Home , , , , , , , , , , , , , , , � "Dalam pandangan Islam, sebagai manusia, tidak ada sedikitpun perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan ayat-ayat al-Qur'an, perempuan dan laki-laki sama dalam melangkah ke puncak ketinggian dan kedekatan kepada Allah."

"Dalam pandangan Islam, sebagai manusia, tidak ada sedikitpun perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan ayat-ayat al-Qur'an, perempuan dan laki-laki sama dalam melangkah ke puncak ketinggian dan kedekatan kepada Allah."








Mencermati Peran Perempuan di Kebangkitan Islam



Konferensi Internasional Pertama tentang Perempuan dan Kebangkitan Islam yang digelar di Tehran berakhir dengan pembacaan statemen para peserta. Konferensi Internasional Pertama tentang Perempuan dan Kebangkitan Islam ini mulai digelar hari Selasa 10 Juli 2012 selama tiga hari dengan diikuti lebih dari 1500 perempuan peneliti, cendekiawan dan aktivis politik dan sosial dari 85 negara.

Para peserta dari  85 negara dunia berkumpul bersama tanpa membedakan ras dan mazhab guna membahas peran perempuan dalam berbagai transformasi terbaru di kawasan khususnya gelombang kebangkitan Islam. Selain itu, mereka juga mengkaji bersama kendala dan ancaman terhadap para perempuan. Tak hanya itu, mereka juga mengemukakan gagasan bagi partisipasi muslimah di berbagai bidang termasuk sains, sosial dan politik.

Di konferensi ini lebih dari 500 artikel diserahkan ke enam komisi yang terdiri dari komisi "Pemikiran Islam, Potensi Perempuan dan Sikap Revolusioner", "Perempuan dan Kebangkitan Islam: Peluang dan Ancaman", "Perempuan dan Kebangkitan Islam: Capaian dan Harapan", "Perempuan dan Kebangkitan Islam: Interaksi dan Hubungan", "Perempuan dan Kebangkitan Islam: Keluarga dan Potensi Revolusi", "Perempuan dan Kebangkitan Islam: Perspektif dan Masa Depan." Sambutan kaum perempuan muslim terhadap Kebangkitan Islam mendorong terwujudnya masa depan perempuan Muslim yang lebih cerah.

Para peserta di konferensi ini menilai transformasi sosial terbaru sebagai faktor menguatnya peran perempuan di masyarakat muslim. Mereka menekankan bahwa andilnya para perempuan di kebangkitan rakyat dan urgensitas menjaga berlangsungnya kebangkitan ini menyebabkan kapasitas dan kemampuan mereka di sektor sosial, budaya, politik dan ekonomi dimanfaatkan sebaik mungkin.

Peran perempuan di gelombang kebangkitan Islam dan sekumpulan transformasi bertubi-tubi di negara Arab Timur Tengah dan Afrika Utara tidak dapat dipungkiri lagi. Di sisi lain, perubahan ini akan sangat berpengaruh di kehidupan mendatang perempuan di negara-negara tersebut khususnya di bidang sosial, keluarga, budaya dan politik.

Menyikapi peran perempuan di transformasi negara regional sangat penting apalagi mengingat peran vital mereka di tatanan keluarga sebagai salah satu asas mendasar perubahan ini. Dari sini, di statemen konferensi perempuan dan kebangkitan Islam posisi keluarga dan peningkatan peran perempuan sebagai pendidik menjadi perhatian serius.

Sekjen Forum Internasional Kebangkitan Islam, Ali Akbar Velayati pada pidato penutupan acara itu, menuturkan perempuan tidak hanya mengemban tugas berat sebagai pendidik generasi masa depan dan pendukung kaum laki-laki, tapi juga senantiasa aktif berpartisipasi dalam berbagai front untuk melawan kekuatan-kekuatan arogan dan tiran.

"Umat Islam sama sekali tidak akan melupakan pengorbanan dan perjuangan kaum ibu yang menghadiahkan jiwa, harta dan putra-putrinya untuk menanam tunas Kebangkitan Islam. Umat Islam akan selalu mengenang pengorbanan perempuan di berbagai negara, terutama Palestina dan Lebanon," ujar Velayati.

