Home , , , , , , , , , , , , , , , � Ahmadinejad-nya Indonesia : selamat datang Ahmadinejad “made in Indonesia”.

Ahmadinejad-nya Indonesia : selamat datang Ahmadinejad “made in Indonesia”.


Pedagang Ramai-ramai Bantu Jokowi




KOMPAS/SRI REJEKIWali Kota Solo Joko Widodo menerima sumbangan spontan dan sukarela dari para pedagang di Pasar Klithikan Solo, Rabu (4/4/2012). Sumbangan itu dimaksudkan sebagai bantuan untuk dana kampanye Jokowi dalam Pilkada DKI.

SOLO, KOMPAS.com 
— Para pedagang di Pasar Klithikan Notoharjo, Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/4/2012), secara spontan dan sukarela mengumpulkan uang yang lantas disumbangkan kepada Wali Kota Solo Joko Widodo. Uang sumbangan itu dimaksudkan untuk turut membantu mendanai kampanye Jokowi, panggilan Joko Widodo, yang sudah mendaftar sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta.
Seorang pedagang sambil terisak mengaku sedih sekaligus bangga karena Jokowi maju sebagai calon gubernur DKI.
Para pedagang memasukkan uang ke dalam kardus yang bertuliskan "Pray and Support for Pak Jokowi-Pedagang Pasar Notoharjo Solo."
Ada yang menyumbang Rp 500, Rp 1.000, Rp 5.000, Rp 50.000, hingga Rp 100.000 setiap orang. Uang lantas diserahkan kepada Jokowi seusai ia meresmikan Pusat Barang Bekas Shelter PKL Oprokan di Silir, yang bersebelahan dengan Pasar Notoharjo.
Salah satu pedagang yang bertubuh besar sambil terisak mengatakan, ia sedih sekaligus bangga Jokowi mencalonkan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Para pedagang di pasar ini yang berjumlah hampir 1.000 orang dulunya adalah pedagang kaki lima di kawasan Monumen '45 Banjarsari yang kemudian direlokasi ke Pasar Notoharjo yang dibangun khusus untuk menampung mereka. Kini, kawasan Monumen '45 bersih dari PKL dan menjadi ruang publik.
Jokowi mengaku terenyuh menerima perhatian demikian dari pedagang. Ia menilainya sebagai doa restu dan dukungan terhadap keputusannya mengikuti Pilkada DKI Jakarta. "Saya tidak bisa membalasnya kecuali menyatakan terima kasih. Bukan nilai uangnya yang penting, tetapi bentuk dukungan di balik sikap pedagang yang sangat berharga bagi saya," kata Jokowi.

Siap Menang, Ahok Tiru Gaya Ahmadinejad

KOMPAS.com/ ALI SOBRI









Calon wakil gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok (kanan) bersama istrinya Veronica mengikuti pencoblosan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 059 Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (11/7/2012).
JAKARTA, KOMPAS.com — Keyakinan calon gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk menang dalam Pilkada DKI Jakarta hari ini membuatnya ingin mencontoh gaya kepemimpinan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Hal ini diungkapkannya seusai memberikan suara di TPS 059, Jalan Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara, Rabu (11/7/2012).
Ahok mengatakan, sosok Ahmadinejad begitu menginspirasinya. Bahkan disebutkannya, semangat kepemimpinan itu ada pada jiwa pasangannya, Joko Widodo. "Ahmadinejad itu contoh karakter teruji negarawan. Dia seorang wali kota yang kemudian menjadi presiden. Dia berani hidup sederhana. Itu yang dibutuhkan masyarakat, pemimpin yang total melayani rakyat," kata Ahok.
Ahok mengakui, selama ini dirinya mencontoh gaya kepemimpinan Presiden Iran tersebut. Demikian pula dengan Jokowi. "Sosok itu jadi cerminan kami, saya juga melihat Jokowi punya idealisme yang seperti itu," katanya lagi sambil kembali mengurai janji-janji jika benar terpilih menjadi wagub DKI mendampingi Jokowi.
Dari sejumlah penghitungan cepat yang dilakukan lembaga survei dan Litbang Kompas, pasangan Jokowi-Ahok untuk sementara unggul dibanding kandidat lain. Perolehan suara terbanyak berikutnya dicapai oleh Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, HIdayat Nur Wahid-Didik J Rachbini, Alex Noerdin-Nono Sampono, Faisal Basri-Biem Benjamin, dan Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria.(http://pilkada.kompas.com/berita/read/2012/07/11/15033795/Siap.Menang.Ahok.Tiru.Gaya.Ahmadineejad)

Ruhut: Janji A Hok Permudah Bangun Gereja Berbau SARA (Benar gak ya itu omongan Ahok??? kayanya masyarakat Jakarta dan Indonesia "Terpesona" dengan Jokowidodo dengan Dahlan Ikhsan...iyakah jar...^_^....)


