaskan bahwa Saif ini adalah seorang pamalsu hadis, berbohong atas nama Nabi saw. ketika menimbang sebuah hadis yang pada sanadnya terdapat Saif, ia berkata:
وفي إسناده سيف بن عمر ، وهو وضاع
“Pada sanadnya terdapat Saif ibn Umar, ia seorang pemalsu hadis (atas nama Nabi saw.).”[21]
Dan dalam ksempatan lain ia menyebutkan komentar Ibnu Jauzi yang telah lewat dan ia membenarkannya.[22]
Syekh Muhaddis tersohor Muhammad al ‘Arabi at Tabbâni (W. a390 H) telah membeber panjang lebar kejahatan Saif ibn Umar. Ia berkali-kali menyebutnya sebagai ‘Pendekar para pemalsu’! Saya mencoba merangkum keterangan beliau yang beliau sebar di hampir setia kali beliau menyebut atau menyinggung riwayat Saif dalam terjadinya fitnah di masa kekhalifahan Utsman ibn Affan.
Di antaranya beliau mengatakan:
سيف بن عمر الوضاع المتهم بالزندقة المتفق على أنه لا يروي إلا عن المجهولين.
“Saif ibn Umar seorang pemalsu yang tertuduh tidak beragama/zindiq, yang disepakati para ulama bahwa ia tidak meriwayatkan melainkan dari para parawi yang majhûl.”[23]
Beliau juga mengatakan:
وقد اتفق أئمة النقد على أن سيفاً لا يروي إلا عن المجهولين وعلى طرحه .
“Telah disekapati oleh para pakar kritikus bahwa Saif ini tidak meriwayatkan kecuali dari para perawi yang majhûl dan mereka juga bersekapat membuangnya.”[24]
Beliau juga menegaskan:
وهذا التدافع والتخبط والطعن في الصحابة قد استقريناه في كل خبر يرويه الطبري عن سيف بن عمر المتهم بالزندقة الذي لا يروي إلا عن المجهولين .
“Dan adanya saling pertentangan dan kekacauan serta kecaman terhadap para sahabat telah kami temukan seletah menelusuri setiap berita/riwayat yang diriwayatkan ath Thabari dari Saif ibn Umar yang tertuduh sebagai seorang zindiq yang tidak meriwayatkan melainkan dari para parawi majhûl.”[25]
Tentu maksaud beliau adalah bahwa kebanyakan guru Saif yang ia menimba riwayat dari mereka adalah demikian. Anda hampir tidak menemukan riwayat Saif melainkan pada mata rantai periwayatnya terdapat para parawi yang cacat dan/atau majhûl.
Ketika membantah anggapan sebagian orang yang berusaha membersihkan Saif dari berbagai bentuk cacat yang ditegaskan para ulama Ahli Hadis dan menganggapnya jujur dalam periwayatan data sejarah, Syeikh al ‘Abari at Tabbâni mengatakan:
وإذا كان وضع الأخبار الكثيرة على النبي (صلى الله عليه وآله) سهلاً على الوضاعين فالوضع على الصحابة والتابعين يكون أسهل
“Jika memalsu banyak hadis atas nama Nabi saw. adalah hal mudah bagi para pamalsu itu, maka memalsu ucapan atas nama para sahabat dan tabi’în tentu lebih mudah bagi mereka.”
Dalam kesempatan lain ia menggelari Saif dengan Bathalul Akâdzîb (Pendekar Kebohongan). Beliau berkata:
روى هذه الرواية الطبري عن بطل الأكاذيب سيف بن عمر عن أناس مجهولين كعادته
“Riwayat ini diriwayatkan ole hath Thabari dari Bathalul Akâdzîb; Saif ibn Umar melalui jalur orang-orang yang majhûl, seperti kebiasaannya.”
Syeikh Nâshiruddîn al Albâni juga menegaskan bahwa Saif ini sangat dha’îf.[27]
Dan selain ketarangan yang saya sebutkan di atas banyak pencacatan atasnya dari para ulama dan seperti kita saksikan semua ulama dan pakar ahli hadis bersepakat mengatakan bahwa ia cacat, pembohong besar, pemalsu hadis dan pribadi yang diragukan kebersihan agamanya atau dengan istilah para ulama adalah seorang zindiq!
Oleh kerenanya, akankah dongen yang diandalkan para penulis itu dalam rangka menghujat Syi’ah berharga di pasar para ulama dan para peneliti?! Khususnya setelah kita mengehatui dengan yakin bahwa pembawa kisah itu adalah seorang pemalsu… seorang zindiq?!
@Abi Umi, dimana-mana yg namanya kl namanya pembawa, pencipta dan pembuat suatu ajaran tentu akan DIPUJA oleh para pengikutnya, ANDA Abi Umi menuduh sesama muslim, khususnya ISLAM Syiah 12 Imam/Imamiah/Jakfari dibawa oleh Abdullah bin Saba, TAPI sampai hari ini mereka TIDAK PERNAH menghaul dan memperingati hari MILADNYA si ABDULLAH BIn SABA sang Tokoh Fiktif yg dihembuskan para Zionis berbaju agama MIRIP seperti ANda yg mencoba mengadu Islam Sunni dan Islam Syiah serta khusus @Mantan Syiah PERNAHKAH ANDA MEMUJA ABDULLAH BIN SABA sang TOKOH FIKTIF..??? Mana buku rujukan pemujaan kepada ABDULLAH BIN SABA???, kl anak/saudara/keluarga anda ternyata menjadi islam sunni, Islam wahabi dan ada yg islam syi'ah karena mereka mempunyai TAFSIR sendiri, lalu ketika berbeda Anda mengucapkan KAFIR & BID'AH pada anak/saudara/keluarg anda hingga terjadi "PERTUMPAHAN DARAH" sesama muslim, sedangkan kanjeng Nabi Muhammad mengutamakan AKHLAK ketimbang kekerasan, trus pertanyaan yg mana sudah anda JAWAB jng pura-pura sudah menjwb, APAKAH KEUTAMAAN MUAWIYAH lebih UTAMA dari sayidina HAsan sang cucunda nabi Muhammad penghulu Pemuda Surga, tolong tampilkan surah di AL-Qur'an yg mengutamakan MUAWIYAH?????? Dasar ZIONIS suka memecah belah bangsa dan ummat manusia...!!!!...Persatua AJA, tidak usah terlalu merasa paling BENAR....!!!!!!! Kita ada kekurangan & Kelebihan...terimalah perbedaan itu sebgai rahmatan lil 'allamin....Hidup Persatuan Islam...Hidup Persatuan Ummat Manusia...!!!!!
Sekarang yang paling eksis dan bisa dikonfirmasi secara ilmiah adalah ulama-ulama Negara Republik Islam iran yang mayoritas menganut Islam Syi'ah 12 Imam / Mazhab Jakfari / Imamiah .... Ketika anda Abi Umi menyebut SYIAH 12 Imam SESAT, maka secara tidak langsung anda menyebut negara Republik Islam IRan (yg diembargo Amerika dan antek Zionis hingga kini) adalah SESAT... itu berarti anda LEBIH HEBAT dari OKI (Organisasi Konferensi Islam) yg pernah di pimpin ooleh Republik Islam IRAN... LALU apakah anda Abi Umi MEMBUTAKAN MATA HATI anda sehingga MATI dan mengikuti hawa nafsu untuk BERTENGKAR sesama ummat ISLAM????? Persatuan aza koq repot bangetz......... ^_^... salam cinta dan persaudaraan sesama ummat manusia dan sesama ummat Islam...Hidup Persatuan Islam Sunni & Islam Syi'ah.... Hidup Persatuan Islam.... ^_^....
Blog yang mencerahkan...
Akhirnya Islam Sunni dan Islam Syiah teken kontrak KERJASAMA...Hidup Persatuan Islam...... ^_^.....
DUBAI. Setelah mencapai kesepakatan soal pengembangan nuklir dengan Amerika Serikat (AS) dan negara pemilik nuklir lainnya, Iran mengukumkan kesepakatan kerjasama dengan Indonesia.
Reuters melaporkan, Iran menyebutkan telah membuat kesepakatan dengan Indonesia dalam hal penyediaan teknologi sektor minyak dan jasa teknik. Kesepakatan tersebut disampaikan oleh Iran National Oil Company (NIOC) pada Selasa kemarin (26/11).
Sebelumnya, Iran bersama dengan enam negara besar dunia mencapai kesepakatan pada hari Minggu. Dalam kesepakatan itu, Iran berkomitmen untuk membatasi program nuklirnya dengan syarat sanksi terhadap mereka dikurangi.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya negara barat menerapkan saksi tidak bisa mengakses teknologio dan jasa milik barat oleh Iran. Namun para pejabat Iran mengatakan, isolasi dari dunia internasional tersebut justru membuat Iran berdikari dan mengembangkan teknologi sendiri dan sekarang berniat untuk mengekspornya.
Hamidreza Katouzian, Kepala Industry Oil Research Center Iran bilang, negaranya dan Indonesia melalui ketua DPR Marzuki Alie telah meneken kerjasama ekspor teknologi, dan mesin ke Indonesia. Teknologi dari Iran itu akan digunakan Indonesia untuk menghidupkan kembali sumur-sumur minyak yang usang dan tak tergarap.
" The Research Center (Iran) siap bekerja sama dengan Indonesia dalam masalah ini , dan pelaksanaan proyek dimungkinkan mengingat pengalaman kami yang kaya di sektor minyak dan gas," kata Katouzian.
Sayangnya, pejabat Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Indonesia tidak tersedia untuk komentar. Sedangkan perusahaan energi milik pemerintah Indonesia tidak mengetahui ada perjanjian tersebut. "Sampai titik waktu ini, kami tak memiliki rencana bekerja sama dengan Iran," kata juru bicara PT Pertamina kepada Reuters.
Katouzian mengatakan, Iran dan Indonesia akan bekerjasama dalam hal transfer teknologi sektor minyak dan juga proyek eksplorasi internasional. Tidak jelas, apakah dalam perjanjian itu juga mencakup adanya kewajiban bagi Indonesia untuk memasok teknologi untuk Iran atau tidak.
Indonesia pernah bergabung sebagai negara produsen dan eksport minyak atau OPEC. Namun, sejak tahun 2009, Indonesia mundur dari keanggotaan OPEC setelah menjadi negara importir minyak. Sebab, produksi minyak di Indonesia terus turun dalam satu dekade belakangan. Di sisi lain, permintaan minyak terus mengalami kenaikan di Indonesia.
Editor: Asnil Bambani Amri
SUMBER: REUTE
http://industri.kontan.co.id/news/iran-siap-pasok-teknologi-perminyakan-ke-indonesia
TAQIYAH: PERISAI PERLINDUNGAN SYIAH
Setiap mazhab atau ajaran apa pun pasti memiliki keyakinankeyakinan
tertentu. Keyakinan itu kebanyakan tertulis dalam kitab atau
terkadang hanya ditransfer melalui lisan. Tapi lazimnya sebuah ajaran
yang diinginkan untuk berkembang, keyakinan itu ditulis dalam buku.
Kita lihat prakteknya agama Islam sendiri memiliki kitab yang memuat
ajaran yang harus diyakini oleh seorang muslim yaitu Al Qur'an, yang
mengandung perintah untuk bertanya kepada yang tahu ketika tidak
mengerti tentang segala sesuatu. Begitu juga Al Qur'an memuat sumpah
Allah dengan pena, yang dipahami oleh ummat Islam sebagai perintah
untuk menulis dan membaca. Sehingga keterangan dari ulama
dituangkan dalam kitab-kitab yang dapat dibaca hingga kini. Mazhabmazhab
fiqih dalam islam pun memiliki kitab-kitab rujukan yang memuat
pendapat mazhab itu.
"Mazhab syiah" pun demikian pula memiliki kitab-kitab rujukan
yang memuat keyakinan-keyakinan syiah, kitab ini berisi ucapan-ucapan
ahlulbait, 11 imam yang konon harus diikuti. Konon lagi, 11 imam itu
disebut juga sebagai salah satu dari tsaqalain (dua pusaka) yang harus
diikuti oleh orang muslim. Pusaka satu lagi adalah Al Qur'an. Selain
ucapan ahlulbait, kitab-kitab itu juga memuat penjelasan-penjelasan
ulama syiah, yang juga harus diikuti karena status ulama menjelasakan
ayat-ayat Al Qur'an dan ucapan ahlulbait di atas. Tapi belakangan ulama
Lisensi Dokumen:
syiah naik pangkat menjadi wakil imam ma'sum (yang juga ma'dum =
tidak ada) untuk mengatur kehidupan keberagaamaan para penganut
syiah.
Tetapi buku-buku yang memuat ajaran syiah itu hampir
seluruhnya susah diakses. Terutama buku-buku yang memuat ucapanucapan
ahlulbait, sumber legalitas bagi syiah selain Al Qur'an, sehingga
kita hanya mengetahui ajaran syiah dari mulut-mulut pengikutnya atau
dari buku-buku yang ditulis oleh ulama masa kini dan tidak memuat
langsung ucapan ahlulbait. Ini menimbulkan kerancuan, di satu sisi orang
akan mengira bahwa itulah sebenarnya mazhab syiah, tetapi ada
golongan lain dari umat Islam yang berkesempatan untuk mengakses ke
kitab-kitab induk syiah dan mendapati ternyata ucapan dari penganut
syiah tentang mazhabnya ternyata tidak sesuai dengan isi kitab-kitab itu.
Perlu diketahui bahwa kitab-kitab syiah itu memuat ajaran-ajaran
yang tidak pernah didapat dalam Al Qur'an serta sabda Nabi SAW. Di
sini umat dibuat bingung, akhirnya diadu domba. Ini karena adanya
sebagian umat yang celakanya mereka adalah kaum intelektual tetapi
terjangkit penyakit lugu dan polos. Mereka begitu saja percaya dengan
ucapan-ucapan penganut syiah yang berpropaganda tentang ajarannya
tanpa ingin mengecek ke sumber asli. Mereka berbenturan dengan orangorang
yang ikhlas ingin mengingatkan umat akan ajaran yang tidak sesuai
dengan Al Qur'an dan sabda Nabi SAW. Akhirnya umat pun diadu
domba. Lebih berbahaya lagi bahwa mereka adalah kaum intelektual
yang didengar suaranya di masyarakat. Kasihan masyarakat yang terbius
oleh "angin surga" baik yang dilontarkan oleh penganut syiah maupun
dari intelektual yang lugu lagi polos –tapi intelek-.
Tidak ada yang aneh jika kita melihat fenomena "intelek tapi lugu",
karena sikap lugu mereka tertipu oleh angin surga dari da'i-da'i syiah.
Tetapi yang patut dicermati adalah penganut atau ustadz-ustadz syiah,
mengapa mereka terkesan menutupi isi riwayat-riwayat dari ahlulbait ?
Mengapa ucapan mereka berbeda dengan apa yang tercantum dalam
buku-buku riwayat-riwayat ahlulbait ? Apakah mereka sengaja ingin
menyembunyikan riwayat ahlulbait atau mengapa ? Ini yang barangkali
terlintas pada benak kita. Ataukah riwayat itu hanya diperuntukkan bagi
kalangan khusus yang sudah dianggap layak untuk mengaksesnya ? Apa
pun jawabannya, kitab-kitab syiah sudah bukan barang langka lagi,
mereka yang benar-benar ingin pasti akan dapat menemukan dan
mengaksesnya, meskipun para ustadz syiah mencoba sekuat tenaga untuk
menyembunyikan.
Sebagai misal, anda tidak akan mendengar penganut atau ustadz
syiah menukil riwayat di bawah ini:
Dari Abu Abdillah –Ja'far Ash Shadiq- mengatakan: "Ambillah harta
orang nashibi di mana saja kamu dapatkan, lalu bayar seperlimanya pada kami."
Riwayat ini terdapat dalam kitab Tahdzibul Ahkam jilid 4 hal 122, Al
Wafi jilid6 hal 43, begitu juga dinukil oleh Al Bahrani dalam Al Mahasin An
Nifsaniyah, Al Bahrani mengatakan riwayat ini diriwayatkan dari banyak
jalur.
Siapakah yang disebut dengan nashibi ? Nashibi adalah orang
yang memusuhi ahlulbait. Tetapi syiah memiliki terminologi yang
berbeda atas kata memusuhi ahlulbait. Yang dimaksud memusuhi
ahlulbait bukanlah memusuhi alias lawan kata cinta, seperti orang yang
memusuhi Ali atau membenci Fatimah, anda tidak akan menemui sikap
demikian kecuali pada sebagian orang khawarij yang memang sesat.
Tetapi nashibi di sini bermakna mereka yang mendahulukan selain Ali
dalam khilafah, alias mereka yang berkeyakinan bahwa Ali bukanlah
yang berhak menjadi khalifah sepeninggal Nabi. Kita lihat Al Bahrani di
Bahrani- dalam kitab yang sama pada hal 157 memberikan definisi bagi
kata nashibi:
"Ini karena kamu telah tahu bahwa nashibi adalah mereka yang
mendahulukan selain Ali…"
Maka kata nashibi meliputi seluruh penganut ahlussunnah wal
jamaah yang meyakini fakta dan kenyataan yang ada bahwa khalifah
setelah Nabi adalah Abubakar. Riwayat di atas adalah ajakan untuk
merampok, mencuri, mencopet dan merampas harta ahlussunnah. Ini
jelas dari riwayat di atas yang menjelaskan ambillah harta nashibi –sunnidi
mana saja, di jalan, di rumahnya, di kantor, pokoknya di mana saja
terdapat harta itu. Barangkali situasi di Indonesia belum kondusif untuk
melaksanakan riwayat itu, tetapi riwayat di atas dipraktekkan di Irak hari
ini, di mana milisi syiah melakukan perbuatan seperti yang dilakukan
oleh pasukan ortodok Serbia kepada muslimin Bosnia.
Anda tidak akan mendengar riwayat ini dari ustadz syiah.
Mengapa demikian ? ternyata ajaran syiah terdapat sebuah ajaran yang
membolehkan bagi penganut syiah untuk menyembunyikan
keyakinannya di depan non syiah, keyakinan itu disebut dengan taqiyyah.
