Home , , , , , , � Semarak Idhul Ghadir di Banjarmasin : Kami warga Banua Banjar memohon syafaatmu ya Muhammad Rasulullah atas perayaan Idhul Ghadir ini, semoga nanti kaum muslimin apapun mazhab dan alirannya senantiasa memelihara tradisi ini...InsyaAllah

Semarak Idhul Ghadir di Banjarmasin : Kami warga Banua Banjar memohon syafaatmu ya Muhammad Rasulullah atas perayaan Idhul Ghadir ini, semoga nanti kaum muslimin apapun mazhab dan alirannya senantiasa memelihara tradisi ini...InsyaAllah












IKUTI! SEMINAR PUBLIK "MAHDISME DAN GLOBALISASI DALAM BINGKAI NKRI"
 DI-AULA BANJARMASIN POST, TANGGAL 31 OKTOBER 2012 HARI RABU__PEMBICARA: 1. PROLOG, UST. H. BUSYAIRI ALI, SH.I, MH.I ( ALUMNI PASCA SARCANA IAIN ANTASARI "FILSAFAT HUKUM ISLAM)2. PEMATERI, UST. SAYED TOHA AL-MUSAWWA, M.A (ALUMNI PASCA SARJANA QUM UNIVERSITY) DARI SEMARANG___WAKTU JAM 13.30 WITA S.D SELESAI. ACARA INI TERSELENGGARA ATAS KERJASAMA FK2 KAL-SEL DAN BANJARMASIN POST.
GRATIS TIDAK DIPUNGUT BAYARAN..!!!!!!!

Salam, Di beritahukan kepada segenap ikhwan dan akhwat serta segenap kaum muslimin dan muslimat di undang untuk menghadiri Acara-Acara hari-hari besar Islam berikut ini:

A. Peringatan Ghadir Khum yang di selenggarakan pada :
Hari: Sabtu Tanggal: 3 Nopember 2012 Pukul: 13.00 wita s.d selesai
Tempat: Aula Pelatihan KOPERTIS Kalimantan lantai II
Pembicara: 1. Ust. Habib Toha Al-Musawwa, MA 2. Ust.DR. Habib Abdullah al-Hinduan, MA.

B. Peringatan Asyuro 10 Muharram Tragedi Karbala, yang diselenggarakan pada,
Hari: Sabtu, 24 Nopember 2012
Tempat: Gedung Yayasan Kangker Indonesia KM 5 Dekat SMA 7 Banjarmasin,
Waktu: Jam.13.00 wita s.d selesai,
Pembicara: Ust. Habib Hasyimi dari pekalongan, Maktam dan do'a Ziarah: Habib Husein Baroem dari Purbalinggo JATIM.
C. Peringatan Arbain (40 hari tragedi Karbala), yang diselenggarakan pada,
Hari: Kamis, 3 Januari 2012 / 20 Shafar 1434 H
Tempat: Auditorium IAIN Antasari, Waktu : Jam 13.00 wita s.d selesai
Pembicara: Ust. Habib Abdurrahman dari Malang dan Hujjatul Islam dari Republik Islam Iran kalau tidak ada halangan.

Acara tersebut telah di persiapkan oleh panitia pelaksana: Students Of Ar-Risalah Islamic Boarding School dan Forum Kajian Keislaman (FK2) Kal-Sel.

Bagi Ikhwan & Akhwat yang mau berpartisipasi untuk kelancaran acara tersebut
bisa menghubungi panitia pelaksana,
H.Badaruddin; 085249733009 atau BB pin 226D4302,
Dian Yuliastuti: 0511-7405728,
A.Fitriansyah; 081349532524 atau
sampaikan pesan ke Grouf FK 2 Face Book/ Email: fk2banjarmasin@yahoo.com, semoga kesediaan ikhwan dan akhwat menjadi keberkahan kita semua dan kita akan mendapat syafaat di mahsyar kelak dari Rasulullah saww dan Ahlulbait as. Labbaika Ya Husein, Labbaika Ya Husein, Labbaika Ya Husein.



Ghadir Bukan Fenomena Histroris, Melainkan Sebuah Budaya


Direktur Lembaga Spesialis Nahjul Balaghah Hauzah Ilmiah, Ayatullah Sayid Jamaluddin Din-parvar menyatakan, "Ghadir adalah kelanjutan risalah para nabi. Adapun untuk Rasulullah Saw, ghadir adalah pengantar pada wilayah dan imamah."


IRNA (29/10) melaporkan, Ayatullah Din-parvar mengatakan, "Ghadir adalah mukaddimah untuk hidayah manusia serta kemajuan dunia dan akhiratnya, dan sebagai hasilnya, seorang manusia teladan dan sempurna menjadi pemimpin masyarakat yang membimbing umat menuju kebahagiaan."

Ditambahkannya, "Ghadir bukan sebuah fenomena sejarah yang masa berlakunya telah habis, melainkan sebuah budaya yang terikat erat dengan kehidupan manusia, mengalir di dalamnya, bahkan kehidupan tanpa Ghadir dan tanpa perhatian terhadap seluruh dimensinya, bukan kehidupan yang ideal."

Menurutnya, "Kehidupan bukan sekedar pemberhentian sementara di dunia melainkan sebuah gerakan menuju masa depan dan kebahagiaan serta proses pencapaian kesempurnaan."

Lebih lanjut dijelaskannya, "Masyarakat memerlukan seorang pemimpin yang ideal dan manifestasi pemimpin tersebut ada pada wujud imam dan wali umat."

Di akhir pernyataanya, Ayatullah Din-parvar menilai penyebaran perspektif Revolusi Islam adalah penyebaran perspektif Ghadir.(IRIB Indonesia/MZ)

Ummatun Wahidah, Jadi Acuan Pendekatan Antarmazhab



Sekrateris Jenderal Forum Dunia Pendekatan Antarmazhab Islam, Ayatullah Mohsen Araki, menyinggung pengokohan kerukunan bertetangga antara Iran dan Irak, juga mengharapkan perluasan hubungan dan komunikasi lembaga ini dengan para ulama dan cendikiawan serta para pemuda Muslim Irak.