Forum Internasional Kebangkitan Islam berharap pertemuan tersebut bisa membuka peluang untuk bertukar pikiran dan pandangan serta transfer pengalaman di antara perempuan Muslim di seluruh dunia. (IRIB Indonesia/MF/NA)

Hasil Nyata Jilbab, Memperkenalkan Kecantikan Sejati Kaum Hawa


Doktor Mohammad Ali Azarshab, anggota Komisi Budaya dan Peradaban Islam di Dewan Tinggi Revolusi Budaya Iran, menyatakan bahwa busana Muslimah adalah proteksi kemuliaan dan martabat hakiki seorang perempuan.

Mehr News (10/7) melaporkan, dalam membudayakan jilbab dan busana Muslimah di antara kaum perempuan, langkah awal yang perlu diambil adalah menyelesaikan berbagai masalah berkaitan sebelum menindaklanjuti masalah jilbab itu sendiri.

"Pertama kita harus sukseskan dahulu masalah-masalah yang berkaitan dan baru setelah itu kita memasyarakat jilbab. Karena munculnya ketimpangan tidak akan dapat menyukseskan program perluasan jilbab," katanya.

Menurutnya, "Jilbab adalah ungkapan yang kita gunakan. Adapun inti masalah dalam jilbab dan busana islami adalah bahwa seorang perempuan harus berbusana sebagai seorang insan mulia dan bukan sebagai sarana pelampiasan hawa nafsu."

Ditambahkannya, makna busana islami bukan berarti bahwa kecantikan perempuan harus disembunyikan, akan tetapi bahwa kecantikan perempuan dapat tercerminkan pada partisipasinya dalam masyarakat, berbagai aktivitas, kesantunan, kepiawaiannya dalam mengurus rumah tanggah, dan dalam mendidik putra-putrinya. Semuanya dapat dilakukan dengan baik oleh kaum perempuan mengingat Allah Swt telah melimpahkan banyak karunia khusus kepada kaum hawa, yang akan mencerminkan kecantikan sejati mereka.

Penasehat Hubungan Internasional Menteri Pendidikan dan Bimbingan Iran ini mengatakan, "Sayang sekali di Barat, perempuan telah menjadi produk hawa nafsu dan oleh karena itu mereka cenderung mengarah pada budaya bertelanjang."

Doktor Azarshab menegaskan, "Jilbab berkaitan dengan sisi transendental dalam Islam. Agama ini adalah kekuatan maha dahsyat yang akan mengantar manusia pada kesempurnaan. Dan Islam memiliki bimbingan yang luar biasa untuk kaum perempuan."

Pengajar Universitas Azad Tehran ini juga mengatakan bahwa dampak dari jilbab adalah memperkenalkan manusia pada kecantikan yang sejati, karena bagaimana pun hawa nafsu akan menjadi penghalang menuju kesempurnaan.

Jika jilbab diperkenalkan secara proporsional dalam masyarakat, maka kemuliaan dan martabat hakiki kaum perempuan juga akan terwujud. Tidak hanya itu akan tercipta keseimbangan antara rasionalitas dan seksualitas dalam masyarakat.

Dalam prosesnya, menurut Azarshab, kita harus menjelaskan filsafat jilbab dan maknanya yang benar kepada masyarakat. Kemudian, berbagai masalah yang berkaitan termasuk masalah-masalah sosial, budaya, ekonomi, ideologi, politik, dan lain-lain, harus terlebih dahulu diselesaikan sehingga kita dapat menyukseskan perluasan jilbab. Karena jika terjadi ketimpangan, maka upaya-upaya memasyarakatkan juga tidak akan tersandung. (IRIB Indonesia/MZ/PH)

Iran Selenggarakan Konferensi Internasional 

Perempuan Pertama

Tehran saat ini menjadi tamu para aktivis perempuan dari 80 negara dunia. Sekitar 70 persen dari mereka dari kalangan ahlus sunnah, sedangkan 30 persennya dari Syiah. 


