Inilah sedikit cerita dari pengalaman saya dengan seorang teman. Teman bercerita tentang banyak hal dan lebih sering lagi diskusi tentang agama. Saya masih ingat awal bulan
Muharam tahun ini. Saat itu saya sedang berdiskusi dengannya di kantin; berdiskusi tentang tragedi besar di bulan Muharam:
Asyura. Tiba-tiba saya didatangi seorang
jammaah. Dia duduk dan mengatakan tertarik bergabung karena melihat buku tentang
Karbala yang sedang kami bicarakan.
Saya tidak kenal dekat orang tersebut. Dia hanya datang lalu duduk dan memberikan kisah dari sudut pandangnya. Dia berusaha membuka-buka buku tersebut untuk mencari nama “Yazid”. Saat itu saya menangkap bahwa niatnya adalah mencari kata-kata penyesalan Yazid bin
Muawiyah yang telah membunuh cucu nabi. Namun sayang, dia memilih halaman yang salah dan mengutip ucapan Yazid al-Asadi, adik Habib bin Mazhahir, sahabat
Imam Husain. Setelah itu saya menangkap niatnya berbelok; mencari kata-kata pengikut Husain yang seolah membunuh Husain.
Meskipun tidak kenal dekat, kelakuannya yang seolah sangat dekat dan kenal dengan saya membuat saya heran dan curiga—kalau tidak ingin dituduh berprasangka. Apalagi dia membumbui pembicaraannya dengan memuji saya. Keheranan ini saya simpan dalam hati dan tidak menceritakannya kepada teman saya itu…
Sampai akhirnya, setelah tidak lama bertemu, teman saya bercerita dan ceritanya itu meyakinkan apa yang saya yakini selama ini. Ada orang-orang yang khawatir atau takut jika ada orang yang berteman dengan saya. Mereka khawatir bahwa saya adalah “agen” tertentu yang hendak menyebarluaskan sejarah Imam Husain as. yang identik dengan
Syiah. Mereka takut orang-orang yang sepaham dengannya berkurang dan takut orang-orang yang tidak sepaham dengannya bertambah. Sebuah pemikiran yang sangat
phobia. Ibarat preman, mereka takut kehilangan “wilayah kekuasaan”.
Ketakutan mereka mengingatkan saya pada
ucapan Syekh Ahmad Deedat,
kristolog masyhur yang juga seorang ulama
suni:
Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima ikhwan Syiah sebagai mazhab kelima? Hal yang mengherankan adalah mereka mengatakan kepada Anda ingin bersatu. Mereka tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Mereka berteriak“Tidak ada suni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah”. Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah belah. Bisakah Anda membayangkan, kita suni adalah 90% dari muslim dunia dan 10%-nya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka (Syiah) yang seharusnya ketakutan.
Sebenarnya, ini bukan pengalaman pertama. Pada masa awal kuliah, saya juga mendapat sebuah pesan anonim dari seorang teman di kelas. Kira-kira isinya: “Jangan bawa-bawa sekte ke kelas…!” Sebuah pesan yang sangat tendensius. Bagaimana mungkin saya harus melepas ideologi dan keyakinan saya, sementara mereka bebas menyuarakan pendapat. Bagaimana mungkin mereka bebas menggunakan istilah “berdakwah” sementara yang lain diberi label “menyesatkan”. Bagaimana mungkin saya harus diam ketika di kelas keyakinan saya dilecehkan!
Beberapa kali ada kejadian yang memaksa saya harus menyanggah ucapan dosen, sampai akhirnya dosen mengeluarkan kata-kata bijak nan sakti: “Sudaaahh… ikutilah apa yang kebanyakan diyakini umat (jumhur). Itu lebih aman…” Inikah jawaban yang “menenangkan hati” ketika di banyak tempat
Allah mengingatkan kita:
Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (QS. 2: 234)
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. 6: 116)
Sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. (QS. 6: 119)
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. 12: 40)
Atau (apakah patut) mereka berkata: “Padanya (Muhammad) ada penyakit gila.” Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran. (QS. 23: 70)
Begitu banyak peringatan dari
Allah mengenai kebanyakan manusia, mulai dari yang tidak bersyukur, mengikuti prasangka, hanya mengikuti ajaran nenek moyang, sampai kebanyakan mereka yang di sekeliling nabi mengingkari kebenaran. Saya tidak mengatakan bahwa segala sesuatu yang mayoritas pasti salah. Apa yang ingin saya sampaikan adalah kebenaran tidak bisa diukur dengan kuantitas. Malah sebaliknya, kita membaca ayat Quran di mana Allah berfirman:
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. 2: 249)
Berdakwah bukan memberi hidayah, inilah kata kuncinya. Para utusan Allah pun hanya bertugas menyampaikan. Berdakwah ialah tentang Islam bukan tentang furuk mazhab. Begitu juga dengan dakwah persatuan.