Hal itu dikemukakan Ayatullah Araki dengan Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki (29/10) dan mengatakan, "Tujuan Forum Dunia Pendekatan Antarmazhab Islam adalah mewujudkan persiapan terbentuknya ummatun wahidah (umat satu) berlandaskan pada teladan rahmat (Rasulullah Saw). 

Ditambahkannya, "Forum Dunia Pendekatan Antarmazhab Islam menyediakan sarana untuk pengenalan antarmazhab, etnis, dan bangsa-bangsa Muslim, serta menghancurkan dinding-dinding pemisah dalam masyarakat Islam yang diciptakan musuh, sehingga hati umat Islam semakin dekat."

Di bagian lain pernyataannya, Ayatullah Araki mengatakan, "Konferensi Persatuan Islam tahun ini digelar bersamaan dengan peringatan Maulud Nabi (Saw), dan akan dilaksanakan program baru pendekatan antarmazhab Islam."

Di lain pihak, PM Irak, Nouri al-Maliki menyatakan komitmen pemerintah Irak bekerjasama dengan Forum Dunia Pendekatan Antarmazhab Islam demi perluasan pendekatan antarmazhab.

"Kami berharap seluruh friksi mazhab dan etnis yang ada saat ini di Irak dapat terselesaikan dengan upaya Foum Dunia Pendekatan Antarmazhab Islam (Iran)," tegas Maliki.(IRIB Indonesia/MZ)

Penyebaran Budaya Ghadir Berarti Globalisasi Islam Murni



Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran, Sayid Mohammad Hoseini menyatakan, "Dalam globalisasi Islam Muhammad (Saw), maka kita harus menyebarkan budaya Ghadir bersama dengan maarif dan ajaran Islam dengan menggunakan seluruh kapasitas serta sarana budaya dan seni, ke seluruh dunia."

Sayid Mohammad Hoseini, Senin (29/10) dalam seminar ‘Ghadir dan Kebangkitan Islam' di Universitas Tabriz mengatakan, "Sekarang, kita tengah menyaksikan berbagai peristiwa penting di dunia, musuh sedang mengerahkan seluruh sarana yang mereka miliki untuk menyebarkan Islamphobia dan gerakan anti-Islam."

"Mereka bahkan menggunakan sinema untuk mengesankan bahwa Islam adalah agama pendukung kekerasan dan Muslimin sebagai orang kasar," tuturnya.

Hoseini mengatakan, "Dengan menistakan kesucian Islam dan Rasulullah Saw serta agama-agama langit, musuh berusaha menyulut permusuhan antarpengikut agama."

Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran menegaskan, "Rezim-rezim imperialis dan arogan dunia memiliki kepentingan yang tidak mungkin mereka lepaskan. Di hadapan mereka, rakyat memiliki tuntutan logis, akan tetapi karena tuntutan tersebut merugikan rezim imperialis, maka mereka pun menutup telinga dan menolak mendengar tuntutan tersebut."

"Pendapat kami adalah bahwa setelah Rasulullah Saw dan para imam maksum (as), pemerintahan harus diserahkan kepada orang yang memiliki karakter dan sifat mendekati para imam," jelasnya.

"Menurut kami, jika umat manusia ingin terbebas dari kezaliman dan kejahatan, maka harus muncul seorang manusia yang sifat dan karakteristiknya sama seperti Imam Ali as dan para imam maksum as."

Di akhir pernyataannya, Hoseini menekankan pentingnya pengenalan budaya Ghadir dan kesempurnaan Imam Ali as dan mengimbau para insan budaya dan seniman untuk menggunakan sarana yang mereka miliki untuk menjelaskan budaya Ghadir dan menjelaskan seluruh dimensi Amirul Mukminin as. (IRIB Indonesia/MZ)

Ghadir, Hari Kesempurnaan Agama



Setiap bangsa dan umat pasti memiliki hari-hari khusus yang diagungkan dan dihormati, dalam tradisi maupun ajaran yang mereka anut. Lewat peringatan hari-hari besar itulah mereka mengikat kembali janji setia atau mengenang sebuah peristiwa yang sangat penting. Tanggal 18 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah, sepulangnya dari haji Wada Nabi Saw di hadapan puluhan ribu sahabatnya, mengumumkan bahwa sepeninggal beliau Ali bin Abi Thalib adalah penerus beliau untuk memimpin umat. Pengumuman itu diikuti oleh suka cita mendalam dan wajah Nabi Saw nampak berseri-seri. Nabi, bahkan meminta para sahabat untuk memberikan ucapan selamat kepada beliau. Tak ada ungkapan seperti itu yang keluar dari lisan Nabi pada momen-momen yang lain bahkan setelah kemenangan perang yang menentukan sekalipun. Suasana kegembiraan memenuhi gurun yang dikenal dengan nama Ghadir Khum, tempat terjadinya peristiwa tersebut.

Para sahabat satu persatu bergegas menyampaikan ucapan selamat kepada Ali dan membaiatnya. Hassan bin Tsabit, yang dikenal dengan gelar Penyair Nabi, meminta izin dari Sang Rasul untuk membacakan beberapa bait syairnya tentang peristiwa tanggal 18 Dzulhijjah itu. Tak hanya Hassan, Muslim bin Ubadah al-Anshari juga membacakan bait-bait syairnya. Sejak saat itu, tanggal 18 Dzulhijjah diperingati sebagai hari raya Ghadir Khum. Puji ke hadirat Allah karena telah menjadikan kita sebagai orang-orang yang menerima wilayah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib as.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Imam Jakfar Shadiq as menyampaikan salam kepada para sahabat dan pengikutnya serta memohon kepada Allah Swt untuk melimpahkan rahmat-Nya kepada setiap hamba Allah yang berkumpul dengan orang-orang lain di hari Ghadir untuk membincangkan sirah keteladanan Ahlul Bait as.