Lagi-lagi menurut keterangan ulama syiah sendiri bahwa taqiyah
hukumnya wajib hingga imam ke 12 bangkit dari "tidur panjangnya".
Ibnu Babawaih Al Qummi yang dijuluki Ash Shaduq –yang selalu berkata
benar- mengatakan:
"Keyakinan kami bahwa taqiyah adalah wajib, meninggalkan
taqiyah sama seperti meninggalkan shalat, tidak boleh ditinggalkan
hingga keluarnya Imam Mahdi. Siapa yang meninggalkan taqiyah
sebelum keluarnya Imam Mahdi maka telah keluar dari agama Allah
(Islam), keluar dari agama Imamiyah dan menyelisihi Allah, Rasul dan
para imam
Bisa dilihat dalam kitab Al I'tiqadat hal 114. Pada cetakan Darul
Mufid. Teks di atas ada pada hal 108.
Ucapan ini tentunya tidak berasal dari omong kosong maupun
pendapat sendiri, karena dalam ucapan di atas kita lihat ada kata:
"keyakinan kami", berarti adalah keyakinan mazhab syiah menurut As
Shaduq. Juga ini bukan satu-satunya ucapan ulama syiah tentang
wajibnya taqiyah. Ucapan di atas berdasar pada riwayat Ja'far Ash Shadiq
yang bersabda:
"Jika kamu katakan bahwa orang yang meninggalkan taqiyah sama
dengan orang yang meninggalkan shalat maka kamu telah berkata benar."
Bisa dilihat di kitab Biharul Anwar jilid 50 hal 181, jilid 75 hal 414,
hal 421, As Sarair hal 476 Kasyful Ghummah jilid 3 hal 252, Man Laa
Yahdhuruhul Faqih jilid 2 hal 127 dan beberapa sumber lain.
Juga terdapat riwayat yang mengatakan: Orang yang
meninggalkan taqiyah adalah kafir.
Bisa dilihat di kitab Biharul Anwar 87 347 Fiqhur Ridha 338
Dari sini saja kita sudah bisa mengetahui bahwa tidak ada orang
syiah yang tidak bertaqiyah, tetapi sepandai-pandai tupai melompat pasti
jatuh juga, sepandai-pandai syiah bertaqiyah akhirnya terbongkar juga –
bagi mereka yang tidak lugu-.
Perkataan As Shaduq di atas memberi jawaban bagi kebingungan
kita tentang mengapa ucapan ustadz syiah berbeda dengan isi kitab
mereka sendiri. Di samping itu kita jadi tahu dan akhirnya berhati-hati
dalam mendengar ucapan penganut syiah, karena apa yang diucapkan di
mulutnya tidak sesuai dengan keyakinan hatinya. Ini dilakukan agar
keyakinan yang sebenarnya diyakini tidak diketahui orang, akhirnya dia
selamat dan tidak dijauhi teman-temannya. Karena kaum muslimin masih
memiliki tingkat resistensi yang tinggi pada mereka yang beraliran sesat,
sehingga orang yang beraliran sesat bisa dijauhi dan dimusuhi. Jika saja
penganut syiah menampakkan keyakinan aslinya pasti dia dimusuhi dan
dijauhi. Kondisi demikian kurang menguntungkan karena gerak
penganut syiah untuk menyebarkan ajarannya menjadi sempit karena dia
ditolak di mana-mana.
Praktek menyembunyikan keyakinan agar tidak dibenci orang ini
mirip dengan yang disebutkan dalam surat An Nisa' ayat 41:
"Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang
yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang
yang mengatakan dengan nulut mereka: 'Kami telah beriman', padahal
hati mereka belum beriman."
Juga dalam surat Al Fath ayat 11:
"Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam
hatinya."
Juga dalam surat Ali Imran ayat 167:
"Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung
dalam hatinya."
Repotnya, kita tidak memiliki indikator yang membuat kita tahu
apakah penganut syiah yang sedang berbicara dengan kita sedang
bertaqiyah atau tidak. Kita mengusulkan pada mereka yang berkompeten
untuk menciptakan penemuan baru berupa indikator taqiyah, yang
mungkin berupa lampu yang menyala bila seorang syiah sedang
bertaqiyah. Jika tidak bisa lampu maka apa saja, seperti kerlingan mata
atau tanda di kepala atau apa saja, yang penting orang lain di sekitarnya
bisa tahu apakah dia sedang bertaqiyah atau tidak. Penemuan ini begitu
mendesak supaya kaum muslimin tidak tertaqiyahi –baca tertipu- oleh
penganut syiah yang menyembunyikan keyakinannya ketika tidak dalam
keadaan bahaya.
_
Lalu apakah para imam juga bertaqiyah ? Sudah semestinya
demikian, karena bagaimana sang imam menyuruh orang untuk
bertaqiyah tapi diri mereka sendiri tidak bertaqiyah.
Di sini terbetik pertanyaan besar, yaitu bagaimana kita tahu para
imam sedang bertaqiyah atau tidak ? Jika kita membaca sebuah riwayat
dari salah seorang imam, maka kita tidak tahu apakah sang imam
mengucapkan sabdanya dalam keadaan taqiyah atau tidak hal ini penting
untuk diketahui karena seperti di atas, taqiyah adalah menyembunyikan
keyakinan sebenarnya dalam hati dan mengucapkan hal yang berbeda
dengan apa yang diyakininya dalam hati.
Maka penganut syiah tidak tahu apakah riwayat yang ada adalah
benar-benar ajaran imam yang sebenarnya atau hanya taqiyah ? Ini adalah
masalah yang harus diselesaikan oleh syiah. Jika ada syiah yang berani
menyanggah dengan mengatakan bahwa penerapan taqiyah dimulai dari
era ghaibah –hilangnya imam- sughra maupun kubra, maka dengan
mudah kita jawab: Jika memang demikian maka perintah taqiyah akan
muncul tepat sebelum masa ghaibah, yaitu pada era imam Hasan Al
Askari, bukannya muncul dari Imam Ja'far As Shadiq yang hidup jauh
sebelum era ghaibah. Maka tidak ada yang menjamin bahwa sabda imam
adalah benar-benar ajaran Allah, karena imam juga melakukan taqiyah. Di
sini syiah terjebak dalam taqiyah, di mana dia tidak bisa membedakan
ajaran imam yang sebenarnya dan ajaran imam yang disampaikan saat
bertaqiyah, yang sudah tentu berbeda dengan ajaran imam yang
sebenarnya. Dari mana kita mengetahui ajaran imam yang sebenarnya
dan ajaran imam yang bertaqiyah ?
Tidak ada yang bisa memberikan jawaban pasti. Jadi ajaran syiah
tidak diketahui mana yang benar-benar ajaran syiah yang dari Allah dan
mana yang taqiyah. Mestinya penganut syiah hari ini berhati-hati, jangan
jangan ajaran yang mereka anut saat ini bukanlah ajaran syiah
sebenarnya, tetapi adalah ajaran dari para imam yang sedang bertaqiyah.
Mari kita simak ucapan Al Bahrani dalam kitab Al Hadaiq An
Nadhirah jilid 1 hal 89:
"Banyak riwayat-riwayat syiah yang diucapkan ketika sedang bertaqiyah
yang tidak sesuai dengan hukum sebenarnya."
Ini pengakuan yang berbahaya, yaitu banyak riwayat syiah yang
memuat keterangan kebalikan dari keterangan sebenarnya. Pengakuan ini
juga masih bisa kita ragukan, yaitu dari mana diketahui bahwa imam
sedang bertaqiyah ? Juga ini adalah riwayat yang diketahui bahwa imam
mengucapkannya dalam keadaan bertaqiyah, lalu bagaimana dengan
riwayat lain ? Lagipula bagaimana imam bisa ketahuan sedang bertaqiyah
? Apakah taqiyah imam bisa diketahui ? Dan lain-lain pertanyaan yang
susah didapat jawabannya.
@anonymous>sgt2 tercerahkan dgn jwbnya mungkin sanggahan2 mereka di ats semua hanya taqiyah mereka saya bertambah yakin dgn apa yang saya anut sekarang.
dlu sewaktu saya masih syiah saya merasa miris, knp kok para org tua harus melukai anak2 nya dgn sebilah pisau d kepalanya saat merayakan hari asyuro maka nya hati nurani dan akal saya berontak, tidak mungkin allah menmbuat agama yg memberatkan penganutnya sampai seperti itu,..kemudian saya berfikir lg knp maqam sahabat rasulullah seperti abu bakkar assidiq dan umar bin khotob berdampingan dgn rasullullah sallallahu alaihi wassalam bukankah mereka yg di katakan kafir oleh org2 syiah selama ini..saya terus bertanya di dlm hati yg membuat saya bimbang dgn akidah yg saya pegang dahulu..kalau jika syiah ini haq knp byk kejanggalan2 didlmnya
knp allah mentakdirkan maqam keduanya harus berada berdekatan dgn maqam rasulullah sallallahu alaihi wassalam. INI TDK MUNGKIN TERJADI KECUALI ATAS KEHENDAK ALLAH yang ingin memuliakan para sahabtnya.bukankah allah maha berkuasa ats segala sesuatu bukankah allah yang memegang perbendaharaan langit dan bumi,bukankah Allah apabila dia berkehendak maka akan mudah baginya untuk melakukan semua kehendaknya tapi kenyataan ini sulit bagiku utk mempertahankan SYIAH yg pernah ku anut dahlulu hingga membuat aku mengucapkan syahadat sebenarnya.
Masya allah begitu brdosa nya aku selama ini dgn mencaci dan melaknat para sahabat
SETIAP WAKTU DAN SETIAP SHOLAT FARDHU
serta perayaan aid ghodir pun kami brdoa dgn melaknat para sahabat masya allah ampuni hamba mu ini ya ALLAH terimalah tobatku
dan berikan lah hidayah kpd mereka yang belum mendapat hidayahmu
buat mantan syiah ane punya 2 pertanyaan sama ente,pertanyaan yg sederhana klo ente bnr-2 mantan syiah pasti bisa jawab ne pertanyaan; 1.doa apa yg selalu di baca pada malam rabu,oleh orang-2 yg bermadzhab kan syiah?.....................2.ada berapa ismul-a'zham yg terdapat dlm doa jausyan kabir?......klo ente memeng pernah menjadi orang syi;ah pasti bisa jawab!
Sekarang yang paling eksis dan bisa dikonfirmasi secara ilmiah adalah ulama-ulama Negara Republik Islam iran yang mayoritas menganut Islam Syi'ah 12 Imam / Mazhab Jakfari / Imamiah .... Ketika anda Abi Umi menyebut SYIAH 12 Imam SESAT, maka secara tidak langsung anda menyebut negara Republik Islam IRan (yg diembargo Amerika dan antek Zionis hingga kini) adalah SESAT... itu berarti anda LEBIH HEBAT dari OKI (Organisasi Konferensi Islam) yg pernah di pimpin ooleh Republik Islam IRAN... LALU apakah anda Abi Umi MEMBUTAKAN MATA HATI anda sehingga MATI dan mengikuti hawa nafsu untuk BERTENGKAR sesama ummat ISLAM????? Persatuan aza koq repot bangetz......... ^_^... salam cinta dan persaudaraan sesama ummat manusia dan sesama ummat Islam...Hidup Persatuan Islam Sunni & Islam Syi'ah.... Hidup Persatuan Islam.... ^_^....
Pengertian Aliran SYI'AH Redaksi 10 Dec 2004
Syi`ah adalah kelompok aliran aqidah yang secara umum menyimpang dari aqidah Ahlussunnah wal jamaah. Di dalam tubuh syi`ah sendiri ada banyak sekte dan pecahan. Diantaranya yang paling terkenal adalah Syi`ah Imamiyah atau Syi`ah imam 12.
Penyimpangan Aqidah
Meski latar belakang awal mula berdirinya lebih merupakan masalah politis, namun pada perkembangan berikutnya, kelompok Syiah berkembang menjadi sebuah paham aqidah tersendiri yang menyimpang. Penyimpangan itu bila disimpulkan antara lain :
1.Sekte Sabaisme dalam Syiah berkeyakinan bahwa Jibril salah menurunkan wahyu kepada Muhammad, seharusnya kepada Ali bin Abi Thalib.
2.Mereka memiliki mushaf Al-Quran versi mereka sendiri yang isinya tidak sama dengan mushaf yang dikenal sekarang ini. Kulaini menjelaskan dalam bukunya ¡°Al-Kafi¡± bahwa Ja`far Shodiq berkata,¡±Kami mempunyai mushaf Fathimah. Sebuah mushaf yang isinya seperti Al-Quran kalian 3 kali. Demi Allah, tidak ada satu huruf pun isinya dari Al-Quran kalian¡±.
3.Mereka meyakini bahwa imam mereka ada 12 dan semuanya memiliki mukjizat seperti Nabi dan telah diberi wasiat dan rahasia ajaran Islam. Sehingga mereka berhak menerangkan ajaran Islam yang orang lain tidak diberitahu menjadi rahasia mereka sendiri. Mereka yakin bahwa para imam itu dititipi ilmu oleh Rasulullah SAW untuk menyempurnakan syariat. Tidak ada perbedaan antara imam dengan Rasulullah SAW kecuali bahwa Rasulullah SAW menerima wahyu.
4.Para imam itu diyakini berada pada derajat ma`shum yang tidak mungkin berdosa dan terpelihara dari segala kesalahan, kelalaian serta dosa-dosa baik besar atau kecil.
5.Mereka meyakini bahwa imam mereka yang ke-12 sedang ghaibah (menghilang) ke dalam sebuah gua di Samara (surro man ra`a), sebuah kota kecil di Iraq dekat sungai Tigris utara Baghdad. Suatu hari nanti imam ke-12 itu akan muncul lagi (roj`ah). Karena itu sekarang setiap ba`da maghrib mereka rajin berdiri di pintu gua bahkan menyediakan sebuha kendaraan untuk pergi. Perbuatan ini terus berlangsung tiap malam.
6.Harapan mereka imam itu akan datang untuk memenuhi keadilan sebagaiman bumi sedang dipenuhi dengan kekejaman dan kezoliman. Imam ke-12 ini juga akan melacak lawan-lawan syiah sepanjang sejarah.
7.Dalam menyebarkan paham yang sesat seperti ini senjata andalan mereka adalah TAQIYAH, yaitu siasat berbohong dan menyembunyikan sementara inti ajaran mereka dan identitas aqidah mereka sehingga orang mengira apa yang mereka ajarkan itu sesuai dengan aqidah mereka sebelumnya. Saat orang-orang itu sudah percaya dan bertambah taat, baru identitas asli ajaran mereka dibenamkan. Karena itu semua fakta yang kami sampaikan disini pasti tidak ada satupun yang mereka akui. Mereka punya seribu satu macam cara untuk mengingkari fakta-fakta ini, karena mereka punya prinsip taqiyah. Sehingga orang-orang awam yang sebelumnya sudah paham tentang sesatnya syiah akan berbalik menjadi pembelanya. Senjata ini benar-benar ampuh untuk memperdaya generasi muda Islam yang ilmu sejarahnya dangkal dan wawasannya sempit.
8.Salah satu daya tarik mereka untuk mencari pendukung adalah ¡®fasilitas¡¯ kawin mut`ah atau kawin kontrak. Hakikatnya tidak lebih dari pelacuran yang diberi kemasan agama. Dengan beragam dalih, mereka menghalalkan zina seperti ini. Memang sejarahnya, Rasulullah SAW pernah membolehkan nikah mut`ah, namun setelah itu dilarang secara total dan hukumnya dinasakh. Semua shahabat dan para ahli ilmu sepakat bahwa mut`ah itu telah diharamkan Allah selamanya. Oleh kelompok syiah, nikah seperti ini dibolehkan dan menjadi salah satu pesona dan daya tarik buat mereka yang suka zina.
Mereka juga memiliki hari raya yang lebih mereka hormati dari Idul Fithri dan Idul Adha, yaitu hari raya Ghadir Khom. Selain itu mereka juga mengagungkan hari raya Nairuz, hari raya agama majusi penyembah api. Juga hari raya tanggal 9 Rabiul Awwal sebagai hari raya ¡®bapak¡¯ mereka, Abu Lu`lu`ah. Abu Lu`lu`ah adalah orang yang berhasil membunuh Umar bin Al-Khattab.
9.Kebencian mereka kepada para sahabat Nabi dan mengatakan mereka berdosa telah merampas khilafah dari Ali bin Abi Thalib. Sebagian syiah malah mengkafirkan para shahabat Nabi radhiyallahu anhum. Sebaliknya mereka mengagungkan ahlul bait atau keluarga nabi. Ahlul bait ini adalah para shahabat nabi yang utama, tetapi oleh kelompok syiah ini, ahlul bait diseret-seret masuk dalam perangkap aqidah mereka, sehingga seolah-olah antara ahlul bait dengan shahabat yang lain ada pemisah dan permusuhan.
Padahal di zaman para shahabat, syiah yang sesat seperti ini belum lagi muncul. Bahkan Hasan dan Husein serta Ali Zaenal Abidin yang sering mereka klaim sebagai imam mereka pun tidak tahu menahu dengan ulah syiah sesat ini. Syiah yang sesat ini baru muncul jauh di kemudian hari setelah generasi para shahabat dan sebagian tabi`in telah meninggal.
Aktor intelektual di belakang syiah sesat ini tidak lain adalah Abdullah bin Saba` yang dalam sejarah otentik terbukti menjadi provokator di wilayah- wilayah Islam. Dia telah menyebarkan fitnah, berita bohong, kebencian kepada para shahabat serta paham yang merusak. Dia tidak lain adalah yahudi Yaman yang berpura-pura masuk Islam. Identitas keyahudiannya sangat menonjol ketika dia mengajarkan tentang imam yang akan muncul (raj`ah), tidak mati, menjadi raja di bumi, mengathui apa yang tidak diketahui orang dan lain-lain. Ini tidak lain berakar pada paham yahudi, agama yang dipeluknya masih diakuinya bahwa selama ini dia masih beragama yahudi.