Persatuan bukanlah mensyiahkan yang suni atau mensunikan yang Syiah. Saya hanya bagian dari partikel kecil yang hanya mendakwahkan ahlulbait, menyampaikan sejarahnya, kata-kata hikmahnya, ajarannya. Sedikitnya orang yang mengenal ahlulbait tidak mengurangi kemuliaan mereka di sisi Allah.
Seorang teman pernah memberi analogi begini: kata orang Jakarta, sop buntut paling enak itu adanya di Hotel Borobudur. Untuk meyakinkan orang lain, cukup sampaikan saja cerita bagaimana nikmatnya soto tersebut. Tidak wajib untuk mentraktir apalagi memaksa orang lain untuk makan di sana. Begitu juga, dakwah kita hanya menceritakan sedikit betapa indahnya Islam
ahlulbait. Tidak perlu memaksa apalagi sampai “membagi-bagikan tiket ke surga”. Teman saya juga bilang, Syiah menjadi menarik karena ia adalah kelompok minoritas paling kuat dan bertahan sepanjang sejarah, meski telah mendapat cobaan dan ujian luar biasa.(
http://ejajufri.wordpress.com/2011/02/21/mazhab-minoritas-tidak-menarik/)
Acara dialog “Perlukah Syiah Ditolak?” sedianya diadakan di Aula IAIN Sunan Ampel Surabaya, namun karena mendapat banyak tantangan akhirnya acara di pindah ke Aula Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Dalam kesempatan itu, Emha Ainun Najib yang menjadi salah satu pembicara sempat menantang para penentang Syiah untuk menyebutkan ayat yang memerangi sesama manusia, namun setelah menunggu 15 menit tidak ada yang menjawab Emha lalu berkata, “Terbukti, Allah tidak pernah memerintahkan memerangi yang lain apapun alasannya.”
Sementara itu, Agus Suyoto (Sejarawan NU) mengatakan, fitnah terhadap syiah adalah cara yang diulang-ulang oleh musuh-musuh Islam mulai zaman sahabat hingga sekarang ini.
Acara dialog ini walau mendapat tantangan dari kelompok takfir lintas mazhab Alhamdulillah berjalan cukup sukses. Berdasarkan pertimbangan keamanan, DR. Umar Shahab, diminta oleh Polda Jatim utk tdk tampil sbg narasumber dlm Seminar “Haruskah Syiah Ditolak”. Meski demikian, seminar tetap berlangsung dengan antusiasme luar biasa. Pengunjung membludak lebih kurang 2500 orang.
Yang menarik di akhir acara dialog yang diselenggarkan di Aula Fakultas Ushuludin Sunan Ampel itu seorang tokoh al-Bayyinat memegang mic dengan emosi yang tinggi seakan kalap dan berbicara tentang sesuatu yang basi dan di ulang-ulnag tentang fitnah dan adu domba antar mazhab. Audiens yang sebagian besar adalah kalangan Mahasiswa dan kelompok terpelajar lainnya tertawa terpingkal-pingkal menahan geli karena yang berbicara mempertontonkan kebodohan dan kepicikannya dengan suara gemetar karena emosi. Audiens pun tak ada yang menghiraukan pembicara itu dan dilanjutkan dengan Sholawatan yang dilantunkan oleh Cak Nun dan di ikuti oleh para hadirin. Yaa..Allah Engkau jadikan para musuh Rasul dan Ahlulbait adalah orang-orang yang tidak kenal sopan santun dan tata krama, seperti tokoh al-Bayyinat dan kelompok takfir lainnya. Mulut mereka berbisa dan selalu mengeluarkan api fitnah di tengah umat dengan tetap konsisten melestarikan isyu-isyu mazhab agar umat selalu bermusuhan dan menyenangkan musuh-musuh Islam.
__________________________________________________________________________________________________________
UNDANGAN DIALOG PUBLIK
Luthfi Bashori
Beredarnya SMS dan propaganda sekte sesat Syiah Imamiyah, Iran, agar eksistensinya di Indonesia masih tetap dianggap oleh publik, menandakan mereka tidak pernah jera. Untuk itulah umat Islam Indonesia juga tidak boleh lengah sedikit pun dalam menghadapi bahaya laten Syiah ini.
Berikut contohnya:
UNDANGAN DIALOG PUBLIK
“Haruskah Syiah Ditolak”.
Bertempat di IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Hari : Senin.
Tanggal : 22 Oktober 2012
Jam : 09.00 WIB,
Dengan pembicara Emha Ainun Nadjib, Wakil Menteri Agama Prof DR. Nasharudin Umar dan Ust. DR. Umar Shahab (Ketua DPP ABI), Tokoh NU, Muhammadiyah dll.”
Turut mengundang para ulama NU dan Muhammadiyah se-Jatim.
Mohon undangan dialog terbuka ini disebarkan dan secara khusus disampaikan kpd tokoh/simpul masyarakat dan seluruh elemen pergerakan se-Jatim (Raymond Kamil – Aliansi Kebhinnekaan Malang) mohon broadcast. Tks
LUTHFI BASHORI : Aslm. Yth. Wagub Jatim, Gus Ipul. Berikut ada undangan SMS beredar yg dapat meresahkan masyarakat dan menimbulkan gejolak di Jatim. Mohon dilarang krn bertentangan dg Pergub :
UNDANGAN DIALOG PUBLIK:
“Haruskah Syiah Ditolak”.