Eid yang biasanya diartikan dengan makna hari raya sebenarnya mengandung arti kembali. Di hari pertama bulan Syawal, setelah merampungkan puasa dan ibadah-ibadah lainnya, umat Islam merayakan hari itu dan menyebutnya sebagai Eidul Fithr, yang berarti kembali ke fitrah. Peristiwa Ghadir Khum juga mengandung makna kembalinya kehidupan kepada umat Islam. Sebab, dengan bertambahnya usia Rasulullah, muncul kekhawatiran akan masa depan Islam dan kaum Muslimin. Namun kekhawatiran itu sirna setelah Nabi mengumumkan siapakah yang bakal menjadi pengganti beliau. Pengumuman itu terjadi pada hari Ghadir. Karena itu, sudah semestinya hari ini dirayakan sebagai hari besar bagi umat Islam. Imam Hasan as, cucu Nabi Saw ketika berada di Kufah merayakan peringatan hari raya Ghadir setiap tahun dengan membuka jamuan umum. Imam Ali as dan keluarga serta para pengikut setia beliau ikut serta dalam jamuan itu.

Sejak menjejakkan kaki di bumi ini, manusia yang memikul tanggung jawab bernama taklif, memerlukan bimbingan dari Allah untuk bisa selamat dalam mengarungi kehidupan. Adam sebagai manusia pertama mendapat mandat ilahi untuk memimpin dan membimbing umat manusia. Satu persatu nabi utusan Allah muncul ke tengah umat manusia sampai akhirnya Allah Swt mengutus Nabi-Nya yang terakhir dengan risalah yang sempurna dan relevan sepanjang masa, Baginda Nabi Muhammad Saw.

Setelah wafatnya Rasulullah, risalah kenabian terputus dan tidak ada lagi wahyu yang turun. Namun itu tidak berarti bahwa umat manusia sudah tidak lagi memerlukan figur pemimpin dan pembawa hidayah. Sebelum wafat, Nabi Saw sudah mengumumkan siapa yang bakal menjadi pengganti beliau sebagai pemimpin umat dan pembimbing mereka ke jalan kebenaran. Ali bin Abi Thalib dalam sebuah prosesi istimewa yang terjadi tanggal18 Dzulhijjah tahun 10 hijriyah resmi ditetapkan sebagai Imam dan maula bagi umat Islam. Ali as adalah imam pertama dari silsilah 12 imam yang telah disebutkan Nabi dalam sejumlah hadis. Mereka itulah yang menjadi figur-figur pemimpin bagi umat manusia setelah berakhirnya masa kenabian.

Hari raya Ghadir adalah hari raya yang mengagungkan Imam Ali as. Beliau adalah figur insan suci yang sejak awal risalah Islam selalu menyertai Nabi Saw dalam suka dan duka. Dalam satu peperangan, ketika pasukan Islam terkepung dari semua arah dan sebagian besar sahabat Nabi Saw berlari menyelamatkan diri meninggalkan Rasulullah Saw seorang diri. Keringat nampak mengucur membasahi dahi dan kening Rasul di tengah gelora api pertempuran.

Mendadak mata Nabi tertuju kepada sosok pemuda yang dengan gagah berani menerjang musuh dan sesekali kembali merapatkan diri ke arah Nabi. Dialah Ali bin Abi Thalib as. Nabi menghela nafas lega melihat Ali dan bersabda, "Wahai Ali, mengapa engkau tidak berlari bersama orang-orang itu?" Ali menjawab, "Ya Rasulullah, apakah setelah Islam dan mengimanimu, aku mesti menjadi kafir? Aku adalah pengikutmu."

Jawaban Ali yang mantap, pengorbanannya yang tulus dan keksatriaannya yang tanpa tanding dipuji oleh Nabi. Ali bertempur dengan gigih dan menangkis semua serangan kaum Kafir yang terarah kepada Rasulullah. Pasukan Kafir memang mengerahkan segenap tenaga dengan memanfaatkan kondisi yang ada untuk membunuh Nabi. Tetapi kepiawaian dan keberanian Ali yang tanpa tanding menggagalkan usaha mereka. Dalam keadaan seperti itu, malaikat Jibril datang dan berkata, "Hai Muhammad! Inilah pengorbanan sejati." Nabi dengan bangga bersabda, "Ali dariku dan aku darinya." Jibrilpun menjawab, "Dan aku dari kalian berdua."

18 Dzulhijjah, sepulang dari Haji Wada, Rasulullah memerintahkan rombongan kaum muslimin dari berbagai negeri untuk berhenti di sebuah padang sahara yang dikenal dengan nama Ghadir Khum. Ada satu pesan sangat penting yang ingin disampaikan Nabi Saw. Setelah semua berkumpul dan terik matahari terasa menyengat, Nabi berdiri di atas gundukan yang sengaja dibuat sebagai mimbar darurat oleh para sahabat. Dalam sabdanya yang bersejarah, dengan suara lantang berkata, "Siapakah yang lebih layak untuk memimpin setiap insan mukmin dan mengelola urusannya?"

Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasulnya lebih mengetahui." Beliau bertanya lagi, "Bukankah aku yang lebih layak atas diri kaum mukmin dibanding diri mereka sendiri? Sahabat menjawab, "Benar ya Rasulullah." Beliau bersabda, "Wahai umatku! Tak lama lagi aku akan segera memenuhi panggilan Tuhanku. Ketahuilah bahwa aku meninggalkan untuk kalian dua pusaka berharga, yaitu kitabullah dan keluargaku, Ahlu Baitku. Jangan kalian mendahului mereka dan jangan pula menjauh." Nabi Saw lantas mengangkat tangan Ali bin Abi Thalib as dan bersabda, "Wahai umatku! Barang siapa menjadikanku sebagai maula dan pemimpinnya maka Ali adalah maula dan pemimpinnya juga." Beliau kemudian mengulang doa ini sebanyak tiga kali, "Ya Allah! Pimpinlah orang yang menjadikan Ali pemimpinnya dan musuhilah yang memusuhinya."