 Iran Selenggarakan Konferensi Internasional Perempuan PertamaMenurut Kantor Berita ABNA, Republik Islam Iran untuk kesekian kalinya mengadakan konferensi tingkat Internasional bertemakan kebangkitan Islam yang kali ini mendatangkan lebih dari 1400 aktivis perempuan dari sekitar 85 negara. Berikut catatan Purkon Hidayat yang dirilis situs berita IRIB Indonesia mengenai konferensi tersebut:

Konferensi Internasional "Perempuan dan Kebangkitan Islam" digelar selama dua hari yang dihadiri lebih dari 1400 orang aktivis perempuan yang bergerak di bidang akademis, sosial, budaya dan politik dari berbagai negara dunia. Perhelatan akbar yang berlangsung sejak Selasa (10/7) ini menjadi bagian dari rangkaian acara Dewan Internasional Kebangkitan Islam yang dimulai sejak September tahun lalu.

Konferensi Internasional Kebangkitan Islam digelar di Tehran pada tanggal 17-18 September 2011. Adapun Konferensi Pemuda dan Kebangkitan Islam dilaksanakan pada tanggal 29-30 Januari 2012 dengan menghadirkan lebih dari 1.000 pemuda dan aktivis dari seluruh dunia. Pada kedua pertemuan itu, ratusan cendekiawan, pemikir, sosiolog, sejarawan, dan pemuda revolusioner dari berbagai negara dunia, terutama dunia Islam secara antusias mendiskusikan berbagai isu yang berhubungan dengan Kebangkitan Islam.

Sekretariat Dewan Internasional Kebangkitan Islam hingga kini berhasil menggelar tiga konferensi yaitu "Kebangkitan Islam", "Pemuda dan Kebangkitan Islam", serta "Penyair dan Kebangkitan Islam". Ketiga konferensi itu mendapat perhatian besar dari aktivis, pemikir dan pengambil keputusan di berbagai bidang di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Terkait urgensi kebangkitan Islam Penasehat Ayatullah Sayid Ali Khamanei Bidang Internasional, Doktor Ali Akbar Velayati mengatakan, "Pada dasarnya, Kebangkitan Islam merupakan sebuah kesadaran luas dan mendalam yang berusaha membebaskan bangsa-bangsa Muslim dari perbudakan pikiran, politik, dan ekonomi. Gerakan itu berusaha mewujudkan kemajuan dan persatuan di tengah umat Islam."

Penyelenggaran Konferensi internasional Perempuan dan Kebangkitan Islam digelar mengingat urgensi peran perempuan dalam transformasi kawasan. Isu perempuan dan kebangkitan Islam menarik untuk dikaji dari berbagai dimensi. Dan dalam konferensi kali ini diwujudkan melalui berbagai komisi terkait. 

Kebangkitan Islam di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dalam 18 bulan terakhir berhasil menumbangkan empat rezim despotik di Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman. Transformasi tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran perempuan yang tidak kecil. Di sisi lain, tranformasi tersebut juga menentukan masa depan perempuan ke depan.

Menengok perjalanan jejak kedudukan perempuan dalam revolusi Iran, Revolusi Islam telah membuyarkan semua asumsi keliru tentang perempuan. Tidak bisa dipungkiri, perempuan Iran berada di garda depan dalam revolusi Islam. Revolusi ini jelas tidak mungkin terjadi tanpa kontribusi kaum perempuan Iran. Tanpa kehadiran perempuan, revolusi akan kehilangan separuh kekuatan revolusionernya.
Kaum perempuan Iran juga merupakan kekuatan budaya yang sangat berpengaruh dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Terkait hal ini, Bapak Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ra berkata, "Seandainya kaum perempuan tidak berpartisipasi dalam kebangkitan ini, revolusi Islam tidak akan berjaya."

Kebangkitan Islam dan revolusi di bawah komando Imam Khomeini ra menempatkan kaum perempuan dalam poros aktivitas politik dan menyerahkan bendera revolusi kepada kaum perempuan tanpa sedikitpun mengusik ketentuan hijab, wibawa Islami, iffah dan kualitas ketakwaan mereka. Siapapun tidak pernah memberikan hak sedemikian besar kepada kaum perempuan Iran dan muslimah.