Bertempat di IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Hari : Senin.
Tanggal : 22 Oktober 2012
Jam : 09.00 WIB,
Dengan pembicara Emha Ainun Nadjib, Wakil Menteri Agama Prof DR. Nasharudin Umar dan Ust. DR. Umar Shahab (Ketua DPP ABI), Tokoh NU, Muhammadiyah dll.\”
Turut mengundang para ulama NU dan Muhammadiyah se-Jatim.
Mohon undangan dialog terbuka ini disebarkan dan secara khusus disampaikan kpd tokoh/simpul masyarakat dan seluruh elemen pergerakan se-Jatim (Raymond Kamil – Aliansi Kebhinnekaan Malang) mohon broadcast. Tks.
SMS itu saya dapatnya tadi pagi. (LUTHFI BASHORI)
RESPON MUI JATIM : MUI jatim menganggap tdk perlu menghadiri pertemuan itu, krn fatwa MUI jatim sdh paten, bahwa syiah sesat, dan dikuatkan dgn pergub Jatim.
AKTIFIS BANGIL : Ustadz, kami ASWAJA BANGIL IsyaAllah mau Hadir.
RESPON ALBAYYINAT : KEPADA YTH GUS UBAID. INGATKAN KYAI2 NU. ITU ADALAH DIALOG TIPUAN SYIAH, DLM BERDA`WAH AKAN MENIPU KYAI2 NU . KALAU JUJUR , KENAPA TDK MENGUNDANG ALBAYYINAAT ?
KH. MUHYIDDIN A. SHOMAD : Saya usul, sebaiknya ada tim Ulama BASSRA menghadap Rektor IAIN, langsung meminta pertemuan itu digagalkan krn bukan pertemuan ilmiah tapi pertemuan “politik” yg bertujuan menekan Ulama BASSRA dan PCNU+MUI Sampang….agar Syiah yg biadab itu di terima di Sampang…!
PENGUMUMAN PUBLIK:
BASSRA, MUI, NU MADURA SCR RESMI MENYATAKAN: MADURA TDK MENERIMA PAHAM APAPUN SELAIN ASWAJA (AQIDAH ASY`ARIYAH, TASHAWWUF GHOZALI, FIQIH 4 MADZHAB) TITIK. Oleh krn itu tdk butuh dialog / sminar dll. (di ttpkn d Sampang, 1 Okt 2012). {ALI KARRAR SHJ}.
Barangsiapa menyebar luaskan SMS ini sedpt mungkin, Smg murh rzqi dan berkah umur. Bisirril fatihah.
KH. KHOLIL RIDWAN : Gimana kalau yg masuk Madura Yahudi, Nasrani, Budha, Hindu, Khong hu Cu, JIL, Pluralisme, Skulerisme dan Komunisme ? Tentu lebih DITOLAK lagi ya. Setuju banget kalau begitu , Alhamdulillah kalau begitu. Semoga di seluruh Madura tidak sepotong Gereja pun berdiri . Amin.
KH. ALI KARRAR : Madura tk prnah menerima Yahudi, Nasrani, Budha, Hindu, Khong hu Cu, JIL, Pluralisme, Skulerisme dan Komunisme, termasuk Syiah, berkuasa di Madura, mrk wjib tunduk perda Madura. ALLAHU AKBAR.
HB. THOHIR ALKAF : ANTUM TANYAKAN WAMEN AGAMA, APAKAH BETUL AKAN MENJADI NARASUMBER? ANA KIRA INI PERMAINANNYA SYIAH SAJA.
HB. MUHDHAR ALHAMID : Ini sebetulnya akal akalan Umar Shihab, jangan beri kesempatan sedikitpun mereka jalan, intinya dari semuanya, Syiah harus ditolak di indonesia.
KH. NAJIH MAIMUN : Semua pembicranya liberal, kalo tidak dikroyok oleh Ahli Sunnah akan menguntungkan Syaih, dan Umar Syihab itu sendiri Syiah, dan penyelengranya juga sarang liberal.
UTS. FARID OQBAH : Jadikan buku putih madzhab Syiah sbg pedoman menolak syiah krn kesesatannya, buku itu resmi dari ABI, jadi Umar Syahab nggak bisa menutupi dirinya Syiah.
