Kerjasama Mossad-Al Qaeda Produksi Film Anti-Islam
Kamis, 2012 September 13 17:56
Menteri Luar Negeri Mesir meyakini bahwa Mossad dan Al Qaeda adalah pihak-pihak yang dan menyebar-luaskan film yang berisi penghinaan terhadap Nabi Besar Islam.
Abdullah Al Ashaal Kamis (13/09) mengatakan kepada Al Alam bahwa sampai hari kiamat pun musuh-musuh Islam tidak akan pernah berhenti menghina Islam dan Al Quran, bahkan orang seperti Paus pun berani menghina Nabi Muhammad Saw.
Wakil Menteri Luar Negeri Mesir ini menambahkan, film yang berisi penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw yang diproduksi di Amerika akhir-akhir ini bukanlah usaha mereka yang terakhir. Pada dasarnya Al Ashaal meyakini bahwa film ini adalah salah satu bagian dari usaha para Zionis untuk menciptakan perpecahan di antara penganut Islam dan Kristen.
Ia menegaskan bahwa masyarakat Amerika tidak akan terlalu memperhatikan film ini, satu-satunya yang diharapkan adalah reaksi umat Islam, dan seperti yang dapat kita saksikan, orang-orang Islam membakar Kedubes-kedubes Amerika. Sudah tiba masanya negara-negara Islam mengambil langkah diplomasi khusus dalam menghadapi Amerika dan Eropa, sehingga kemudian tidak akan ada lagi seorang pun yang mampu melakukan penistaan terhadap kesucian Islam.
Abdullah Al Ashaal menegaskan bahwa menghormati agama-agama lain adalah bagian dari hak asasi manusia, karena agama merupakan salah satu sisi maknawiahnya manusia dan kebebasan bukan berarti pengesahan atas penyerangan dan penghinaan terhadap keyakinan-keyakinan lain. (IRIB Indonesia/ HS)
Film Hinan Nabi Beredar, Iran Protes Keras
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Kementerian Luar Negeri Iran mengutuk keras film anti-Islam yang diproduksi oleh warga Israel-Amerika dan telah memicu kemarahan di dunia Muslim.
Juru bicara Kemlu Iran Ramin Mehmanparast menilai aksi itu sebagai langkah yang menjijikkan. "Republik Islam Iran mengecam keras pelecehan terhadap sakralitas agama dan menyampaikan rasa simpati kepada umat Islam," tegasnya.
Mehmanparast mengatakan, Iran menilai kebungkaman sistematik dan kontinyu Amerika Serikat terhadap langkah-langkah yang sejalan dengan Islamphobia, sebagai faktor utama berlanjutnya aksi tersebut.
"Dokumen PBB dan UNESCO menekankan komitmen negara untuk tidak menyebarluaskan budaya kebencian dan pemerintah AS juga memiliki tanggung jawab langsung untuk menghentikan proses berbahaya itu dan penghinaan terhadap nilai-nilai suci Islam," tutupnya.
Film kontroversial yang telah memicu kemarahan di dunia Islam diproduksi oleh seorang warga Israel-Amerika yang anti-Islam. Sam Bacile telah menggarap dan memproduksi film yang berisi penghinaan tersebut.
Bacile adalah pengembang perumahan yang tinggal di selatan California dan merupakan musuh bebuyutan Islam. Dia memproduksi film itu dengan memperoleh bantuan finansial 5 juta dolar dari Yahudi.
Saya Mendukung Kecaman atas AS bukan Serangan ke Kedubes AS
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Presiden Mesir Muhammad Mursi pada hari Kamis (13/9) menyampaikan ucapan belasungkawa kepada Amerika Serikat terkait tewasnya Dubes Christopher Stevens di Benghazi, Libya.
Mursi mengatakan Kairo akan melindungi seluruh kedutaan asing di Mesir. Demikian dilaporkan Mehr News.
Dalam pidato yang disiarkan langsung oleh televisi pemerintah, Mursi menegaskan bahwa Mesir mampu melindungi seluruh kedutaan dan lembaga-lembaga diplomatik asing di negara itu.
Mereaksi protes luas warga Mesir di depan Kedutaan Besa AS di Kairo, Mursi menandaskan, "Kami mendukung demonstrasi damai terhadap film Amerika yang menghina Nabi Muhammad Saw, tapi kami menolak serangan terhadap kedutaan dan kantor konsulat asing."
"Muslim menolak segala bentuk kekerasan dan serangan terhadap kedutaan dan tempat-tempat lain," tegasnya.