Peristiwa Ghadir Khum bukan peristiwa pertama yang menunjukkan pengukuhan Nabi Saw akan keutamaan Ali. Tapi peristiwa ini lebih menunjuk kepada peresmiannya di hadapan lautan manusia yang ditaksir berjumlah 120 ribu orang. Saat itulah, Allah Swt menurunkan wahyuNya yang menurut para ulama adalah wahyu al-Quran terakhir, "Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu dan aku sempurnakan bagimu nikmatKu dan Aku merelakan Islam sebagai agama untukmu." (Q.S. al-Maidah: 3)

Nabi Saw di Ghadir Khum menyatakan bahwa telah melaksanakan apa yang telah dibebankan kepada beliau sehingga sempurnalah hujjah atas umat. Beliau juga memerintahkan mereka yang hadir untuk menyampaikan peristiwa yang mereka saksikan di hari itu kepada mereka yang tidak hadir. Hal itu menunjukkan bahwa sabda Nabi Saw di Ghadir bukan hanya ditujukan kepada umat Islam di zaman itu tetapi juga kita yang hidup 14 abad setelah Nabi. Ghadir bukan sekedar peristiwa sejarah tetapi sebuah keyakinan yang mendalam dan lahir dari Islam itu sendiri.

Ali adalah figur yang paling layak menjadi penerus Nabi Saw. Seluruh kemuliaan dan keutamaan Ali mengungguli semua orang. Ilmunya yang luas bukan rahasia bagi siapapun. Karena itu pantas jika Nabi menyebutnya sebagai pintu kota ilmu. Jiwanya yang suci menjadikannya manusia yang jauh dari semua dosa dan segala bentuk ketertarikan kepada hawa nafsu dan gemerlap dunia. Sampai-sampai salah seorang sahabat dekatnya menceritakan bahwa di mata Ali, nilai kekuasaan tak lebih dari tali sepatunya yang sudah kumal.

Ghadir membawa pesan bahwa kekuasaan dan kepemimpinan seharusnya berada di tangan manusia-manusia saleh yang punya kecakapan dalam memimpin dan mengatur masyarakat. Ketika Allah lewat RasulNya menobatkan Ali sebagai pemimpin atas umat, tentunya yang mengemuka pertama kali adalah karakter figur itu yang menjadikannya layak menerima kedudukan tersebut. Jika Ali adalah insan yang saleh, taat, pandai, cakap memimpin, berakhlak baik, terpercaya, zuhud, dan jujur, maka dalam memilih pemimpin bagi sebuah masyarakat kriteria-kriteria itulah yang harus diperhatikan, sehingga keadilan dan kesejahteraan bisa terwujud, dan kaum zalim tak lagi mendapat tempat. (IRIB Indonesia)

Ritual Haji dan Persatuan Umat



Kongres haji tahun ini sebagaimana tahun-tahun sebelumnya juga digelar dengan penuh keagungan di Tanah Suci Mekkah. Haji adalah manifestasi aktual dari persatuan dan kesatuan umat Islam. Ritual ini membuktikan bahwa dimensi persamaan mereka jauh lebih banyak dari sisi perbedaan. Jika Muslim memelihara persatuan dan kesatuan itu sepanjang tahun di berbagai sektor, maka musuh-musuh Islam tidak akan punya keberanian untuk menginvasi negara-negara Muslim dan menghina sakralitas agama agung ini.

Sepanjang sejarah, Muslim menelan kemunduran terbesar akibat melupakan dimensi persamaan dan menaruh perhatian pada sisi-sisi perbedaan. Kebijakan pecah belah antara sesama Muslim telah menjadi kebijakan strategis musuh-musuh Islam untuk menancapkan pengaruh di tengah mereka. Oleh karena itu, ritual berlepas tangan dari orang-orang musyrik dalam beberapa tahun terakhir terasa sangat penting untuk didengungkan dan dilestarikan.

Filosofi baraah dari orang-orang musyrik mengandung pesan bahwa kongres haji bukan hanya sebuah ritual ibadah, tapi manasik yang mencakup dimensi sosial dan politik. Ritual baraah dari orang-orang musyrik adalah bukti dari dimensi sosial dan politik ibadah haji. Dalam ritual itu, Muslim berlepas tangan dari orang-orang musyrik sekaligus menegaskan persatuan dan kesatuan umat Islam. Tahun ini, acara tersebut juga digelar dengan penuh semangat dan megah.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pesan haji 1433 Hijriyah, kembali mengingatkan umat Islam untuk mewaspadai kebijakan pecah belah musuh di negara-negara Muslim. Rahbar mengatakan, "Musim haji yang penuh dengan rahmat dan berkah telah tiba dan kembali menyinari mereka yang beruntung hadir di tempat-tempat nurani itu dengan pancaran anugerah Ilahi. Di sini, semua orang mendapat kesempatan berlatih persaudaraan, kesamaan dan ketaqwaan."

Ayatullah Khamenei menambahkan, "Di sinilah kamp pendidikan dan pengajaran; ajang pentas persatuan, keagungan dan keanekaan umat Islam; kancah bergumulan melawan syaitan dan thaghut. Inilah lokasi yang ditetapkan Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Kuasa sebagai tempat bagi kaum mukminin untuk bisa menyaksikan kepentingan dan kebaikan mereka. Sesaat ketika membuka mata akal dan ibrah, kita saksikan bahwa janji samawi ini meliputi seluruh sisi kehidupan individual dan sosial kita."

Menyinggung peristiwa-peristiwa penting di dunia Islam, Ayatullah Khamenei menandaskan, "Salah satu masalah terpenting Dunia Islam yang berhubungan langsung dengan nasib umat Islam adalah revolusi yang terjadi di wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah. Sampai sekarang, transformasi ini sudah menggulingkan beberapa rezim bejat yang tunduk kepada Amerika Serikat dan bersekutu dengan Zionisme, dan tengah mengguncang kekuasaan beberapa rezim yang lain.  Rugi besar jika kaum muslimin tidak memanfaatkan kesempatan agung ini untuk memperbaiki nasib umat Islam. Sekarang, kubu agresor yang suka intervensi tengah menguras tenaga untuk mendistorsi gerakan agung umat Islam ini."