Berkat revolusi Islam, kaum perempuan Iran di tempatkan pada posisi idealnya. Mereka dapat berkecimpung di dunia sains dan akademik tanpa mengurangi sedikitpun kualitas keagamaan, iffah, ketakwaan, kepribadian dan martabatnya sebagai muslimah. Mereka juga tidak mendapat hambatan apapun di ranah ilmu keagamaan. Mereka sekarang bisa berkiprah di gelanggang politik, sosial, jihad, layanan publik dan lain sebagainya sambil tetap mempertahankan hijab dan wibawanya sebagai muslimah sejati. Kini, gerakan-gerakan Kebangkitan Islam telah memisahkan nasib mereka dari para penguasa tiran yang menjadi boneka AS dan bergerak di jalan kemerdekaan dan kebebasan dengan partisipasi kaum perempuan.

Islam memberikan perhatian khusus mengenai kedudukan perempuan. Agama ilahi ini mempertimbangkan berbagai faktor mulai dari struktur fisik, emosi dan naluri, hukum dan aspek perempuan lainnya. Meski perempuan pada dasarnya memiliki fisik yang lemah dan lembut, namun ia memiliki perasaan dan naluri yang kuat, yang diciptakan oleh Allah swt guna mengemban tugas pendidikan dan pengajaran masyarakat untuk menghantarkan umat manusia kepada kesempurnaan.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa Islam sangat memuliakan perempuan. Rahbar mengatakan, "Dalam pandangan Islam, sebagai manusia, tidak ada sedikitpun perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan ayat-ayat al-Qur'an, perempuan dan laki-laki sama dalam melangkah ke puncak ketinggian dan kedekatan kepada Allah."

Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menilai krisis wanita dewasa ini merupakan salah satu problema paling krusial bagi setiap peradaban, masyarakat dan negara. Rahbar menyebut perspektif Barat terhadap perempuan sebagai pandangan yang menyimpang, kesesatan yang nyata, penghinaan terbesar, dan penistaan terhadap kehormatan perempuan. Pernyataan itu disampaikan Rahbar Rabu malam (5/1) dalam seminar pemikiran strategis ketiga dengan tema ‘Perempuan dan Keluarga'.

Beliau mengatakan, "Tidak seperti yang dibayangkan, tindakan yang dilakukan orang-orang feminis ternyata justru merugikan kaum perempuan. Sebab, dengan melecehkan perempuan mereka menjadikannya sebagai alat pemuas nafsu. Dan sayangnya, opini umum di Barat memandang masalah ini sebagai fenomena yang lumrah dan bisa terima."

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa musuh menjadikan masalah perempuan sebagai salah satu sasaran serangan politik dan propaganda terhadap pemerintahan Islam di Iran. Karena itu masalah perempuan harus mendapat perhatian penuh. Ditegaskannya, "Dengan melakukan pencerahan kepada opini umum masyarakat dunia, kita jangan memberi kesempatan kepada Barat untuk mewujudkan target para pembuat keputusan dan penyusun agendanya dalam menyerang dasar-dasar ajaran Islam dalam masalah perempuan."

Tehran saat ini menjadi tamu para aktivis perempuan dari 80 negara dunia. Sekitar 70 persen dari mereka dari kalangan ahlus sunnah, sedangkan 30 persennya dari Syiah. Sebelum mengikuti seminar, mereka diajak menikmati perjalanan ke Isfahan, Qom dan Mashhad dengan tujuan mengetahui dari dekat kemajuan Iran dewasa ini terutama aktivitas Iran di bidang sosial, budaya dan politik serta olahraga.

Pada konferensi internasional dan kebangkitan Islam kali ini lebih dari 400 paper dikaji dalam enam komisi yang terdiri dari komisi "Pemikiran Islam, Potensi Perempuan dan Sikap Revolusioner", "Perempuan dan Kebangkitan Islam: Peluang dan Ancaman", "Perempuan dan Kebangkitan Islam: Capaian dan Harapan", "Perempuan dan Kebangkitan Islam: Interaksi dan Hubungan", "Perempuan dan Kebangkitan Islam: Keluarga dan Potensi Revolusi", "Perempuan dan Kebangkitan Islam: Perspektif dan Masa Depan." Sambutan kaum perempuan muslim terhadap Kebangkitan Islam mendorong terwujudnya masa depan perempuan Muslim yang lebih cerah.

Presiden Iran Tekankan Peran Penting Perempuan

Dalam sambutannya membuka Konferensi internasional "Perempuan dan Kebangkitan Islam", Presiden Iran Ahmadi Nejad menyatakan, " Jika perempuan bangkit, maka seluruh masyarakat bangkit." 