Ali bin Abi Thalib sendiri sebagai tokoh yang dijadikan umpan oleh Abdullah bin Saba` untuk memunculkan konflik di antara para shahabat, bukan tidak tahu ulahnya. Bahkan Ali bin Abi Thalib sendiri yang berkehendak untuk membunuhnya. Namun atas nasehat dari Abdullah bin Abbas, musuh islam itu tidak jadi dibunuh namun di buang ke Madain.
Sosok Abdulah bin Saba` oleh para pengikut fanatik syiah sering dikabur- kaburkan dan dengan segala argumentasi mereka mengatakan bahwa Abdullah bin Saba` adalah tokoh fiktif serta sekedar tokokh rekaan musuh- musuh syiah. Padahal sejarah dunia telah mengenal sosok ini dengan beragam ulahnya meski mereka memungkiri dengan berbagai dalih.
Kesimpulan : - Syiah sendiri terdiri dari banyak sekte dan pecahan. - Ahlul Bait ( Keluarga Rosulullah SAW ) bukanlah pengikut Syiah Sesat, karena Khalifah Ali bin Abi Tholib pun pernah berkehendak membunuh pendiri Syiah Sesat ini.
MUI dimasuki Agen Takfiri Internasional, perlu adanya "MUI WATCH" : Syi'ah = Rafidhah, Syi'ah = SESAT, Syi'ah bukan ISLAM dan ENTAH apalagi SUMPAH SERAPAH yang dikeluarkan TAKFIRI dan ZIONIS Berbaju Agama untuk mengadu domba Ummat Islam & Ummat Manusia : Tabloid Serambi Ummah pun kembali "Membuka Wawasan Ummat" bahwa Ibnu Taimiyah PEMBENCI Syi'ah... WASPADALAH, Persatuan Islam ingin DIGOYAHKAN...!!!!???!!!
Source: Banjarku Umai Bungasnya: MUI dimasuki Agen Takfiri Internasional, perlu adanya "MUI WATCH" : Syi'ah = Rafidhah, Syi'ah = SESAT, Syi'ah bukan ISLAM dan ENTAH apalagi SUMPAH SERAPAH yang dikeluarkan TAKFIRI dan ZIONIS Berbaju Agama untuk mengadu domba Ummat Islam & Ummat Manusia : Tabloid Serambi Ummah pun kembali "Membuka Wawasan Ummat" bahwa Ibnu Taimiyah PEMBENCI Syi'ah... WASPADALAH, Persatuan Islam ingin DIGOYAHKAN...!!!!???!!! http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2013/11/mui-dimasuki-agen-takfiri-internasional.html#ixzz2m7Ae2yhg
Under Creative Commons License: Attribution
Gendang Telinga Wahabi dan Takfiri serta Nashibi Pecah saat mendengar Kajian tahqiq hadits tentang Abubakar, Umar dan Utsman. Namun telinganya budeq, tuli dan tertutup saat mendengar Rasulullah bersalah, pernah lupa sholat, Rasulullah kalah dalam perang Uhud, Rasulullah kena sihir, Rasulullah bermuka masam, Rasulullah ketakutan saat menerima wahyu, Rasulullah giginya patah oleh lemparan batu kaum kuffar, Rasulullah nikah dengan Khadijah dalam keadaan (maaf) janda...dst dst... sampai situkah ? tidak telinga mereka budeg, saat bulan bulanan menyebut ayah, bunda Rasulullah, kakek dan paman Rasul wafat dalam keadaan kapir, hingga seorang ustadzah Mamah Dedeh, begitu beraninya mengatakan Nabi ditolak doanya oleh Allah, untuk keimanan ayah bundanya, karena mereka dalam keadaan Kapir, oh begitu biadab dan tak berakhlak kah kita kepada Kanjeng Nabi ??
Begitukah Allah membiarkan kekasihNya menjadi bulan bulanan para Nashibi dan Takfiri...., sampai situkah.....?
Putrinya Sayyidah fathimah teraniya, sedang hamil keguguran karena ulah oknum sahabat, membakar rumahnya, dan fathimah meminta dikuburkan malam hari, agar ia tak melihat orang yang melakukan penganiayaan atasnya. sampai situkah ? mantu dan keponakannya sang Washi penerima wasiat di Ghadir Khum pun harus rela dibunuh syahid saat sujud di mihrab, sampai situkah ? Takfiri dan Nashibi masih bungkam dan Tuli, puluhan tahun dan ratusan tahun Imam Ali dilaknat dimimbar mimbar, sampai situkah ? teruss sepanjang bumi ini ada maka penganiayaan dan cacian serta fitnah kepada Ahlul Bayt akan terus berlangsung.
Imam hasan diracun, yang Nabi sering kecup/cium bibirnya.... sampai situkah ? kedunguan wahabi dan takfiri...?
tidak kini dimainkan opini dan skenario bahwa yng membunuh Imam Husein adalah Syiah.... bukan nashibi dan nawashib yang sejak awal masa Nabi sudah menunjukkan akar benih kebenciannya. Lihat Abu Sofyan dan Hindun memainkan peran Penting memusuhi dan memerangi Rasulullah, dan terus melahirkan anak peranakan Muawiyah dan Yazid dst....nya.
Kini Saudi dengan bangga mencetak jutaan ekslembar buku tenatng sayyidina Yazid dan sayyidina Muawiyah, serta menghukum kafir dan musyrik bagi yang mengenang Tragedi Kemanusiaan Imam Husein....
apapun dalih dan argumentasi serta tuduhan anda kepada kami bahwa kami Syiah Sesat, Syiah Rafidhah, Syiah lah pelaku pembunuhan Imam Husein, Syiah halal darahnya, Syiah halal wanitanya untuk dinodai dan entah apalagi fatwa yang kalian keluarkan.
Kami katakan Labbaika Ya Ahlal Kisa' (Al Mushtofa, wal Murtadha, wab Naahuma (Hasan wa Husein) wa Fathimah)
Bi Dammika Ya syahid .... Bi Dammika Ya Husein.... Isyfa' lana 'Indallah....
Kami menyatakan damai kepada siapapun yang berdamai kepada imam Husein dan menyatakan Perang bagi siapapun yang memerangi imam Husein... INNI SILMU LIMAN SAALAMAKUM WA HARBUN LIMAN HAARABAKUM
Israel-lah Musuh Umat Islam Sebenarnya, Bukan yang Lain
Henry Bannerman, Perdana Menteri Inggris pada tahun 1906 mengeluarkan statemen tentang gagasan tanah air bagi bangsa Yahudi:
“Ada sebuah bangsa (Bangsa Arab/Umat Islam) yang mengendalikan kawasan kaya akan sumber daya alam. Mereka mendominasi pada persilangan jalur perdagangan dunia. Tanah mereka adalah tempat lahirnya peradaban dan agama-agama. Bangsa ini memiliki keyakinan, suatu bahasa, sejarah dan aspirasi sama. Tidak ada batas alam yang memisahkan mereka satu sama lainnya. Jika suatu saat bangsa ini menyatukan diri dalam suatu negara; maka nasib dunia akan di tangan mereka dan mereka bisa memisahkan Eropa dari bagian dunia lainnya (Asia dan Afrika). Dengan mempertimbangkan hal ini secara seksama, sebuah “organ asing” harus ditanamkan ke jantung bangsa tersebut, guna mencegah terkembangnya sayap mereka. Sehingga dapat menjerumuskan mereka dalam pertikaian tak kunjung henti. “Organ” itu juga dapat difungsikan oleh Barat untuk mendapatkan objek-objek yang diinginkan” (JW Lotz, 2010). [dikutip dari artikel "Geopolitik Sungai Nil"]
Sementara itu, Ahmadinejad pada tahun 2006 berkata:
“Dalam seratus tahun terakhir, front terakhir dunia Islam [imperium Utsmani] jatuh dan kekuatan opresor dunia membentuk rezim penjajah Al Quds sebagai bridge-head untuk mempertahankan dominasinya di dunia Islam. Bridge-head adalah istilah militer. Ketika dua divisi atau pasukan bertempur satu sama lain, jika satu pihak berhasil maju dan memecah front lawan, menduduki kawasan musuh, dan membangun benteng di sana untuk mempertahankan wilayah yang dikuasainya dan untuk menjadi markas dalam upaya ekspansi, maka itu kita sebut bridge-head. Negara penjajah ini [Israel] adalah bridge-head dari kekuatan opresor di jantung dunia Islam. Mereka membuat sebuah markas untuk memperluas dominasi mereka di seluruh dunia Islam. Tidak ada alasan lain dari pendirian rezim ini [Zionis] selain tujuan ini. [Karena itu] perjuangan yang terjadi di Palestina hari ini adalah garis depan dari konflik antara dunia Islam dan kekuatan opresor dunia. [dikutip dari buku Ahmadinejad on Palestine]
“Kekuatan opresor dunia” yang dimaksud Ahmadinejad adalah negara-negara Barat, AS dan sekutunya. Namun, sesungguhnya, orang-orang Zionis-lah yang mendominasi pemerintahan negara-negara Barat itu. Merekalah yang menguasai politik dan ekonomi di Barat, sehingga bisa menekan pemerintah untuk melakukan kebijakan yang menjauh dari kepentingan nasionalnya. Artinya, Barat mendedikasikan segala daya upaya demi Israel, bukan demi rakyatnya sendiri.
Ini bukan teori konspirasi (dalam ‘frame’ mereka yang anti teori ini, tentu saja). Sangat banyak bukti bagi pernyataan ini. Antara lain, Paul Findley, mantan senator AS dalam bukunya “They Dare to Speak Out” (Mereka Berani Bicara) menulis,
“Berkat efektifnya lobby pro-Israel, AS menjadi kunci dan sekutu utama bagi kemenangan Israel melawan Arab. Meskipun pemerintah AS selalu mengklaim bahwa AS hanya berperan sebagai ‘makelar yang jujur’, namun sesungguhnya pemerintah AS telah menyediakan dukungan yang terus-menerus bagi aksi ekspansi Israel, sejak Presiden Lyndon B. Johnson pada tahun 1967 memberikan bantuan kepada Israel dalam perang melawan Arab.”
“Pada April 2002, Sharon memerintahkan invasi ke berbagai wilayah [Palestina] dengan dalih untuk menangkapi para pemimpin Palestina yang mengorganisasi bom bunuh diri yang dilakukan orang-orang Palestina. Bom-bom bunuh diri ini menimbulkan ketakutan di tengah warga Israel dan di daerah pendudukan [wilayah Palestina yang diduduki Israel].
“Serangan balasan Sharon sangat brutal dan masif, menggunakan tank, helikopter bersenjata, dan berbagai jenis senjata lainnya, yang semuanya disumbang oleh AS melalui program ‘bantuan militer pemerintah’. Serangan ini membuat kota-kota besar di wilayah pendudukan rusak parah dan markas Otoritas Palestina hancur dan terisolasi. Data yang akurat terkait kekerasan ini tidak pernah muncul, tetapi laporan PBB menyebutkan bahwa di Jenin saja, warga Palestina yang gugur 52. Laporan itu juga menyebutkan 497 terbunuh dan 1.477 terluka selama keseluruhan serangan militer tersebut. Angka ini dikumpulkan dari kejauhan karena pemerintah Israel, didukung oleh Washington, menolak untuk mengizinkan PBB meninjau Jenin.”
“Dua belas hari setelah penyerangan, tentara Israeli masih melarang misi PBB yang dipimpinTerje Roed-Larsen masuk ke kamp pengungsian Jenin,bahkan selama itu pula ambulans dilarang masuk dan banyak warga Palestina yang terluka akhirnya gugur karena kehabisan darah. Setelah akhirnya diperbolehkan masuk ke kamp Jenin, Roed-Larsen mengatakan, “Tim kami terdiri dari para ahli yang sudah berkali-kali bertugas di kawasan perang dan bencana alam dan mereka mengatakan, tidak pernah melihat pemandangan seperti ini. Ini sangat mengerikan dan sulit dipercaya.” Menurut Roed-Larsen, 300 bangunan dihancurkan Israel, 2.000 warga kehilangan rumah mereka.”
Kepada Israel-lah jihad umat Islam harus ditujukan, bukan yang lain.
*thank’s to M. Anis who gave me the link to the book of Paul Findley
http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/07/04/israel-lah-musuh-umat-islam-sebenarnya-bukan-yang-lain/
Kalau Islam Syi'ah 12 Imam / Imamiah / Mazhab Jakfari yang diwakili oleh Republik Islam IRan dan HIZBULLAH BUKAN ISLAM, tentu tidak akan membantu SAUDARA nya Islam Sunni di Palestina yang dihajar HABIS Zionis ISRAEL, kalau di GAZA diwakili oleh HAMAS, sedangkan di RAMALLAH dikuasai FATAH.... Biarlah perbedaan masa lalu menjadi pelajaran kita sesama ISLAM untuk BERSATU hadapi musuh kita bersama ZIONIS INTERNASIONAL....
KESAKSIAN DARI KARBALA
Tanggal 10 Muharram menjelang, Syiah merayakan hari duka cita dengan meriah. Tapi mereka lupa mengkaji sejarah. Mereka hanya percaya pada cerita-cerita ustadz mereka, tanpa mau benar-benar mengkaji dan berpikir. Kali ini pembaca akan menyimak kesaksian dari Ali Zainal Abidin, salah satu putra imam Husein yang selamat dari pembantaian, dan tahu persis apa yang terjadi.
Imam Husein beserta keluarganya berangkat ke Karbala. Salah satu yang ikut bersamanya adalah putranya yang bernama Ali, yang dikenal dengan julukan Zainal Abidin. Dia ikut menyaksikan peristiwa tragis itu. Kita simak kesaksiannya.
Kemudian Ali Zainal Abidin ini dijadikan imam oleh syiah, disemati julukan Zainal Abidin, dan diyakini memiliki keistimewaan-keistimewaan tertentu oleh syiah. Salah satunya adalah dianggap maksum, lepas dari salah dan lupa.
Imam Ali Zainal Abidin ikut bersama ayahnya di Karbala, hingga benar-benar mengerti apa yang terjadi. Kali ini kita akan membaca sendiri kesaksian Imam Ali Zainal Abidin tentang peristiwa yang dialaminya, yaitu peristiwa Karbala. Tentu tidak ada orang berakal dan meragukan kesaksian imam Ali Zainal Abidin.
Hudzaim bin Syuraik Al Asadi berkata: Ali Zainal Abidin keluar menemui sekelompok orang, dan mengisyaratkan pada mereka dengan tangannya, menyuruh agar mereka diam. Ali Zainal Abidin berdiri. Dia memuji Allah dan bershalawat pada NabiNya, lalu berkata: Wahai manusia, bagi yang mengenalku, maka dia telah mengenalku. Bagi yang belum kenal siapa diriku, aku adalah Ali bin Husein, yagn disembelih di tepi sungai Eufrat, tanpa tahu masalah dan tanpa dapat warisan. Aku adalah anak dari yang dilukai kehormatan istri dan anak wanitanya, yang dirampas kenikmatannya, dan dirampok hartanya, ditawak keluarganya. Aku adalah anak dari manusia yang dibunuh dalam tawanan. Ini cukup membuatku bangga.
Wahai manusia, aku minta kalian bersumpah pada Allah, bukankah kalian tahu bahwa kalian yang menulis surat pada ayahku, lalu kalian berkhianat padanya, dan bukankah kalian telah memberikan janji dan baiat? Kalian perangi ayahku, dan kalian hinakan dia. Alangkah celaka apa yang telah kalian lakukan, alangkah buruknya pikiran kalian, bagaimana kalian nanti di hadapan Nabi shalllallahu alaihi wasallam yang bersabda pada kalian: kalian bunuh anak cucuku, kalian rusak kehormatanku, kalian bukanlah termasuk umatku.
Lalu suara tangisan terdengar keras, dan masing-masing saling mendoakan: sungguh perbuatan kalian membuat kalian celaka.
Lalu Ali bin Husein berdoa: semoga Allah merahmati orang yang mau menerima nasehatku, dan menjaga wasiatku tentang hak-hak Allah, hak-hak RasulNya dan hak-hak keluarganya, sesungguhnya Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam telah memberikan contoh terbaik bagi kita.
Lalu mereka semua berkata : kami semua menengar, taat, dan menjaga kehormatanmu, kami tidak akan meninggalkanmu, dan tidak membencimu. Berilah kami perintah, semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya kami akan memerangi siapa yang memerangimu, kami akan berdamai, kami akan membalas dendammu dan dendam kami semua, membalas orang yang telah menzhalimimu dan diri kami semua.
Lalu Ali bin Husein berkata: sungguh jauh bagi kalian, wahai para pembuat makar dan pengkhianat, semoga kalian dihalangi dari meraih keinginan dan syahwat kalian, apakah kalian ingin melakukan padaku apa yang kalian lakukan pada ayahku? Tidak, demi Rabb para penari di Mina, luka ini masih belum kering. Kemarin ayahku dibunuh di tengah keluarganya. Aku belum lupa musibah yang menimpa Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam, musibah ayahku dan anak-anaknya, dan kakekku....
Khotbah ini terdapat dalam kitab Al Ihtijaj jilid 2 hal 305, juga dalam kitab-kitab berikut:
Mutsirul Ahzan
Al Lahuf
Tasliyatul Majalis wa Zinatul Majalis
Biharul Anwar
Al Awalim
Ali Zainal Abidin terang-terangan mengatakan bahwa yang memerangi Imam Husein adalah syiahnya. Yang membantai Imam Husein adalah mereka yang menulis surat padanya, memanggilnya ke Kufah untuk bersama-sama berjihad menumbangkan pemerintahan bani Umayah. Bukannya memerangi bani Umayyah, para syiah itu malah membantai imam Husein. Ini kesaksian sejarah yang tidak bisa dibantah.
Dan para syiah itu masih tidak punya malu. Mereka masih berani berjanji pada Ali Zainal Abidin untuk memerangi musuhnya. Dan Ali Zainal Abidin bukan orang bodoh dan pandir. Dia pun tahu bahwa syiahnya akan menipu dan mengkhianatinya.