Dalam gerakan-gerakan yang besar ini, Muslim dan Muslimah bangkit untuk melawan kediktatoran para penguasa dan menentang hegemoni AS yang berujung pada pelecehan dan penistaan bangsa-bangsa lain serta kedekatan dengan rezim Zionis Israel yang haus kejahatan. Dalam perjuangan hidup dan mati ini, faktor penyelamat bagi mereka adalah Islam serta ajaran dan syiar-syiarnya. Dan, inilah yang mereka nyatakan dengan suara lantang. Pembelaan kepada bangsa Palestina yang  tertindas dan perjuangan melawan rezim Zionis menjadi tuntutan utama mereka. Mereka mengulurkan tangan persahabatan kepada bangsa-bangsa Muslim dan menuntut persatuan umat Islam.

Seperti biasanya sebelum dimulainya manasik haji, Lembaga Bi'tsah dan Badan Penyelenggara Haji Iran di Mekkah telah menggelar beberapa seminar dan pertemuan yang menghadirkan tokoh dan jemaah haji dari berbagai negara Islam. Semua pertemuan itu memfokuskan pada isu  persatuan dunia Islam dan pertukaran pemikiran di antara berbagai kelompok mazhab dalam Islam. Salah satu tema seminar internasional itu adalah "Rasulullah Saw dan Kemuliaan Muslim dalam Ajaran Ahlul Bait as." Pertemuan ini digelar untuk membahas pelecehan terhadap Rasul Saw dan Islam dalam beberapa dekade terakhir di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

Para peserta seminar memaparkan pandangan-pandangan mereka tentang kebijakan musuh-musuh Islam dan cara-cara untuk mempererat persatuan di tengah Muslim. Seorang cendekiawan Pakistan, Sayid Shahed Reza dalam ulasannya, menyinggung gelombang kebangkitan di tengah umat Islam menyusul pelecehan terhadap Nabi Muhammad Saw. Dikatakannya, hasil dari Kebangkitan Islam itu akan lebih tampak dan lebih terasa di tengah generasi-generasi mendatang Muslim dunia. Menurut Shahed Reza, kajian terhadap problema-problema umat Islam di sela-sela pelaksanaan ibadah haji akan meminimalisir tantangan yang dihadapi oleh seluruh dunia Islam.

Dia berharap umat Islam dunia bisa mencapai kesamaan visi dalam merespon penistaan terhadap Rasul Saw. Ditambahkannya, "Meskipun tidak adanya koordinasi, Muslim dunia telah mencapai sebuah persatuan dan Kebangkitan Islam dalam menyikapi pelecehan terhadap Nabi Saw."

Seminar lain yang digelar oleh Lembaga Bi'tsah dan Badan Penyelenggara Haji Iran di Mekkah, mengangkat tema "Tanggung Jawab Kita dalam Membela Rasulullah Saw." Syeikh Ali Najafi, putra dari Ayatullah Syeikh Bashir Najafi, dalam pemaparannya menyinggung orang-orang yang merusak citra Islam sepanjang sejarah yaitu, orang kafir dan individu yang berlagak sebagai Muslim. Dikatakannya, kitab suci al-Quran telah berbicara tentang keberadaan orang-orang seperti itu dan menganggap mereka lebih buruk dari kafir.

Menurut Syeikh Ali, "Salah satu tantangan kita adalah sikap-sikap yang secara lahiriyah tampak Islami, namun sepenuhnya bertentangan dengan semangat Islam." Syeikh Ali mengatakan, "Kita harus bertindak selaras dan terkoordinir dalam menghadapi Barat dan mengaktualisasikan sirah Imam Ali as dalam menyikapi musuh."

Sementara itu, anggota parlemen Lebanon dari kubu Hizbullah, Nawar al-Saheli mengatakan, "Pelecehan terhadap Rasul Saw merupakan sebuah konspirasi global terencana. Analisa kami menunjukkan bahwa Zionisme dan arogan dunia terlibat langsung dalam tindakan itu. Meski demikian, reaksi Muslim harus dilakukan dengan bentuk yang tidak sampai disalahgunakan oleh pihak lain. Para pemikir dan cendekiawan harus bertindak dan menetapkan cara yang berperadaban dalam mereaksi masalah tersebut."

Sepanjang musim haji tahun ini, Lembaga Bi'tsah dan Badan Penyelenggara Haji Iran di Mekkah juga menggelar seminar lain dengan tema "Pendekatan Mazhab-mazhab Islam." Dalam pertemuan itu, seorang anggota Dewan Pusat Hizbullah Lebanon, Khalil Rizk seraya mengapresiasi langkah-langkah pemersatu yang diadopsi oleh Republik Islam Iran selama musim haji, mengatakan jika Nabi Muhammad Saw bukan sebagai penghulu para nabi, suci, sakral dan mulia bagi kaum Muslim, maka tidak tersisa lagi sesuatu yang dapat mempersatukan umat Islam.

Menurut Khalil Rizk, perpecahan di tengah kaum Muslim dikarenakan perbedaan pandangan mereka setelah wafatnya Rasul Saw dan bukan karena agama Islam itu sendiri. Ditambahkannya, "Islam sebagai sebuah syariat menyeru seluruh Muslim untuk berpegang pada al-Quran yang satu dan semua juga harus menyeru Tuhan Yang Esa." Menurutnya, Rasul Saw menentang pengelompokan di tengah masyarakat dan semua Muslim diperintahkan untuk bersatu. (IRIB Indonesia) 

Gaya Hidup Islami Menurut Rahbar



Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menilai generasi muda memiliki banyak poin positif dan menjadi harapan negara. Rahbar dalam pertemuan dengan ribuan mahasiswa, pelajar dan pemuda Khorasan Utara yang digelar pada hari Ahad (14/10) menyebut gaya hidup sebagai bagian terpenting dan hakiki bagi sebuah kemajuan dan upaya membangun peradaban Islam yang baru.   