 Presiden Iran Tekankan Peran Penting PerempuanMenurut Kantor Berita ABNA, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad di depan lebih dari seribu Muslimah dari 85 negara, termasuk dari Indonesia, mengatakan perempuan mempunyai peran penting dan sangat berpengaruh khususnya untuk pembangunan sosial.

"Jika perempuan bangkit, maka seluruh masyarakat bangkit," kata Ahmadinejad pada pidato pembukaan Konferensi Internasional Tentang Perempuan dan Kebangkitan Islam, di Teheran, Iran, Selasa (10/7).

Presiden Iran memuji perempuan sebagai manifestasi kebesaran dan kesempurnaan Tuhan seperti yang terlihat dari sifat-sifat kasih sayang perempuan.

Semua pria yang berhasil berutang budi pada ibu mereka yang telah membesarkan mereka dengan kasih sayang, ujarnya.
Ahmadinejad percaya bahwa semua perubahan memerlukan peran perempuan, seperti telah terbukti di Iran dan belahan lain di dunia, antara lain Mesir dan Tunisia.

Ia pun menyerukan reformasi atau perubahan di seluruh dunia menuju ke arah yang lebih baik. 
Islam dan Al Quran bersifat universal yang bertujuan untuk menyelamatkan seluruh manusia di dunia, agar dapat hidup bermartabat dan mulia.
Umat manusia perlu bangkit dari kehinaan, tekanan, tirani serta kemiskinan agar bisa merasakan manisnya hidup bermartabat.
Turut hadir di konferensi internasional tersebut delegasi Indonesia yang beranggotakan 15 perempuan yang mewakili perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat seperti MER-C, atas undangan Pemerintah Iran.

Menuntut Ilmu Sejam Lebih Baik dari 

Shalat Semalam Suntuk

"Satu jam kalian belajar dengan duduk pada suatu majelis ilmu, lebih Allah sukai dibanding mendirikan shalat sunnah semalam suntuk selama seribu malam, yang setiap malamnya diisi dengan mendirikan seribu raka'at." 

 Menuntut Ilmu Sejam Lebih Baik dari Shalat Semalam SuntukMenurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah Luthfullah Shafi Ghulpaghani, dalam pertemuannya dihadapan sejumlah santri di kota Masyhad Iran mengaskan bahwa tidak ada perkhidmatan dalam Islam melebihi menyibukkan diri dengan mempelajari agama, sejarah Islam dan menyampaikan ajaran-ajaran al-Qur'an ke masyarakat luas. "Pahala, hasil dan keberkahan yang diperoleh seorang muslim yang duduk dalam majelis ilmu ataupun menuntut ilmu di pondok-pondok pesantren sulit ditakar nilainya." Ungkapnya. 

Ulama tersebut melanjutkan pesannya, "Pada malam Lailatul Qadr, malam yang penuh keberkahan dan keagungan adalah malam yang sangat tepat untuk meraup ilmu sebanyak-banyaknya lewat belajar masalah-masalah keagamaan, tafsir Qur'an dan masalah fiqh."
Beliau menekankan agar para santri mengetahui betapa pentingnya memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin sebagai santri (penuntut ilmu agama),"Kesempatan dan taufiq terbesar telah Allah SWT berikan kepada kalian. Keberadaan kalian dalam madrasah dan kehadiran asatid yang siap mengajar dan mendidik kalian adalah sebuah keberuntungan yang besar."

"Satu jam kalian belajar dengan duduk pada suatu majelis ilmu, lebih Allah sukai dibanding mendirikan shalat sunnah semalam suntuk selama seribu malam, yang setiap malamnya diisi dengan mendirikan seribu raka'at." Lanjutnya. 

Guru Besar Hauzah Ilmiyah Qom Iran tersebut selanjutnya menegaskan santri dengan mempelajari ilmu agama akan mengetahui perkara halal haram di sisi Allah SWT yang dengan pengetahuan itu ia akan menyampaikannya kepada masyarakat. Beliau berkata, "Petunjuk dari al-Qur'an dan Ahlul Bait as maupun dari Nahjul Balaghah dan riwayat lainnya yang sampai kepada kita, dipenuhi oleh ma'rifat dan ilmu. Barangsiapa yang hendak mengenal Allah dengan baik dan benar maka jalur yang mesti ditempuhnya adalah melalui periwayatan Ahlul Bait as. Tidak satupun yang luput dari pengetahuan para Maksumin as, pertanyaan apapun yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dengan izin Allah mereka tahu jawabannya." 