Rupanya menipu dan mengkhianati sudah mendarah daging dalam diri seorang syiah. Dan Ali Zainal Abidin tidak mau mati sia-sia karena ditipu oleh syiah.
Menipu dan mengkhianati, ini dilakukan oleh para ustadz dan ulama syiah hari ini. Mereka sengaja berdusta pada syiah. Dan parahnya, syiah mau saja dibohongi. Sungguh jauh panggan dari api, dengan apa yang mereka katakan di mana-mana: penganut syiah adalah ornag-orang intelektual.
Para ulama dan diikuti oleh ustadz syiah sengaja mengubur sejarah dalam-dalam, mereka sengaja mengelabui umat untuk percaya pada mereka, dan bukannya percaya pada ahlulbait yang sebenarnya. Mereka menjaga agar kitab-kitab mereka yang memuat ajaran ahlul bait yang sejati tersembunyi, agar tidak dijangkau oleh kalangan syiah awam. Karena orang awam yang membaca kitab-kitab syiah, maka akan mendapati kebohongan dan dusta para ulama dan ustadz syiah.
Selama ini ahlussunnah menjadi kambing hitam pembunuhan Imam Husein. Peristiwa Karbala menjadi momen untuk membangkitkan dendam dan kebencian pada mereka yang tidak bersalah. Syiah berhasil membuat kambing hitam bagi pembunuhan Imam Husein.
Jika mereka benar-benar ingin mengutuk pembunuh Imam Husein, mereka mestinya keluar dari mazhab syiah, karena yang membunuh imam Husein adalah syiah sendiri. Mestinya penganut syiah hari ini malu terhadap perilaku syiah yang ada di zaman para imam, karena perilaku syiah memang memalukan.
Tapi sepertinya penganut syiah masih keenakan dalam buaian cerita dusta para ustadz syiah.
Syi'ah meyakini ke.12 imam mereka ma'shum,mereka juga meyakini sahabat seperti Mu'awiyah telah kafir,sedangkan didalam islam terlarang membai'at orang-orang kafir.Menurut klaim Syi'ah imam-imam tersebut bebas dari dosa dan kesalahan (ma'shum)
jadi bagaimana dengan dosa membai'at orang kafir? apakah ini murni Ijtihad Al-Hassan atau bimbingan wahyu?
jika jawabannya hasil Ijtihad itu artinya ''IMAM TELAH BERBUAT DOSA'' .jika jawabannya adalah karena bimbingan wahyu ,itu artinya Mu'awiyah adalah pemimpin yang sah yang telah dipilih Allah. jawaban apapun yang dipilih dua-duanya mempunyai konsekuensi menghancurkan sendi-sendi agama syiah.
inilah fakta kenapa akidah mereka selalu di bangun di atas kebatilan dan kejahilan.
KENISCAYAAN SEJARAH
Untuk memilih makna mana yang sesuai, mari kita tengok sejarah. Para sejarawan mencatat bahwa Imam Husain a.s. selalu memberikan eskposisi, penjelasan dan pemaknaan berupa latar belakang dan tujuan revolusi yang beliau usung, sejak dari awal di Madinah, lalu di Makkah, dan kemudian menuju Irak, di medan Karbala. Tidak ada peristiwa yang dilewati, segenting dan sekritis apapun, tanpa dimaknai dengan hujjah-hujjah yang Imam lontarkan.
Ketika gubernur Madinah, Al-Walid bin ‘Utbah, atas perintah Yazid, meminta baiat dari Imam Husain a.s., beliau segera mengumpulkan para pengikutnya untuk bersiap menuju Makkah dan menjelaskan sikap yang harus dilakukan. Dalam surat yang dikirim kepada Muhammad ibn Al-Hanafiyah, beliau menjelaskan, “Sesungguhnya aku melakukan perlawanan ini bukan bermaksud berbuat kerusakan yang mengupayakan peperangan atau kedudukan. Aku tidak memiliki maksud-maksud seperti itu. Aku tampil untuk memperbaiki karakter umat kakekku. Aku semata-mata menjalankan kewajiban agama yang harus aku emban sekarang ini, ber-amar ma’ruf nahi munkar.”
Sedangkan kepada sejumlah pengikutnya yang mundur karena takut, beliau mengajarkan makna hidup sebagai mukmin, manusia yang mulia dengan mengatakan, “Mati lebih baik daripada hidup menghamba dalam kehinaan.”
Beliau pun dalam banyak kesempatan mengingatkan umat Islam di seantero Hijaz, Irak dan Syria akan kewajiban agama mereka untuk mempertahankan kesucian Islam dan membela kemuliaan diri mereka sendiri sebagai mukmin. Beliau menyadarkan mereka betapa bahwa berkat perjuangan suci kakeknya, Nabi Muhammad SAWW, ayahnya Imam Ali bin Abi Thalib a.s , kakaknya Imam Hasan a.s. serta para sahabat dan syuhada yang memungkinkan mereka sekarang ini dapat mereguk kemuliaan Islam. Oleh karena itu, selayaknya mereka mengemban tanggung jawab mempertahankan kemuliaan itu dengan menghindari kehinaan menghamba kepada penguasa fasik, Yazid bin Muawiyah. Imam berkata, “Bagaimana mungkin kami yang adalah Ahlulbait kenabian (yang mestinya adalah rujukan umat Islam) berbaiat kepada seorang Yazid yang fasik, peminum khamar, pezina, pembunuh seraya mengumumkan kefasikannya itu?”
Kepada warga Bashrah, Imam menulis surat, “Aku mengajak kalian untuk kembali kepada Kitabulah dan Sunnah Nabi-Nya. Sebab sunnah telah dimatikan, sedang bid’ah dihidupkan. Ketahuilah bahwa mereka (Yazid beserta puak Umayyah) telah menaati setan, meninggalkan ketaatan kepada Ar-Rahman, menampakkan kerusakan, membatalkan hukum-hukum Tuhan, memonopoli uang rakyat, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal; maka saya adalah yang paling berhak mengubah.”
Demikian pula kepada sejumlah sahabat besar seperti Abdullah bin Umar ibn al-Khaththab dan Abdullah ibn Al-Zubair yang menasehati Imam untuk tidak menentang Yazid, Imam Husain a.s. berkata, “Hendaklah kalian takut kepada Allah dan janganlah kalian tertinggal dalam membantu saya.” Melalui kalimat ini Imam hendak mengajarkan dua hal, yaitu (1) Kalau kalian beriman, takutlah kepada Allah, bukan kepada diktator Yazid, dan (2) revolusi melawan Yazid adalah sebuah tanggung jawab agama yang harus diemban, dan karena itu jangan tinggalkan revolusi ini.
Sejarawan juga mengisahkan bahwa sejak memproklamasikan revolusinya di kota kakeknya yang suci, Madinah, Imam Husain a.s. melakukan mobilisasi dan konsolidasi kekuatan perjuangannya melawan si tiran durjana, Yazid bin Muawiyah. Menyusul diterimanya pernyataan kesetiaan ribuan warga Kufah untuk berjuang bersama beliau ketika beliau masih di Makkah, Imam mengirim utusannya yang terpercaya, Muslim bin ‘Aqil, kepada rakyat Kufah untuk mengorganisir perlawanan. Imam menulis, diantaranya, “Seorang imam haruslah orang yang memerintah berdasarkan Kitabullah, penegak keadilan, beragama dengan agama Allah, dan yang menyiapkan dirinya untuk tugas itu semata-mata untuk Allah.”
Kesabaran Imam Husain a.s. yang tiada henti-hentinya menyampaikan pesan-pesan revolusi seraya senantiasa menasehati dan mengingatkan tanggungjawab umat Islam kepada agama dan kemuliaan kemanusiaan mereka sendiri terus berlangsung hingga ke medan Karbala, bahkan, hingga detik-detik akhir syahadah beliau. Jika kita, misalnya, memperhatikan dan mempelajari aneka kisah dan peristiwa detik demi detik di medan Karbala sejak 7 Muharram hingga detik-detik kesyahidan beliau yang amat mengenaskan pada hari Ayura 10 Muharram 61 H, maka kita temukan bahwa beliau tidak pernah melewati peristiwa demi peristiwa itu tanpa digunakan untuk mengungkapkan hujjah-hujjah mengapa dan untuk apa revolusi harus dilakukan. Imam menyampaikan pesan-pesan moral ilahiah kepada seluruh umat Islam termasuk kepada pengikutnya yang setia maupun serdadu-sedadu Yazid, yang sebagian diantaranya adalah orang-orang Kufah yang sebelumnya telah berikrar membantu Imam.
Di tengah-tengah amuk perang dan kepungan ribuan serdadu Ibnu Ziyad, panglima Yazid di Kufah, yang menghunjamkan anak-anak panah dan menghunus pedang-pedang mereka, Imam Husain a.s. menyampaikan taushiyah (nasehat), “Tidakkah kalian melihat kemungkaran yang telah merajalela, yang ma’ruf telah ditinggalkan, dan yang tertinggal hanyalah kebejatan hidup laksana kotoran di kandang ternak? Bagaimana kalian menghadap Tuhan dengan kehinaan hidup seperti itu? Aku tidak melihat kematian itu melainkan kebahagiaan dan hidup bersama orang-orang zalim melainkan kenistaan.”
Nah, dengan mengacu kepada sejarah yang diungkap secara singkat di muka, maka tidak ada pilihan lain bagi kita untuk berkesimpulan bahwa revolusi yang digerakkan oleh Imam Husain a.s. adalah sebuah keniscayaan sejarah. Seluruh syarat-syarat niscaya (necessary conditions) berupa perintah-perintah agama (teologis, syariah, moral) dan syarat-syarat mencukupi (sufficient conditions) berupa situasi-situasi sejarah telah dipenuhi untuk melakukan sebuah revolusi. Dengan kata lain, keadaan yang sudah sedemikian parah ketika itu menuntut satu-satunya pilihan modus gerakan untuk mengingatkan umat kepada pesan inti dan abadi agama dan memutar kembali jarum sejarah kepada evolusi kemajuan peradaban manusia; pilihan itu adalah revolusi, revolusi ‘Asyura di Karbala.
REVOLUSI PENYADARAN
Sebuah fenomena yang sangat signifikan dalam memahami raison d’etre (rasionalitas) gerakan Imam Husain a.s. adalah ketika beliau mengetahui bahwa rakyat Kufah telah mengingkari janji mereka untuk berjuang bersama beliau, Imam tanpa bergeming sedikitpun berkata, “Di tangan Allah-lah segala urusan. Jika Dia menurunkan ketentuan sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka segala puji bagi-Nya atas segala kenikmatan yang kita terima. Akan tetapi jika ketentuan terjadi berbeda dengan harapan, maka hendaknya orang yang menjadikan kebenaran sebagai niatnya, dan takwa sebagai pakaiannya, tidak melanggar ketentuan-Nya.”
Frase terakhir, “tidak melanggar ketentuan-Nya” (ketika kondisi obyektif berbeda dengan harapan subyektif), merupakan ungkapan lain bahwa revolusi itu adalah sebuah keniscayaan yang wajib diemban, terlepas dari suka atau tidak. Kalimat yang diungkapan Imam Husain a.s. itu, sesungguhnya, merupakan manifestasi Tauhid dalam kehidupan nyata dengan seluruh keberadaan seorang Muslim yang berserah diri kepada lautan kebenaran Asma dan Sifat-sifat Allah. Kalau boleh meminjan istilah sufi, ucapan otentik Imam di muka menggambarkan status eksistensi Imam yang telah mencapai maqam fana’ al-fana’ (baqa).
Kembali ke persoalan memahami raison d’etre revolusi Asyura, ucapan Imam Husain a.s di muka dengan gamblang menunjukkan bahwa ikrar setia ribuan rakyat Kufah (diriwayatkan bahwa terdapat sekitar 100 ribu warga Kufah yang menandatangani sejumlah 18 ribu surat dukungan) bukanlah alasan utama kebangkitan Imam. Karena, beliau telah mengetahui pengkhianatan warga Kufah serat kematian Muslim bin ‘Aqil sebelum memasuki Irak dan sejumlah orang menasehati beliau untuk membatalkan perjalanannya ke Irak. Namun, kenyataannya Imam tetap melanjutkan perjalanannya ke Irak. Ini berarti ada alasan lain mengapa Imam tetap tak bergeming berketetapan hati mengobarkan revolusi pembebasan dari penindasan dan penghambaan sesama manusia.
Meskipun demikian pahitnya menerima kenyataan bahwa rakyat Kufah telah meninggalkan beliau dan, bahkan, banyak diantaranya telah menjadi serdadu Ibnu Ziyad, entah karena takut atau iming-iming harta, Imam tetap bersabar menasehati rakyat Kufah untuk mempertahankan martabat dan kemuliaan hidup mereka dengan memegang janji membela beliau dan menampik penghambaan kepada Yazid.
Di hadapan ribuan musuh yang sudah tak sabar menanti hadiah Ibnu Ziyad berkat kesetiaan mereka, Imam mengingatkan kembali surat-surat, pernyataan-pernyataan, dan baiat mereka kepada beliau. Sebagian kecil ada yang sadar seperti Al-Hurr bin Yazid Al-Riyahi yang kemudian bergabung dengan pasukan Imam dan syahid bersama beliau. Namun, sebagian besar sudah tidak peduli lagi seakan-akan mereka tidak sadar siapa yang tengah mereka perangi.
Meskipun begitu, Imam Husain a.s tetap saja bersabar menasehati mereka: menyapa nurani dan akal sehat mereka serta mengingatkan perjumpaan dengan Allah nanti di akhirat; hingga detik-detik kesyahidan beliau. Sangat banyak peristiwa yang meriwayatkan taushiyah beliau yang tak henti kepada warga Kufah, pengikutnya dan bahkan kepada umat Islam umumnya, yang tak mungkin dikisahkan dalam esai singkat ini.
Salah satu taushiyah Imam di depan pasukan Yazid di padang gersang Karbala itu adalah ..” Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, ‘Barangsiapa yang menyaksikan penguasa yang zalim, yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah, merusak janji-Nya, menyalahi sunnah rasul-Nya, yang bertindak terhadap hamba-hamba Allah dengan dosa dan permsuhan, lalu dia tidak mengubah dengan ucapan dan perbuatan, maka layaklah bagi Allah untuk memasukkan dia ke tempatnya yang layak.’ Ketahuilah, mereka (Yazid dan puak Umayyah) telah melakukan semua kezaliman ini.”
Namun, pada lain kesempatan Imam juga menyenandungkan syair-syair kepahlawanan yang menunjukkan betapa beliau sama sekali tidak takut kepada mereka. Imam berkata, “Apakah kalian akan menakut-nakutiku dengan kematian? Kalau aku tetap hidup, aku tak pernah menyesal. Dan kalau aku mati, aku tidak menderita.”
Kepada pengikut beliau yang bersama-sama sejak dari Makkah hingga ke medan Karbala, Imam Husain a.s. menawarkan kebebasan kepada mereka untuk memilih: terus setia bersama beliau hingga syahid atau meninggalkan beliau. Imam mengingatkan mereka tentang pengkhianatan warga Kufah dan mempersilakan mereka meninggalkan barisan revolusi jika mereka merasa terpaksa. Toh, target utama Yazid adalah membunuh Imam, bukan orang lain yang memisahkan diri dari Imam. Akibatnya, banyak pengikutnya yang lari dari medan Karbala, dan akhirnya tersisa sejumlah keluarga dan pengikut setia Imam yang berjumlah tujuh puluhan orang yang bertahan bersama beliau di padang Karbala hingga mati syahid.
Kisah yang terakhir ini merupakan pelajaran yang amat berharga yang diwariskan Imam Husain a.s. Imam, yang berhak mewajibkan pengikutnya untuk bertahan hingga syahid dengan dalih taklif (kewajiban) agama, kenyataannya justru memberi kebebasan kepada pengikutnya untuk memilih: tetap bertahan atau meninggalkan dirinya. Ini sungguh fenomena yang sulit dicari bandingannya dalam sejarah atau epos kepahlawanan manapun.
Muncul pertanyaan: mengapa Imam melakukan hal yang demikian? Bukankah beliau pada saat yang sama selalu memanfaatkan kesempatan untuk menasehati serdadu-serdadu Ibnu Ziyad agar menepati janji-janji mereka? Mengapa kepada pengikutnya Imam justru memberi pilihan bebas?
Kedua fenomena itu, sesungguhnya, terkait satu sama lain untuk menunjukkan karakter sejati revolusi yang dicetuskan Imam Husain a.s. Kedua fenomena itu tidak bisa tidak membawa kita kepada kesimpulan bahwa revolusi Asyura adalah sebuah revolusi penyadaran. Melalui gerakan revolusi itu, Imam hendak menyadarkan seluruh umat Islam, bahkan seluruh umat manusia sepanjang masa, terhadap tugas dan tanggung jawab yang kita emban sebagai mukmin atau manusia mulia dalam menghadapi situasi yang penuh dengan pengkhianatan terhadap nurani dan akal sehat sedemikian rupa sehingga telah sampai pada situasi tercerabutnya martabat dan kemuliaan jati diri manusia.
Dalam kondisi seperti itu, yang diantaranya ditandai oleh telah terjadinya disorientasi agama – yang bahkan sejumlah sahabat besar telah mengidapnya-, tidak ada pilihan lain kecuali mengusung sebuah perlawanan dengan sepenuh eksistensi diri. Melalui syahadah di Karbala, Imam menyadarkan bahwa pesan sentral agama adalah komitmen penuh berjalan menuju Allah yang dengannya terbawa serta kemuliaan martabat kemanusiaan kita. Imam tidak seperti sebagian agamawan yang mengklaim menuju Allah melalui ritual formal dengan mengabaikan kemuliaan martabat kemanusiaanya. Namun, Imam juga berbeda dari sejumlah aktivis HAM yang memiliki sentimen kemanusiaan yang tinggi dengan melupakan basis ontologis kemuliaan manusia itu sendiri.