Di pertemuan ini Rahbar berusaha menjelaskan kepada generasi muda soal gaya hidup sejati guna menemukan kehidupan ideal. Dalam pandangan Rahbar tujuan utama Revolusi Islam Iran adalah membangun peradaban baru Islam dan gaya hidup merupakan salah satu bagian utama dari revolusi ini. Terkait hal ini Rahbar mengatakan, "Peradaban baru memiliki dua unsur: Unsur pertama adalah sarana dan kedua adalah unsur pokok dan dasar... Kita harus menggapai keduanya."

Seraya mengajak para cendekiawan dan kaum pemikir untuk mengulas masalah ini dan membahas patologi bagi gaya hidup yang ada saat ini di Iran serta memikirkan cara penanganannya, beliau mengatakan, "Kemajuan di ranah ilmu, industri, ekonomi dan politik yang merupakan komponen penting bagi peradaban Islam adalah sarana untuk memperoleh gaya gaya dan budaya hidup yang benar sekaligus jalan untuk meraih kedamaian, keamanan, ketinggian dan kemajuan yang hakiki."

Kemajuan, kata Ayatollah al-Udzma Khamenei, mengandung makna gerakan, jalan dan perubahan. Beliau menambahkan, "Dalam kesimpulan apapun yang diambil dari kemajuan yang tak kenal kata henti (baik kesimpulan materi maupun spiritual) gaya hidup, perilaku sosial, dan metode kehidupan punya signifikansi yang besar."

Mengenai gaya hidup dan kaitannya dengan peradaban baru Islam, beliau menandaskan, "Jika kemajuan universal diartikan dengan membangun peradaban baru Islam, maka peradaban ini akan memiliki dua unsur, yaitu sarana dan hakikat. Dan masalah gaya hidup adalah unsurnya yang hakiki."

Seraya menyatakan bahwa kedua unsur itu harus diwujudkan dalam peradaban Islam, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Unsur sarana atau perangkat keras peradaban ini berhubungan dengan hal-hal yang dalam kondisi dunia saat ini disebut sebagai lambang kemajuan seperti sains, penemuan, ekonomi, politik, wibawa di pentas internasional, dan semisalnya."

Beliau menambahkan, "Dalam kaitan ini, kita sudah membukukan kemajuan yang cukup bagus. Tapi harus diingat bahwa semua prestasi itu terkait dengan unsur sarana untuk meraih unsur hakiki dan piranti lunak bagi peradaban Islam, yaitu gaya hidup."

Berbicara mengenai gaya dan budaya hidup, Rahbar menyinggung berbagai masalah seperti keluarga, pernikahan, model rumah, jenis pakaian, gaya konsumsi, hiburan, pekerjaan serta perilaku individu dan sosial di berbagai lingkungan. Beliau mengatakan, "Gaya hidup kembali kepada semua permasalahan yang membentuk kehidupan manusia."

Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan aturan Islam dalam masalah gaya hidup. "Dalam Islam ada istilah akal kehidupan yang maknanya sama dengan gaya dan budaya hidup, dan al-Qur'an dalam banyak ayat sucinya membahas masalah ini," kata beliau.

Menurut beliau, tanpa kemajuan pada unsur hakiki peradaban Islam yaitu gaya hidup, maka tujuan dari proses membangun peradaban yang besar ini tak akan bisa tercapai. "Sayangnya, dalam masalah ini kita tidak berhasil mengukir prestasi yang signifikan seperti yang kita raih di bagian pertama yang berhubungan dengan ranah keilmuan, industri dan semisalnya," imbuh beliau.

Rahbar menyebut patologi dan penelitian untuk mencari faktor penghalang kemajuan menyangkut gaya hidup sebagai satu keharusan. Beliau mengajak para cendekiawan, pemikir dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan untuk membahas masalah ini dan mencarikan jalan keluar terbaik.

Menyebut masalah gaya hidup sebagai topik pembahasan yang baru di Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam memberikan permisalan bahasan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan. Mengapa di Iran budaya kerja berkelompok lemah? Mengapa dalam hubungan sosial hak orang lain sering dilanggar? Mengapa angka perceraian di sejumlah daerah tinggi? Mengapa para pengemudi kendaraan tidak terlalu mengindahkan aturan lalu lintas? Apa saja aturan hidup di apartemen dan apakah aturan itu diindahkan? Apakah model yang ideal bagi hiburan yang sehat? Apakah dalam keseharian kita selalu berbicara jujur? Sejauh manakah masyarakat tercemari kebiasaan berbohong? Apakah yang memicu tindakan brutal dan ketidaksabaran dalam hubungan bermasyarakat?

Rahbar juga mengajukan pertanyaan mengenai, Selogis apakah model pakaian dan tatanan kota yang ada saat ini? Apakah hak-hak masyarakat dijaga di internet dan media massa? Apa penyebab munculnya penyakit berbahaya berupa kecenderungan melanggar hukum pada diri sebagian orang? Seberapa besar dedikasi kita dalam bekerja? Sejauh manakah kepedulian kepada kualitas produksi lokal? Mengapa masih banyak ide cemerlang yang hanya bertahan di tahap kata-kata dan impian? Berapa jamkah kerja manfaat yang dilakukan di kantor-kantor? Apa yang harus kita lakukan untuk memberantas riba'? Apakah hak-hak suami, istri, dan anak-anak diindahkan secara penuh dalam keluarga? Mengapa sebagian orang bangga dengan konsumerisme? Apa yang harus kita lakukan supaya perempuan bisa tetap menjaga kehormatan keluarganya dan di saat yang sama dapat melaksanakan tugas sosialnya dengan baik?

Di kesempatan tersebut, Rahbar juga menyinggung peradaban Barat. Budaya Barat dibentuk atas dasar meterialisme dan hanya memperhatikan sisi luar kehidupan manusia. Ideologi ini tidak terlalu mementingkan ajaran mendalam kemanusiaan. Namun di sini pertanyaan yang muncul adalah apakah manusia di kehidupannya hanya membutuhkan sarana dan kemudahan dalam mengarungi kehidupan. Apakah sisi batin manusia juga menuntut hal-hal materi, ketenangan jiwa manusia apakah dapat dipenuhi dengan harta dan uang?

