|
Menurut Kantor Berita ABNA, Dari literatur klasik Sunni dan Syiah menuliskan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as lahir pada tanggal 13 Rajab 30 tahun setelah tahun gajah di kota Mekah tepatnya di dalam Ka'bah. Tempat ibu imam Ali as masuk ke dalam Ka'bah sampai saat ini masih membekas, meskipun telah berulang kali mengalami perbaikan. Bagian belahan tersebut dikenal dengan nama, mustajar. Setelah 1440 tahun berlalu, retakan pada sisi Ka'bah tersebut masih terlihat dengan jelas meskipun telah berkali-kali mengalami renovasi dan upaya perbaikan. Ini menunjukkan ke Maha Kuasaan Allah SWT yang hendak menyampaikan, imam Ali as bukan manusia biasa sebagaimana umumnya melainkan Wali Allah di muka bumi sebagai washi Rasulullah saww sebagaimana yang disampaikan Nabi saww dalam banyak sabdanya.
Diriwayatkan, Fathima binti Asad, istri Abu Thalib, dalam keadaan hamil tua datang ke Ka’bah untuk berdoa. Dia memohon agar dapat melahirkan bayinya dengan selamat.
Ketika dia sedang asyik berdoa dekat pintu Ka’bah, tiba-tiba dia terkejut melihat dinding Ka’bah retak dan terbuka lebar. Dinding itu terus terbuka dan semakin melebar sehingga Fathimah binti Asad pun tergerak memasuki Ka’bah melalui celah tersebut. Setelah dia berada di dalam Ka’bah, celah itu pun secara ajaib tertutup kembali sehingga kembali normal seperti semula dan Fathimah tertinggal di dalam Ka’bah.
Sebagian orang yang melihat kejadian tersebut segera menceritakan kepada orang lain apa yang dilihatnya. Orang-orang berdatangan setelah mendengar cerita mereka yang menyaksikan kejadian ajaib tersebut dan ingin melihat keajaiban tersebut. Mereka membawa kunci pintu Ka’bah dan berusaha membukanya. Anehnya lagi, pintu Ka’bah tidak jua dapat dibuka.
Nabi Muhammad Saw yang baru pulang dari sebuah perjalanan, melewati tempat kejadian, di mana banyak orang berkerumun di sekitar Ka’bah. Nabi Saw turun dari untanya dan menghampiri kerumunan orang. Beliau melihat beberapa orang berusaha membuka pintu Ka’bah tapi mengalami kegagalan. Nabi Saw meminta kunci tersebut dan mencoba membukanya. Dengan izin Allah, pintu pun dapat terbuka. Fathimah yang berada di dalam segera keluar dan membawa bayinya yang mungil yang baru saja dilahirkan.
Fathimah binti Asad menyodorkan bayinya ke Nabi, dan Nabi menggendong bayi kecil tersebut. Ketika berada di dalam gendongannya, sang bayi membuka matanya. Matanya yang jernih dan berkilat-kilat itu menatap wajah sang Nabi. Wajah Nabi Saw-lah yang pertama kali dilihatnya ketika pertama-tama dia membuka matanya. Dan bayi inilah yang kelak senantiasa membela Nabi Saw. Ibu sang bayi, Fathimah binti Asad, menamai bayinya Haydar (Singa), sementara Nabi Saw menamai bayi tersebut dengan nama ‘Ali (salah satu dari Asma al-Husna: Yang Maha Tinggi). Imam Ali bin Abi Thalib adalah satu-satunya orang yang pernah lahir di dalam Ka’bah. Di dalam syair-syairnya, Imam Ali sering menyebut dirinya dengan sebutan putra Ka’bah!
Laa hawla wa laa quwwata illa billah.(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=319784)
Diriwayatkan, Fathima binti Asad, istri Abu Thalib, dalam keadaan hamil tua datang ke Ka’bah untuk berdoa. Dia memohon agar dapat melahirkan bayinya dengan selamat.
Ketika dia sedang asyik berdoa dekat pintu Ka’bah, tiba-tiba dia terkejut melihat dinding Ka’bah retak dan terbuka lebar. Dinding itu terus terbuka dan semakin melebar sehingga Fathimah binti Asad pun tergerak memasuki Ka’bah melalui celah tersebut. Setelah dia berada di dalam Ka’bah, celah itu pun secara ajaib tertutup kembali sehingga kembali normal seperti semula dan Fathimah tertinggal di dalam Ka’bah.
Sebagian orang yang melihat kejadian tersebut segera menceritakan kepada orang lain apa yang dilihatnya. Orang-orang berdatangan setelah mendengar cerita mereka yang menyaksikan kejadian ajaib tersebut dan ingin melihat keajaiban tersebut. Mereka membawa kunci pintu Ka’bah dan berusaha membukanya. Anehnya lagi, pintu Ka’bah tidak jua dapat dibuka.