Revolusi Asyura adalah sebuah gerakan penyadaran yang berkarakter menyeluruh (moral, sosial, hukum, spiritual) yang pada gilirannya menuntut komitmen penuh dengan keseluruhan keberadaan jiwa dan raga, pikiran dan emosi, harapan dan kepasrahan, cita-cita dan hukum besi realitas. Realitas sosial ketika itu memang telah menuntut Imam Husain a.s. secara niscaya untuk bangkit memberi pencerahan dan penyadaran melalui revolusi. Kondisi disorientasi agama pada umat yang masih sangat muda ketika itu sangatlah berbahaya karena berpotensi melenyapkan ruh dan pesan pokok agama itu sendiri untuk selamanya.
Situasi sejarah saat itu telah menunjukkan bahwa hanya sebuah revolusi yang dapat menyadarkan dan menyingkap kembali ruh dan karakter inti agama Tauhid. Dan Imam tampil menyelamatkan agama kakeknya yang suci itu melalui puncak pengorbanan yang hampir tak ada padanannya dalam sejarah manusia.
Pada tahun 62 H sekelompok warga Madinah pergi ke Syam. Dengan mata kepala mereka sendiri mereka menyaksikan perbuatan mungkar Yazid bin Muawiyah. Dari sinilah mereka sadar bahwa khalifah yang berkuasa atas kaum muslimin adalah orang yang tidak mengenal agamanya. Setibanya di kota Madinah, mereka menceritakan apa yang terjadi di Syam kepada penduduk Madinah. Mereka mengutuk Yazid. Abdullah bin Handhalah ra yang juga ikut pegi ke Syam berkata, "Wahai penduduk Madinah, kami baru saja tiba dari Syam. Kami sempat bertemu dan bertatap muka langsung dengan Yazid. Ketahuilah bahwa dia adalah seorang yang tidak mengenal agamanya. Dia adalah seorang yang meniduri ibu, anak dan saudara sekaligus. Yazid adalah seorang peminum khamar, yang tidak melaksanakan kewajiban shalat dan bahkan membantai anak keturunan Nabi."
Mendengar hal itu, penduduk Madinah bertekad menarik kembali baiat mereka kepada Yazid. Tak cukup sampai disitu, mereka juga mengusir guberbur Madinah yang bernama Utsman bin Muhammad bin Abu Sufyan. Berita pembangkangan penduduk kota Madinah sampai ke telinga Yazid. Yazid mengirimkan bala tentaranya dalam jumlah besar dipimpin oleh Muslim bin Uqbah untuk menumpas gerakan Warga Madinah. Selama tiga hari pasukan Yazid membantai warga Madinah. Darah membanjiri lorong-lorong kota Madinah hingga membasahi makam suci Rasulullah dan Masjid Nabawi.
Selain tujuh ratus tokoh Muhajirin dan Anshar, sepuluh ribu kaum muslimin penduduk Madinah terbantai secara mengerikan dalam peristiwa tersebut. Yazid dalam perintahnya menghalalkan apapun yang dilakukan pasukannya terhadap penduduk Madinah selama 3 hari. Sekedar untuk memberikan gambaran kekejian yang mereka lakukan, Abu Al Hasan Al Madani mengatakan, "Setelah peristiwa Harrah di kota Madinah, sebanyak seribu wanita melahirkan tanpa suami."
Kisah yang bukan dongeng ini ditulis oleh banyak sejarahwan muslim, diantaranya, Sibt Ibn Al-Jauzi dalam kitabnya Al-Tadzkirah hal 63. Ibnu Katsir—rahimahullah—berkata, "Yazid telah bersalah besar dalam peristiwa Al Harrah dengan berpesan kepada pemimpin pasukannya, Muslim bin Uqbah untuk membolehkan pasukannya memanfaatkan semua harta benda, kendaraan, senjata, ataupun makanan penduduk Madinah selama tiga hari". Yang dalam peristiwa tersebut terbunuh sejumlah sahabat nabi dan anak-anak mereka. Bagaimanakah Islam menyikapi tragedi ini?
Sikap Islam terhadap Pembunuh Sahabat Nabi
Tragedi Al-Harrah adalah tragedi besar pasca tragedi terbantainya keluarga nabi di Karbala. Yazid tidak merasa puas berusaha menghabisi keluarga nabi namun juga berupaya menumpas habis sahabat-sahabat nabi dan anak-anak mereka. Dalam peristiwa tersebut terbunuh sekitar tujuh ratus sahabat nabi, yang mengantongi curicullumvitae keutamaan berjihad bersama nabi. Diantaranya, Abdullah bin Handhalah ra, anak sahabat nabi yang dimandikan oleh malaikat setelah syahid dalam perang. Menyikapi Yazid, PP Wahdah Islamiyah (selanjutnya dibaca WI) dalam situs resminya memposting artikel, bahwa sikap Ahlus Sunnah wal Jama'ah terhadap Yazid bin Muawiyah adalah tidak mencela tapi tidak pula mencintainya dengan dalih agama Islam tidak dibangun di atas celaan melainkan dibangun di atas akhlak mulia. Maka celaan dan para pencela, tidak memiliki tempat sedikitpun dalam agama Islam.. Sesuaikah sikap tersebut dengan prinsip-prinsip dalam Islam? Mari kita lihat sikap Islam yang berdasar pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Imam Bukhari dan Imam Muslim menulis dalam kitab shahih mereka, Rasulullah saww bersabda, "Barang siapa menakut-nakuti penduduk Madinah dengan kedzalimannya, maka Allah akan membuatnya takut. Baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Di hari kiamat kelak, Allah SWT tidak akan menerima amal perbuatannya."
Pertanyaannya, apakah melakukan pembunuhan massal, merampas harta dan kehormatan kaum muslimah pada peristiwa Al-Harrah tidak termasuk menakut-nakuti penduduk Madinah?. Berdasarkan hadits ini, Yazid adalah orang yang dikutuk oleh Allah, para malaikat dan seluruh umat manusia. Selanjutnya, pada peristiwa tersebut terbunuh ratusan sahabat nabi, bagaimanakah sikap Rasulullah saww terhadap pembunuh sahabat-sahabatnya?. Pada Shahih Bukhari Jilid 5 hal 132 bab Ghaswah Ar-Raji'i wa ri'li wa dzakwan. Riwayat ini diceritakan oleh Anas bin Malik bahwa Bani Raji'i, Dzakwan, Ushayyah dan Bani Hayan meminta bantuan Rasulullah saww untuk membantu mereka menghadapi musuh. Rasulullah saww mengirimkan 70 sahabat terbaik dari kalangan Anshar yang terkenal sebagai Al-Qurra' (pembaca Al-Qur'an). Namun ketika mereka sampai pada sumber mata air yang bernama Bi-ir Ma'unah, dengan licik 70 sahabat Anshar tersebut mereka bunuh. Rasulullah sangat berduka atas peristiwa ini, dan selama satu bulan beliau membaca qunut melaknat pembunuh sahabat-sahabatnya. Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan Rasulullah saww, sahabat-sahabatnya dibantai oleh yang mengaku sebagai khalifah Rasulullah.
Lalu kemudian, generasi selanjutnya datang mengaku sebagai pengikut dan pembela sunnah nabi namun kemudian menyebarkan ajaran Islam yang dibangun di atas akhlak yang mulia, saking mulianya mereka menulis, "…maka celaan dan para pencela, tidak memiliki tempat sedikitpun dalam agama Islam". Tidak adakah tempat dalam Islam bagi Rasulullah saww yang mencela dan melaknat pembunuh sahabat-sahabatnya?. Bahkan Allah SWT sendiri, Penguasa alam semesta, bagi mereka tidak memiliki tempat dalam Islam, sebab Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka." (Qs. Al-Ahzab : 57). Ayat ini menegaskan Allah SWT melaknat dan mencela orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknat mereka di dunia dan akhirat, sedangkan bagi Ahlus Sunnah wal Jama'ah (versi WI) Islam tidak memberi tempat sedikitpun bagi para pencela.
Sikap Islam terhadap Pembunuh Sahabat Nabi
Tragedi Al-Harrah adalah tragedi besar pasca tragedi terbantainya keluarga nabi di Karbala. Yazid tidak merasa puas berusaha menghabisi keluarga nabi namun juga berupaya menumpas habis sahabat-sahabat nabi dan anak-anak mereka. Dalam peristiwa tersebut terbunuh sekitar tujuh ratus sahabat nabi, yang mengantongi curicullumvitae keutamaan berjihad bersama nabi. Diantaranya, Abdullah bin Handhalah ra, anak sahabat nabi yang dimandikan oleh malaikat setelah syahid dalam perang. Menyikapi Yazid, PP Wahdah Islamiyah (selanjutnya dibaca WI) dalam situs resminya memposting artikel, bahwa sikap Ahlus Sunnah wal Jama'ah terhadap Yazid bin Muawiyah adalah tidak mencela tapi tidak pula mencintainya dengan dalih agama Islam tidak dibangun di atas celaan melainkan dibangun di atas akhlak mulia. Maka celaan dan para pencela, tidak memiliki tempat sedikitpun dalam agama Islam.. Sesuaikah sikap tersebut dengan prinsip-prinsip dalam Islam? Mari kita lihat sikap Islam yang berdasar pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Imam Bukhari dan Imam Muslim menulis dalam kitab shahih mereka, Rasulullah saww bersabda, "Barang siapa menakut-nakuti penduduk Madinah dengan kedzalimannya, maka Allah akan membuatnya takut. Baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Di hari kiamat kelak, Allah SWT tidak akan menerima amal perbuatannya."
Pertanyaannya, apakah melakukan pembunuhan massal, merampas harta dan kehormatan kaum muslimah pada peristiwa Al-Harrah tidak termasuk menakut-nakuti penduduk Madinah?. Berdasarkan hadits ini, Yazid adalah orang yang dikutuk oleh Allah, para malaikat dan seluruh umat manusia. Selanjutnya, pada peristiwa tersebut terbunuh ratusan sahabat nabi, bagaimanakah sikap Rasulullah saww terhadap pembunuh sahabat-sahabatnya?. Pada Shahih Bukhari Jilid 5 hal 132 bab Ghaswah Ar-Raji'i wa ri'li wa dzakwan. Riwayat ini diceritakan oleh Anas bin Malik bahwa Bani Raji'i, Dzakwan, Ushayyah dan Bani Hayan meminta bantuan Rasulullah saww untuk membantu mereka menghadapi musuh. Rasulullah saww mengirimkan 70 sahabat terbaik dari kalangan Anshar yang terkenal sebagai Al-Qurra' (pembaca Al-Qur'an). Namun ketika mereka sampai pada sumber mata air yang bernama Bi-ir Ma'unah, dengan licik 70 sahabat Anshar tersebut mereka bunuh. Rasulullah sangat berduka atas peristiwa ini, dan selama satu bulan beliau membaca qunut melaknat pembunuh sahabat-sahabatnya. Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan Rasulullah saww, sahabat-sahabatnya dibantai oleh yang mengaku sebagai khalifah Rasulullah.
Lalu kemudian, generasi selanjutnya datang mengaku sebagai pengikut dan pembela sunnah nabi namun kemudian menyebarkan ajaran Islam yang dibangun di atas akhlak yang mulia, saking mulianya mereka menulis, "…maka celaan dan para pencela, tidak memiliki tempat sedikitpun dalam agama Islam". Tidak adakah tempat dalam Islam bagi Rasulullah saww yang mencela dan melaknat pembunuh sahabat-sahabatnya?. Bahkan Allah SWT sendiri, Penguasa alam semesta, bagi mereka tidak memiliki tempat dalam Islam, sebab Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka." (Qs. Al-Ahzab : 57). Ayat ini menegaskan Allah SWT melaknat dan mencela orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknat mereka di dunia dan akhirat, sedangkan bagi Ahlus Sunnah wal Jama'ah (versi WI) Islam tidak memberi tempat sedikitpun bagi para pencela.
Kalau dikatakan Yazid menyesali terbunuhnya Imam Husain as dan nampak terlihat kesedihan di wajahnya dan suara tangisan pun memenuhi rumahnya, lalu apa tindakannya terhadap pembunuh Imam Husain as, apakah dia memberikan hukuman kepada Ubaidillah bin Ziyad? Memecatnya sebagai gubernur pun tidak sama sekali. Tindakan memulangkan secara hormatpun keluarga nabi yang tersisa ke Madinah, tidak memiliki arti apa-apa, tanpa memberikan hukuman kepada pembunuh Imam Husain as. Bahkan tahun selanjutnya Yazid memerintahkan untuk menyerang kota Madinah. Kenyataan ini menunjukkan keterlibatan Yazid dalam tragedi Karbala, sebagai khalifah saat itu, dia bertanggungjawab penuh atas tragedi tersebut.
Tentang hadits "Janganlah kalian mencela orang yang telah meninggal dunia, karena mereka telah menyerahkan apa yang telah mereka perbuat." (HR. Bukhari). Benar-benar sangat meragukan telah diucapkan oleh Rasulullah saww sebab itu berarti, kita dilarang membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang bernada celaan dan laknat kepada mereka yang kafir dan dzalim. Bukankah laknat dan celaan Allah SWT tersebar dibanyak ayat kepada Firaun, Qarun, kaum A'ad, Tsamud, Abu Lahab dan secara umum kepada orang-orang kafir, yang kesemuanya adalah orang-orang terdahulu. Meskipun hadits tersebut berkenaan dengan Abu Jahal, namun teks hadits tersebut bermakna umum, yang artinya kita tidak boleh mencela Firaun, Qarun, Abu Lahab dan orang-orang kafir karena telah meninggal dunia dan telah menyerahkan apa yang telah diperbuatnya. Bagaimanapun menurut ijma kaum muslimin, kedudukan Al-Qur'an lebih tinggi dari hadits, karenanya jika matan sebuah hadits bertentangan dengan pesan-pesan Al-Qur'an maka hadits tersebut harus ditolak. Hatta diriwayatkan oleh Imam Bukhari sekalipun.
Apakah dengan dalil-dalil di atas membuat kita tetap bersedia terpengaruh dengan ajakan ustadz-ustadz WI untuk bersikap sama dengan Adz-Dzahabi, "Kita tidak mencela Yazid, tapi tidak pula mencintainya."? Atau bersedia melaknat Yazid, sebagaimana Allah SWT melaknat mereka yang telah menyakiti Rasulullah?. Pilihan anda menunjukkan derajat keimanan anda.
Saya merasa perlu menulis ini, sebab postingan "Siapa Pembunuh Al Husain Radhiyallahu 'anhuma?" di situs resmi Wahdah Islamiyah menurut saya sangat tidak Islami dan menyimpang dari sunnah.
Wallahu 'alam bishshawwab
renungan buat yg mengatakan klo pembunuh imam husein adalah syi,ah.....syiah artinya adalah pengikut....klo ada pengikut yg telah berhianat kpd pemimpinnya,msh patut kah di sebut sebagai pengikut?..........tdk sebutannya adalah sebagai penghianat.....pengikut yg sejati adalah orang-2 yg rela ikut syahid bersama sang pemimpin(imam-husein)
namun yg menjadi pertanyaan sampai sekarang......di mana ahlu sunnah saat itu?.........adakah ahlu sunnah yg skrng bisa jawab
itu sejarah dari mana dolo kalau dari syiah dan imam-imamnya sih ane ga bkal percaya.. karna org syiah tu harat bakaramput,zina mut'ah aja di halalkan apalagi nang bakaramput macam itu gampil gampil aja ujar buhannya
Syi'ah meyakini ke.12 imam mereka ma'shum,mereka juga meyakini sahabat seperti Mu'awiyah telah kafir,sedangkan didalam islam terlarang membai'at orang-orang kafir.Menurut klaim Syi'ah imam-imam tersebut bebas dari dosa dan kesalahan (ma'shum)
jadi bagaimana dengan dosa membai'at orang kafir? apakah ini murni Ijtihad Al-Hassan atau bimbingan wahyu?
jika jawabannya hasil Ijtihad itu artinya ''IMAM TELAH BERBUAT DOSA'' .jika jawabannya adalah karena bimbingan wahyu ,itu artinya Mu'awiyah adalah pemimpin yang sah yang telah dipilih Allah. jawaban apapun yang dipilih dua-duanya mempunyai konsekuensi menghancurkan sendi-sendi agama syiah.
inilah fakta kenapa akidah mereka selalu di bangun di atas kebatilan dan kejahilan.
Pada hakikatnya Islam adalah agama rahmat, perdamaian dan kedamaian. Sejarah Islam dan peri kehidupan Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As adalah penjelas hal ini. Tentu terkait dengan hal-hal yang mendesak dan memaksa Rasulullah Saw atau para Imam Maksum untuk berperang dan perang itu pun lebih bercorak defensif (membela diri) ketimbang ofensif (memulai peperangan) harus dikecualikan dalam hal ini.
Demikian juga Imam Hasan As tatkala naik tampuk kekhalifahan, beliau berhadapan dengan penentangan dan eskalasi pasukan Muawiyah (yang ingin memulai peperangan). Karena itu, Imam Hasan menyiapkan pasukan untuk membela dan melawan pasukan Muawiyah. Namun selanjutnya, dengan memperhatikan kondisi yang berkembang, Imam Hasan terpaksa memilih berdamai dan membela Islam dengan cara yang lain.[1]
Adapun terkait dengan sebab perdamaian (sulh) Imam Hasan As dan kebangkitan (qiyâm) Imam Husain As harus dikatakan bahwa keduanya adalah peristiwa sejarah yang merupakan akibat dari pelbagai situasi dan kondisi sosial-politik yang berkembang pada masanya. Dua peristiwa ini harus dikaji dan ditelusuri dengan memperhatikan tuntutan pelbagai situasi dan kondisi yang terdapat pada masa Imam Hasan As dan Imam Husain As.