Di sini Ayatullah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Esensi budaya Barat adalah gaya hidup meterial, pemenuhan tuntutan syahwat dan bergelimang dosa. Budaya Barat anti spiritualisme... Oleh karena itu, syarat utama untuk membentuk  budaya baru Islam adalah tidak mengikuti budaya Barat." Beliau menjelaskan, pada dasarnya budaya Barat adalah budaya agresi. Jika menyebar di sebuah negara, dengan alasan apapun, maka budaya tersebut akan menghancurkan budaya dan jatidiri bangsa itu. Di negara-negara Barat dan masyarakat yang mengekornya, perilaku dosa besar seperti praktik homoseksual, fenomena kehancuran rumah tangga, dan berbagai problema besar lainnya dipandang sebagai hal yang biasa.

Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei mengungkap skenario Barat dalam mengenalkan dan menyebarkan budayanya di dunia khususnya di Dunia Islam dengan berbagai cara, yang salah satunya dan yang terpenting adalah seni sinema. Mereka melibatkan para pakar untuk membantu mengenal kelemahan bangsa-bangsa di dunia khususnya umat Islam, sebelum akhirnya membuat dan menyebarkan film-film yang mengenalkan budaya dan gaya hidup ala Barat.

Beliau menegaskan, "Dalam hal ini, para pejabat negara dan rakyat secara umum harus mempertahankan budaya bangsa dan negara ini." Pemimpin Besar Revolusi Islam menyayangkan adanya sebagian kalangan yang meniru gaya hidup Barat di tengah masyarakat Iran. "Fenomena ini harus diperbaiki secara perlahan dengan cara sosialisasi," kata beliau.

Rahbar juga  mengimbau untuk sepenuhnya menolak gaya hidup ala peradaban Barat, Rahbar menggarisbawahi, "Kami tidak menginginkan konfrontasi dengan Barat. Yang kami katakan adalah bahwa sesuai penelitian yang sudah dilakukan, mengikuti Barat tidak mendatangkan manfaat bagi bangsa manapun."(IRIB Indonesia)

Menelusuri Khutbah Rasulullah Saw di Ghadir Khum



Rasulullah Saw setelah menanggung berbagai derita selama 23 tahun menyebarkan risalah Ilahi bersabda, "Tidak ada nabi seperti diriku yang menanggung penderitaan berat dalam menyampaikan risalahnya." Di akhir masa kenabiannya, Muhammad Saw saat menunaikan Haji Wada dan ketika berada di  Ghadir Khum menunjuk penggantinya setelah mendapat perintah dari Allah Swt. Pengganti Nabi ini terkenal keberaniannya, ikhlas, pertama memeluk Islam, dan berulang kali telah menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang layak menggantikan sang Nabi.

Disebutkan bahwa Nabi menyadari kekuatan kaum munafik dan kebencian mereka terhadap Imam Ali bin Abi Talib as. Nabi sesaat khawatir untuk mengumumkan penggantinya, namun kemudian ayat al-Quran turun yang mensyaratkan kesempurnaan risalahnya dengan mengumumkan penggantinya serta Allah Swt akan menjaga Nabi-Nya dari kejahatan musuh.

Dengan demikian ketika rombongan haji telah tiba di Ghadir Khum yang merupakan persimpangan bagi para jamaah haji untuk kembali ke rumah masing-masing, Rasulullah Saw memerintahkan rombongannya untuk berhenti dan mendirikan kemah. Ketika jamaah haji lainnya tiba di Ghadir Khum, yang saat itu jumlahnya mencapai sekitar 120 ribu orang, Rasulullah naik ke mimbar dan menyampaikan pidatonya.

Setelah menyampaikan pidatonya, Nabi meminta Imam Ali naik ke mimbar dan mengangkat tangan Imam serta mengenalkan kepada umat Islam bahwa Ali bin Abi Talib adalah penggantinya. Nabi bersabda bahwa ketaatan kepada Ali bin Abi Thalib sama dengan ketaatan kepada beliau. Selanjutnya Nabi memberitahukan kepada umat Islam bahwa keluarganya (Ahlul Bait)  posisinya setara dengan al-Quran. Nabi mengingatkan bahwa Ahlul Bait dan al-Quran tidak akan terpisah hingga Hari Kiamat kelak. Keduanya menurut Nabi merupakan harapan kebahagiaan umat Islam.

Tak lama setelah itu, Rasulullah Saw akhirnya menemui Tuhannya. Sang penyebar ajaran Ilahi ini setelah berjuang selama 23 tahun kemudian meninggalkan dunia yang fana ini. Adapun Allah Swt berjanji akan menjaga Kitab Suci al-Quran dari tangan-tangan jahil yang berusaha mengubahnya.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Q.S.15:9)

Kini Ali bin Abi Talib, kelahiran Ka'bah dan besar di pangkuan Nabi, orang pertama yang memeluk Islam yang mengikuti setiap detik turunnya wahyu karena berada di sisi Rasul mulai mengkhawatirkan masa depan umat Islam.

Kini kami akan mengetengahkan khutbah Rasul dan menjadikannya peta jalan risalah beliau guna membuka kembali perjalanan umat Islam. Kami berharap dengan upaya ini umat tidak akan terjebak ke jalan menyimpang dan menjadikan mereka sebagai penyeru pesan Rasul ke dunia. Tak hanya itu, kami juga berharap pembaca menjadi rasul-rasul di tengah keluarga dan kerabatnya yang meneruskan misi Rasulullah Saw dan ajaran Ilahi.

Harapan ini selaras dengan sabda Rasul yang menyebutkan, "Wahai kalian yang hadir dan mendengar pesan ini! Wajib bagi kalian ketika pulang ke rumah masing-masing memberitahukan pesan ini kepada mereka yang tidak hadir."

Khutbah Rasul di Ghadir Khum

"Puji-pujian hanya milik Allah. Kami memohon pertolongan, dan keyakinan, serta kepada-Nyalah kami beriman. Kami mohon perlindungan kepada-Nya dari kejahatan jiwa-jiwa kita dan dosa-dosa perbuatan kita. Sesungguhnya tiada petunjuk bagi seseorang yang telah Allah sesatkan, dan tiada seorang pun yang sesat setelah Allah beri petunjuk baginya."