Posted by KabarNet pada 22/07/2012
Jakarta – KabarNet: Ketua DPP Partai Demokrat, Ruhut Sitompul mengkritik janji kampanye calon wakil gubernur Basuki T.Purnama (A Hok) yang menyatakan, kalau pasangan Jokowi – A Hok menang, akan mempermudah pemberian izin pendirian gereja di Jakarta. Menurut Ruhut, janji kampanye A Hok ini sudah mengarah kepada SARA, dan hanya sebuah janji kosong yang hanya bertujuan untuk mencari simpati masyarakat beragama Kristiani.
“Kampanye boleh, tapi jangan SARA. Nah A Hok ini sudah masuk SARA, karena dengan mudahnya menjanjikan pendirian gereja. Dia mencoba memberikan beruang madu, tapi ketika madunya atau izinnya tidak keluar itu artinya hanya omong kosong,” kata Ruhut kepada wartawan, Jumat (20/7/2012).
Izin mendirikan gereja itu, kata Ruhut tidak mudah dan tidak bisa berdiri sendiri. Karena hal itu berhubungan antara satu bidang dengan bidang yang lain. Dan apa yang dijanjikan oleh A Hok untuk mendirikan gereja tidak akan mudah. “Rakyat sudah pintar. Dan kemenangan mereka itu, berkat pembohongan publik, Jokowi sendiri menyatakan akan membebaskan macet, bohong itu,” tandas Ruhut.
Karena Jakarta dari jaman dulu, lanjut Ketua Departemen Kominfo Partai Demokrat ini, sudah terkenal dengan macetnya. Bukan hanya di Jakarta, di Eropa, di Amerika jalanan juga macet. Jangan berkampanye dengan menjanjikan rakyat ‘beruang madu’. “Kembali ke gereja, membuat itu harus sesuai aturan. Harus ditanya ke tetangga dulu, apakah boleh membuat? Jadi jelas kualitas A Hok itu sejauh mana. Dia jadi bupati saja cuma 1,5 tahun, calon gubernur aja kalah di Babel (Bangka-Belitung, red.). Sekarang mau cagub DKI barometer nasional, belum saatnya!” tegas Ruhut.
Ruhut yang dikenal dengan nama panggilan Si Poltak ini memberi pesan kepada A Hok, agar tidak memperalat umat Kristen. Itu tidak baik, dan sudah sepatutnya berterima kasih kepada umat islam di Indonesia. Sebagai kaum minoritas Ruhut mengajak untuk menghormati umat beragama, jangan sok berkuasa.
“Putaran ke dua saya menghimbau kepada warga Jakarta, jangan mau terbuai dengan janji-janji. Apalagi, janji-janji yang berbau SARA. Dan untuk Gubernur DKI jangan orang yang coba-coba. Kalau dia gagal kita akan rugi lima tahun ke depan. Foke sudah bekerja maksimal, dan sudah banyak kemajuan,” tandasnya. [KbrNet/adl/http://kabarnet.wordpress.com/2012/07/22/ruhut-janji-a-hok-permudah-bangun-gereja-berbau-sara/