Nabi Muhammad Saw yang baru pulang dari sebuah perjalanan, melewati tempat kejadian, di mana banyak orang berkerumun di sekitar Ka’bah. Nabi Saw turun dari untanya dan menghampiri kerumunan orang. Beliau melihat beberapa orang berusaha membuka pintu Ka’bah tapi mengalami kegagalan. Nabi Saw meminta kunci tersebut dan mencoba membukanya. Dengan izin Allah, pintu pun dapat terbuka. Fathimah yang berada di dalam segera keluar dan membawa bayinya yang mungil yang baru saja dilahirkan.
Fathimah binti Asad menyodorkan bayinya ke Nabi, dan Nabi menggendong bayi kecil tersebut. Ketika berada di dalam gendongannya, sang bayi membuka matanya. Matanya yang jernih dan berkilat-kilat itu menatap wajah sang Nabi. Wajah Nabi Saw-lah yang pertama kali dilihatnya ketika pertama-tama dia membuka matanya. Dan bayi inilah yang kelak senantiasa membela Nabi Saw. Ibu sang bayi, Fathimah binti Asad, menamai bayinya Haydar (Singa), sementara Nabi Saw menamai bayi tersebut dengan nama ‘Ali (salah satu dari Asma al-Husna: Yang Maha Tinggi). Imam Ali bin Abi Thalib adalah satu-satunya orang yang pernah lahir di dalam Ka’bah. Di dalam syair-syairnya, Imam Ali sering menyebut dirinya dengan sebutan putra Ka’bah!
Laa hawla wa laa quwwata illa billah.(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=319784)
Team Banjarkuumaibungasnya.blogspot.com- Setelah dinanti para pecinta Rasululullah wa ahlal baiti Rasulullah al Itroh di Kalimantan Selatan, khususnya kota Banjarmasin akhirnya Peringatan Kelahiran / Milad al Imam 'Ali bin Abi Thalib r.a. dilaksanakan dengan tajuk pembacaan Manaqib (Riwayat Hidup) beliau secara singkat namun padat berisi, dimana acara tersebut dilaksanakan di Gedung Iqro Banjarmasin yang terletak di Jalan Brigjen H. Hasan Basri (Jl.Kayu Tangi) No.51 Banjarmasin. dimana acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2012 hari Sabtu malam Minggu pukul 20.00 wita hingga pukul 23.00 wita. atau format Undangan yang didapatkan team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com adalah sbb :
Assalamu 'alaikum W.r W.b,
Forum Kajian Keislaman FK2 Banjarmasin
mengundang kaum Muslimin dan Muslimat,
habaib, para ulama dan guru-guru agama dan
berbagai lapisan kaum muslimin yang lainnya
tanpa terkecuali (Ikkwan & Akhwat) untuk
berkenan hadir pada acara peringatan
kelahiran (Milad) Imam Ali k.W di
gedung Mahligai Iqro
Jalan K.H.Brig.H. Hasan Basri Kayu Tangi
samping gedung Wanita seberang Kampus
STIE Banjarmasin pada hari sabtu atau
malam minggu tanggal 2 Juni 2012,
13 Rajab 1433H
waktu pukul:20.00 wita s.d selesai___
Suatu kehormatan bagi kami panitia ketika
ikhwan dan akhwat, kaum muslimin & muslimat,
para habaib, ulama dan guru berkenan
memenuhi undangan kami__
Ajak keluarga anda, anak, isteri dan
handai tolan agar silaturahmi kita
menggema di seluruh penjuru kal-sel___
PANLAK: Ketua, H. Badaruddin
Sekretaris, Surahman, S.Sy
Bendahara, A.Fitriansyah, SE
Master Ceremoni, Ust. Ayaturahman, S.Sy,
Desain Grafis, Mulyadi, S.Pdi,
M.Syaifi, S.Pdi, Adi Saputra, S.Ag,
Humas,Guru Ahmad Riyadi, Khairul dan
M.Arsyad Rifani, M.Pd,
Perlengkapan: Ainurrahman, Ari, Miko,
Bayu Birgantara, Abdul Wahhab, M.Noor,
Widan, Ahmad Hidayat, Abdul Majid &
Habibi dan
Penata letak jama'ah wanita:
dian yuliastuti, S.Pd dan
Team akhwat Mahasiswi IAIN Antasari___
Event Organizer (EO) Sanggar Teater
Awan Mahasiswa IAIN ANTASARI dan
Team Pendukung Kelompok Kajian Islam Fakultas
Agama Islam Uniska dan
Majelis Ta'lim Al-Mukhlishin Bjm .
Sebarkan kepada segenap pecinta silaturahmi
Forum Kajian KeIslaman (FK2) yang di ketuai oleh Haji Badarudin dalam kata sambutannya dalam acara ke Islaman ini kembali mengatakan dan menegaskan bahwa FK2 Banjarmasin akan selalu eksis dalam mengadakan atau menyelenggarakan acara-acara keIslaman baik berupa Wiladah atau Syahadah atau dalam bahasa Banjar nya kata beliau "Bahaul" atau "Maulid" tokoh-tokoh Islam yang menjadi panutan semua mazhab didalam Islam tanpa membedakan aliran atau pemikiran dalam Islam itu sendiri yang tentunya yang sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah yang tsiqoh atau terpercaya, sebelumnya M.C. (Master of Ceremony) Ayaturrrahman,S.Sy mempersilahkan qori "guru" Usman untuk melantukan ayat-ayat Al-Qur'an (yang membuat para hadirin baik ikhwan dan akhwat atau Lelaki maupun Perempuan terbuai dengan suara merdu beliau).
