Home , , , , , , , , , , , , , , , , , , � YAUMUL QUDS & KEBOHONGAN MEDIA MAINSTREM....!!!!!!

YAUMUL QUDS & KEBOHONGAN MEDIA MAINSTREM....!!!!!!










 

 

Dihari Yaumul quds yang bertepatan tanggal 17 Agustus 2012 yang merupakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, sempatkah kita membayangkan dan memikirkan negara Palestina yang sampai hari ini masih TERJAJAH didalam negaranya sendiri yang telah "Dirampok" oleh Zionisme Israel. Kemudian dalam beberapa pekan ini  kita disuguhkan akan terzaliminya muslim Mynmar yang kemudian pemberitaan seolah telah terjadi "perang" antara agama Budha dan Islam ...TIDAK wahai saudaraku sesama manusia...Yang salah "Oknum"nya bukan agamanya.....Ingatkah kalian dulu ketika Pendeta terry Jones "Memprovokasi" ummat Kristiani dengan membakar Al'Qur'an agar ISLAM dan KRISTEN terjadi "Perselisihan".......TIDAK wahai saudaraku sesama manusia...Yang salah "Oknum"nya bukan agamanya....Kemudian ingatkah kalian ketika IRAQ dijadikan ajang "Permainan" oleh mereka yang mengaku menjunjung tinggi  Hak Azasi Manusia (HAM) yaitu oleh tentara pendudukan yang sudah mempunyai sifat Zionisme, mereka kemudian mengeluarkan dari penjara ekstremis yang beraliran ISLAM RADIKAL dengan mengadakan isu Mazhab dalam Islam dengan cara mengebom mesjid Islam Sunni agar Islam Syi'ah "Terhasut" dan begitu juga sebaliknya  mengebom mesjid Islam Syi'ah agar Islam Sunni "terpancing" untuk bertengkar sesama ISLAM....TIDAK wahai saudaraku sesama manusia...Yang salah "Oknum"nya bukan mazhabnya.....Ingatkah kalian tentang "TRAGEDI" Perang Salib, kenapa dikatakan tragedi karena peperangan tersebut tidak akan terjadi kalau tujuannya memperluas wilayah ISLAM, bukankah ISLAM itu La iqraha fiddin (Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam), bukankah yang dicontohkan Rasulullah dalam peperangan adalah "DEFENSE" atau mengutamakan pertahanan ketimbang "ATTACK" atau penyerangan, jadi dihari Yaumul Quds bukan ISLAM nya yang diperjuangkan, akan tetapi bangsa Palestina yang "TERZALIMI" yang pantas diperjuangkan untuk meraih kemerdekaan ditanahnya sendiri dan ini adalah bentuk perjuangan lintas agama, apapun agama kalian hingga kalian yang tidak beragama pasti mempunyai "HATI" atau perasaan Bagaimana kalau hal yang dialami bangsa Palestina dialami oleh keluarga atau kita sendiri....Zionis Israel pun berkata "Kami datang, kami menang perang ...kalian mau apa wahai bangsa Palestina????!!!!....dan saat ini supaya ummat manusia ketahui, dimasyarakat Zionis Israel pun mereka sudah "Muak" dengan pemerintah Zionis Israel sekarang ini yang  semakin hari semakin membuat jurang pemisah yang amat dalam antara yang miskin dan yang kaya, sampai-sampai ada seorang nenek warga Zionis Israel yang membakar diri demi memperjuangkan hak "kaum yang tertindas/terzalimi........HIDUP PERSATUAN ISLAM...HIDUP PERSATUAN UMMAT MANUSIA....