DKI-1: Menanti Ahmadinejad-nya Indonesia


Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta kali sangat menarik untuk kita ikuti perkembangannya. Banyak calon berbobot yang mencalonkan atau dicalonkan oleh partai pendukungnya. Ada juga yang masuk dari jalur independen. Dapat dipastikan pemilihan kali ini akan berjalan alot, karena masing-masing calon memiliki popularitas dan dukungan yang kuat, baik dari partai pendukungnya, maupun dari masyarakat pemilihnya.
Calon yang paling polular kali pastilah tidak asing lagi bagi kita. Dia adalah Joko Widodo, atau yang lebih dikenal dengan Jokowi. Di seberangnya, akan berhadapan calon incumben yaitu Fauzi Bowo, yang pada pemilihan lalu mengandalkan jargonnya “serahkan pada ahlinya”. Ada juga gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin yang juga ikut nyalon. Di jalur independen, akan menantang Faisal Fasri, salah satu pendiri Majelis Amanat Rakyat (MARA) yang menjadi cikal bakal Partai Amanat Rakyat (PAN). Pada detik-detik akhir, PKS akhirnya mencalonkan Hidayat Nur Wahid, mantan ketua MPR yang dikenal dengan sikap kenegarawanannya.
Saya ingin menyoroti tiga calon gubernur yang menarik perhatian saya, yaitu Jokowi, Faisal Basri dan Hidayat Nur Wahid. Sesuai dengan judul tulisan ini, saya menilai ketiga kandidat tersebut pantas disebut sebagai Ahmadinejadnya Indonesia, meskipun dengan karakternya yang berbeda. Dua hal dari ketiga kandidat tersebut yang mengingatkan saya adalah kesederhanaan dan sikap pro rakyatnya.

Jokowi

Jika melihat perjalanan karirnya, Jokowi seperti mengulang perjalanan Ahmadinejad sebelum menjabat sebagi Presiden Iran. Sebelum menjadi presiden, Ahmadinejad adalah Walikota Teheran, yang dengan keahliannya di bidang transportasi, Ahmadinejad mampu mengurai masalah kemacetan di Teheran, ibukota Republik Islam Iran yang bermazhab Syi'ah. Ahmadinejad juga dikenal dengan sikap keserhanaan dan egaliternya. Mobil pribadi yang sering dipakai untuk menjalankan tugasnya adalah mobil Peugeot 504 keluaran tahun 1977. Selama menjabat presiden, ia kerap mengadakan rapat dengan menteri - mentrinya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri -mentrinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan.
Keberhasilan dan fenomena Jokowi sebagai Walikota Solo, dengan berbagai terobosan dan pembawaannya yang lugas, benar-benar mengingatkan saya pada Ahmadinejad. Jokowi terbukti kemampuan mengelola APBD yang pro kebijakan pada rakyat, contohnya menciptakan kebijakan transportasi terobosan di Solo, juga menata pedagang pasar. Pada program penataan kota, ia mengedepankan aspek tata kota yang lebih manusiawi. Dan yang paling menjadi perbincangan masyarakat, adalah ketika ia menjadikan mobil karya anak-anak SMK (yang diberi nama Esemka) sebagai mobil dinasnya.

Faisal Basri

Meskipun belum terbukti karirnya sebagai pejabat, tak dapat diragukan lagi konsern Faisal Basri sebagai insan politik yang dekat dengan ideologi pro rakyat, yang bahkan sering disebut beraliran sosialis. Keluarnya Faisal Basri dari PAN adalah karena perbedaan masalah ideologi tersebut.
Keluar dari hiruk-pikuk partai politik, Faisal nyatanya tidak bisa benar-benar lepas dari aktivitas politik. Bersama sejumlah kalangan muda belia, Faisal mendirikan sebuah ormas, Pergerakan Indonesia. Melalui PI-lah Faisal berupaya menyemai benih-benih kebangsaan, keberagaman dan solidaritas.
Bersama sejumlah aktivis sosial lainnya, Faisal ikut menyemplungkan diri dalam sejumlah organisasi seperti Forum Indonesia Damai, Komisi Darurat Kemanusiaan, Dewan Tani Indonesia, dan beberapa organisasi antikorupsi. Dengan sejumlah aktivis LSM, Faisal ikut mendirikan beberapa ornop seperti Yayasan Harkat Bangsa, Global Rescue Network, dan Yayasan Pencerahan Indonesia.