Selanjutnya sebagai Pembicara atau yang memberikan tausyiah adalah K.H.Busyairi Ali Hurian Fahmi, SHI,MHI yang merupakan Pimpinan Majelis Taklim Al-Mukhlisin Banjarmasin dan seorang Dosen aktif di berbagai Perguruan Tinggi yang ada di Banjarmasin.
Malam itu beliau memaparkan dan menjelaskan Siapakah Tokoh yang dibicarakan malam itu yaitu "Ali bin Abi Thalib" yang semua mazhab besar didalam Islam yaitu Sunni dan Syi'ah merasa berbangga mempunyai salah satu tokoh panutan dalam Islam seperti Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib r.a. Selanjutnya pesan beliau dalam tausyiah malam itu adalah adanya Musuh Besar yang ada didalam dan diluar Islam yaitu Faham Zionisme Internasional dan Khawarij abad Modern yang merasuk didalam Islam dengan selalu meneriakkan "Perpecahan", Kafir, Bid'ah dan lainnya ditengah kaum muslimin, sehingga ujar beliau Kaum Muslimin harus merapatkan barisan baik Islam Sunni dan Islam Syi'ah agar bisa bersatu tanpa terprovokasi dari musuh dalam selimut yaitu Faham Zionisme Internasional dan Khawarij abad Modern. Terakhir acara ditutup dengan pembacaan Doa Ziarah oleh Sekretaris FK2 Surrahman, S.Sy dan Doa Penutup oleh Tokoh allawiyin Banjarmasin al Habib Abdullah Al Hamid Pal 1 Banjarmasin.(AR/R/KNY/MFF/02/06/2012/BJM)
Dan inilah foto exclusivenya koleksi team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com :
Ilmu Akal adalah Akar dari Semua Cabang Ilmu
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah Muhammad Taqi Misbah Yazdi dalam pertemuannya dengan para ilmuan dan peneliti di kantor sekretariat Yayasan Pendidikan dan Penelitian Imam Khomeini Qom Iran menyarakan, "Kalau kita hendak menelusuri sejarah lahir dan berkembangnya ilmu-ilmu Islam kita dapat memulainya dari zaman para khulafa, karena di zaman Khulafa ilmu-ilmu Islam tumbuh dan berkembang pesat."
"Dimasa Rasulullah disebabkan adanya peperangan dan berbagai kesulitan yang dihadapi umat Islam, keilmuan Islam belum tumbuh apalagi dalam bentuk lembaga pendidikan modern sebagaimana yang kita kenal." Tambahnya.
Ketua Yayasan Pendidikan dan Penelitian Imam Khomaini ra tersebut lebih lanjut menyatakan, "Dimasa Rasulullah, umat Islam menanyakan langsung kepada nabi permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi dan Nabipun menjawab pertanyaan mereka dalam berbagai kesempatan, di masjid atau di tempat-tempat lainnya. Tanya jawab antar Nabi dan umat Islam kala itu hanya dalam persoalan-persoalan yang sederhana dan mengenai tafsir beberapa ayat. Belum dalam bentuk pertanyaan mendetail dan spesifik yang timbul dari pemikiran atau perenungan yang mendalam, sehingga saat itu keilmuan Islam belum tumbuh dan berkembang."
"Namun dimasa khulafa, kondisinya jadi berbeda. Interaksi umat Islam dengan umat lainnya yang memiliki berbagai keyakinan dan pemahaman memancing umat Islam turut memperkaya khazanah keislamannya. Ilmu-ilmu Islam mengalami kemajuan dan perkembangan yang pesat khususnya ilmu kalam yang membahas mengenai ilmu-ilmu keagamaan dengan pendekatan akal dan rasionalitas."
"Dengan semakin luasnya wilayah kekuasaan kekhalifaan Islam, menuntut kaum terpelajar Islam menyebar dan melakukan perjalanan keberbagai daerah untuk mengajarkan dan mendakwahkan Islam. Tentu saja, dalam dakwah mereka terhadap orang-orang yang sama sekali belum mengenal Islam adalah dengan pendekatan akal atau rasio. Orang-orang yang mereka temui dan hadapi diajak untuk memikirkan mengenai hakikat penciptaan dan keberadaan Tuhan. Setelah mereka menerima Islam, barulah diajarkan kepada mereka mengenai Al-Qur'an dan tafsirnya serta sunnah-sunnah Nabi." Lanjut ulama yang juga dikenal sebagai filosof tersebut.