AHMAD : Saya kira semua Syiah itu pengecut, kalau pun berani tampil, maka mereka akan berpura-pura ajarannya sama dengan Sunni, tujuannya mengelabuhi audien untuk mendapat simpatik, dan tidak akan berani berbicara hakikat Syiah. Coba saja kalau berani bedah kitab Alkaafi, buku rujukan utama Syiah, pasti ketahuan belangnya yang sangat sesat itu.
http://www.pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=550
http://ahlulbaitindonesia.org/index.php/berita/daerah/1232-emha-tuhan-tidak-pernah-perintahkan-memerangi-yang-lain.html
Wakil Menteri Agama Membuka Seminar Tentang Iran dan Syi’ah
16 Juni 2012
Wakil Menteri ini dalam waktu yang tak lama lagi akan menjadi korban fitnah dan pembusukan karakter karena menyuarakan Ukhuwah…kita lihat saja nanti apakah Kelompok Takfir berani secara terang-terangan berhadap-hadapan menyerang Pemerintah. Bahkan situs-situs takfiri pemecah-belah Umat seperti eramuslim.com, voa-al-Islam.com,arrahmah.com, nahimunkar.com tak ada yang memberitakan seminar Internasional tentang Ukhuwah Islamiyah ini. Ironisnya media elektronik mainstream lebih banyak dikuasai kelompok pemecah-belah Umat yang konsisten dengan isyu-isyu perbedaan mazhab.
Jakarta, bimasislam (9/3): Kemarin pagi, tepatnya hari Kamis 14 Juni 2012 jam 09.30-10.00 Wib. di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil Menteri Agama, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, membuka Seminar Sehari yang bertema “The Role and Contribution of Iranian to Islamic Civilization” yang diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta.
Seminar ini memiliki momentum yang cukup bagus di tengah menyeruaknya opini yang memanaskan suasana hubungan Sunni-Syi’i pasca konflik di daerah Sampang, Madura, akhir tahun lalu. Sampai-sampai, hal ini sempat membuat tegang hubungan diplomatik Indonesia dan Iran, yang nota-bene penduduknya mayoritas Syi’i. Sehingga, Kementerian Agama berinisiatif melakukan beberapa langkah taktis menyelesaikan konflik tersebut juga membuka ruang dialog dengan komunitas Syi’ah yang ada di Jakarta..
Karena bagaimanapun, diakui Wamenag, peran dan kontribusi Iran dalam peradaban Islam, terutama pasca revolusi Iran tahun 1979, merupakan suatu kenyataan yang dicatat dalam sejarah, seperti aspek keagamaan, budaya, pembaharuan pemikiran, ilmu pengetahuan, dan teknologi. “Pembaharuan pemikiran Islam yang dialami Iran menarik kajian berbagai kalangan, terutama para intelektual dan generasi muda, melalui penerjemahan buku-buku yang ditulis oleh para ulama dan cendekiawan muslim Iran sampai hari ini”, tegas Wamenag di hadapan para hadirin yang memadati gedung pertemuan terbesar di Kampus UIN Jakarta itu, seraya menyebutkan karya Ali Syari’ati di bidang agama dan sosiologi sebagai contohnya.
Selain itu, diakui Wamenag, ada budaya Iran yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, “tradisi tabut di Sumatera Barat dan Lampung adalah salah satu bentuk pengaruh budaya Iran di Indonesia”. Di samping persamaan antara Indonesia dan Iran sebagai negara yang sama-sama mayoritas berpenduduk muslim, beliau juga menjelaskan perbedaan keduanya dalam hal madzhab hukum Islam, di mana Indonesia dominan Sunni sedangkan Iran dominan Syi’i.
Sebagai paham keagamaan, Sunni dan Syi’i memang terdapat perbedaan di samping persamaan. Namun, “untuk membangun hubungan yang harmonis dan kerukunan bersama, sepatutnya persamaan terus dikembangkan dan diperkuat, sementara perbedaan harus terus diminimalisasi dengan semangat ukhuwah Islamiyah”, begitu arahan Wamenag di hadapan hadirin.
“Apa yang disebut dengan “Risalah Amman” (The Amman Massage) tanggal 9 November 2004 yang ditandatangani oleh ratusan ulama sedunia, agar dijadikan acuan hidup Sunni-Syi’i”, tegas beliau lebih lanjut.
Hadir pada acara tersebut Rektor UIN Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, Dubes Iran untuk Indonesia Dr. Mahmoud Farazandeh, Menteri Kebudayaan Iran Dr. Sayid Mohammad Hosseini, dan sejumlah undangan lainnya dari kalangan akademisi dan pemerhati budaya Iran. (Edijun)
Sumber:http://bimasislam.kemenag.go.id/informasi/berita/388-wakil-menteri-agama-membuka-seminar-tentang-iran.html
Di Hadapan Pejabat Iran, Nasaruddin Umar Pastikan Umat Syiah Aman di Indonesia
Kamis, 08 Maret 2012 , 18:58:00 WIB
Laporan: Ihsan Dalimunthe
RMOL. Wakil Menteri Agama, Nasaruddin Umar menegaskan kelompok Syiah di Indonesia aman. Kekerasan dan pembubaran kegiatan umat Syiah di Sampang, Madura, sudah diatasi dengan baik oleh pemerintah.
Hal itu disampaikan Nasaruddin pada Seminar Internasional “The Role and Contribution of Iranian Scholars to Islamic Civilization” di kampus UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Kamis 8/3. Hadir pada acara tersebut Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran dan juga Dubes Iran untuk Indonesia.
“Sudah berhasil diatasi dengan baik. Kami lakukan dialog dengan intensif bersama ormas-ormas Islam, tidak pernah ada pertikaian yang serius antara syiah-sunni di indonesia,” ujar Nasaruddin.