Hari Quds Sedunia: MITOS ZIONISME; Membangun Opini Umum


Istilah opini umum memiliki beberapa definisi tersendiri namun secara keseluruhan, opini umum adalah penilaian-penilaian kolektif yang dimiliki oleh individu-individu sebuah masyarakat mengenai suatu topik ataupun fenomena tertentu. Namun dewasa ini, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi adanya opini umum. Sebagai contoh, opini umum masyarakat dapat diubah atau dihancurkan dengan memanfaatkan berbagai sarana seperti, media massa. Cara pemutarbalikan opini umum sedemikian canggihnya, sehingga sebagian masyarakat tidak menyadari, apa yang telah terjadi pada diri mereka.

Di antara contoh-contoh gamblang dari pengelabuan opini umum melalui propaganda adalah gambaran-gambaran yang diberikan oleh orang-orang Zionis serta pendukung mereka, tentang masa silam kaum Yahudi. Dalam opini umum, bangsa Yahudi adalah sebuah bangsa yang terusir dari semua tempat, tertindas, dan tidak memiliki perlindungan dan tanah air. Israel adalah satu-satunya tempat berlindung bagi kaum Yahudi dan zionisme  dikenalkan sebagai satu ideologi yang mau tidak mau harus diterima oleh orang-orang Yahudi.

Gambaran seperti ini  telah sedemikian jauh mempengaruh masyarakat dunia, khususnya,  opini umum masyarakat Eropa, sampai-sampai dalam undang-undang resmi negara seperti Perancis yang dikenal sebagai anti rasialisme, membuat satu pasal khusus bagi membela orang-orang Yahudi. Penisbatan kesatuan ras kepada orang-orang Yahudi yang hidup terpencar dan terpisah-pisah di antara berbagai bangsa, dan pemisahan mereka dengan ras-ras yang lain, adalah buah hasil propaganda-propaganda rasialis yang dilakukan oleh para pendiri Zionisme dari satu sisi, dan dari arah lain oleh sebagian orang yang anti Semit dengan tujuan memisahkan orang-orang Yahudi dengan bangsa-bangsa lain.

Berlandaskan atas pemikiran inilah, Theodor Herzl pada tahun 1896 menulis Buku "Negara Yahudi", dan membuat dasar-dasar umum pembentukan Rezim Zionis agar terlahir sebuah negara khusus untuk orang-orang Yahudi. Akan tetapi, sewaktu ide dan inisiatif Theodor Herzl ini dikemukakan, sampai saat itu orang-orang Zionis belum mengincar wilayah tertentu  guna mendirikan tanah air atau Father Land bagi kaum Yahudi. Dan bahkan Binsker, seorang penulis Yahudi asal Rusia, dalam bukunya menginisiatifkan pendirian Negara Yahudi di Amerika atau Afrika Selatan.

Hancurnya Imperium Ottoman pasca Perang Dunia Pertama dan diserahkannya pengaturan wilayah Palestina kepada Inggris, telah menyebabkan negara penjajah ini mengekalkan dominasi di wilayah strategi Timur Tengah dan negara-negara Islam. Inggris kemudian menjadikan pembentukan negara merdeka Yahudi di bumi Palestina sebagai agenda utama politik luar negerinya. Namun dalam tahap pertama, dikarenakan orang-orang Yahudi dunia menolak pemikiran Zionisme dan penarikan orang-orang Yahudi dari tengah-tengah Bangsa lain, keinginan Inggris itu tidak terlaksana.

Namun kekejian-kekejian Hitler terhadap umat manusia, termasuk terhadap orang-orang Yahudi dan kebenciannya terhadap ras selain rasnya sendiri, yaitu ras Arya, memberi alasan terbaik bagi para tokoh Zionis dalam pendirian sebuah pemerintahan Yahudi. Dalam hal ini, agen-agen propaganda profesional yang beraliansi dengan Zionisme memulai usaha luas, untuk membesar-besarkan angka orang-orang Yahudi yang menjadi korban Hitler.