Dalam pandangan kami (Syiah) Imam Hasan As dan Imam Husain As keduanya adalah imam dan terjaga (maksum) dari kesalahan dan kekeliruan. Rahasia mengapa Imam Hasan memilih berdamai (sulh) dan mengapa Imam Husain As memilih angkat senjata (qiyam) terletak pada perbedaan situasi sosial dan politik yang berkembang masing-masing pada zamannya yang akan disinggung sebagian sebagaimana berikut ini:
1. Apa yang pasti dalam sejarahadalah bahwa Muawiyah merupakan seorang licin dan licik. Ia secara lahir mengamalkan hukum-hukum Islam hingga batasan tertentu. Berbeda dengan Yazid yang tidak hanya memiliki permusuhan dengan Islam pada pemerintahannya namun juga menampakkan permusuhan ini secara telanjang. Tidak satu pun dari amalan-amalan dan nilai-nilai suci Islam yang diamalkan dan dijunjung tinggi.[2] Atas dasar inilah, Imam Husain As, pada masa pemerintahan Muawiyah, menerima surat-surat dari penduduk Irak untuk angkat senjata dan bangkit melawan Muawiyah. Namun Imam Husain tidak angkat senjata dan bangkit mengusung perlawanan. Imam Husain As bersabda, “Hari ini bukanlah hari untuk mengusung perlawanan. Semoga Allah Swt merahmati kalian. Sepanjang Muawiyah hidup janganlah kalian bertindak dan tetaplah di rumah-rumah kalian.”[3]
2. Bermunculannya kekuatan-kekuatan Khawarij dan tiadanya penolong tulus serta panglima-panglima yang rela berkorban bagi Imam Hasan As.[4] Dan juga, karena kelemahan internal yang telah membuat kemampuan dan kekuatan militer Imam Hasan menjadi lemah. Di samping itu, orang-orang enggan dan tidak suka untuk terlibat dalam peperangan melawan Muawiyah.[5] Imam Hasan As, terkait dengan sebab-sebab perdamaian dengan Muawiyah, bersabda, “Melihat banyak orang memilih untuk berdamai dan enggan untuk berperang (karena itu) aku tidak ingin mendesakkan sesuatu yang kalian tidak sukai.” Oleh itu, untuk menjaga jiwa – sebagian kecil – Syiahku, aku memilih berdamai.”[6]
3. Imam Hasan As adalah khalifah kaum Muslimin. Peperangan Imam Hasan As dengan Muawiyah dan (kemungkinan) terbunuhnya beliau di tangan lasykar Muawiyah adalah kekalahan sentral kekhalifahan kaum Muslimin. Meminjam tuturan Muthahhari “Bahkan Imam Hasan As menghindar untuk tidak terbunuh dengan cara seperti ini guna menghindari citra bahwa seseorang yang duduk menggantikan Rasulullah Saw dan menjabat sebagai khalifah terbunuh.” [7] Dengan alasan yang sama, Imam Husain tidak rela terbunuh di Mekkah; karena dengan terbunuhnya beliau di Mekkah maka kehormatan Mekkah akan hilang. Karena itu, kondisi yang dihadapi Imam Hasan As menuntut untuk tidak berperang dan perdamaian merupakan sebuah taktik dan strategi yang penting untuk mengurus kepentingan kaum Muslimin dan penguatan fondasi-fondasi pemerintahan Islam.
Karena itu, kami meyakini bahwa apabila Imam Husain berada pada posisi Imam Hasan As maka pastilah beliau akan melakukan hal yang sama.
Bukti atas pandangan ini adalah bahwa pasca perdamaian Imam Hasan As sebagian orang datang menghadap Imam Husain As dan berkata bahwa kami tidak menerima perdamaian. Apakah kami harus berbaiat kepada Anda? Imam Husain As menjawab, “Tidak! Aku mengikuti apa pun yang dilakukan oleh saudaraku Hasan As.”[8]
Adapun dalil-dalil berikut ini adalah kondisi yang dihadapi oleh Imam Husain As persis berkebalikan dengan kondisi yang dihadapi oleh Imam Hasan As:
1. Perbedaan asasi antara kondisi yang dihadapi oleh Imam Husain As pada masa Imam Hasan As yang berujung pada kebangkitan Imam Husain As adalah bahwa Yazid meminta baiat dari beliau dan baiat Imam Husain As kepada Yazid – yang sama sekali tidak mengamalkan hukum-hukum lahir Islam dan tidak menjunjung tinggi nilai-nilai Islam– bermakna menerima secara resemi kezaliman, kejahatan, kerusakan dan kemungkaran dan seterusnya. Hal ini sama saja dengan kehancuran Islam. Berbeda dengan Muawiyah yang tidak menuntut baiat dari Imam Husain dan salah satu materi surat perjanjian damai adalah tiadanya tuntutan baiat dari Muawiyah kepada Imam Hasan As.
2. Orang-orang yang tadinya tidak ingin berperang pada masa Imam Hasan As melawan Muawiyah,[9] menyatakan muak dengan pelbagai kejahatan dan kezaliman yang dilakukan Muawiyah selama dua puluh tahun pemerintahannya. Dan Kufah yang kurang-lebihnya adalah sebuah kota menyatakan telah siap untuk membentuk pemerintahan bagi Imam Husain As dan hal ini merupakan hujjah bagi Imam Husain untuk bereaksi dan bertindak.[10]
3. Faktor terpenting kebangkitan Imam Husain As adalah faktor amar makruf dan nahi mungkar.
Muawiyah selama dua puluh tahun pemerintahannya, beramal bertentangan dengan Islam, bertindak zalim dan berbuat kejahatan. Ia merubah hukum-hukum Islam, menghambur-hamburkan baitul mal, menumpahkan darah orang-orang yang tidak berdosa, tidak mematuhi surat perjanjian damai, tidak mengamalkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Demikian juga setelah Muawiyah adalah putranya Yazid, peminum khamar dan gemar bermain dengan anjing. Ia memperkenalkan dan mengangkat Yazid sebagai penggantinya. Hal ini telah menyebabkan Imam Husain untuk bangkit sebagai kewajibannya menunaikan amar makruf dan nahi mungkar. Sementara kondisi Muawiyah ini belum lagi terbongkar bagi masyarakat pada masa Imam Hasan As. Dan boleh jadi atas dasar ini orang-orang berkata, “Perdamaian Imam Hasan As adalah persiapan bagi kebangkitan Imam Husain As.” Artinya isi perjanjian damai yang dilampirkan oleh Imam Hasan As menjadikan jalan untuk mengecoh dan menipu bagi Muawiyah tertutup. Meski Muawiyah sebelumnya mematuhi isi perjanjian damai tersebut, namun hal ini tidak lain merupakan pendahuluan bagi terbongkarnya kedok Muawiyah bagi masyarakat Islam dan kebangkitan Imam Husain As melawan Yazid putra Muawiyah.
Sebagian isi surat perjanjian damai Imam Hasan adalah:
1. Muawiyah beramal sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
2. Urusan kekhalifaan setelah Muawiyah harus diserahkan kepada Imam Hasan As dan apabila terjadi sesuatu dan lain hal maka didelegasikan kepada Imam Husain As.
3. Cacian dan pencitraan buruk Ali As harus dilarang pada mimbar-mimbar dan shalat-shalat.
4. Muawiyah harus menutup mata dari baitul mal Kufah yang memiliki perbendaharaan sebanyak lima juta Dirham.
5. Kaum Muslimin dan orang-orang Syiah harus aman dari gangguan dan kejahatan.
Dari isi surat perjanjian damai ini dapat disimpulkan dengan baik bahwa Imam Hasan As sekali-kali tidak berada pada tataran ingin menguatkan kekhalifaan Muawiyah, melainkan hanya untuk menjaga kemaslahatan Islam dan kaum Muslimin. Itu pun dilakukan karena sesuai dengan tuntutan kondisi sosial masyarakat Islam.
Karena itu, dengan memperhatikan pelbagai situasi dan kondisi yang berkembang di tengah masyarakat Islam pada masa Imam Hasan As dan sebagai khalifah Imam Hasan berdamai dengan Muawiyah. Karena adanya tuntutan situasi dan kondisi yang beragam dan berbeda, oleh itu, situasi dan kondisi sosial-kemasyarakatan pada masa Imam Hasan As menuntut adanya perdamaian (sulh) dan pada Imam Husain adalah kebangkitan (qiyâm). [IQuest]
UNtuk telaah lebih jauh silahkan lihat Sairi dar Sirah Aimmah Athar, karya Murtadha Muthahhari, hal. 51-97.
[1]. Pâsukh-e be Syubuhât-e Wâqe’e Âsyurâ, Ali Asghar Ridwani, hal. 316.
[2]. Ibid, hal. 319.
[3]. I’lâm al-Hidâyah, Imâm Husain As, Al-Majma’ al-‘Alami li Ahlilbait As, hal. 147.
[4]. Mereka berkata, “Imam As memilih empat panglima pasukan dan Muawiyah menarik keempat panglima tersebut dengan menyogok mereka.” Pâsukh-e be Syubuhât-e Wâqe’e Âsyurâ, Ali Asghar Ridwani, hal. 316.
[5]. Meletusnya tiga peperangan, Jamal, Shiffin, Nahrawan, pada masa Imam Ali As, telah menciptakan kelelehan dan frustasi untuk kembali berperang (dengan Muawiyah) di kalangan penolong Imam Hasan As.
[6]. I’lâm al-Hidâyah, Imâm Husain As, Al-Majma’ al-‘Alami li Ahlilbait As, hal. 147.
[7]. Sairi dar Sirah Aimmah Athar As, Murthadha Muthahhari, hal. 77.
[8]. Sairi dar Sirah Aimmah Athar As, Murthadha Muthahhari, hal. 96.
[9]. Imam Hasan As pada akhir khutbah yang beliau sampaikan meminta pendapat dari masyarakat terkait dengan kelanjutan perang. Mereka berteriak dari pelbagai sisi bahwa kami ingin tetap hidup. Kalau begitu tanda tanganilah surat perjanjian damai itu. Pâsukh-e be Syubuhât-e Wâqe’e Âsyurâ, Ali Asghar Ridwani, hal. 316.
[10]. Sairi dar Sirah Aimmah Athar As, Murthadha Muthahhari, hal. 81.
Sesungguhnya cucuku ini adalah pemimpin, dan Allah ‘Azza wa Jalla mendamaikan dengannya antara dua kelompok dari kaum muslimin yang saling bertikai.” (HR. Bukhari, no. 3746, Tirmidzi no. 3773, Abu Daud no. 4662 dan lihat Al Irwa’ no. 1597)
perkataan anda benar bahwa kepimpinan Bani Umayyah adalah kehendak Allah dan pahala besar atas Imam Hasan yang telah mendamaikan kedua pasukan muslim. Sekarang yang menjadi pertanyaan, kalau Imam Hasan mendapat pahala besar karena telah menghentikan perang demi mentaati perintah Allah, apa kemudian yang menjadi dasar pahala bagi Muawiya? Apakah setelah didamaikan dan kemudian Muawiya naik sebagai khalifah kemudian kesalahan2x Muawiya dan orang-2x yang berjalan disisinya juga dihapuskan Allah?Apa yang dikejar oleh Muawiya sehingga begitu bernafsunya dia akan tampuk kekuasaan?Bukankah Imam Hasan penghulu pemuda surga yang dosa-2x telah terampuni lebih jauh memenuhi syarat sebagai pemimpin umat Islam. Muawiya sepatutnya malu atas dirinya bila harus ‘bersaing’ dengan Imam Hasan.
sedikit saya kutip ucapan Zainab binti Ali (sa) ketika beliau menjawab cemoohan seorang penguasa atas diri dan saudara-saudaranya pasca peristiwa karbala:
Penguasa:”Apa pendapatmu tentang apa yang Allah telah lakukan terhadap keluargamu dan saudaramu”
Zainab menjawab:”Sungguh aku tidak melihat ketentuan Allah melainkan indah, mereka adalah sekelompok orang yang ditakdirkan oleh Allah untuk mati terbunuh dan mereka pun bergegas menuju kematian itu dan Allah akan mempertemukan kamu dengan mereka dan lihatlah siapa yang menang di hari itu”
Semoga bisa menjadi renungan…
yah berarti tdk ma'shum dong bung??!!! coba buka mata hati anda bukan cuman nafsu yang anda kedepankan
Sesungguhnya cucuku ini adalah pemimpin, dan Allah ‘Azza wa Jalla mendamaikan dengannya antara dua kelompok dari kaum muslimin yang saling bertikai.” (HR. Bukhari, no. 3746, Tirmidzi no. 3773, Abu Daud no. 4662 dan lihat Al Irwa’ no. 1597)
Tugas mendamaikan kumpulan dari kaum Muslimin (apakah mereka itu dari org2 yg sesat maupun tidak) adalah tugas2 seorang pemimpin. Dan itulah yg dilakukan Imam Hasan a.s – pemimpin sebenar yg diiktiraf Allah dan RasulNya. Dan pada masa pertikaian Imam Hasan a.s dan Muawiyyah, Imam Hasan lah yg telah jelas ditunjuk sebagai pemimpin (lihat kembali hadis). Lalu bagaimana Muawiyyah boleh tega mengaku dirinya sebagai pemimpin pada masa kepimpinan Imam Hasan a.s (yg diperakui Allah dan RasulNya), sehingga begitu berani pula merebutnya secara paksa?
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi 5/444 no 3350
بسم الله الرحمن الرحيم حدثنا محمود بن غيلان حدثنا أبو داود الطيالسي حدثنا القاسم بن الفضل الحداني عن يوسف بن سعد قال قام رجل إلى الحسن بن علي بعد ما بايع معاوية فقال سودت وجوه المؤمنين أو يا مسود وجوه المؤمنين فقال لا تؤنبني رحمك الله فإن النبي صلى الله عليه و سلم أري بني أمية على منبره فساءه ذلك فنزلت { إنا أعطيناك الكوثر } يا محمد يعني نهرا في الجنة ونزلت { إنا أنزلناه في ليلة القدر * وما أدراك ما ليلة القدر * ليلة القدر خير من ألف شهر } يملكها بنو أمية يا محمد قال القاسم فعددناها فإذا هي ألف يوم لا يزيد يوم ولا ينقص
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Daud Ath Thayalisi yang berkata telah menceritakan kepada kami Al Qasim bin Fadhl Al Huddani dari Yusuf bin Sa’ad yang berkata “Seorang laki-laki datang kepada Imam Hasan setelah Muawiyah dibaiat. Ia berkata “Engkau telah mencoreng wajah kaum muslimin” atau ia berkata “Hai orang yang telah mencoreng wajah kaum mukminin”. Al Hasan berkata kepadanya “Janganlah mencelaKu, semoga Allah merahmatimu, karena Rasulullah SAW di dalam mimpi telah diperlihatkan kepada Beliau bahwa Bani Umayyah di atas Mimbar. Beliau tidak suka melihatnya dan turunlah ayat “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadaMu nikmat yang banyak”. Wahai Muhammad Al Kautsar adalah sungai di dalam surga. Kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan . Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”. Bani Umayyah akan menguasainya wahai Muhammad. Al Qasim berkata “Kami menghitungnya ternyata jumlahnya genap seribu bulan tidak kurang dan tidak lebih”.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Mustadrak As Shahihain 3/187 no 4796 dan beliau menshahihkannya dan diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Dalail An Nubuwah hal 510-511 semuanya dengan sanad yang berakhir pada Al Qasim bin Fadhl dari Yusuf bin Saad atau Yusuf bin Mazin Ar Rasibi.
Sudah jelas kok Rasul saw tidak suka, begitu pula Imam Hasan, manusia-manusia pilihan Allah swt, lalu mengapa mesti dilemahkan hanya utk Muawiyyah?
Jika suatu pelanggaran agama, mana mungkin Hasan mau ber baiat dengan Muawiyah
Apakah anda sdh membaca mengapa Imam Hasan as menyerahkan kekhalifahannya ke Muawiyyah?
Mengapa Muawiyyah yg malah anda bela? Mengapa anda tdk membela Imam Hasan yg dirampas kekhalifahannya? Bukankah Imam Hasan adalah anak Fatimah Az-Zahra dan Imam Ali, cucu Nabi saw terkasih, sementara Muawiyyah anak Abu Sufyan musuh utama Nabi saw dan Hindun si Pemakan Jantung Hamzah?
Sungguh menyedihkan! Hanya karena ketidaksukaan dengan Syiah, akal dan hati menjadi tertutup!
Mustahil Sunni dan Syiah Bersatu
Penindasan dan kehinaan yang diderita oleh umat Islam saat ini, menjadikan sebagian umat Islam menyerukan agar diadakan konsolidasi antar semua aliran yang ada. Hanya saja, seruan tersebut sering kali kurang direncanakan dengan baik, sehingga tidak menghasilkan apapun. Di antara upaya konsolidasi dan merapatkan barisan yang terbukti tidak efektif ialah upaya merapatkan barisan Ahlus Sunnah dengan sekte Syi’ah, dengan menutup mata dari berbagai penyelewengan sekte Syi’ah. Konsolidasi semacam ini bukannya memperkuat barisan umat Islam, namun bahkan sebaliknya, meruntuhkan seluruh keberhasilan yang telah dicapai umat Islam selama ini. Karena itu, melalui tulisan ringkas ini, saya ingin sedikit menyibak tabir yang menyelimuti sekte Syi’ah. Dengan harapan, kita semua dapat menilai, benarkah Ahlus sunnah memerlukan konsolidasi dengan mereka?