Nasaruddin menambahkan dalam penanganan perseteruan Sunni-Yyiah, pemerintah bekerjasama dengan semua pihak untuk menyelesaikannya dengan proses ke-Indonesia-an. Menurut Nasaruddin, semua proses, baik budaya, maupun agama Islam antara Sunni dan Syiah ketika masuk ke Indonesia akan mengalami proses peng-Indonesia-an dan kemudian melahirkan kekayaan yang luar biasa.
“Umat Islam harus saling bersatu, sembari menghargai semua perbedaan,”demikian Nasaruddin.
Republik Iran merupakan negara yang didominasi muslim Syiah. Seminar Internasional ini merupkan rangkaian dari Pekan Budaya Iran yang sedang berlangsung di Jakarta sampai 13 Maret mendatang.
Menurut Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran Sayed Mohammad Hosaini Pekan Budaya Iran diharapkan dapat menjembatani antara Timur dan Barat Dunia Islam serta dapat membuka lembaran baru hubungan di bidang budaya khusunya Indonesia dan Iran. [zul] http://www.rmol.co/read/2012/03/08/57048/Di-Hadapan-Pejabat-Iran,-Nasaruddin-Umar-Pastikan-Umat-Syiah-Aman-di-Indonesia
Catatan : Risalah Amman (The Amman Massage)
Risalah Amman Yang Ditanda Tangani Kurang Lebih 500 Ulama Baik Syiah maupun Sunnah
Risalah ‘Amman (رسالة عمّان) dimulai sebagai deklarasi yang di rilis pada 27 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan 9 November 2004 M oleh HM Raja Abdullah II bin Al-Hussein di Amman, Yordania. Risalah Amman (رسالة عمّان) bermula dari upaya pencarian tentang manakah yang “Islam” dan mana yang bukan (Islam), aksi mana yang merepresentasikan Islam dan mana yang tidak (merepresentasikan Islam). Tujuannya adalah untuk memberikan kejelasan kepada dunia modern tentang “Islam yang benar (الطبيعة الحقيقية للإسلام)” dan “kebenaran Islam” (وطبيعة الإسلام الحقيقي).
Untuk lebih menguatkan asas otoritas keagamaan pada pernyataan ini, Raja Abdullah II mengirim tiga pertanyaan berikut kepada 24 ulama senior dari berbagai belahan dunia yang merepresentasikan seluruh Aliran dan Mazhab dalam Islam :
1. Siapakah seorang Muslim ?
2. Apakah boleh melakukan Takfir (memvonis Kafir) ?
3. Siapakah yang memiliki haq untuk mengeluarkan fatwa ?
Dengan berlandaskan fatwa-fatwa ulama besar (العلماء الكبار) –termasuk diantaranya Syaikhul Azhar (شيخ الأزهر), Ayatullah As-Sistaniy (آية الله السيستاني), Syekh Qardhawiy (شيخ القرضاوي)– , maka pada Juli tahun 2005 M, Raja Abdullah II mengadakan sebuah Konferensi Islam Internasional yang mengundang 200 Ulama terkemuka dunia dari 50 negara. Di Amman, ulama-ulama tersebut mengeluarkan sebuah panduan tentang tiga isu fundamental (yang kemudian dikenal dengan sebutan “Tiga Poin Risalah ‘Amman/محاور رسالة عمّان الثلاثة”), Berikut adalah kutipan Piagam Amman dari Konferensi Islam Internasional yang diadakan di Amman, Yordania, dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern” (27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.) dan dihadiri oleh ratusan Ulama’ dari seluruh dunia sebagai berikut:
Siapapun yang mengikuti Madzhab yang 4 dari Ahlussunnah wal Jamaah (Madzhab Hanafiy, Malikiy, Syafi’iy, Hanbali), Madzhab Syi’ah Ja’fariy/Imamiyah/Itsna Asyariyah, Madzhab Syi’ah Zaidiyah, Madzhab Ibadiy, Madzhab Dhahiriy, maka dia Muslim dan tidak boleh mentakfir-nya (memvonisnya kafir) dan haram darahnya, kehormatannya dan hartanya. dan juga dalam fatwa Fadlilatusy Syekh Al-Azhar tidak boleh mentakfir ulama-ulama beraqidah Al-Asy’ariyah dan aliran Tashawuf yang hakiki (benar). Demikian juga tidak boleh memvonis kafir ulama-ulama yang berpaham Salafiy yang shahih.
Sebagaimana juga tidak boleh memvonis kafir kelompok kaum Muslimin yang lainnya yang beriman kepada Allah dan kepara Rasulullah, rukun-rukun Iman, menghormati rukun Islam dan tidak mengingkari informasi yang berasal dari agama Islam.