Pada kesempatan itu, Mursi menyeru warganya untuk tidak menyerang kantor-kantor perwakilan diplomat asing dan kedutaan.
Seraya menyayangkan tewasnya dubes AS di Libya, Mursi mengatakan, "Kami menyampaikan belasungkawa kepada Amerika atas peristiwa tersebut."
"Saya telah berbicara dengan Presiden Obama dan kami menekankan perlunya mengambil langkah-langkah pencegahan yang ingin merusak hubungan antara bangsa-bangsa, terutama bangsa Mesir dan AS," ujar Mursi.
Fitnah Baru di Mesir, Nabi Dihina
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Organisasi dan lembaga Islam dan Kristen di Mesir mengajak warga Mesir untuk mengecam pembuatan film yang menghina Nabi Muhammad Saw.
Menurut laporan televisi al-Manar (11/9), Syeikh al-Azhar, Ahmad Tayyib mengecam langkah sejumlah warga Kristen Qibti Mesir yang tinggal di luar negeri yang memproduksi film yang isinya menghina Nabi Muhammad Saw.
Syeikh al-Azhar menegaskan bahwa langkah semacam ini tidak boleh membuat kita memukul rata bahwa pelakunya adalah warga Kristen. Menurutnya, "Warga Kristen Mesir juga ikut mengecam aksi penghinaan ini."
Di bagian lain dari pernyataannya, Syeikh al-Azhar menyebut aksi-aksi semacam ini hanya ingin menciptakan fitnah di antara masyarakat Mesir. Demikian berita ini dilansir dari IRIB Indonesia.
Hina Nabi, Warga Mesir Kecam AS
|
Menurut Kantor Berita ABNA, warga Mesir marah dan melakukan aksi jalanan dengan membakar bendera Amerika Serikat di Kairo. Demikian Televisi al-Alam melaporkan. Menurut laporan Fars News (11/9), televisi al-Alam beberapa waktu lalu menayangkan breaking news mengenai pembakaran bendera Amerika yang dilakukan oleh warga Mesir yang marah di Kairo.
Dalam beritanya televisi al-Alam menyebut ribuan warga Mesir yang melakukan aksi demonstrasi menyusul penayangan film yang menistakan Nabi Muhammad Saw di depan Kedutaan Besar Amerika di Kairo.
Dilaporkan juga bahwa para demonstran membakar bendera Amerika dan meminta pejabat tinggi Mesir untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Washington.
Pelecehan Nabi dan Sensitifitas Rakyat Mesir
Sensitifitas warga Mesir rupanya terusik. Kepedulian mereka terhadap Islam dan Rasulullah tak bisa diremehkan. Kali ini rupanya Amerika kembali harus menelan kekecewaannya. Warga Mesir menggelar protes terhadap sebuah film anti-Islam yang diproduksi di Amerika Serikat di saat sentimen anti-AS sedang meningkat di dunia Islam.
Para demonstran Mesir berkonsentrasi Selasa (11/9) di luar gedung Kedutaan Besar AS di Kairo mengecam film yang menistakan kesucian Nabi Muhammad (Saw). Para pengunjuk rasa marah dan memanjat dinding Kedutaan AS di Kairo sementara sebagian lain menurunkan bendera AS. Mereka meneriakkan slogan-slogan anti-AS menuntut pengusiran Duta Besar AS untuk Kairo.
Para demonstran juga menuntut pemerintah AS segera meminta maaf kepada umat Islam atas produksi film yang diprakarsai oleh seorang Koptik ekstrim Mesir di Amerika Serikat.
Koran al-Youm Al-Saba' Mesir sebelumnya menyebutkan berbagai kelompok Mesir, termasuk dari kalangan Muslim, anggota Gereja Koptik Mesir, kelompok liberal, serta lembaga-lembaga militer dan non-militer merencanakan sebuah sidang membahas masalah ini.
Mufti Agung Mesir, Syeikh Ali Gomaa mengecam film tersebut dan menilainya sebagai suatu penistaan terhadap semua warga Muslim.
Para demonstran Mesir berkonsentrasi Selasa (11/9) di luar gedung Kedutaan Besar AS di Kairo mengecam film yang menistakan kesucian Nabi Muhammad (Saw). Para pengunjuk rasa marah dan memanjat dinding Kedutaan AS di Kairo sementara sebagian lain menurunkan bendera AS. Mereka meneriakkan slogan-slogan anti-AS menuntut pengusiran Duta Besar AS untuk Kairo.