PANDANGAN AKIDAH AHLUS SUNNAH & KEYAKINAN SYI’AH TENTANG ALLAH AZZA WA JALLA
Sebagai seorang Muslim, Anda pasti beriman bahwa sesembahan Anda hanyalah Allah Azza wa Jalla. Dialah Pencipta langit dan bumi beserta seluruh isinya, dan Dia pula yang mengatur semuanya. Demikianlah keyakinan umat Islam secara umum dan syari’at dalam al-Qur’ân:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan bumi seperti itu pula. Perintah Allah terus-menerus berlaku di antara alam langit dan alam bumi, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. [at-Thalâq/65:12]
Umat Islam meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan takdir seluruh makhluk-Nya, sehingga tidak ada satu kejadian pun kecuali atas kehendak-Nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَتَبَ آللَّهُ مَقَا دِيْرَ الْخَلاََ ئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةِ – قَلَ – وَعَرْ ِثهُ عَلىَ الْمَاءِ
Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, dan ‘Arsy-Nya berada di atas air. [HR. Muslim]
Pada suatu hari, Sahabat Ubâdah bin Shâmit Radhiyallahu ‘anhu memberikan petuah kepada putranya dengan mengatakan:
يَا بُنًىَّ إنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ اْلإِيْمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا لأَصَا بَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ سَمِعْتُ رَسُو لَ اللَّهُ صَلىَاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُلُ : (إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ آللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ اكيُبْ، قَالَ:رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قاَلَ:اكتُبْ مَقَا دِيْرَ كُلَّ شَىْءِ حَتَّى تَقُومَ السَّا عَةُ) يَا بُنَىَّ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُو لَ اللَّهُ صَلىَاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُلُ :(مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي)
Wahai anakku!, sesungguhnya engkau tidak akan dapat merasakan manisnya iman hingga engkau percaya bahwa sesuatu yang (ditakdirkan) menimpamu, tidak mungkin meleset darimu. Sebaliknya, sesuatu yang ditakdirkan luput darimu, tidak mungkin menimpamu. Aku mendengar Rasulullâh bersabda, “Sesungguhnya pertama kali Allah menciptakan al-Qalam (Pena), Ia berfirman kepadanya, “Tulislah”. Mendengar perintah itu, al-Qalam berkata, “wahai Rabbku, apa yang harus aku tulis? Allah berfirman, “Tulislah takdir segala sesuatu hingga Kiamat tiba”. (Lalu Sahabat Ubâdah bin Shâmit melanjutkan petuahnya dengan berkata), “Wahai anakku! aku telah mendengar Rasulullâh bersabda,”Barang siapa mati di atas keyakinan menyelisihi keyakinan ini, maka ia tidak termasuk dari golonganku”. [HR. Abu Dâwud]
Demikianlah sekelumit tentang akidah umat Islam tentang Allah Azza wa Jalla. Akan tetapi, tahukah Anda apa ideologi sekte Syi’ah ? Simaklah ideologi mereka dari riwayat yang termaktub dalam kitab terpercaya mereka, yaitu Al-Kâfi karya al-Kulaini :
Abu Hâsyim al-Ja’fari menuturkan, “Pada suatu hari aku berkunjung ke rumah Abul Hasan (Ali bin Muhammad-pen) ‘alaihissalâm sepeninggal putranya Abu Ja’far (Muhammad-pen). Kala itu aku berencana mengatakan, “Seakan kejadian yang menimpa Abu Ja’far dan Abu Muhammad (al-Hasan bin Ali ) pada saat ini serupa dengan yang dialami oleh Abul Hasan Mûsa dan Ismâîl putra Ja’far bin Muhammad ‘alaihimussalâm. Kisah keduanya (Ali dan Muhammad bin Muhammad) serupa dengan kisah keduanya (Mûsa dan Ismâîl bin Ja’far), dikarenakan Abu Muhammad al-Murji menjadi imam sepeninggal Abu Ja’far ‘alaihissalâm. Tiba-tiba Abul Hasan menatapku sebelum aku sempat mengucapkan sepatah katapun, lalu ia berkata, “Benar, wahai Abu Hâsyim, Allah memiliki pendapat baru tentang Abu Muhammad sepeninggal Abu Ja’far yang sebelumnya tidak Dia ketahui. Sebagaimana sebelumnya muncul pendapat baru pada Mûsa (bin Ja’far) sepeninggal Ismâîl (bin Ja’far) suatu pendapat baru yang selaras dengan keadaannya. Kejadian ini sebagaimana yang terbetik dalam jiwamu, walaupun orang-orang yang sesat tidak menyukainya.” [1]
Demikianlah Saudaraku! sekte Syi’ah meyakini adanya perubahan pada pengetahuan dan kehendak Allah Azza wa Jalla, sehingga dia berubah pendapat dan keinginan karena terjadi sesuatu yang di luar pengetahuan dan kehendak-Nya.
Menurut hemat Anda, mungkinkah seorang Muslim memiliki keyakini semacam ini?!
NABI MUHAMMAD VERSI AHLUS SUNNAH & SYI’AH
Saudaraku! Anda pasti mengetahui bahwa syarat utama untuk menjadi seorang Muslim ialah mengucapkan dua kalimat syahadat. Ikrar bahwa sesembahan Anda hanya Allah Azza wa Jalla dan Muhammad bin ‘Abdillâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah Azza wa Jalla. Dan di antara konsekuensi dari persaksian bahwa beliau adalah utusan Allah Azza wa Jalla ialah meyakini bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan seluruh wahyu Allah Azza wa Jalla kepada umatnya.
Oleh karena itu, pada saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di Padang Arafah, beliau bertanya tentang hal ini kepada para Sahabat:
أَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّى فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟
Kalian pasti akan ditanya tentang aku, maka apa yang akan kalian katakan? Simaklah jawaban umat Islam yang menghadiri khutbah beliau ini:
قَالُوا : نَِْشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ فَقَالَ بإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْ فَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ : (اللَّهُمَّ اشْهَدِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ) ثَلاَثَ مَرَّاتِ رواه مسلم
Para Sahabat menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan mengemban risâlah dengan sempurna tanpa ada sedikit pun campuran. Lalu beliau mengisyaratkan dengan telunjuknya ke arah langit lalu menunjuk ke arah para Sahabat seraya berdoa, “Ya Allah, persaksikanlah, Ya Allah persaksikanlah (sebanyak tiga kali).” [HR.Muslim]
Saya yakin, Anda dan juga seluruh umat Islam di seantero dunia pun demikian, bersaksi bahwa beliau telah sepenuhnya menunaikan amanah, menegakkan agama dan menyampaikan seluruh wahyu Allah Azza wa Jalla kepada umatnya.
Akan tetapi, tahukah Anda, apa kira-kira sikap dan keyakinan sekte Syi’ah? Anda ingin tahu? Temukan jawabannya pada pengakuan tokoh revolusioner mereka, yaitu al-Khomaini berikut ini:
لَقَدْ أَثبَتْنَا فِى بِدَايَةِ هَدِاالْحَد ِيْثِ بِأَنَّ النَّبِيِّ أحْجَمَ عَنِ التَّطَرُّقِ إِلَى اْلإِمَامَةِ فِيْ الْقُرْآنِِ، لِخَشيَتِهِ أَنْ يُصَا بَ الْقُرآبُ بِا لتَّحْرِيْفِ، أَوْ أَنْ تَشْتَدَّ الْخِلاَفَاتُ بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ، فَيُؤَثِّرُ ذَلِكَ عَلَى اْلإِسْلاَمِ
Telah kami buktikan pada awal pembahasan ini, bahwa Nabi menahan diri dari membicarakan masalah imâmah (kepemimpinan) dalam al-Qur’ân; [2] karena beliau khawatir al-Qur’ân akan diselewengkan, atau timbul perselisihan yang sengit di tengah-tengah kaum Muslimin, sehingga hal itu berakibat buruk bagi masa depan agama Islam.” [3]
Al-Khomaini belum merasa cukup dengan menuduh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa gentar untuk menyampaikan ayat-ayat imâmah kepada umatnya. Lebih jauh, dengan tanpa merasa bersalah, al-Khomaini menuduh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penyebab terjadinya seluruh perpecahan dan peperangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam sepeninggal beliau:
وَوَاضِحٌ بِأَنَّ النَّبِيَّ لَوْ كَانَ قَدْ بَلَغَ بِأَمْرِ اْلإِمَامَةِ طَبَقًا لِِمَا أَمَرَ بِهِ اللَّهُ، وَبَذَلَ الْمَسَا عِيَ فِيْ هَذَا الْمَجَالِ، لَمَا نَشَبَتْ فِيْ اْلبُلدَانِ اْلإِسْلاَمِيَّةِ كُلُّ هَذِهِ اْلإِخْتِلاَفَاتِ وَالْمُشَا حَنَاتِ وَالْمَعَارِكِ، وَلَمَا ظَهَرَتْ ثَمَّةَ خِلاَفَاتٌ فِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَفُرُوْ عِهِ
Sangat jelas bahwa andai Nabi telah menyampaikan perihal imâmah (kepemimpinan), sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadanya, dan ia benar-benar mengerahkan segala upayanya dalam urusan ini, niscaya tidak akan pernah terjadi berbagai perselisihan,persengketaan dan peperangan ini di seluruh belahan negeri Islam. Sebagaimana di sana tidak akan muncul perselisihan dalam hal ushûl (prinsip) dan juga cabang furû’ (cabang) agama.” [4]
Mungkin Anda berkata, “Ah ini hanya salah tulis al-Khomaini saja, dan tidak mewakili ideologi kaum Syi’ah.”
Tunggu sejenak Saudara! Coba Anda bandingkan ucapan al-Khomaini di atas dengan dua riwayat berikut:
Al-Kulaini meriwayatkan bahwa Imam Abu ‘Abdillâh Ja’far Ash-Shâdiq, menyatakan:
لَوْ لاَ نَحْنُ مَا عُبِدَ آللَّهُ
Andai bukan karena kami, niscaya Allah tidak akan pernah diibadahi. [5]
Mufti sekte Syi’ah pada abad ke-11 H, yang bernama al-Majlisi menambahkan riwayat di atas menjadi:
لَوْ لاَ هُمْ، مَا عُرِفَ آللَّهُ وَلاَ يَدْرِيْ كَيْفَ يَعْبُدُ الرَّ حْمَنَ
Andai bukan karena para imam, niscaya Allah tidak akan dikenal, dan tidak akan ada yang tahu bagaimana beribadah kepada Ar-Rahmân (Allah). [6]
Apa perasaan dan pendapat Anda setelah membaca dua riwayat yang termaktub dalam dua referensi terpercaya umat Syi’ah ini?
Berdasarkan kedua riwayat ini, kira-kira apa peranan dan jasa Nabi Muhammad menurut sekte Syi’ah? Mereka meyakini bahwa hingga sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, umat manusia belum juga mengetahui bagaimana harus beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Kalaulah bukan karena jasa para imam umat Syi’ah, maka tidak ada manusia yang bisa shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya. Saudaraku! sebagai seorang Mukmin, dapatkah batin Anda menerima tuduhan keji sekte Syi’ah ini kepada Nabi Anda?
Coba sekali lagi Anda bandingkan kedua riwayat ini dengan ucapan al-Khomaini di atas. Al-Khumaini beranggapan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sumber petaka yang menimpa umat ini. Berbagai persengketaan, pertumpahan darah dan perselisihan yang terjadi di tengah-tengah umat berawal dari kegagalan beliau dalam menyampaikan wahyu Allah Azza wa Jalla, terutama yang berkaitan dengan “al-imâmah” (kepemimpinan).
Perkenankan saya bertanya, “Menurut hemat Anda, apakah kedua riwayat dan juga ucapan al-Khomaini di atas mencerminkan syahadat “Muhammad Rasulullâh” ? Sebagai seorang Muslim yang bersaksi bahwa Muhammad bin `Abdullâh adalah Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apa perasaan Anda membaca kedua riwayat dan ucapan al-Khomaini di atas ? Kuasakah Anda untuk menutup mata dan telinga dari fakta ini, lalu Anda bergandengan tangan dengan orang-orang yang meyakini demikian itu tentang Nabi Anda?
SAHABAT DALAM AKIDAH AHLU SUNNAH & KEBENCIAN SYI’AH
Saudaraku, bila Anda mencermati sejarah para nabi dan umatnya, niscaya Anda dapatkan bahwa Sahabat setiap nabi adalah orang-orang pilihan dan generasi terbaik dari umat nabi tersebut. Kesimpulan Anda ini benar adanya dan selaras dengan sabda Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَا مِنْ نَبِيِّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْ خُذُونَ بِسُنَّيِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعدِ هِمْ خُلُو فٌ يَقُو لُنَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفَعَلُونَ مَا لاَ يُؤْ مَرُو نَ
Tidaklah ada seorang nabi pun yang diutus kepada suatu umat sebelumku, kecuali ia memiliki para pendamping dan sahabat setia, yang senantiasa mengikuti ajarannya dan berpedoman dengan perintahnya. Sepeninggal mereka, datanglah suatu generasi yang biasa mengatakan sesuatu yang tidak mereka perbuat, serta melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. [HR. Muslim]
Demikian pula halnya dengan Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Sahabat beliau adalah generasi terbaik dari umat Islam. Allah Azza wa Jalla berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah.[Ali Imrân/3:110]
Saya yakin, Anda pun meyakini bahwa generasi pertama dari umat Islam yaitu para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah generasi terbaik dari umat Islam. Bukankah demikian, Saudaraku !
Akan tetapi, tahukah Anda, siapakah Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mata umat Syi’ah? Anda ingin tahu, silahkan simak riwayat-riwayat mereka berikut:
عَنْ سُديْرٍ عَنْ أَبِيْ جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ : كَانَ النَّاسُ أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَألِهِ سَنَةً، إِلاَّ ثَلاَثَةٌ : فَقُلْتُ : وَ مَنْ الثَّلاَثَةُ ؟ فَقَالَ : الْمِقْدَادُ بْنُ اْللأَسْوَدُ وَ أَبُوْ ذَرٍّ الْغِفَارِيْ وَ سَلْمَانَ الْفَا رِسِيُّ، وَقَالَ : هَؤُلاَءِ الَّذِيْنِ دَارَتْ عَلَيْهِمُ الرَّحَى وَأَبَؤْا أَنْ يُبَا يِعُوْا حَتَّى جَاؤُوْا بِأَمِيْرِ الْمُؤْ مِنِيْنَ مُكرَهًا فَبَا يَعَ
Dari Sudair, ia meriwayatkan dari Abu Ja’far (Muhammad bin Ali bin al-Husain) ‘alaihissalâm, “Dahulu sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruh manusia murtad selama satu tahun, kecuali tiga orang. As-Sudair pun bertanya, “Siapakah ketiga orang tersebut?”dia menjawab, al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi, lalu beliau berkata, “Mereka itulah orang-orang yang tetap kokoh dengan pendiriannya dan enggan untuk membaiat (Abu Bakar As-Shiddîq-pen) hingga didatangkan Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thâlib) alaihissalâm dalam keadaan terpaksa, lalu beliaupun berbaiat. [7]
Syaikh Mufîd (wafat tahun 413 H) juga meriwayatkan dari Abu Ja’far (Muhammad bin Ali bin al-Husain) ‘alaihissalâm:
اِرْ تَدَّ النَّا سُ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم وَآلِهِ إِلاَّ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ : الْمِقْدَادُ بْنُ اْللأَسْوَدُ وَ أَبُوْ ذَرٍّ الْغِفَارِيْ وَ سَلْمَانَ الْفَا رِسِيُّ، ثُمَّ إِنَّ النَّا سَ عَرَفُوْا وَلَحِقُوْا بَعْدُ
Seluruh manusia menjadi murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali tiga orang, al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi. Kemudian setelah itu manusia mulai menyadari, dan kembali masuk Islam.” [8]
Dalam riwayat lain, mereka menambah jumlah yang tetap mempertahankan keislamannya menjadi empat orang:
Mereka meriwayatkan dari Abu Ja’far, bahwa ia berkata:
إِنَّ رَسُوْ لَاللََّهِ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ لَمَّا قُبِضَ، صَارَالنَّاسُ كُلُّهُمْ أَهْلَ جَا هِلِيَّةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةُ : عَلِيٌّ والْمِقْدَادُ وَسَلْمَانُ وَأَبُوْذَرٍّ
Sesungguhnya tatkala Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia,seluruh manusia kembali kepada kehidupan jahiliyah,kecuali empat orang saja: yaitu Ali, al-Miqdâd, Salmân dan Abu Dzar.” [9]
Saudaraku! Apa perasaan Anda tatkala membaca beberapa contoh riwayat yang termaktub dalam kitabkitab terpercaya agama Syi’ah di atas?
Saya yakin, batin Anda menjerit, keimanan Anda menjadi berkobar ketika membaca riwayat-riwayat itu? Betapa tidak, para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dinyatakan telah murtad, kecuali tiga orang saja.
Saudaraku! Coba tenangkan perasaan Anda, lalu baca kembali dengan seksama riwayat-riwayat di atas.
Tidakkah Anda mendapatkan hal yang aneh pada kedua riwayat tersebut ? Pada riwayat tersebut dinyatakan bahwa yang tetap berpegang teguh dengan keimanan dan keislamannya hanya ada tiga orang. Dan pada riwayat lainnya dijelaskan maksud dari ketiga orang tersebut, yaitu: Al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi.
Bila demikian adanya, lalu bagaimana halnya dengan Ali bin Abi Thâlib, Fâtimah binti Rasulullâh dan kedua putranya, yaitu al-Hasan dan al-Husain ? Mungkinkah mereka termasuk yang murtad, karena yang dinyatakan tetap berpegang dengan keislamannya hanyalah tiga, dan mereka semua tidak termasuk dari ketiga orang tersebut ?
Demikianlah Saudaraku ! Umat Syi’ah mempropagandakan sebagai para pencinta Ahlul Bait dan pembela mereka. Akan tetapi, faktanya, mereka menghinakan Ahlul Bait, bahkan menganggap mereka telah murtad dari Islam. Bila Anda tidak percaya, silahkan buktikan dan datangkan satu riwayat saja yang menyebutkan bahwa Ahlul Bait tidak termasuk yang murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya yakin Anda tidak akan menemukan riwayat tersebut, walau Anda membaca seluruh kitab Syi’ah.
Apa yang saya paparkan di atas, menjadi alasan bagi Imam ‘Amir bin Syurahil asy-Sya’bi untuk berkata tentang sekte Syi’ah, “Kaum Yahudi dan Nasrani memiliki satu kelebihan bila dibandingkan dengan agama Syi’ah. Bila dikatakan kepada kaum Yahudi, “Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu? Niscaya mereka menjawab, “Tentu para Sahabat Nabi Mûsa. Dan bila dikatakan kepada kaum Nasrani, “Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu? Niscaya mereka menjawab, “Tentu para Sahabat sekaligus pengikut setia Nabi ‘Isa. Akan tetapi, bila dikatakan kepada agama Râfidhah (Syi’ah), “Siapa orang terjelek dari penganut agamamu? Niscaya mereka menjawab, “Tentu para Sahabat sekaligus pengikut setia Nabi Muhammad.”