Dengan cara melipat gandakan, entah beberapa ratus kali, jumlah orang-orang Yahudi yang menjadi korban keganasan tentara Nazi, dan menampilkan orang-orang Yahudi sebagai kaum yang tertindas, mereka berupaya merealisasikan sebagian besar dari mimpi-mimpi mereka yaitu mengumpulkan orang-orang Yahudi yang terpencar-pencar diberbagai negara ke bumi Palestina. Sampai dewasa inipun, Rezim Zionis menggunakan masalah ketertindasan orang-orang Yahudi dalam Perang Dunia II, sebagai alat untuk mendapatkan ganti rugi. Dan masalah inipun juga digunakan sebagai senjata untuk menyangkal siapa saja yang menentang garis kebijaksanaan Rezim Zionis.

Disebabkan oleh hiruk-pikuk propaganda mengenai orang-orang Yahudi yang terbunuh, dewasa ini jutaan korban Perang Dunia Kedua, yang terdiri dari berbagai ras, bangsa, dan negara telah disepelekan atau dilupakan, padahal rezim Zionis dengan alasan pembantaian massal terhadap bangsa mereka dan terlantarnya orang-orang Yahudi, masih tetap melakukan tekanan-tekanan terhadap negara-negara Barat dan Amerika serta meminta ganti-rugi dari mereka.

Sementara kajian-kajian yang dilakukan oleh para peneliti independen di tahun-tahun belakangan ini, membuktikan ketidakbenaran klaim-klaim orang-orang Zionis tentang jumlah orang Yahudi yang menjadi korban dalam PD II. Frederick Toben, seorang sejarawan Australia, dan direktur yayasan penelitian Adelaide adalah di antara para peneliti yang meragukan tentang kebenaran jumlah korban Yahudi di penjara Auschwitz oleh Nazi di Jerman. Yayasan yang dipimpin oleh Toben dalam situs jaringan internetnya, mempertanyakan kebenaran klaim pembantaian massal terhadap orang-orang Yahudi dan penangkapan 6 juta lebih orang Yahudi oleh pasukan Nazi pada tahun-tahun 1941 – 1945. Lantaran pengumuman atas hasil-hasil penelitiannya itu, sekembalinya dari penjara Auschwitz, Toben ditangkap dan dipenjarakan oleh pejabat tinggi kehakiman Jerman.

Ludwick Buch, pengacara Toben dalam wawancara dengan IRIB mengatakan, "Pemerintah Jerman menangkap Ferdrick Toben dikarenakan ia mengungkapkan fakta-fakta berkaitan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi pada PD II dan juga dengan alasan bahwa Toben telah melakukan tindakan-tindakan provokatif dan penyelewengan." Pengacara Toben sambil menyatakan bahwa di Jerman segala bentuk pendapat dan pandangan yang bertentangan dengan pembantaian massal tentara Nazi terhadap orang-orang Yahudi, akan ditindak secara hukum. Ia menambahkan, "Pembantaian tersebut, dan sebesar mana jumlah orang Yahudi yang terbunuh, mendapat perhatian para sejarawan dan ahli penelitian dunia dan dewasa ini terdapat banyak fakta yang membuktikan kebohongan adanya 6 juta orang yahudi yang terbunuh."

Fakta lainnya menunjukkan bahwa para pakar kimia menemukan bahwa tempat-tempat yang digembar-gemborkan kepada masyarakat sebagai tungku pembakaran manusia, dengan menggunakan gas di era Hitler samasekali tidak dapat digunakan sebagai tungku pemanggangan manusia.Karena berbagai percobaan dan ujian yang telah dilakukan terhadap contoh-contoh yang telah diambil tidak menunjukkan kebenaran hal tersebut.