Para demonstran juga menuntut pemerintah AS segera meminta maaf kepada umat Islam atas produksi film yang diprakarsai oleh seorang Koptik ekstrim Mesir di Amerika Serikat.
Koran al-Youm Al-Saba' Mesir sebelumnya menyebutkan berbagai kelompok Mesir, termasuk dari kalangan Muslim, anggota Gereja Koptik Mesir, kelompok liberal, serta lembaga-lembaga militer dan non-militer merencanakan sebuah sidang membahas masalah ini.
Mufti Agung Mesir, Syeikh Ali Gomaa mengecam film tersebut dan menilainya sebagai suatu penistaan terhadap semua warga Muslim.
Film kontroversial yang telah memicu kemarahan di dunia Islam diproduksi oleh seorang warga Israel-Amerika yang anti-Islam. Harian Wall Street Journal melaporkan pada hari Selasa (12/9) bahwa warga Israel-Amerika Sam Bacile telah menggarap dan memproduksi film yang berisi penghinaan tersebut.
Bacile adalah pengembang perumahan yang tinggal di selatan California dan merupakan musuh bebuyutan Islam. Dia memproduksi film itu dengan memperoleh bantuan finansial 5 juta dolar dari Yahudi.
Bacile mengaku ia mendapatkan uang melimpah itu dari 100 orang pendonor Yahudi, yang menolak namanya disebut. Bersama 60 aktor dan 45 kru, ia mengatakan telah membuat film berdurasi dua jam itu dalam waktu tiga bulan. Film berjudul "Innocence of Muslims," itu digarapnya tahun lalu di California.
Seperti diketahui sebelumnya, film ini telah menuai protes di beberapa negara seperti Mesir dan Libya. Aksi demo di Mesir sempat diwarnai pembakaran bendera AS. Sementara itu, demo di Libya akhirnya berujung bentrokan.
Misi Amerika di balik Film Pelecehan Terhadap Nabi
Meski bukan pertama kali Amerika melecehkan Islam, namun mengingat kondisi dan transformasi terkini di Timur Tengah dan penentuan waktu perilisan film ini, para pengamat menilai penentuan waktu pembuatan dan penayangan film ini benar-benar telah diatur dengan baik. Artinya upaya untuk mengobarkan api fitnah di negara-negara Arab yang barus melewati revolusi menjadi prioritas utama pembuatan film penghinaan terhadap kesucian Rasulullah ini.
Tak diragukan lagi bahwa saat ini terdapat tangan-tangan yang berusaha untuk menyeret Mesir ke arah keruh dan instabilitas. Kelompok ini berupaya menyalahgunakan kondisi tak aman di Mesir demi tujuan mereka. Amerika Serikat dan Israel menyadari sepenuhnya bahwa Mesir baru sangat berbeda dengan era Hosni Mubarak. Hal ini tentu saja sangat mengganggu kepentingan mereka di Kairo. (IRIB Indonesia/MF)
Youtube Menolak Menghapus Film Penistaan Terhadap Rasulullah
Demonstrasi warga Libya terhadap produksi film penistaan atas kesucian Nabi Muhammad Saw, telah menyebabkan tewasnya tiga diplomat dan dubes AS di Benghazi, Youtube tetap menolak menghapus film tersebut, dan hanya memblokir para pengakses dari Mesir dan Libya.
Fars News (13/9) melaporkan, Youtube bersikeras mempertahankan file film kontroversial yang diunduh penggunanya yang telah memantik amarah umat Islam di dunia. Youtube hanya membatasi akses klip berdurasi 14 menit itu dari Mesir dan Libya.
Menurut Associated Press, setelah keputusan Youtube itu, para pengakses dari Mesir dan Libya tidak akan dapat lagi melihat klip tersebut, khususnya Kedutaan Besar Amerika Serika di dua negara itu sedang menjadi sasaran demonstrasi warga. (IRIB Indonesia/MZ/RM)
Video: Saat-Saat Pemasangan Bendera Dua Kalimat Syahadah di Kedubes AS
Demo di depan Kedubes AS di Kairo
Para demonstran Mesir yang marah akibat penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw dalam sebuah film Amerika menurunkan bendera Amerika di kedubes negara ini di Kairo dan menggantikannya dengan bendera yang bertuliskan dua kalimat syahadah.
Menurun laporan Fars News (12/9), ribuan warga Mesir yang memrotes penayangan film yang menghina Nabi Muhammad Saw melakukan demonstrasi di depan Kedubes AS di Kairo.