Saudaraku! Mungkin Anda bertanya-tanya, “Mengapa para pengikut agama Syi’ah begitu membenci para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terutama ketiga Khulafâ’ur Râsyidin yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsmân? Saudaraku! Benarkah Anda merasa penasaran ingin mengetahui biang kebencian mereka kepada para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Obatilah rasa penasaran Anda dengan jawaban seorang pakar yang telah kenyang dengan pengalaman dalam menghadapi para penganut Syi’ah. Tokoh tersebut adalah Abu Zur’ah ar-Râzi rahimahullah. Beliau menyampaikan hasil studi dan pengalaman beliau pada ucapannya berikut, “Bila engkau dapatkan seseorang mencela seorang Sahabat Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ketahuilah bahwa ia adalah orang zindîq (kafir yang menampakkan keislaman). Alasannya, karena kami meyakini bahwa Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti benar, dan al-Qur’ân juga pasti benar. Sedangkan yang menyampaikan al-Qur’ân dan Sunnah Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para Sahabat. Dengan demikian, sesungguhnya orang yang mencela para saksi (perawi) kami (yaitu para Sahabat), hendak menggugurkan al-Qur’ân dan Sunnah. Karena itu, merekalah yang lebih layak untuk dicela.” [Riwayat al-Khathîb al-Baghdâdi didalam kitab Al-Kifâyah Fî ‘Ilmir Riwâyah]
AHLUL BAIT MENURUT AKIDAH ISLAM DAN DONGENG SYI’AH
Ahlul Bait atau karib kerabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki kedudukan dan keutamaan yang begitu besar. Wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut, cukuplah sebagai bukti akan keutamaan dan kemulian mereka :
(أَمَّا بَعْدُ، أَلاَ أَيُهَا النَّا سُ، فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرُ، يُوْشِكُ أَنْ يَأْتِىَ رَسُوْلُ رَبِّى فَأُجِيْبَ، وَأَنَا تَارِكُ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّ لُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّوْرُ، فَهُدُوْابِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوابِهِ) فَحَثَّ عَلَى كِتِابِ اللّهِ وَرَغَّبَ فِيْهِ، ثُمَّ قَالَ : (وَأَهْلُ بَيْتِيْ، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِيْ، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِي، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِي
Amma ba’du, ketahulilah wahai umat manusia, sesungguhnya aku adalah manusia biasa, tidak berapa lama lagi akan datang utusan Allah, dan aku pun memenuhi panggilan-Nya. Aku tinggalkan di tengahtengah kalian dua hal besar; pada hal pertama terdapat petunjuk dan cahaya. Hendaknya engkau semua mengamalkan kitab Allah dan berpegang teguh dengannya.” Selanjutnya beliau menganjurkan umatnya untuk berpegang teguh dengan Kitâbullâh. Selanjutnya beliau berkata: (Dan juga Ahlu Baiti (keluargaku), aku mengingatkan kalian agar takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku, aku mengingatkan kalian agar takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku, dan aku mengingatkan kalian agar takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku.” [HR. Muslim].
Tidak heran bila Ahlus Sunnah senantiasa mencintai, menghormati dan mengagungkan karib kerabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagai buktinya, banyak dari mereka yang menamakan putra-putri mereka dengan nama-nama Ahlul Bait. Bukan hanya itu, Ahlus Sunnah senantiasa membaca shalawat, baik bacaan shalawat ketika duduk tahiyat dalam shalat maupun di luar shalat untuk Ahlul Bait. Bukankah demikian Saudaraku? Tidakkah ini cukup sebagai bukti bahwa umat Islam mencintai Ahlul Bait?
Tidak heran bila Imam As-Syâfi’i rahimahullah berkata:
إِنَّ كَانَ رَفْضاً حُبُّ آلِ مُحَّمَدش فَلْيَشْهَدِ الشَّقَلاَنِ أَنِّي رَافِضِي
Andai kecintaan kepada keluarga Nabi Muhammad disebut Râfidhah, Hendaklah seluruh jin dan manusia bersaksi bahwa aku adalah seorang Râfidhah.
Akan tetapi, benarkan ajaran Râfidhah atau Syi’ah hanya sebatas mencintai Ahlul Bait? Untuk menjawab pertanyan ini, simaklah riwayat-riwayat yang mereka imani berikut:
Al-Kulaini dalam kitabnya Al-Kâfi meriwayatkan dari Abu ‘Abdillâh Ja’far Ash-Shadîq :
أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةَ لِْلإِمَامِ، يَضَعُهَا حَيْثَ يَشَاءُ، وَيَدْ فَعُهَا إِلَى مَنْ يَشَاءُ
Tidakkah engkau sadar, bahwa dunia dan akhirat adalah milik sang imam, sehingga ia bebas meletakkannya sesuai dengan kehendaknya dan menyerahkannya kepada orang yang ia kehendaki?
Belum cukup hebat, sehingga mereka masih merasa perlu untuk merekayasa riwayat berikut dari Sahabat Ali:
نَهْنُ خَزَّانُ اللَّهِ فِي أَرْضِهِ وَسَمَا ئِهِ، وَأَنَا أُ حْيِيْ وَأَنَا اُمِيتُ، وَأَنَا حٍَيٌّ لاَ أَمُوْ تُ
Kami adalah para penjaga (kekayaan dan ilmu Allah di bumi dan di langit, akulah yang menghidupkan dan akulah yang mematikan, serta aku senantiasa hidup dan tidak akan pernah mati. [10]
Karena kedudukan imam dalam syariat Syi’ah, tidak heran bila tokoh revolusioner mereka pada abad ini, yaitu Ayatullâh al-Khomaini dengan tanpa rasa sungkan menyatakan:
إِنَّ تَعَالِيْمَ اْلأَئِمَّهةِ كَتَعَا لِيْمِ القُرْآنِ، لاَتَخُصُجِيْلاً خَا صاً وَإِنََّمَا هِيَ تَعَا لِيْمُ لِلْجَمِيْعِ فِيْ كُلِّ عَصْرٍ وَمِصْرَ وَإِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، يَجِبُ تَنْفِيْذُهَا وَاتِّبَا عُهَا
Sesungguhnya ajaran para imam sama halnya dengan ajaran al-Qur’ân, tidak diperuntukkan khusus bagi generasi tertentu. Ajaran para imam adalah ajaran yang berlaku untuk semua, di setiap masa, negeri dan hingga hari kiamat, wajib diterapkan dan dijadikan panutan.” [11]
Saudaraku! Dari sedikit penuturan di atas, mungkin Anda bertanya-tanya, bila demikian kedudukan seorang imam dalam syari’at Syi’ah, apakah mereka telah menobatkan mereka sebagai tuhan mereka?
Untuk mengobati rasa penasaran Anda, berikut ini saya sebutkan beberapa nama tokoh terkemuka Syi’ah yang dengan membaca namanya, Anda dapat mengetahui jawaban pertanyaan Anda:
• Abdul Husain bin Ali (wafat tahun 1286 H), ia adalah seorang tokoh terkemuka agama Syi’ah pada zamannya, sampai-sampai dijuluki dengan Syaikhul ‘Irâqain (Syaikh kedua Irak/ Irak & Iran).
• ‘Abdul Husain al-Amini at-Tabrizi (1390 H), penulis buku Al-Ghadir.
• ‘Abdul Husain Syarafuddîn al-Musâwi al ‘Amili (1377H), penulis buku Abu Hurairah, kitab Kalimatun Haulaar Riwâyah, Kitab An Nash wa Al Ijtihâd, Al-Murâja’ât, & kitab Al-Fushûll Muhimmah. [12]
• ‘Abdul Husain bin al-Qâshim bin Shâleh al-Hilly (wafat tahun 1375 H).
• ‘Abduz Zahrâ’ (Hamba az-Zahra’/Fatimah) al-Husain, penulis kitab Mashâdiru Nahjil Balâghah wa Asâniduhu.
Saudaraku! Inilah ideologi yang oleh para penganut Syi’ah disebut dengan kecintaan kepada Ahlul Bait. Kultus, ekstrim dalam memuja mereka dengan menyematkan sebagian sifat-sifat Allah k kepada mereka. Coba Anda bandingkan para imam dalam ajaran Syi’ah dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm tentang dirinya sendiri berikut ini:
(لاَتُطْرُوْنِي كَمَا اَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوْا عَبْدُ اللّّهِ وَرَسُوْ لُهُ)
Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh kaum Nasrani kepada‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah :” Hamba Allah dan Utusan-Nya.” [Muttafaqun ‘alaih]
Demikianlah syariat yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memuji dan mencintai; cinta dan pujian tanpa berlebih-lebihan. Selanjutnya, kembali kepada Anda, meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataukah mempercayai sekte Syi’ah.
Setelah membaca penjelasan singkat ini, mungkin Anda menjadi penasaran dan bertanya, “Sebenarnya, apa sikap para tokoh yang dianggap sebagai imam-imam sekte Syi’ah. Mungkinkah mereka merestui kultus dan berbagai ideologi sekte Syi’ah ini?
Saudaraku! Untuk menjawab pertanyaan Anda ini, saya mengajak Saudara untuk bersama-sama membaca pernyataan mereka yang termaktub dalam berbagai referensi terpercaya sekte Syi’ah.
Sahabat Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu ‘anhu menggambarkan perihal orang-orang Syi’ah dalam ucapannya berikut:
يَا أَشْبَاهَ الرِّجَالِ وَلاَ رِجَالَ، حُلُوْم اْلأَطْفَالِ وَعُقُولَ رَبَّتِ الْحِجَِالِ، لَوَدِدْتُ أَنِّيْ لَمْ أَرَكُمْ وَلَمْ أَعْرِفْكُمْ مَعْرِفَةً، وَاللَّهِ جُرْتُ نَدَمًا وَأَعْقَبْتُ ذَمًا، قَاتَلَكُمُ اللَُّهُ، لَقَدْ مَلَأْتُمْ قَلبِيْ قَيْحًا وَشَحَنْتُمْ صَدْرِيْ غَيْظًا وَجَرَ عْتُمُوْنِيْ نَغِبالْتِهمَامَ أَنْفَاسًا وَأَفْسَدْتُمْ عَلَيَّ رَأْيِيْ بِالْعِصْيَانِ وَالْخِذْلاَنِ
Wahai orang-orang yang berpenampilan lelaki, akan tetapi tidak ada seorang pun yang berjiwa lelaki,berperilaku kekanak-kanakan, berpikiran layaknya kaum wanita. Sungguh, aku berangan-angan Andai aku tidak pernah menyaksikan, dan tidak mengenal kalian sama sekali. Sungguh demi Allah, aku telah dirundung penyesalan, dan memikul celaan. Semoga Allah membinasakan kalian, sungguh kalian telah memenuhi hatiku dengan kebencian, membanjiri dadaku dengan kemarahan. Kalian juga telah memaksaku untuk menanggung kegundahan, menghancurkan kecerdasanku dengan perilaku kalian yang senantiasa membangkang dan berkhianat.” [13]
Abu Ja’far Muhammad bin Ali al-Bâqir (imam sekte Syi’ah ke-5) lebih tegas lagi menggambarkan tentang sekte Syi’ah dengan mengatakan:
لَوْ كَنَ النَا سُ كُلُهُمْ لَنَا شِيْعَةَ، لَكَانَ ثَلاَثَةُ أَربَا عِهِمْ لَنَا شُكَّا كًا، وَالرُّبْعُ الآخِرْ أَحْمَقُ
Andai seluruh manusia menjadi penganut syi’ah, niscaya tiga perempat dari mereka adalah orang-orang yang hobi menghunus pedang terhadap kami, dan sisanya adalah orang-orang dungu. [14]
Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita, dan semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa menghidupkan kita berdasarkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallâhu ‘alam bis shawâb.
Footnote
[1]. Al-Kâfi oleh al-Kulaini 1/327
[2]. Aneh bin ajaib, al-Khomaini meyakini bahwa Nabi n memiliki kebebasan untuk menyembunyikan masalah al-Imâmah
dari umatnya. Anggapan ini nyata-nyata bertentangan dengan firman Allah Azza wa Jalla berikut:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” [al-Mâidah/5:67]
[3]. Kasyful Asrâr oleh al-Khomaini 149.
[4]. Idem 155.
[5]. Al-Kâfi oleh al-Kulaini 1/144
[6]. Bihârul Anwâr 35/29.
[7]. Bihârul Anwâr oleh al-Majlisy 22/351 & Tafsir Nur Ats-Tsaqalain, karya Abdu Ali bin Jum’ah al- ‘Arusy al-Huwaizi 1/396.
[8]. Al-Ikhtishâsh, karya Asy-Syaikh Mufîd hlm. 6.
[9]. Tafsir Al ‘Ayyasyi 1/199, karya An-Nadhir Muhammad bin Mas’ûd as-Samarqandi (wafat th: 320 H), Bihârul Anwâr 22/333
karya Al-Majlisi, (wafat th. 1111 H).
[10]. Idem 39/347.
[11]. Al-Hukûmah al-Islâmiyyah oleh Ayatullâh al-Khomaini 113.
[12]. Sungguh mengherankan, Bapak Prof, Dr. M. Quraish Shihâb yang disebut ahli tafsir Indonesia, tidak merasa terusik dari nama semacam ini. Bahkan beliau menjadikan karya tokoh Syi’ah ini sebagai salah satu referensi utama dalam bukubuku beliau. Beliau tidak terpanggil untuk mengomentari atau mengingatkan para pembaca tulisan beliau tentang kesalahan penamaan semacam ini. Sebagai contoh, silahkan baca buku beliau yang berjudul Sunnah-Syiah, bergandengan
tangan! Mungkinkah?, hlm. 119.
[13]. Nahjul Balaghah (ensiklopedia khutbah-khutbah Imam Ali bin Abi Thalib) 1/70 & Al Kafi 5/6, karya Al Kulaini wafat thn 329 H.
[14]. Al Ghaibah hal: 268, karya Muhammad bin Ibrahim An Nu’maani wafat thn: 380 H, Ikhtiyaar Ma’rifatir Rijaal, 2/460, karya As Syeikh At Thusi wafat thn 460 H, Bihaarul Anwaar 46/251, karya Muhammad Baqir Al Majlisi wafat thn : 1111 H, & Mu’jam Rijalil Hadits 3/251, karya As Sayyid Abul Qasim Al Musawi Al Khu’i, wafat thn: 1413 H.
Kalau Mau Jujur Republik Indonesia adalah mayoritas penduduknya memeluk agama Islam Sunni Syafe'i ala Indonesia dan bukan bangsa Arab, sedangkan Republik Islam Iran adalah mayoritas penduduknya memeluk agama Islam Syi'ah 12 Imam / Mazhab Jakfari / Imamiah dan juga bukan bangsa Arab, serta Negara Kerajaan Arab Saudi adalah mayoritas pemerintahannya bermazhab Islam Wahabi dan adalah Bangsa Arab dan ketiga-tiganya adalah anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam), Bahkan Republik Islam Iran pernah menjadi Ketua OKI... Berarti Syi'ah diakui negara-negara Islam adalah bagian dari Mazhab yang ada didalam Islam....Lalu apa kata dunia, kalau ADA AGEN TAKFIRI bilang "Syi'ah BUKAN ISLAM"....!!!!!!????!!!!!
Jangan pegang mazhab dulu sebelum membaca Sejarah Islam, tapi pelajari dulu asal muasal sejarah Islam Sunni, Islam Syi'ah dan Islam Wahabi... lalu KUATKANLAH iman kita untuk terus membaca sejarah Islam ini walaupun PAHIT alur ceritanya namun akan membuat kita serasa meminum OBAT kesehatan setelah mempelajarinya, Setelah itu kembali kepada KITA mau pegang Islam yang mana, Tapi Ingat PErsatuan Islam mesti dikedepankan dan BUKAN PENYATUAN Islam... semoga kita bisa terus belajar mengenai sejarah Islam hingga akhir hayat, walaupun dengan cucuran air mata karena ada cerita duka, karena ada pengkhianatan para sahabat setelah nabi Muhammad wafat dan lain sebagainya... Salam Cinta dan Persaudaraan sesama ummat manusia dan sesama ummat Islam......^_^.....
Ambillah sejarah Islam Syiah" pada Republik Islam Iran" yang menganut Islam Syi'ah 12 Imam , ambillah sejarah Islam wahabi pada Kerajaan Arab Saudi dan ambillah sejarah Islam Sunni pada Mesir, Yaman, Suriah, Republik Indonesia dll... kl selalu menebarkan cerita paling BENAR tanpa BERANI membaca buku atau video sanggahannya, akhirnya Zionis Internasional BERHASIL mengadu domba ISLAM tanpa perlu keluar biaya sedikitpun..... MUSUH BERSAMA KITA Ummat Islam dan Ummat Manusia sedunia adalah ZIONIS INTERNASIONAL berbaju AGAMA,Salam Cinta dan Persaudaraan sesama ummat manusia dan sesama ummat Islam.........^_^.....
Source: Banjarku Umai Bungasnya: MUI dimasuki Agen Takfiri Internasional, perlu adanya "MUI WATCH" : Syi'ah = Rafidhah, Syi'ah = SESAT, Syi'ah bukan ISLAM dan ENTAH apalagi SUMPAH SERAPAH yang dikeluarkan TAKFIRI dan ZIONIS Berbaju Agama untuk mengadu domba Ummat Islam & Ummat Manusia : Tabloid Serambi Ummah pun kembali "Membuka Wawasan Ummat" bahwa Ibnu Taimiyah PEMBENCI Syi'ah... WASPADALAH, Persatuan Islam ingin DIGOYAHKAN...!!!!???!!! http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2013/11/mui-dimasuki-agen-takfiri-internasional.html#ixzz2mGtZ44Hu
Under Creative Commons License: Attribution