Hidayat Nur Wahid

Tak salah lagi, Hidayat Nur Wahid (HNW) mencerminkan seorang pejabat publik yang kalem, jujur dan sederhana. Karakternya yang bersahabat dan terbuka, menjadikannya sebagai pejabat publik yang disegani, dan relatif tidak mempunyai musuh. Rumah dinasnya di kompleks Widya Chandra, terlihat sederhana dibandingkan dengan rumah-rumah dinas yang lain. Pada saat terpilih menjadi Presiden Partai Keadilan (PK) menggantikan Dr.Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, MSc yang memilih mundur untuk tetap sebagai PNS, tak nampak eskpresi kemenangan yang terpancar di wajahnya begitu ia dinyatakan sebagai Presiden PK terpilih ketika itu.
Jika dibandingkan dengan Jokowi atau Faisal Basri, tampaknya HNW paling tidak mirip dengan Ahmadinejad, terutama dalam hal sikap lugasnya dan penentangannya yang tegas terhadap musuh ideologinya. Tapi dalam diri HNW, ada nilai lain yang membuatnya lebih dekat dengan Ahmadinejad, yaitu sikap kesalehannya, baik dalam agama, maupun dalam hal kesalehan sosial. Sebagai mantan presiden PKS, HNW jelas memiliki persyaratan tentang kesalehan dan pengetahuan agamanya yang mendalam. Dan tidak seperti yang banyak disangkakan oleh sementara pihak, HNW bukanlah orang yang ektrem dan intoleran dalam hal agama. Bahkan dapat dikatakan, sebagai negarawan, HNW sangat toleran, baik dalam agama, dan juga dalam berpolitik. Walaupun saya yakin, bahwa HNW menganut nilai moral yang ketat untuk dirinya maupun keluarganya.

Menanti Ahmadinejad-nya Indonesia

Terus terang, melihat ketiga kandidat calon gubernur di atas, saya seperti melihat harapan menjelmanya kepemimpinan model Ahmadinejad untuk DKI-1 mendatang. Paling tidak, itu tercermin dalam sikap kesederhanaan, non protokoler dan harapan untuk kebijakan yang pro rakyat. Saya berharap, siapa pun di antara ketiganya jika kelak terpilih, akan mampu mewujudkan karakter Ahmadinejad. Jika itu mewujud, maka jalan menuju RI-1 pun bukan hal yang mustahil. Ingat, bahwa Ahmadinejad berhasil terpilih sebagi presiden Iran untuk pertama kali, setelah keberhasilannya menjadi Walikota Teheran, meskipun dengan kampanye yang sangat sederhana, dan tidak sebanding dengan para pesaingnya yang jauh lebih popular kala itu, terutama Mohammad Khatami dan Hashemi Rafsanjani. Dan saya pun yakin, masyarakat Jakarta akan senang dan menyambut hangat calon pemimpin yang sederhana, non protokoler dan merakyat, sebagiamana Ahmadinejad yang dicintai rakyatnya.
Siapa yang tak ingin melihat pejabat kita yang egaliter seperti ini:
1332253901834931960
Atau yang non protokoler dan tak membutuhkan pengawalan ketat seperti ini:
13324930741182155023
Atau yang saleh tapi tetap rendah hati seperti ini (sebagai pejabat, dia rela sholat tidak di shaf terdepan, tidak seperti kebanyakan pejabat di negeri kita):
13322543141673751982
sumber:http://politik.kompasiana.com/2012/03/23/dki-1-menanti-ahmadinejad-nya-indonesia/

DKI-1: Menanti Ahmadinejad-nya Indonesia (2)


DKI-1: Menanti Ahmadinejad-nya Indonesia, ini adalah judul tulisan saya pada tanggal 23 Maret 2012. Pada tulisan itu, saya memprediksi tiga calon gubernur DKI yang menurut saya berpotensi memiliki karakter kepemimpinan seperti Ahmadinejad, mantan Walikota Teheran yang kini menjadi Presiden Iran. Tiga calon tersebut adalah Jokowi, Hidayat Nur Wahid dan Faisal Basri. Tentang Jokowi, saya menuliskan,
 Jika melihat perjalanan karirnya, Jokowi seperti mengulang perjalanan Ahmadinejad sebelum menjabat sebagi Presiden Iran. Sebelum menjadi presiden, Ahmadinejad adalah Walikota Teheran, yang dengan keahliannya di bidang transportasi, Ahmadinejad mampu mengurai masalah kemacetan di Teheran, ibukota Iran.”
Pada paragraf akhir, saya tuliskan, 
Terus terang, melihat ketiga kandidat calon gubernur di atas, saya seperti melihat harapan menjelmanya kepemimpinan model Ahmadinejad untuk DKI-1 mendatang. Paling tidak, itu tercermin dalam sikap kesederhanaan, non protokoler dan harapan untuk kebijakan yang pro rakyat. Saya berharap, siapa pun di antara ketiganya jika kelak terpilih, akan mampu mewujudkan karakter Ahmadinejad. Jika itu mewujud, maka jalan menuju RI-1 pun bukan hal yang mustahil.