Berdasarkan tayangan televisi terlihat para demonstran berhasil menurunkan bendera AS dari atas bangunan Kedubes AS dan menaikkan bendera yang bertuliskan dua kalimat syahadah "Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah" di atas Kedubes AS di Kairo.
Pasukan keamanan Mesir sendiri tidak siap menghadapi jumlah demonstran yang sedemikian banyak berkumpul di depan Kedubes AS.
Sementara itu, Associated Press pada Selasa sore menulis, para pemrotes setelah menurunkan bendera AS dari bangunan kedutaan kemudian mengibarkan sebuah bendera yang mirip dengan bendera kelompok teroris al-Qaeda.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Victoria Nuland mengatakan, Washington tengah berkonsultasi dengan para pejabat Kairo supaya situasi normal kembali. (IRIB Indonesia / SL)
Warga Amerika Danai Politikus Penghina Islam
Posted by KabarNet pada 12/09/2012
New York – KabarNet: Sekelompok warga Amerika Serikat diam-diam mendanai politikus Belanda anti-Islam, Geert Wilders, 49 tahun, untuk meraih kursi dalam pemilihan parlemen (lower house) yang akan diselengarakan pada Rabu 12 September 2012. Dukungan finansial itu ditujukan untuk menghadang pengaruh Islam yang semakin meluas di Eropa.
Belanda tidak melarang politikus menerima dukungan dana asing. Tapi Wilders, pendiri Partai Kemerdekaan PVV, tidak transparan mengenai dukungan dana asing ke partainya dibanding partai politik lainnya.
Adalah Forum Timur Tengah, lembaga think-thank pro-Israel yang bermarkas di Philadelphia, yang mengaku mendanai pertarungan Wilders di pengadilan Belanda, yang mendakwanya telah menyebarkan kebencian pada 2010 dan 2011. Direktur Forum Timur Tengah Daniel Pipes mengatakan uang itu dikirim langsung ke pengacara Wilder melalui Legal Project.
Majalah FrontPage, yang mengoperasikan jaringan dan situs sejumlah kelompok konservatif yang bermarkas di Los Angeles, juga pernah memberikan bantuan dana kepada Wilders. Menurut David Horowitz, yang bertanggung jawab atas majalah itu, menjelaskan bahwa dirinya membayar komisi Wilders saat berkunjung ke Amerika Serikat pada 2009.
Horowitz membayar komisi dari dua pidato Wilders, biaya keamanan saat aksi protes mahasiswa berlangsung, serta akomodasi untuk pengawal pribadinya asal Belanda yang memperpanjang masa tinggalnya demi menjaga keamanan Wilders.
Pemberian dukungan finansial itu dinilai telah melanggar undang-undang pajak Amerika yang melarang lembaga seperti Forum Timur Tengah dan FrontPage memberikan bantuan dana secara langsung kepada kandidat politik ataupun partai politik. Undang-undang ini mengizinkan lembaga non-profit tersebut mendukung perdebatan soal kebijakan finansial.
Wilders, dalam pernyataannya yang dikirim via e-mail, menjelaskan, biaya proses hukumnya saat itu datang dari para sukarelawan dan pembela kemerdekaan berbicara. “Saya tidak menjawab pertanyaan siapa mereka dan berapa yang telah mereka bayar. Ini dapat membahayakan keselamatan mereka,” ujarnya. Ia juga mencurigai ada motif politik di balik isu pendanaan dirinya dan partainya oleh mantan politikus Partai Kemerdekaan.
Pemerintah Belanda sendiri enggan menanggapi soal pendanaan Partai Kemerdekaan. “Saya tidak memiliki informasi atau dokumen,” kata Liesbeth Spies, Menteri Dalam Negeri Belanda. [KbrNet/Tempo/adl]
Geert Wilders, Politikus Belanda Penghina Islam
Geert Wilders adalah seorang Politikus pendiri Partai Kemerdekaan PVV di Belanda yang dikenal sebagai seorang tokoh Anti-Islam. Wilders pernah melontarkan pernyataan kontroversial bahwa Islam tidak hanya menjadi masalah di Eropa, tetapi juga di Amerika Serikat. Karena itu, tokoh anti-Islam Belanda ini mengingatkan masyarakat AS akan bahaya tersebut.
“Pesan saya kepada masyarakat AS melalui buku saya ‘Tanda untuk Kematian’, jangan membuat kesalahan yang telah Eropa buat terkait Islam,” kata dia seperti dikutip CBN.com, (10/5/12).