"Interaksi dengan negara dan kebudayaan lain turut memicu majunya keilmuan Islam. Para ulama dituntut untuk menemukan formula baru dalam merealisasikan amalan-amalan Islam dalam bentuk yang berbeda sebagaimana yang dihadapi masa Nabi dulu sebab kondisinya telah berubah atau berbeda. Dimasa Imam Baqir as dan Imam Shadiq as turut menghadapi kondisi dan situasi yang demikian, terlebih lagi masuknya pengaruh dan kebudayaan Romawi dalam masyarakat Islam. Pemikir-pemikir dan kaum cerdik pandai Romawi menyuntikkan hal-hal baru dalam masyarakat Islam yang membuat ilmuan Islam menjadikan wacana-wacana dalam Islam sebagai bahan kajian dan riset. Muncullah kemudian polemik dan perbedaan pendapat dikalangan umat Islam. Dan pembahasan teologi yang paling klasik adalah masalah qada dan qadar"
"Dimasa kekhalifaan Ma'mun, keilmuan Islam mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Pusat penelitian dan riset didirikan dengan nama Darul Hikmah. Penerjemahan kitab-kitab agama lain dilakukan secara massif, sehingga lahirlah ilmuan-ilmuan dan cendekiawan-cendekiawan Islam bak jamur di musim hujan. Yang berkembang pesat disaat itu adalah ilmu-ilmu akal atau rasio, sangat berbanding terbalik dengan saat ini, yang menjadi minat adalah sains dan teknologi."
Ayatullah Misbah Yazdi dalam pembicaraan selanjutnya menyinggung mengenai perbedaan ilmu akal dengan sains. "Ilmu akal dalam perkembangan selanjutnya mengalami kemunduran dan akhirnya menjadi vakum seiring dengan revolusi industri di Inggris. Salah satu penyebabnya, ilmu akal atau pemikiran tidak selalu berkaitan dengan kebutuhan hidup sehari-hari, sementara Sains semakin memudahkan kehidupan dengan ditemukannya tekhnologi-tekhnologi canggih yang membantu manusia mengerjakan tugas-tugas kesehariannya."
"Sains memberikan dampak yang langsung tampak nyata dalam kehidupan sementara efek dari ilmu akal atau pemikiran tidak menjangkau semua orang, sehingga setiap orang tidak merasakan itu sebagai kebutuhan primer. Hal itulah diantara faktor pemicu rendahnya minat dikalangan umat Islam khususnya menggeluti bidang-bidang ilmu akal atau pemikiran."
"Sementara ilmu akal justru merupakan akar dari semua cabang ilmu, seseorang tidak akan mungkin bisa memberikan penjelasan tentang sesuatu dengan baik sebelum ia memahami lebih dahulu sesuatu itu dengan baik. Ayatullah Muthahari mampu memberikan sanggahan terhadap doktrin materailisme pengikut Marxisme karena telah terlebih dahulu mempelajari pokok-pokok pemikiran Marxisme yang dengan itu ia memberikan sanggahan dan bantahannya."
Dipenghujung ceramahnya, Ayatullah Misbah Yazdi menghimbau agar umat Islam turut memberikan perhatian terhadap ilmu-ilmu akal, sebab Barat dan musuh-musuh Islam hendak menghancurkan Islam melalui pemikiran-pemikiran baru yang sangat menyimpang. "Salah satu caranya kita memajukan ilmu-ilmu akal dan mencetuskan pemikiran-pemikiran baru adalah menjauhi sikap taklid buta. Kemunduran umat Islam dalam hal ini karena sulit meninggalkan taklid buta pada apa yang telah diperbuat generasi terdahulu. Kita terlalu mengagungkan mereka sehingga tidak lagi menghasilkan hal-hal dan pemikiran-pemikiran yang baru." (http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=319783)
"Dimasa Rasulullah disebabkan adanya peperangan dan berbagai kesulitan yang dihadapi umat Islam, keilmuan Islam belum tumbuh apalagi dalam bentuk lembaga pendidikan modern sebagaimana yang kita kenal." Tambahnya.
Ketua Yayasan Pendidikan dan Penelitian Imam Khomaini ra tersebut lebih lanjut menyatakan, "Dimasa Rasulullah, umat Islam menanyakan langsung kepada nabi permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi dan Nabipun menjawab pertanyaan mereka dalam berbagai kesempatan, di masjid atau di tempat-tempat lainnya. Tanya jawab antar Nabi dan umat Islam kala itu hanya dalam persoalan-persoalan yang sederhana dan mengenai tafsir beberapa ayat. Belum dalam bentuk pertanyaan mendetail dan spesifik yang timbul dari pemikiran atau perenungan yang mendalam, sehingga saat itu keilmuan Islam belum tumbuh dan berkembang."
"Namun dimasa khulafa, kondisinya jadi berbeda. Interaksi umat Islam dengan umat lainnya yang memiliki berbagai keyakinan dan pemahaman memancing umat Islam turut memperkaya khazanah keislamannya. Ilmu-ilmu Islam mengalami kemajuan dan perkembangan yang pesat khususnya ilmu kalam yang membahas mengenai ilmu-ilmu keagamaan dengan pendekatan akal dan rasionalitas."