Pengacara Ferdrick Toben dalam lanjutan pernyataannya mengatakan, "Adanya larangan-larangan dan alasan yang dibuat-buat, yang diberlakukan terhadap para peneliti agar tidak mengungkap fakta-fakta sejarah tentang kebohongan pembantaian massal terhadap kaum Yahudi, merupakan sebuah gerakan yang dilakukan oleh orang-orang Zionis." (IRIB Indonesia)



imam-alquds.jpg
Jika kaum muslimin bersatu dan masing-masing dari mereka mengguyurkan seember air pada Israel, maka Israel akan tersapu; namun masih saja mereka tak berdaya di hadapannya. [Imam Khomeini, 16 Agustus 1979, Sahifa-yi Nur, vol. 8, hal. 236]
Saya menyeru seluruh kaum muslimin di dunia untuk menjadikan Jum'at terakhir di bulan suci Ramadhan sebagai Hari al-Quds; dan melalui demonstrasi solidaritas kaum muslimin sedunia, mengumandangkan dukungan mereka atas hak-hak rakyat muslim. [Imam Khomeini ketika mengumumkan Hari Al-Quds, 7 Agustus 1979, Sahifa-yi Nur, vol. 8, hal. 229]
Hari al-Quds adalah hari Islam dan hari Rasulullah saww. Ini adalah hari ketika Islam mesti dibangkitkan kembali. Ini adalah hari ketika kita mesti mempersiapkan kekuatan kita dan mengeluarkan kaum muslimin dari pengasingan yang dipaksakan kepada mereka oleh para adikuasa dan agen-agennya; sehingga dengan segenap kekuatan, mereka dapat berdiri di hadapan bangsa asing. [Imam Khomeini, 16 Agustus 1979, Sahifa-yi Nur, vol. 8, hal. 233-234]

Hari al-Quds adalah hari di mana seluruh bangsa-bangsa Islam mesti bersama-sama mengarahkan perhatian mereka kepadanya dan mempertahankannya. Jika keriuhan dibangkitkan oleh seluruh bangsa-bangsa muslim pada Jum'at terakhir di bulan Ramadhan, yaitu pada Hari al-Quds; jika seluruh rakyat bangkit; jika mereka melakukan demonstrasi dan berbaris sebagaimana yang sedang dilakukan sekarang; maka ini akan menjadi awal kita InsyaAllah untuk menghentikan elemen-elemen jahat itu dan mengusir mereka dari tanah-tanah Islam. [Imam Khomeini, 6 Agustus 1979, Sahifa-yi Nur, vol. 12, hal. 275]
Jika kaum muslimin di dunia, yang berjumlah sekitar satu milyar, keluar dari rumah-rumah mereka di Hari al-Quds dan meneriakkan: "Mampus Amerika, Mampus Israel, dan Mampus Rusia;" maka kata-kata ini akan membawa kematian bagi negara-negara tersebut. [Imam Khomeini, 6 Agustus 1980, Sahifa-yi Nur, vol. 12, hal. 276]
Pada Hari Al-Quds, yang jatuh di Jum'at terakhir di bulan suci Ramadhan, cukuplah bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk membebaskan diri mereka dari belenggu perbudakan dan penghambaan kepada para setan besar dan para adikuasa, untuk bergabung dengan kekuatan abadi Allah, memotong tangan-tangan para penjahat dalam sejarah dari kaum tertindas dan negara-negara yang terampas, serta memutus setiap ikatan serakah para penjahat ini. [Imam Khomeini, 1 Agustus 1981, Sahifa-yi Nur, vol. 15, hal. 73-74]

Jika pada Hari Al-Quds seluruh rakyat negara-negara Islam bangkit dan berteriak—tidak hanya untuk Al-Quds, tetapi juga untuk seluruh negara-negara Islam maka mereka akan menang. Apakah kalian pikir kami menumbangkan Muhammad Reza dengan senjata? Kami menumbangkannya dengan teriakan-teriakan kami; dengan teriakan Allahu Akbar. Kepala-kepala mereka digempur dengan teriakan Allahu Akbar secara terus menerus, sehingga mereka pun menyerah dan melarikan diri ke luar negeri. [Imam Khomeini, 9 Agustus 1980, Sahifa-yi Nur, vol. 12, hal. 282] {Buletin Majelis Pecinta Rasul / FK2 Banjarmasin}