Wilders menjelaskan, masalah itulah yang membuat dirinya dengan serius menangani Islam dan Muslim. Menurutnya, Islam dan muslim itu merupakan penyakit yang disebut budaya relativitas.
“Saya percaya masalah terbesar yang di Eropa adalah budaya relativitas itu. Saya ingin melawan penyakit tersebut sepanjang hidup saya dengan meluruskannya secara politis, sebab baik politikus kiri dan kanan yang menciptakan komunitas multikultural, sepakat semua budaya itu sama,” kata dia.
Wilders mengaku bangga dengan kebudayaan barat yang terbentuk oleh Kristen, Yahudi dan kemanusiaan. Tidak hanya lebih baik, tapi memang sangat baik, dan ia harus menjaga itu demi generasi penerus, klaim dia. “Saya melihat Islam sebagai budaya barbar,” kata Wilders.
Untuk itu, kata Wilders, dirinya menghendaki imigran Muslim untuk segera meninggalkan Belanda atau berasimilasi dengan budaya Belanda atau Barat. “Saya sanksi mayoritas Muslim bukan teroris. Saya juga tidak percaya akan ada kalangan moderat Muslim,” tuding dia.
Wilders baru percaya ada kalangan moderat, bila seorang Muslim tidak mencontoh Nabi Muhammad SAW dan tidak melaksanakan syariat Islam. “Itu baru moderat, dan saya akan menghormatinya,” pungkasnya. [KbrNet/Slm]
Demo di depan Kedubes AS di Kairo
Video Serangan Warga Libya Terhadap Konsulat Amerika di Benghazi
Mobil terbakar di konsulat AS di Bengazi
Duta Besar AS untuk Libya tewas dalam serangan terhadap konsulat Amerika di kota Benghazi, Reuters mengutip para pejabat Libya mengatakan. Kedutaan AS di Libya belum mengomentari laporan tersebut.
Christopher Stevens dan tiga staf konsulat lainnya dilaporkan tewas pada Selasa (11/9) dalam bentrokan antara anggota milisi bersenjata dan tentara Libya, setelah massa menyerbu gedung konsulat.
Menteri Dalam Negeri Libya Fawzi Abdul Aal membenarkan kematian Stevens dalam peristiwa serangan ke gedung konsulat AS di Benghazi.
Departemen Luar Negeri AS sejauh ini tidak membenarkan atau membantah kematian duta besarnya.
Fasilitas diplomatik AS di timur Libya dievakuasi menyusul bentrokan dan kerumunan massa yang marah menyerbu gedung tersebut dan membakarnya.
Kekerasan merupakan bagian dari protes terhadap film Amerika yang menghina Nabi Muhammad Saw. Kejadian serupa terjadi di Kairo, ibukota Mesir. (IRIB Indonesia)
Mobil terbakar di konsulat AS di Bengazi
Video Demonstrasi Warga Qatif Tuntut Pembebasan Syeikh Al-Nemr
Demonstrasi Warga Qatif Tuntut Pembebasan Syeikh Al-Nemr
Demonstrasi Warga Qatif Tuntut Pembebasan Syeikh Al-Nemr
Warga Qatif, Arab Saudi kembali melakukan aksi demonstrasi menuntut pembebasan Ayatullah Nemr Baqir al-Nemr.
Menurut laporan Fars News (10/9) mengutip televisi al-Alam, rakyat Qatif meneriakkan slogan "Labbaik Yaa al-Nemr" menyatakan dukungannya kepada Ayatullah Nemr Baqir al-Nemr, ulama Syiah yang dipenjara rezim Al Saud.
Warga Syiah Qatif juga meneriakkan yel-yel "Lan Narka' Illa Lillah" dan "Haihat Minna al-Dzillah" menegaskan tidak akan menyerah di hadapan aksi penumpasan rezim Al Saud.
Ayatullah al-Nemr sejak dua bulan lalu ditangkap dan dipenjarakan di kota Dhahran saat kembali dari ladang pertaniannya. Ia ditangkap setelah kendaraan yang dipakainya ditembak dan melukainya.
Warga Qatif juga membawa plakard yang bertuliskan "Rezim Al Saud menculik warga dan membunuhnya dengan kendaraan lapis baja".
Sementara itu di Bahrain rakyat negara ini juga melakukan aksi unjuk rasa memberikan dukungan kepada Ayatullah al-Nemr. (IRIB Indonesia / SL)
Astaga bikin dosa aja.