"Dengan semakin luasnya wilayah kekuasaan kekhalifaan Islam, menuntut kaum terpelajar Islam menyebar dan melakukan perjalanan keberbagai daerah untuk mengajarkan dan mendakwahkan Islam. Tentu saja, dalam dakwah mereka terhadap orang-orang yang sama sekali belum mengenal Islam adalah dengan pendekatan akal atau rasio. Orang-orang yang mereka temui dan hadapi diajak untuk memikirkan mengenai hakikat penciptaan dan keberadaan Tuhan. Setelah mereka menerima Islam, barulah diajarkan kepada mereka mengenai Al-Qur'an dan tafsirnya serta sunnah-sunnah Nabi." Lanjut ulama yang juga dikenal sebagai filosof tersebut.
"Interaksi dengan negara dan kebudayaan lain turut memicu majunya keilmuan Islam. Para ulama dituntut untuk menemukan formula baru dalam merealisasikan amalan-amalan Islam dalam bentuk yang berbeda sebagaimana yang dihadapi masa Nabi dulu sebab kondisinya telah berubah atau berbeda. Dimasa Imam Baqir as dan Imam Shadiq as turut menghadapi kondisi dan situasi yang demikian, terlebih lagi masuknya pengaruh dan kebudayaan Romawi dalam masyarakat Islam. Pemikir-pemikir dan kaum cerdik pandai Romawi menyuntikkan hal-hal baru dalam masyarakat Islam yang membuat ilmuan Islam menjadikan wacana-wacana dalam Islam sebagai bahan kajian dan riset. Muncullah kemudian polemik dan perbedaan pendapat dikalangan umat Islam. Dan pembahasan teologi yang paling klasik adalah masalah qada dan qadar"
"Dimasa kekhalifaan Ma'mun, keilmuan Islam mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Pusat penelitian dan riset didirikan dengan nama Darul Hikmah. Penerjemahan kitab-kitab agama lain dilakukan secara massif, sehingga lahirlah ilmuan-ilmuan dan cendekiawan-cendekiawan Islam bak jamur di musim hujan. Yang berkembang pesat disaat itu adalah ilmu-ilmu akal atau rasio, sangat berbanding terbalik dengan saat ini, yang menjadi minat adalah sains dan teknologi."
Ayatullah Misbah Yazdi dalam pembicaraan selanjutnya menyinggung mengenai perbedaan ilmu akal dengan sains. "Ilmu akal dalam perkembangan selanjutnya mengalami kemunduran dan akhirnya menjadi vakum seiring dengan revolusi industri di Inggris. Salah satu penyebabnya, ilmu akal atau pemikiran tidak selalu berkaitan dengan kebutuhan hidup sehari-hari, sementara Sains semakin memudahkan kehidupan dengan ditemukannya tekhnologi-tekhnologi canggih yang membantu manusia mengerjakan tugas-tugas kesehariannya."
"Sains memberikan dampak yang langsung tampak nyata dalam kehidupan sementara efek dari ilmu akal atau pemikiran tidak menjangkau semua orang, sehingga setiap orang tidak merasakan itu sebagai kebutuhan primer. Hal itulah diantara faktor pemicu rendahnya minat dikalangan umat Islam khususnya menggeluti bidang-bidang ilmu akal atau pemikiran."
"Sementara ilmu akal justru merupakan akar dari semua cabang ilmu, seseorang tidak akan mungkin bisa memberikan penjelasan tentang sesuatu dengan baik sebelum ia memahami lebih dahulu sesuatu itu dengan baik. Ayatullah Muthahari mampu memberikan sanggahan terhadap doktrin materailisme pengikut Marxisme karena telah terlebih dahulu mempelajari pokok-pokok pemikiran Marxisme yang dengan itu ia memberikan sanggahan dan bantahannya."
Dipenghujung ceramahnya, Ayatullah Misbah Yazdi menghimbau agar umat Islam turut memberikan perhatian terhadap ilmu-ilmu akal, sebab Barat dan musuh-musuh Islam hendak menghancurkan Islam melalui pemikiran-pemikiran baru yang sangat menyimpang. "Salah satu caranya kita memajukan ilmu-ilmu akal dan mencetuskan pemikiran-pemikiran baru adalah menjauhi sikap taklid buta. Kemunduran umat Islam dalam hal ini karena sulit meninggalkan taklid buta pada apa yang telah diperbuat generasi terdahulu. Kita terlalu mengagungkan mereka sehingga tidak lagi menghasilkan hal-hal dan pemikiran-pemikiran yang baru." (http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=319783)
Beginilah Akhlak Pecinta Ahlulbait
|
Syaikh Shaduq rahimahullah
1. Dari Ayahandaku, semoga Allah swt memberi rahmat kepadanya, ia mengatakan telah meriwayatkan kepadaku Ali Bin Husain Asyad Abadi dari Jabir bin Ju’fi, ia mengatakan telah berkata Abu Ja’far,: “Apakah cukup yang menjadi syiah dengan hanya mengatakan cinta kepada Ahlulbait? Imam menjawab, “Demi Allah , tiada lain Syiah kami adalah mereka yang bertakwa kepada Allah dan mentaati-Nya, Mereka hanya dikenal dengan ketawadhuan, kekhusyu’an, menunaikan amanat, dan banyak berdzikir kepada Allah, shaum, shalat, berbuat baik kepada orang tua, baik kepada tetangga yang miskin, yang fakir, yang punya hutang, anak-anak yatim, jujur, membaca Quran, menjaga lisan kecuali dengan perkataan yang baik, Orang-orang syiah adalah amanah bagi para keluarga mereka”. Jabir kemudian mengatakan,:“Wahai putra Rasulullah saw, kami mengenal mereka tetapi tidak memiliki sifat-sifat seperti ini”. ikh Shâduq (305-381)
Beliau mengatakan,” Wahai Jabir janganlah engkau bermazhab kepada orang-orang yang hanya mengatakan aku cinta Ali as dan berwali kepadanya, dan jika ada yang mengatakan aku cinta kepada rasul dan dan Rasulullah lebih baik dari Ali as, tapi kemudian tidak mengikuti jalannya tidak mengamalkan sunnahnya maka kecintaannya itu tidak bermanfaat sedikitpun. Maka bertakwalah kepada Allah dan beramalah karena Allah, karena tidak ada kekerabatan antara Allah dan siapapun. Hamba yang paling dicintai dan dihormati di sisi Allah adalah yang paling bertakwa dan yang paling mentaati-NYA.Wahai Jabir seseorang hamba tidak bisa mendekati Tuhannya kecuali dengan mentaati-NYA. Arti dibebaskan dari Neraka tidak ada artinya dan tidak ada satupun diantara kalian yang menjadi hujjah bagi Allah. Siapa yang ta’at itulah bagian dari kami dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah maka itu musuh kami, wilayah (kesetian) kepada kami tidak bisa dicapai kecuali dengan ketakwaan dan kewara’an.