Ayatullah Shafi Ghulpaghani lebih lanjut menjelaskan keutamaan mereka yang menuntut ilmu Ahlul Bait as, "Barang siapa yang meriwayatkan hadits dari Ahlul Bait yang dengan itu memperkokoh keyakinan umat Syiah maka itu lebih afdhal dari amal seribu orang ahli ibadah."

Beliau pun mengingatkan, jika sekiranya umat muslim menjalankan dengan baik ajaran agamanya dan menyampaikan ke seantero dunia mengenai pesan akhlak Islam dan Qur'an maka perhatian dunia kepada Islam akan lebih besar. Ulama marja taklid tersebut berkata mengenai hal tersebut, "Nabi Muhammad saww diutus untuk mengajarkan kepada umat manusia mengenai makarim akhlak , karenanya sebagai pengikut nabi Muhammad saww tugas itupun harus kita emban, menyampaikan dan mengajarkan akhlak islam kepada umat manusia sedunia."
Menurutnya hari ini umat manusia jauh dari makarim akhlak. Beliau berkata, "Banyak dari kaum muda Islam yang meniru gaya hidup orang Barat yang justru bertentangan dengan nilai-nilai akhlak Islam. karenanya kepada para santri, cendekiawan, penulis dan intelektual Islam untuk lebih mengutamakan menyampaikan masalah akhlak Islam kepada generasi muda tersebut agar bisa terselamatkan dari pergaulan dan gaya hidup yang menyimpang."

"Insya Allah kita akan mampu melalui tantangan zaman ini dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Mari berpegang pada petunjuk Al-Qur'an dan Ahlul Bait dan para ulama yang Rabbani, serta menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah dituntunkan agama." Tutupnya. 

Persatuan Umat Islam dalam Pandangan Imam

 Khomeini

Imam Khomaeini berkata: Jika engkau memiliki pemahaman yang cukup, engkau tidak akan terpengaruh provokasi orang-orang yang menginginkan perpecahan di antara kalian.
 

 Persatuan Umat Islam dalam Pandangan Imam KhomeiniPersatuan, adalah hal yang mudah difahami namun selalu saja ada halangan dan kendala bagi umat Islam untuk mewujudkannya; entah kendalanya karena memang mereka tidak mampu mewujudkan persatuan tersebut, atau karena mereka tidak mau. Salah satu bukti nyatanya adalah: sudah 150 tahun lamanya tokoh-tokoh Islam dunia berbicara tentang persatuan, namun sampai saat ini juga Muslimin tetap berpecah belah di hadapan musuh-musuh mereka dan problema terbesar umat masih saja masalah perpecahan. Yang jelas maksud kami dari kata Muslimin adalah adalah umat Islam secara umumnya, mencakup para cendikiawan, politikus, ulama, dan seterusnya sampai masyarakat awam yang hidup bersama dalam satu komunitas dan setiap orang dari mereka adalah anggota keutuhan ini. Tentunya dalam setiap lapisan masyarakat pasti ada orang-orang yang benar-benar memahami pentingnya persatuan dan mereka pun berusaha keras untuk mewujudkannya; namun jika kita perhatikan satu per satu, hasil upaya mereka masih jauh berada di bawah tingkat ideal.

Oleh karena itu, saat ini di satu sisi musibah terbesar yang menimpa umat Islam adalah perpecahan, dan di sisi yang lin musuh-musuh Islam memanfaatkan fenomena perpecahan ini untuk menghantamkan pukulan keras ke dada Muslimin lalu melancarkan aksi-aksinya, seperti mengeruk kekayaan materi dan spiritual negara-negara Islami, menjajah, setiap saat berusaha melunturkan budaya-budaya Islami, dan mengkontrol gerak gerik-politik negara-negara yang telah dikuasainya.