Tragedi Syi’ah Sampang dan Solusinya
Tragedi Sampang adalah akibat lambanya peran Pemerintah dalam mengantisipasi dan memberikan solusi atas konflik antar pengikut mazhab yang berbeda khususnya Muslim Sunni dan Muslim Syi’ah. Sejak kerusuhan Sampang Desember 2011 Pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia telah melakukan kajian tentang mazhab Syi’ah dan sampai sekarang ini tak ada kesimpulan dan keputusan tegas apa dan bagaimana hasil kajian itu sampai akhirnya tragedi Sampang terulang kembali pada 26 Agustus 2012 hingga jatuh korban.
Tragedi sampang tidaklah berdiri sendiri tetapi setidaknya ada mata-rantai kejadian sebelumnya yang belum tuntas dan menyisakan banyak masalah ibarat api dalam sekam Tragedi 26 Agustus 2012 adalah puncak dari rentetan kejadian demi kejadian khususnya bagi pemeluk mazhab Syi’ah di Sampang dan seluruh wilayah Jawa Timur pada umumnya.
Seluruh pemangku kepentingan di negeri ini ketika terjadi pergesekan antara Sunnah dan Syi’ah seolah menutup mata bahkan kalau perlu direduksi menjadi konflik antar keluarga. Sumber-sumber berita resmi-pun seolah melakukan kesalahan massal dalam memberikan informasi yang tidak berimbang kepada masyarakat awam. Semua seakan berlomba menyajikan fakta dengan konteks dan sudut pandang yang berbeda sementara fakta demi faktapun bisa direkayasa dengan tujuan dan kepentingan masing-masing kelompok dan golongannya sendiri-sendiri. Sebegitu buta dan kelamnyakah mata hati kita sehingga tak mampu melihat dan bersikap sesuai dengan hati nurani???…ya nurani kemanusiaan.
Syi’ah sebagai Korban Kezhaliman tersistematis memiliki daya tahan yang sudah teruji dari zaman ke zaman dari generasi ke generasi dan sebagai mazhab minoritas di kalangan Kaum Muslimin mereka masih tetap eksis sampai sekarang dan selalu terlibat dalam segala permasalahan Kaum Muslimin Dunia. Mazhab Syi’ah adalah mazhab tertua setua Risalah Islam itu sendiri sungguh ironis ketika sebagaian Muslim Indonesia yang memeluk mazhab Syi’ah gigih menganjurkan Ukhuwah dan kasih sayang pada saat yang sama ada pihak-pihak yang selalu memprovokasi umat awam dengan ajakan kebencian, permusuhan bahkan anjuran pembunuhan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi dengan menyebarkan fitnah dan tuduhan yang tak mendasar kepada pemeluk Mazhab ini, seperti tuduhan bahwa kaum Syi’ah menganggap al-Qur’an yang ada sekarang sudah tidak otentik lagi, tuduhan bahwa Kaum Syi’ah menganggap Ikhwan Ahlussunnah halal darahnya dan banyak fitnah-fitnah keji yang mereka tuduhkan kepada mazhab Syi’ah.
Dengan fitnah dan tuduhan keji itulah mereka bereaksi dengan dalih inilah lawan dari aksi karena Kaum Syi’ah telah menodai Agama Islam dengan menganggap Kitab Suci al-Qur’an sudah tidak otentik lagi dan mengalami banyak sekali perubahan tanpa ada proses tabayyun dan dialog ilmiyah yang berkesinambungan.
Terlalu banyak aktor intekletual yang bermain dibalik penzholiman kepada kaum Muslim Syi’ah Indonesia dan tersistematis ini saling bertali-temali satu sama lain walau dengan jalan yang berbeda tetapi dengan kepentingan dan tujuan yang sama yakni memahamkan kepada masyarakat bahwa Syi’ah adalah kafir dan diluar Islam sehingga wajib diperangi dan tindakan anarkhisme seolah menjadi kata kunci untuk membumi hanguskan muslim Syi’ah dari negeri Pancasila ini ..NAUZDUBILLAHI MIN DZAALIK.
Ditambah lagi Kelompok pengusung faham takfir gigih menyebarkan virus takfirnya ke semua lini dan lintas mazhab, WASPADA terhadap jenis virus yg satu ini karena ia langsung menyerang dan mengeinfeksi saraf dan jantung umat, ciri-ciri mereka yang terinfeksi virus ini iyalah anti logika, jumud, beringas, merasa paling benar sendiri selainnya salah, cenderung kepada perpecahan umat, mengandalkan logika kekuatan dan menyetujui tindak kekerasan.
Pembiaran Pemerintah terhadap opini yang berkembang di tengah masyarakat bahwa mazhab Syi’ah sebagai aliran sesat dan menyesatkan berkontribusi utama memicu konflik dan kekerasan di tingkat akar rumput. Konflik ini harus diselesaikan dengan dialog yang berkesinambungan antara Ahlussunnah dan Syi’ah agar tumbuh saling pengertian dan kasih-sayang antar pemeluk dua mazhab besar dalam Islam ini. Kesan lambat dan tak tegas dalam bersikap menjadikan Negara gagal hadir dalam mengatasi berbagai ancaman konflik horisontal bernuansa sektarian ini. Sunnah-Syi’ah bersaudara dan wajib menjalin Ukhuwah Islamiyah.