2. Imam Shadiq as mengatakan,: “Syiah kami adalah ahli wara’, ahli ijtihad, penunai janji, amanah, ahli zuhud, ahli ibadah, suka sholat 51 raka’at sehari semalam, tahajud di malam hari, shaum di siang hari, membersihkan harta-harta mereka dan haji ke tanah suci.”
3. Dari Muhammad bin Musa Al-Mutawakil dari Ahmad bin Abdullah dari Abi Abdillah ia mengatakan,:“Tiada lain syiah Ali kecuali yang bersih perut dan kemaluannya, beramal untuk tuhannya, mengharapkan pahala dan takut kepada siksa-NYA.”
4. Muhammad bin Azlan mengatakan aku bersama Aba Abdillah, kemudian seseorang masuk dan mengucapkan salam. Ia ditanya bagaimana orang-orang yang engkau tinggalkan. Si lelaki yang datang tadi memuji-mujinya. Kemudian Aba Abdillah bertanya seberapa sering orang-orang kaya mereka mendatangi orang-orang miskin. Lelaki tadi menjawab sangat jarang. Kemudian ia ditanya lagi sejauhmana orang-orang kayanya menjenguk orang-orang miskin? . Lelaki tadi menjawab, :“Tuan menyebutkan sifat-sifat yang tidak dimiliki mereka. Abu Abdillah kemudian balik mengatakan,” Kenapa pula engkau menyebut mereka sebagai syiah?”
5. Semoga Allah swt memberi rahmat kepadanya, Seorang rawi mengatakan telah meriwayatkan kepadaku Ali Bin Husain Asyad Aabadi dari Jabir bin Ju’fi, ia mengatakan telah berkata Abu Ja’far,: “Apakah cukup yang menjadi syiah dengan hanya mengatakan cinta kepada Ahlulbait, demi Allah , tiada lain Syiah kami adalah mereka yang bertakwa kepada Allah dan mentaati-NYA, Mereka hanya dikenal dengan ketawadhuan, kekhusyu’an, menunaikan amanat, dan banyak berdzikir kepada Allah, shaum, shalat, berbuat baik kepada orang tua, baik kepada tetangga yang miskin, yang fakir, yang punya hutang, anak-anak yatim, jujur, membaca Quran, menjaga lisan kecuali dengan perkataan yang baik, Orang-orang syiah adalah amanah bagi para keluarga mereka”. Jabir kemudian mengatakan, “Wahai putra Rasulullah saw, kami mengenal mereka tetapi tidak memiliki sifat-sifat seperti ini”. Lalu aku bertanya,”Dimana bisa kutemukan orang-orang seperti itu?” Imam menjawab, “Mereka ada di pinggiran diantara pasar-pasar Itulah mereka yang dimaksud dengan firman Allah “merendahkan hati terhadap orang-orang mukmin dan berwibawa di depan orang-orang kafir.”
6. Meriwayatkan sebuah hadis kepadaku Muhammad bin Husan bin Alwalid semoga Allah meridhai mereka dari Mufadhol bin Qais dan Abi Abdillah alaihi as. Beliau mengatakan, : “Berapa syiah kami di Kufah?” Aku menjawab:” lima puluh ribu. Beliau lantas mengatakan: “Saya mengharapkan jumlahnya hanya 20. Kemudian beliau mengatakan: “Demi Allah aku harap di Kufah syiah kami hanya ada 25 orang yang mengetahui urusan kami dan dan tidak berkata tentang kami kecuali dengan benar.”