Kalau kita menengok perkataan-perkataan Imam Khumaini, sikap-sikap politik dan sosialnya, kita akan mendapati bahwa dalam persepsinya persatuan bukan hanya sekedar saran yang hanya perlu didengarkan saja, bahkan perlu diwujudkan dan merupakan solusi terbesar bagi umat Islam untuk mengumpulkan kekuatan guna menghadapi musuh-musuh mereka yang zalim. Karena itu juga musuh-musuh Islam selama ratusan tahun menjadikan perpecahan Muslimin sebagai solusi terbaik untuk menguasai dan memperpanjang umur kekuasaan mereka di negara-negara Islami. Dengan jalan ini juga mereka mencapai tujuan-tujuan penjajahan dan permusuhannya.

Sungguh menakjubkan selama ratusan tahun Muslimin tidak mampu menyelesaikan permasalahan ini dan Muslimin tetap berpecah belah di depan semua ancaman-ancaman musuh mereka. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa musuh-musuh kita lebih berhasil dalam menjalankan misi-misinya daripada kita. Bukti nyata yang paling jelas saat ini juga adalah berkuasanya musuh-musuh atas negara-negara Islam sedang Muslimin tetap dalam perpecahannya. Singkatnya, perpecahan kita sama dengan kemenangan musuh. Selama kita tetap dalam perpecahan ini, selama itu juga musuh menang. Kita dapat berbangga diri ketika kita bersatu dan musuh kalah karena persatuan ini.

Terkadang keberhasilan musuh dalam mewujudkan perpecahan, tidak hanya terlihat melalu adanya ikhtilaf antar satu umat Islam yang berada dalam satu negara saja, bahkan antara satu negara Islam dengan negara lainnya! Inilah hasil kerja keras musuh-musuh kita yang ditujang denga pasokan dana luar biasa hanya karena mereka tidak mau kita umat Islam memperoleh kembali kekuatan dan kejayaan yang pernah diraih sebelumnya. Kita tidak bisa hanya diam berharap mereka berhenti menjalankan siasat perpecahan umat Islam ini; karena semua keuntungan mereka benar-benar bergantung pada perpecahan kita. Kita juga tidak bisa diam saja dengan berharap kaki tangan mereka yang kini menyamar sebagai “musuh dalam selimut” berhenti menjalankan misinya; karena keuntungan-keuntungan duniawi mereka bergantung penuh pada pekerjaan ini. Mereka akan tetap mengulang-ulang perkataan musuh-musuh kita, mewujudkan impian-impian mereka, menyamarkan siapakah musuh yang sebenarnya, dan memprovokasi perpecahan dalam satu kaum dan umat Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak sekali “musuh dalam selimut” di negara kita yang bekerja untuk mereka; mereka adalah pengkhianat yang menjual tanah air dan budaya bangsa sendiri untuk kepentingan-kepentingan duniawi. Mereka adalah orang-orang munafik yang mengenakan pakaian pejabat, cendikiawan, ulama, mufti, dan lain sebagainya; dengan cara ini mereka dapat beraksi dengan mudah dari dalam tubuh sebuah bangsa. Kita juga tidak bisa mengharap negara-negara yang benar-benar telah tunduk pada musuh kita untuk mewujudkan persatuan umat Islam ini.

Oleh karena itu, yang dapat kita harapkan untuk diajak bekerjasama mewujudkan impian ini adalah mereka yang benar-benar menyadari siapa musuh dan tidak bergantung sama sekali kepada mereka. Mereka adalah segenap umat Islam yang bebas dan tidak bergantung kepada musuh-musuh Islam; dengan syarat mereka harus benar-benar memahami arti persatuan ini, dan kedua mereka juga harus memiliki jiwa yang tulus dan ikhlas di jalan ini. Karena setiap orang yang menyadari kebenaran sesuatu, maka ia pasti membenarkannya dan melakukan segala usaha untuk menegakkannya. Yang terpenting adalah ketulusan dan kesucian jiwa. Orang yang jiwanya tulus, ikhlas dan suci, senantiasa terlepaskan dari belenggu keinginan-keinginan duniawi dan pribadi; orang-orang seperti ini yang dapat mewujudkan persatuan dan mengabaikan provokasi perpecahan; orang seperti ini yang mampu membedakan antara bisikan-bisikan rahmani (bisikan kebaikan) dengan bisikan-bisikan syaitani (bisikan setan).