Beberapa Penyebab Anarkhisme kepada Muslim Syi’ah :
1. Rekomendasi MUI tentang Syi’ah tahun 1984, walaupun ini bukan fatwa tetapi opini yang terbentuk di dalam masyarakat adalah Fatwa MUI tentang sesatnya Syi’ah.
2. Fatwa MUI Jawa Timur No. Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tentang Kesesatan Syi’ah
3. Fatwa MUI Sampang No. A-035/MUI/spg/2012 tentang kesesatan ajaran Syi’ah
4. Musyawarah Ulama dan Ummat Islam Indonesia Ke-2 di Mesjid al-Fajr, Bandung, Ahad 30 Jumadil Awwal 1433 H/ 22 April 2012 , yang disponsori oleh Majelis Intelektual dan Ulama Muda Islam (MIUMI)merumuskan bagaimana menghadapi kesesatan Syi’ah.
Target Musyawarah MIUMI
Agenda musyawarah tersebut dilatarbelakangi oleh fakta mengenai banyaknya keputusan dan fatwa mengenai Syi’ah yang semuanya dapat menjadi tidak efektif tanpa rumusan tindak lanjut yang jelas. Oleh karena itu, pada prinsipnya, musyawarah yang telah dilaksanakan bukanlah untuk membuat pernyataan sikap atau fatwa mengenai Syi’ah, melainkan untuk merumuskan tindak lanjut atas semua keputusan dan fatwa mengenai sesatnya Syi’ah. MIUMI adalah kelompok Wahabi yang gigih memecah belah umat dengan isyu-isyu mazhab.
Solusi
Solusinya adalah cabut semua fatwa yang menyesatkan Syi’ah dan lakukan dialog yang berkesianambungan antara Ulama Sunnah dan Ulama Syi’ah dengan ilmu dan akhlak. Menghindari dialog berarti membiarkan konflik horizontal berlanjut dan akan mencabik-cabik negeri kita tercinta ini. Cara yang paling tepat ialah mendesak semua pemangku kepentingan sepe rti Kementerian Agama, MUI Pusat dan Daerah, DPR, Kejaksaan, Kepolisian, Ormas-ormas Islam untuk merumuskan dan melihatnya sebagai ancaman serius bagi instabilitas Negara dari kelompok takfir ini maka kita perlu memberikan masukan bahwa ini hanya tinggal menunggu waktu saja apabila ada yang menyulut dan memulai maka meledaklah dan untuk menghindari konflik horisontal yang lebih besar seperti di Pakistan maka perlu di keluarkan pernyataan resmi bersama secara eksplisit tentang pentingnya menjaga Ukhuwah Islamiyah antara pemeluk mazhab-mazhab yang sah di dalam Islam khususnya Sunnah dan Syi’ah.. agar konflik horisontal bisa di antisipasi sedini mungkin dan bagi pelaku pelanggaran baik lembaga atau perorangan akan di kenai sangsi hukum yg berat dan KALAU TIDAK BERSIAPLAH MENUJU INDONESIA YANG PORAK-PORANDA !!!!!!!
Syi’ah adalah mazhab tertua di dalam Islam ibarat saudara kandung kami adalah saudara tua yang banyak ngalahnya, pergesekan Sunnah dan Syi’ah terjadi bukan karena Syi’ah hadir di Indonesia, Syi’ah bukanlah penyebab tetapi malah sebagai akibat dan korbannya…kekerasan dan konflik terjadi disebabkan karena ketidakmampuan suatu kelompok menerima sebuah keyakinan/mazhab yang berbeda dan ketidakmampuan menerima sikap kritis, obyektif dan ilmiyah yang dianggap akan merugikan kepentingan mereka dan dianggap merongrong kemapanan mereka yang selama ini telah mereka nikmati.
Jangan mudah terpancing provokasi kelompok takfir dan anti kemajemukan, marilah saling belajar dan saling memahami antara Sunnah dan Syi’ah agar toleransi tercipta. Ingat strategi kelompok yang anti persatuan dan anti Syi’ah mirip seperti strategi yg diterapkan kaum Zionis, Para anti persatuan berupaya memancing-mancing muslim Syi’ah dengan perbedaan mazhab dan pembahasan masalah khilafiyah dan mulai menyudutkannya, begitu sebagian Muslim Syi’ah mulai terpancing maka mereka senang dan mulailah mereka melakukan pembalasan yang lebih besar dan tak berperi-kemanusiaan, seperti Zionis menyerang Palestine dengan serangan kecil lebih dahulu, Palestine membalas dengan serangan ala kadarnya atau setimpal kemudian Zionis membalasnya lagi dengan serangan yang lebih besar dan dahsyat dan terus berupaya memojokkan Palestine seraya menggalang opini dunia bahwa perjuangan Palestine bukanlah perjuangan kemerdekaan tetapi adalah makar kaum teroris.