7. Meriwayatkan sebuah hadis kepada kami Muhammad bin Majilwaih dari Abu Abdillah Berkata kepadanya Abu ja’far Ad-Dawaniqi di Hirah dimasa pemerintahan Abi Al-Abbas,: ”Ya Aba Abdillah, bagaimana dengan Syiahmu yang mengeluarkan apa yang ada di dalam hatinya dalam satu majlis sehingga diketahui madzhabnya”. Beliau mengatakan,: “Itu karena memiliki kemanisan iman di dadanya dan karena manisnya menjadi tampak sejelas-jelasnya.”
8. Meriwayatkan sebuah hadis kepadaku Ahmad bin Muhammmad bin Yahya al-‘Athor dari Muhammad bin Sadir ia mengatakan Bahwa Abu abdillah mengatakan,: “Jika tiba hari kiyamat makhluk-makhluk akan dipanggil dengan ibu-ibu mereka kecuali kami dan syiah kami karena tidak ada hubungan darah diantara kami.”
9. Meriwayatkan sebuah hadis dari Muhammad bin Majilwaeh meriwayatkan sebuah hadis kepada kami Umar bin Muhammad bin Abi Qosim dari Harun bin Muslim dari Musidah bin Shodaqo. Ia mengatakan Abu Abdilah ditanya tentang syiah kami beliau menjawab,:“Syiah kami yang mempelopori kebajikan dan menahan dari keburukan, menunjukkan hal-hal yang indah dan bersegera dalam melakukan perintah Tuhan, karena mengharapkan rahmatnya. Merekalah dari kami kembali kepada kami dan bersama kami dimana saja berada.”
10. Ayahandaku meriwayatkan sebuah hadis kepadaku ia mengatakan telah meriwayatkan kepadanya Sa’ad bin Abdilllah dari Ali bin Abdul Aziz ia mengatakan Abu Abdillah mengatakan,:“Ya Ali bin Abdil Aziz janganlah kau tertipu dengan tangisan mereka, karena ketakwaan itu adanya di hati.”
11. Ayahandaku meriwayatkan sebuah hadis kepadaku ia mengatakan meriwayatkan sebuah hadis kepadaku Abdullah bin ja’far Alhumairi dari Mus’idah bin Shodaqoh dari Ashodiq, Rasulullah saw mengatakan,: “Barang siapa yang nestapa karena perbuatan buruk dan memiliki perjalanan hidup yang baik ialah orang mukmin.”
12. Dengan sanad yang sama Abu Abdilah mengatakan,: “Alangkah jeleknya orang mukmin kalau dihinakan oleh keinginannnya.” [Nano W]
Ket: Disadur dari kitab ‘Shifâtu as- Syiah’ karya Syaikh Shâduq (305-381)(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=319531)
Beliau mengatakan,” Wahai Jabir janganlah engkau bermazhab kepada orang-orang yang hanya mengatakan aku cinta Ali as dan berwali kepadanya, dan jika ada yang mengatakan aku cinta kepada rasul dan dan Rasulullah lebih baik dari Ali as, tapi kemudian tidak mengikuti jalannya tidak mengamalkan sunnahnya maka kecintaannya itu tidak bermanfaat sedikitpun. Maka bertakwalah kepada Allah dan beramalah karena Allah, karena tidak ada kekerabatan antara Allah dan siapapun. Hamba yang paling dicintai dan dihormati di sisi Allah adalah yang paling bertakwa dan yang paling mentaati-NYA.Wahai Jabir seseorang hamba tidak bisa mendekati Tuhannya kecuali dengan mentaati-NYA. Arti dibebaskan dari Neraka tidak ada artinya dan tidak ada satupun diantara kalian yang menjadi hujjah bagi Allah. Siapa yang ta’at itulah bagian dari kami dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah maka itu musuh kami, wilayah (kesetian) kepada kami tidak bisa dicapai kecuali dengan ketakwaan dan kewara’an.
2. Imam Shadiq as mengatakan,: “Syiah kami adalah ahli wara’, ahli ijtihad, penunai janji, amanah, ahli zuhud, ahli ibadah, suka sholat 51 raka’at sehari semalam, tahajud di malam hari, shaum di siang hari, membersihkan harta-harta mereka dan haji ke tanah suci.”
3. Dari Muhammad bin Musa Al-Mutawakil dari Ahmad bin Abdullah dari Abi Abdillah ia mengatakan,:“Tiada lain syiah Ali kecuali yang bersih perut dan kemaluannya, beramal untuk tuhannya, mengharapkan pahala dan takut kepada siksa-NYA.”
4. Muhammad bin Azlan mengatakan aku bersama Aba Abdillah, kemudian seseorang masuk dan mengucapkan salam. Ia ditanya bagaimana orang-orang yang engkau tinggalkan. Si lelaki yang datang tadi memuji-mujinya. Kemudian Aba Abdillah bertanya seberapa sering orang-orang kaya mereka mendatangi orang-orang miskin. Lelaki tadi menjawab sangat jarang. Kemudian ia ditanya lagi sejauhmana orang-orang kayanya menjenguk orang-orang miskin? . Lelaki tadi menjawab, :“Tuan menyebutkan sifat-sifat yang tidak dimiliki mereka. Abu Abdillah kemudian balik mengatakan,” Kenapa pula engkau menyebut mereka sebagai syiah?”