Suriah dan Kebohongan Media Mainstream


Salah satu masalah paling mendasar dalam media adalah validitas informasi. Belakangan ini sejumlah media mainstream melancarkan kampanye hitam melalui pemberitaan bohong yang disiarkan ke seluruh dunia. Media Amerika Serikat, Foreign Policy mengungkapkan bahwa dua jaringan televisi Arab, Aljazeera dan Al Arabiya menuding televisi nasional Suriah menutupi kenyataan sebenarnya yang terjadi sejak meletusnya konflik di negara itu. Namun kini faktanya, tudingan tersebut justru dilakukan oleh Aljazeera dan Al Arabiya yang memberitakan kebohongan di Suriah.

Kebohongan Aljazeera terungkap dari dalam dengan keluarnya sejumlah staf dan jurnalis yang tidak tahan dengan kebohongan media Qatar itu. Bulan Mei lalu, Aljazeera diguncang eksodus staf dan jurnalisnya akibat begitu banyak kebohongan media massa itu dalam melansir berita terutama di Libya, Suriah, Bahrain, Saudi. Mereka tidak tahan lagi dengan kebijakan Aljazeera yang menjadi corong propaganda perang, bukannya mewartakan kejadian sesungguhnya.
Aljazeera menjadi corong ambisi perang Emir Qatar di Timur Tengah. Dan dunia jurnalistik kehilangan kepercayaan terhadap Aljazeera yang kini tidak jauh berbeda dengan CNN, Fox News dan BBC.

Rusia Today pada 12 Maret 2012 lalu, melalui Paula Slier mengabarkan bahwa biro Aljazeera di Beirut mengundurkan diri pekan lalu. Mereka adalah Managing Director Hassan Shaaban. Ini lanjutan dari pengunduran diri Staff Ali Hashem, Ghassan ben Jaddo, dan Afshin Rattansi. Alasannya adalah penolakan Aljazeera menayangkan video gempuran pemberontak Suriah. Selain itu menolak menayangkan berita pembantaian yang dilakukan pemerintah Bahrain terhadap rakyatnya sendiri, dan penolakan Emir Qatar atas hasil Referendum Suriah. Dari sinilah Aljazeera terlihat sangat bias.

Seorang wartawan dan produser program televisi Aljazeera menyatakan mengundurkan diri setelah pidato Sekjen Gerakan Muqawama Islam Lebanon (Hizbullah) soal standar ganda Arab terhadap Suriah. Mousa Ahmad menyatakan bahwa aksinya adalah dalam rangka mendukung Suriah.

Televisi Aljazeera Qatar yang menerapkan kebijakan konfrontatif terhadap Suriah, kembali diprotes oleh karyawannya sendiri yang menentang metode pemberitaan tendensiusnya. Mousa Ahmad bergabung dengan Aljazeera sejak tahun 2009 dan Ahad (4/3) menyatakan berhenti dari stasiun tersebut.

Setelah mendengar pidato Sayid Nasrullah, Mousa Ahmad menyerahkan surat pengunduran dirinya. Ahmad mengatakan, "Arab telah memberi banyak kesempatan kepada rezim Zionis Israel hingga sekarang, akan tetapi mereka tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepada Suriah dan bahkan menekankan intervensi militer."

Dalam wawancaranya dengan koran al-Akhbar, Mousa Ahmad mengecam politik Aljazeera terhadap Suriah. Ahmad menuturkan, "Di stasiun televisi itu tidak ada tempat untuk orang moderat. Dengan cara halal atau haram Aljazeera ingin menggulingkan pemerintahan Suriah. Aljazeera adalah lengan politik dan media provokatif. Saya menyaksikan boikot pemberitaan tentang referendum di Suriah, akan tetapi sebaliknya mereka memfokuskan pada perkembangan di Baba Amr, seakan wilayah tersebut adalah tempat suci."