Imam Khumaini berkeyakinan bahwa kepemilikan ma’rifat dan jiwa yang tulus adalah kunci keselamatan hidup di tengah-tengah provokator perpecahan. Ia berkata: Kita harus mengejar kekuatan dan persatuan kita. Pemerintah dan masyarakat tidak boleh menganggap ini adalah pemerintah dan ini adalah masyarakat (memisah-misahkan keduanya), karena kita semua adalah sekumpulan rombongan yang berjalan bersama menuju alam akhirat; kita harus menaati Tuhan dan kita harus selalu bersama-sama. Jika kita seperti itu, maka kemenangan adalah milik kita, dan kemenangan itu adalah hadiah Ilahi dan pertolongan-Nya untuk kita. Namun jika tidak demikian, jika kemenangan itu adalah hasil dari kekerasan dan paksaan, maka itu bukan kemenangan dan hakikatnya adalah kekalahan besar. Oleh karena itu kita harus bersama-sama. Kita harus menaati Tuhan dengan cara tidak berikhtilaf dan selalu menjaga persatuan. Kita harus menggalang persatuan umat ini, dan jika memang kita telah bersatu, maka kita harus menjaganya dengan baik. Kita harus melanjutkan perjalanan ini dan kita tidak boleh mendengarkan ucapan pihak-pihak yang ingin memecah belah tubuh umat ini… jika kita bersatu, tidak ada satu pun yang bisa mengusik kita; kita harus bersatu dalam menaati Allah. (Shahife e Emam, jilid 19, halaman 206 – 207)

Ia juga berkata: Kita harus memiliki kesatuan dan kita harus menjaganya. Kita tidak boleh mendengar omongan orang-orang yang menginginkan perpecahan di antara kita. Mereka yang bertentangan dengan persatuan adalah orang-orang yang membuat kerusakan. Jadi kita tidak boleh mendengarkan ucapan orang-orang yang berbuat kerusakan seperti mereka. Jika kalian tidak ingin terpengaruh dengan ucapan-ucapan mereka, maka kalian harus memiliki makrifat, maknawiah dan jiwa yang tulus nan ikhlas. Ucapan-ucapan mereka hanya berpengaruh pada hati orang-orang yang lemah makrifat dan jiwanya.

Ucapan beliau yang lainnya: Sekitar sejak 150 tahun yang lalu tokoh-tokoh dunia Islam berbicara tentang persatuan Islami di hadapan bahaya para penjajah-penjajah Barat dan menyatakan bahwa perpecahan adalah problema umat Islam yang terbesar; namun problema ini sampai sekarang juga tetap berada di tempatnya. Ini menunjukkan bahwa umat Islam belum menempuh jalan yang seharusnya ditempuh untuk mewujudkan persatuan ini. Sedangkan musuh-musuh Islam yang menganggap perpecahan umat ini sebagai solusi untuk meraih kepentingan-kepentingan mereka, dengan baik mereka menjalankan usaha-usahanya hingga saat ini.

Beliau juga berkata: Perpecahan di dunia Islam adalah jaminan keberhasilan musuh-musuh Islam dalam menguasai kita. Selama kita tidak merubah kenyataan ini, dunia Islam tidak akan bisa keluar dari kekuasaan musuh. Oleh karena itu seharusnya umat Islam memikirkan cara terbaik untuk keluar dari lingkaran ini daripada sibuk berselisih.
sumber:abna.ir/2012/07/13/friday
Dan juga beliau berkata: Banyak sekali kaki tangan musuh kita yang menyelinap di dalam tubuh umat Islam, mereka menyamar sebagai cendikiawan, politikus, ulama yang fanatik, mufti, dan lain sebagainya; dan kita tidak bisa mengharapkan mereka untuk mewujudkan persatuan umat. Karena mereka semua bekerja untuk kepentingan musuh-musuh dan para penjajah. Oleh karenanya hanya Muslimin sejati yang harus memikirkan jalan menuju persatuan tanpa mendengarkan kata-kata kaum munafik yang ingin memecah belah umat.




0 comments to ""Dalam pandangan Islam, sebagai manusia, tidak ada sedikitpun perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan ayat-ayat al-Qur'an, perempuan dan laki-laki sama dalam melangkah ke puncak ketinggian dan kedekatan kepada Allah.""

Leave a comment