Menanggapi tulisan saya di atas, banyak yang menganggap saya terlalu mengada-ada. Terlalu jauh untuk membandingkan Ahamdinejad dengan para calon gubernur DKI. Ada juga yang mengatakan karakter Ahmadinejad tidak cocok menjadi gubernur DKI. Ada juga yang bilang, 
Pembandingnya kurang cucok bro. Klo Ahmadinejad di Indonesia bisa dibacok … syiah soalnya …

Dari komentar-komentar tersebut, saya coba pahami alasan ketidaksetujuan itu. Yang pertama, adanya sikap fobia terhadap Ahmadinejad, yang berasal dari Iran yang diasosiasikan dengan Timur Tengah dan Islam. Mereka menyangka saya sedang mempromosikan pemimpin Islamis untuk DKI-1. Yang kedua ada yang menyangka saya sedang mempromosikan syiah.
Tapi ada juga yang terkejut, tapi menyatakannya dengan jujur, dalam komentarnya, Ahmadinejad?? selama ini yang saya tau ttg presiden yang satu ini bukan hal yg positif. tapi baca artikel ini, saya jadi ingin melihat proflenya. *browse* =) pengen tahu lebioh banyak tentang presiden yang lumayan kontroversial ini.

Ahok Samakan Jokowi dengan Ahmadinejad

Dan kejutan besar terjadi, tanpa saya duga sebelumnya, tulisan saya empat bulan yang lalu, kini menjadi nyata. Tak tanggung-tanggung, bahkan pasangan Jokowi sendiri yang mengamini tulisan saya. Seperti diberitakan tempo.co, Ahok menyamakan pasangannya dalam Pilkada DKI 2012, Joko Widodo, dengan sosok Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Padahal seperti kita tahu, Ahok adalah pasangan Jokowi yang berdarah Tionghoa dan beragama Kristen. Ini adalah pernyataan yang jujur dari seorang Ahok yang ternyata mengidolakan Ahmadinejad, yang secara ideologis tentunya berlawanan. Bahkan, tak segan-segan, Ahok menyamakan pasangannya, Jokowi, dengan Ahmadinejad yang diidolakan itu.
Lebih lanjut, Ahok menyatakan Jokowi akan menjadi panutan dalam memimpin DKI Jakarta seperti halnya Ahmadinejad di Iran. Menurut dia, Ahmadinejad memiliki karakter kuat yang sudah teruji total dalam berbagai tekanan. Dia melanjutkan, karakter kepemimpinan kuat itu teruji sejak Ahmadinejad menjabat Wali Kota Teheran sebelum kemudian menjadi Presiden Iran beberapa tahun setelahnya.
Ahmadinejad berani menghadapi negara adikuasa seperti Amerika sehingga rakyatnya percaya karena karakter sudah teruji,” katanya. Dia menyebut Ahmadinejad sebagai pribadi sederhana dan tetap dekat dengan rakyat. “Dia itu negarawan, tapi berani hidup sederhana. Kepemimpinan seperti itu yang dibutuhkan untuk melayani dan mau berkorban untuk rakyatnya, kata dia.

Nah, inilah yang saya maksud dengan substansi tulisan saya di sekuel pertama judul di atas. Yang saya ambil dari seorang Ahmadinejad adalah karakternya sebagai pribadi yang sederhana, tegas, namun tetap dekat dengan rakyat. Dan perlu saya tambahkan, musuh Ahmadinejad-nya Indonesia bukanlah Amerika, melainkan para kapitalis serakah dan para pejabat yang berkolaborasi dengannya untuk keuntungannya sendiri, dan melupakan pembangunan Jakarta yang lebih manusiawi dan juga melupakan nasib rakyat.