Marilah kita kembangkan sikap toleransi dan persaudaraan bahwa perbedaan mazhab bukan berarti permusuhan, Ukhuwah Islamiyah bukan berarti meniadakan atau peleburan semua mazhab, kaum Sunni tetap menjadi Sunni dan kaum Syi’ah tetap menjadi Syi’ah karena Sunnah dan Syi’ah adalah aliran yang sah yang lahir dari Rahim Islam yang Satu, kalupun ada perbedaan tidak lebih kepada masalah furu’iyah bukan masalah pokok aqidah lebih baik saling mendekatkan dengan banyaknya persamaan daripada terus bersengketa dengan sedikitnya perbedaan dan termakan isyu propaganda dari kaum zionis, salibis, dan kelompok fanatis yang tidak sadar dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk melemahkan agama yang haq ini, marilah kita bersama-sama baik Sunnah maupun Syi’ah berlomba-lomba memberikan kontribusi kepada Islam agar Islam jaya sebagai Rahmatan lil alamin meskipun lewat jalan yang tidak harus selalu sama.
Saudaraku semua! Musuh-musuh kita tidak membedakan Sunni dan Syiah. Mereka hanya mau menghancurkan Islam sebagai sebuah ideologi dunia. Oleh karena itu, segala kerja sama dan langkah demi menciptakan perbedaan dan pertentangan antara muslimin dengan tema Syiah dan Sunni berarti bekerja sama dengan kufr dan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Berdasarkan hal ini, Pertentangan adalah haram dan pertentangan harus dihapuskan.”
Ini 8 Poin Kesepakatan Kasus Sampang, Tak Ada Relokasi
Senin, 10/09/2012 15:09 WIB
Danu Damarjati – detikNews
Jakarta Kesepakatan tentang kasus Sampang sudah dikeluarkan pemerintah dan organisasi terkait. Kesepakatan menyatakan tidak ada relokasi pada warga.
Kesepakatan dibuat oleh Mendagri Gamawan Fauzi, Menag Suryadharma Ali, Gubernur Jatim Soekarwo, Bupati Sampang Noer Tjahja, Ketua MUI Slamet Effendy Yusuf, perwakilan dari PBNU Malik Madani, perwakilan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (Ijabi) Jalaluddin Rakhmat dan perwakilan Ahlul Bait Indonesia (ABI) Umar Shahab.
Kesepakatan berlangsung di Kemendagri Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (10/9/2012). Pertemuan berlangsung tertutup.
“Pagi tadi Mendagri mengambil langkah inisiatif bersama Menag, Gubernur Jatim, Bupati Sampang, MUI, PBNU, IJabi dan ABI mengadakan pertemuan para pemuka dan tokoh masyarakat,” ujar Kapuspen Kemendagri Reydonnyzar Moenek di Kemendagri, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Dari hasil pertemuan dicapai 8 kesepakatan yakni:
1. Kami yang ikut dalam pertemuan ini sepakat melakukan upaya-upaya guna menyelesaikan permasalahan permanen untuk Kabupaten Sampang.
2. Pimpinan Ijabi pusat dan pimpinan ABI pusat akan berusaha memberikan dukungan untuk mewujudkan ketertiban masyarakat di wilayah Sampang dan Jatim pada khususnya.
3. Pimpinan NU bersama dengan unsur NU di Jatim ikut berusaha menciptakan kondisi kondusif di Jatim.
4. MUI pusat bersama MUI Jatim membantu mewujudkan kerukunan umat dalam rangka meneguhkan ukhuwah Islamiyah.
5. Pemda Jatim memfasilitasi pada pengungsi Sampang mencarikan solusi permanen terhadap masa depan para pengungsi.
6. Pemda Jatim memfasilitasi terhadap adanya keinginan bagi pengungsi untuk mencari penampungan sementara dengan memperhatikan kemampuan pemda.
7. Pemda Kabupaten Sampang bersama-sama dengan unsur forum koordinasi pimpinan daerah (forkopimda) berupaya memberikan jaminan ketentraman dan ketertiban masyarakat di wilayah Sampang.
“Jadi jangan diartikan ini sebagai relokasi ya. Intinya tidak ada dan kita belum sampai pada sebuah kesimpulan relokasi. Intinya pemerintah tetap tidak akan merelokasi karena mereka punya keterikatan yang kuat terhadap kultural dan sosilogis,” kata Reydonnyzar.
8. Semua pihak sepakat melakukan dialog-dialog secara terus-menerus menciptakan hubungan harmonis internal umat Islam.
Menurut Reydonnyzar, Pemprov Jatim sedang mencari lokasi penampungan 370 orang dengan sekitar 140 KK.
“Sedang dicarikan dan bagaimana formatnya masih dalam pembahasan tapi intinya penampungan sementara. Dana berasal dari pemda, Pemprov Jatim dan Pemkab Sampang,” ucap dia.(nik/nwk)
http://news.detik.com/read/2012/09/10/150947/2013713/10/ini-8-poin-kesepakatan-kasus-sampang-tak-ada-relokasi?9922032
0 comments to "JADWAL KEGIATAN BULAN DZULHIJAH 1433 H DAN MUHARRAM 1434 H DI BANJARMASIN-KALIMANTAN SELATAN"