5. Semoga Allah swt memberi rahmat kepadanya, Seorang rawi mengatakan telah meriwayatkan kepadaku Ali Bin Husain Asyad Aabadi dari Jabir bin Ju’fi, ia mengatakan telah berkata Abu Ja’far,: “Apakah cukup yang menjadi syiah dengan hanya mengatakan cinta kepada Ahlulbait, demi Allah , tiada lain Syiah kami adalah mereka yang bertakwa kepada Allah dan mentaati-NYA, Mereka hanya dikenal dengan ketawadhuan, kekhusyu’an, menunaikan amanat, dan banyak berdzikir kepada Allah, shaum, shalat, berbuat baik kepada orang tua, baik kepada tetangga yang miskin, yang fakir, yang punya hutang, anak-anak yatim, jujur, membaca Quran, menjaga lisan kecuali dengan perkataan yang baik, Orang-orang syiah adalah amanah bagi para keluarga mereka”. Jabir kemudian mengatakan, “Wahai putra Rasulullah saw, kami mengenal mereka tetapi tidak memiliki sifat-sifat seperti ini”. Lalu aku bertanya,”Dimana bisa kutemukan orang-orang seperti itu?” Imam menjawab, “Mereka ada di pinggiran diantara pasar-pasar Itulah mereka yang dimaksud dengan firman Allah “merendahkan hati terhadap orang-orang mukmin dan berwibawa di depan orang-orang kafir.”
6. Meriwayatkan sebuah hadis kepadaku Muhammad bin Husan bin Alwalid semoga Allah meridhai mereka dari Mufadhol bin Qais dan Abi Abdillah alaihi as. Beliau mengatakan, : “Berapa syiah kami di Kufah?” Aku menjawab:” lima puluh ribu. Beliau lantas mengatakan: “Saya mengharapkan jumlahnya hanya 20. Kemudian beliau mengatakan: “Demi Allah aku harap di Kufah syiah kami hanya ada 25 orang yang mengetahui urusan kami dan dan tidak berkata tentang kami kecuali dengan benar.”
7. Meriwayatkan sebuah hadis kepada kami Muhammad bin Majilwaih dari Abu Abdillah Berkata kepadanya Abu ja’far Ad-Dawaniqi di Hirah dimasa pemerintahan Abi Al-Abbas,: ”Ya Aba Abdillah, bagaimana dengan Syiahmu yang mengeluarkan apa yang ada di dalam hatinya dalam satu majlis sehingga diketahui madzhabnya”. Beliau mengatakan,: “Itu karena memiliki kemanisan iman di dadanya dan karena manisnya menjadi tampak sejelas-jelasnya.”
8. Meriwayatkan sebuah hadis kepadaku Ahmad bin Muhammmad bin Yahya al-‘Athor dari Muhammad bin Sadir ia mengatakan Bahwa Abu abdillah mengatakan,: “Jika tiba hari kiyamat makhluk-makhluk akan dipanggil dengan ibu-ibu mereka kecuali kami dan syiah kami karena tidak ada hubungan darah diantara kami.”
9. Meriwayatkan sebuah hadis dari Muhammad bin Majilwaeh meriwayatkan sebuah hadis kepada kami Umar bin Muhammad bin Abi Qosim dari Harun bin Muslim dari Musidah bin Shodaqo. Ia mengatakan Abu Abdilah ditanya tentang syiah kami beliau menjawab,:“Syiah kami yang mempelopori kebajikan dan menahan dari keburukan, menunjukkan hal-hal yang indah dan bersegera dalam melakukan perintah Tuhan, karena mengharapkan rahmatnya. Merekalah dari kami kembali kepada kami dan bersama kami dimana saja berada.”
10. Ayahandaku meriwayatkan sebuah hadis kepadaku ia mengatakan telah meriwayatkan kepadanya Sa’ad bin Abdilllah dari Ali bin Abdul Aziz ia mengatakan Abu Abdillah mengatakan,:“Ya Ali bin Abdil Aziz janganlah kau tertipu dengan tangisan mereka, karena ketakwaan itu adanya di hati.”
11. Ayahandaku meriwayatkan sebuah hadis kepadaku ia mengatakan meriwayatkan sebuah hadis kepadaku Abdullah bin ja’far Alhumairi dari Mus’idah bin Shodaqoh dari Ashodiq, Rasulullah saw mengatakan,: “Barang siapa yang nestapa karena perbuatan buruk dan memiliki perjalanan hidup yang baik ialah orang mukmin.”
12. Dengan sanad yang sama Abu Abdilah mengatakan,: “Alangkah jeleknya orang mukmin kalau dihinakan oleh keinginannnya.” [Nano W]
Ket: Disadur dari kitab ‘Shifâtu as- Syiah’ karya Syaikh Shâduq (305-381)(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=319531)
0 comments to "Gedung Iqro Banjarmasin : 13 Rajab, Lahirnya Sang Putra Ka'bah : di Banjarmasin di adakan oleh FK2 (Forum Kajian KeIslaman) Banjarmasin"