Daftar Persamaan Jokowi dengan Ahmadinejad
Akhirnya, saya ingin membuat daftar persamaan antara Jokowi dengan Ahmadinejad, dengan harapan Jokowi akan benar-benar meneladani karakter kepemimpinan Ahmadinejad yang dicintai rakyatnya, dan juga dengan harapan ini akan menjadi jalan bagi Jokowi menuju RI-1. Ada pun daftar persamaan itu adalah:
  1. Sama-sama mengawali karir politik sebagai walikota. Ahmadinejad mengawali karir politik sebagai Walikota Teheran. Sedangkan Jokowi mengawali karir politiknya sebagai Walikota Solo. Dan dua-duanya sama sukses sebagai walikota.

  2. Sama-sama mendapat penghargaan internasional sebagai walikota terbaik. Ahmadinejad berhasil menyabet penghargaan walikota terbaik dunia versi World Major 2005 dari 550 walikota yg masuk nominasi. Sedangkan Jokowi masuk dalam nominasi 25 walikota terbaik dunia versi City Mayors Foundation.

  3. Sama-sama tak pernah mengambil gajinya sebagai pejabat. Ahmadinejad hanya mengambil gajinya sebagai dosen. Sedangkan Jokowi sudah cukup dengan penghasilannya sebagai pengusaha.

  4. Sama-sama berpenampilan apa adanya, dan tidak suka dengan aturan protokoler yang ribet dan membuat jauh dari rakyatnya. Gaya dan cara berkomunikasinya juga apa adanya, tanpa polesan pencitraan.

  5. Sama-sama tidak “mbody” sebagai pejabat, yang biasanya berperawakan “besar” dan “gendut”. Ahmadinejad kurus dan kecil. Sedangkan Jokowi kurus tapi tinggi.

  6. Sama-sama menganut kebijakan yang populis dan berpihak pada rakyat.

  7. Mohon tambahan dari para kompasianers ……………………
Nah, selamat datang Ahmadinejad “made in Indonesia”. Semoga Jokowi tidak hanya merakyat, tapi juga memiliki ketegasan seperti Ahmadinejad, sehingga mampu membawa DKI Jakarta ke arah yang lebih baik dan manusiawi.

Untuk video-video Jokowi silahkan kunjungi link ini http://jakarta-baru.blogspot.com/
Laga Ibukota : http://youtu.be/kP2yLmOUZzw or http://www.youtube.com/watch?v=kP2yLmOUZzw


Kesederhanaan Ahmadinejad


Siapa yang tak mengenal Mahmoud Ahmadinejad?. Sosok ini begitu sangat dicintai oleh rakyat Iran. Kecintaan rakyatnya terhadap figur Ahmadinejad pun banyak terlukis dari bentuk dukungan rakyat Iran terhadapnya. Segala tindak-tanduk serta sikap yang diambil olehnya pun tak pernah ditentang.

Terlepas dari segala isu, propaganda serta kontroversi dunia barat kepada dirinya sejak lama, namun lagi-lagi Ahmadinejad tetap tak gentar. Dengan lantang ia berani mengambil tindakan, bukan cuma duduk diam dan jadi bahan olok-olokan. Dengan perbuatan ia menyatakan sikap, dan kepada rakyat ia berpihak. Itulah yang membuat rakyat Iran begitu mencintainya.






Pernah suatu ketika Mahmoud Ahmadinejad diwawancarai oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya:

"Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?"
Jawabnya : "Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya."Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran "


Itulah sosok Ahmadinejad, begitu bersahaja sehingga tanggung jawab yang diberikan rakyat Iran kepadanya adalah sebuah amanat penting dari sebuah bangsa yang mesti ia pikul dan memposisikan dirinya sebagai pelayan atas rakyatnya
. 







Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.

Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.


Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.


Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri nya untuk datang kepadanya dan menteri tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menterinya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak





Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya.

Gaji bulanan yaitu sebesar USD$250 ( Rp.2,5 juta). Itu adalah satu-satunya uang pemasukan bagi dirinya, yaitu gaji sebagai dosen disebuah universitas di Iran
.

Ia tak mengambil gajinya sebagai presiden, karena Ahmadinejad berpendapat bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya. 







Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri2 nya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri2 nya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan.