Perubahan watak Aljazeera dibenarkan oleh aktivis Don Debar dan blogger Ted Rall. Kondisi ini mulai terasa sejak April 2011, ketika Emir Qatar mengambil penuh kendali profesional Aljazeera. Perubahan kian mencolok setelah Direktur Aljazeera Wardah Khandar undur diri September 2011 setelah mengabdi 7 tahun.

Sumber lain mengatakan bahwa perubahan arah Aljazeera berkat lobi menteri luar negeri Amerika Hillary Clinton. Amerika menghendaki agar Aljazeera sama seperti corong propaganda perang Barat semacam CNN, BBC dan Fox News. Usulan Washington itu diamini oleh Emir Qatar Syekh Hamad bin Khalifa al Thani. Dan sejak itu Emir menyerukan propaganda perang media sesuai dikte Amerika.

Pada 14 Maret 2012, Veterans Today dari Amerika melalui Stephen Lendman mencatat beberapa kejadian penting terkait sejarah Aljazeera yang agresif menghasut kerusuhan di Libya, Suriah dan Iran. Hal ini sejalan dengan agenda Amerika-Inggris-Israel. Segala upaya dan ajakan damai ditolak melalui Aljazeera yang menyuarakan dikte Emir Qatar.

Ironisnya Sekjen dan Utusan PBB ikut terjebak dalam perangkap mesin propaganda perang media. Mereka menyarankan intervensi asing di Suriah sebagaimana di Libya, tanpa menyinggung sama sekali aksi kerusuhan yang dilakukan pemberontak. Mereka juga tidak melihat kenyataan melalui berita SANA  bahwa ribuan rakyat Suriah di Damaskus menolak intervensi asing.Tidak hanya itu mereka juga menyangkal bukti bukti keterlibatan perusuh asing yang menyusup ke Suriah atas restu komandan NATO.

TV Global Research dari Kanada membahas masalah yang sama yang diangkat oleh Rusia Today. Seperti biasanya Hanya mainstream media Barat yang tutup mulut. Sangat disayangkan jaringan TV Aljazeera yang menjangkau 50 juta pemirsa di seluruh dunia hancur reputasi gara-gara melayani ambisi pribadi Emir Qatar.


Sebelumnya kebohongan juga dilakukan media mainstream semacam BBC yang tertangkap basah melakukan penipuan berita foto. Di situsnya tertanggal 27 Mei, BBC memuat foto mayat-mayat dan diklaimnya sebagai korban pembantaian massal di di Houla. Tentu saja, yang dituduh sebagai pembantai adalah tentara Suriah. Padahal berbagai fakta menunjukkan bahwa yang menjadi korban pembantaian itu adalah orang-orang pro pemerintah. Kedua, secara logika saja, tidak ada keuntungan yang didapat Assad dengan membantai massal warganya sendiri. Keuntungan dari peristiwa ini justru didapat oleh pihak oposisi.

Kebohongan BBC terungkap setelah fotografer asli foto tersebut protes dan memberitahu bahwa itu adalah foto korban pembunuhan massal di Irak tahun 2003. BBC mencabut begitu saja foto itu, tanpa  minta maaf. Sementara foto itu sudah terlanjur disebarluaskan ke seluruh dunia, dan sudah diposting ulang pula oleh banyak orang. Tujuan utama dari aksi pembantaian massal yang sangat kejam ini adalah agar PBB menyetujui  ‘humanitarian intervention' dalam bentuk pengiriman pasukan perang internasional ke Suriah untuk menggulingkan Assad, sebagaimana yang sudah terjadi di Libya. (IRIB Indonesia/PH)

0 comments to "YAUMUL QUDS & KEBOHONGAN MEDIA MAINSTREM....!!!!!!"

Leave a comment