Ia juga menghentikan kebiasaan upacara2 seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal2 spt itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya





Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, tak seperti Amerika yang memiliki AirForce 1 yang difasilitasi dengan perangkat tercanggih di planet ini, justru Ahmadinejad mengubahnya menjadi pesawat kargo berfasilitas minim tak beda dengan kelas ekonomi agar dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya. 





Hari-harinya pun tak serta-merta dihabiskan di istana, tapi ia tinggal dirumahnya yang sangat sederhana, diluar pagar istana. Sangat diluar dugaan jika sebuah negara penghasil minyak bagi dunia seperti Iran memiliki presiden yang teramat sangat jauh dari kesan mewah. 



Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.

Inilah sosok Ahmadinejad sang Presiden Iran yang katanya begitu ditakuti oleh dunia barat. Foto ini memperlihatkan ia tengah tertidur pulas diatas selembar karpet merah. Karpet yang tak beda dengan karpet yang biasa kita miliki diruang tamu. Sambil berselimut alakadarnya dan sebuah bantal sebagai ganjal kepala.

Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal2nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Menurut koran Wifaq, foto yg diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipublikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk Amerika.
 





Menuju "ruang makan" kepresidenan. Sarapan pagi adalah merupakan salah satu rutinitas Ahmadinejad, namun jangan berharap menemukan perangkat makan yang terbuat dari perak yang mahal, karna apa yang anda lihat adalah "ruang makan" presiden Iran.

Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.

Terlihat bahwa Ahmadinejad sedang menikmati sarapan roti keju yang setiap pagi dibuatkan oleh istrinya yang kemudian ia bawa ke kantor dengan menggunakan koper. 







Kesederhanaan presiden Ahmadinejad pun terlihat dari cara berpakaiannya.
Ia tidak pernah memakai dasi bahkan baju yang telah robek pun masih dipakainya. 





Meskipun ia mendapat undangan dari Raja Abdullah, Raja Saudi, namun ia dengan rendah hati menolaknya. Ia lebih memilih naik haji dengan mobil biasa, yang lebih menakjubkan yaitu dengan mobil bak terbuka (pick-up).

Ini bukanlah sekedar cari-cari sensasi untuk mendapatkan simpati publik karena jelas ini bukanlah kali pertama penolakan yang pernah dilakukan oleh pemimpin Iran ini. Penolakan-penolakan fasilitas kenegaraan pun pernah di tolaknya. Hal yang sangat langka yang bisa ditemukan dari seorang pemimpin.




Selalu menjaga waktu shalat di tengah padatnya kegiatan kepresidenan.
Saat suara Azan memanggil Ahmadinejad pun langsung melaksakan tugas ibadahnya meski dimanapun ia berada, dan beralaskan karpet 





Foto ini memperlihatkan sosok Ahmadinejad yang sedang melakukan sholat berjamaah di sebuah masjid di Iran. Menjadi Presiden tidak membuat dirinya merasa istimewa di antara jamaah lainnya dan harus selalu berada di barisan terdepan.





Saat presiden Iran Ahmadinejad berkunjung ke Indonesia tahun lalu, para dubes negara asing termasuk dubes wanita dari salah satu negara Eropa menyodorkan tangannya ingin bersalaman kepada Ahmadinejad. Apa dan bagaimana respon Ahmadinejad?

Pertama dari jauh ia mulai tersenyum memandang wanita tersebut. Semakin mendekat ia mulai membungkukkan kepalanya. Wanita itu terus menyodorkan tangannya hingga paling dekat. Ahmadinejad mebungkukkan badannya. Wanita itu kelihatan  kaget sekali mengira Ahamdinejad tidak melihat uluran tangannya dan tak mengerti soal keyakinan Ahmadinejad. Ia tetap menyodorkan tangan lebih tegas. Ahamdinejad bahkan membungkukkan badannya lebih dekat lagi dan menarik ke dua tangannya ke belakang punggungnya.
Ia tidak mau bersalaman dengan wanita yang bukan muhrimnya, cukup menundukan kepala sebagai rasa hormat.


Semoga suatu saat nanti ada pemimpin kita yang berani meminjam “cermin” Ahmadinejad (http://www.bersama14.blogspot.com/2012/07/ahmadinejad.html)










0 comments to "Ahmadinejad-nya Indonesia : selamat datang Ahmadinejad “made in Indonesia”."

Leave a comment