"Hai, kaum Muslimin! ketahuilah bahwa Jibril sering datang padaku membawa perintah dari Allah, yang Maha Pemurah, bahwa aku harus berhenti di tempat ini dan memberitahukan kepada kalian suatu hal. Lihatlah! Seakan-akan waktu semakin dekat saat aku akan dipanggil (oleh Allah) dan aku akan menyambut panggilannya."

"Hai, Kaum Muslimin! Apakah kalian bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba serta utusan-Nya. Surga adalah benar, neraka adalah benar, kematian adalah benar, kebangkitan pun benar, dan ‘hari itu pasti akan tiba, dan Allah akan membangkitkan manusia dari kuburnya?" Mereka menjawab: "Ya, kami meyakininya."

Nabi melanjutkan: "Hai, kaum Muslimin! Apakah kalian mendengar jelas suaraku?" Mereka menjawab: "Ya." Rasul berkata: "Dengarlah! Aku tinggalkan bagi kalian 2 hal paling berharga dan simbol penting yang jika kalian setia pada keduanya, kalian tidak akan pernah tersesat sepeninggalku. Salah satunya memiliki nilai yang lebih tinggi dari yang lain."

Orang-orang bertanya: "Ya, Rasulullah, apakah dua hal. yang amat berharga itu?"

Rasulullah menjawab: "Salah satunya adalah kitab Allah dan lainnya adalah Itrah Ahlulbaitku (keluargaku). Berhati-hatilah kalian dalam memperlakukan mereka ketika aku sudah tidak berada di antara kalian, karena, Allah, Yang Maha Pengasih, telah memberitahukanku bahwa dua hal. ini (Quran dan Ahlulbaitku) tidak akan berpisah satu sama lain hingga mereka bertemu denganku di telaga (al-Kautsar). Aku peringatkan kalian, atas nama Allah mengenai Ahlulbaitku. Aku peringatkan kalian atas nama Allah, mengenai Ahlulbaitku. Sekali lagi! Aku peringatkan kalian, atas nama Allah tentang Ahlulbaitku!"

"Dengarlah! Aku adalah penghulu surga dan aku akan menjadi saksi atas kalian maka barhati-hatilah kalian memperlakukan dua hal. yang sangat berharga itu sepeninggalanku. Janganlah kalian mendahului mereka karena kalian akan binasa, dan jangan pula engkau jauh dari mereka karena kalian akan binasa!"

"Hai, kaum Muslimin! Tahukah kalian bahwa aku memiliki hak atas kalian lebih dari pada diri kalian sendiri?" Orang-orang berseru: "Ya, Rasulullah." Lalu Rasul mengulangi: "Hai, kaum Muslimin? Bukankah aku memiliki hak atas kaum beriman lebih dari ada diri mereka sendiri?" Mereka berkata lagi: "Ya, Rasulullah."

Kemudian Rasul berkata: "hai Kaum Muslim! Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan aku adalah Maula semua orang-orang beriman," Lalu ia merengkuh tangan Ali dan mengangkatnya ke atas. la berseru: "Barang siapa mengangkatku sebagai Maula, maka Ali adalah Maulanya pula (Nabi mengulang sampai tiga kali) Ya, Allah! Cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang-orang yang memusuhinya. Bantulah orang-orang yang membantunya. Selamatkanlah orang-orang Yang menyelamatkannya, dan jagalah kebenaran dalam dirinya ke mana pun ia berpaling! (artinya, jadikan ia pusat kebenaran).

Ali adalah putra Abu Thalib, saudaraku, Washi-ku, dan penggantiku (khalifah) dan pemimpin sesudahku. Kedudukannya bagiku bagaikan kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada Nabi setelahku. la adalah pemimpin kalian setelah Allah dan Utusan-Nya."

"Hai, kaum Muslimin! Sesungguhnya Allah telah menunjuk dia menjadi pemimpin kalian. Ketaatan padanya wajib bagi seluruh kaum Muhajirin dan kaum Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan dan penduduk kota dan kaum pengembara, orang-orang Arab dari orang-orang bukan Arab, para majikan dan budak, orang-orang tua dan muda, besar dan kecil, putih dan hitam."

"Perintahnya harus kalian taati, dan kata-katanya mengikat serta perintahnya menjadi kewajiban bagi setiap orang yang meyakini Tuhan yang satu. Terkutuklah orang-orang yang tidak mematuhinya, dan terpujilah orang-orang yang mengikutinya, dan orang-orang yang percaya kepadanya adalah sebenar-benarnya orang beriman. Wilayahnya (keyakinan kepada kepemimpinannya) telah Allah, Yang Maha kuasa dan Maha tinggi, wajibkan."

"Hai kaum Muslimin, pelajarilah Quran! Terapkanlah ayat-ayat yang jelas maknanya bagi kalian dan janganlah kalian mengira-ngira ayat-ayat yang bermakna ganda! Karena, Demi Allah, tiada seorang pun yang dapat menjelaskan ayat-ayat secara benar akan makna serta peringatannya kecuali aku dan lelaki ini (Ali), yang telah aku angkat tangannya ini di hadapan diriku sendiri."

"Hai kaum Muslimin, inilah terakhir kalinya aku berdiri di mimbar ini. Oleh karenanya, dengarkan aku dan taatilah dan serahkan diri kalian kepada kehendak Allah. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan kalian. Setelah Allah, Rasulnya, Muhammad yang sedang berbicara kepada kalian, adalah pemimpin kalian. Selanjutnya sepeninggalku, Ali adalah pemimpin kalian dan Imam kalian atas perintah Allah. Kemudian setelahnya kepemimpinan akan dilanjutkan oleh orang-orang yang terpilih dalam keluargaku hingga kalian bertemu Allah dan Rasulnya."

"Lihatlah, sesungguhnya, kalian akan menemui Tuhanmu dan ia akan bertanya tentang perbuatan kalian. Hati-hatilah! Janganlah kalian berpaling sepeninggalku, saling menikam dari belakang! Perhatikanlah! Adalah wajib bagi orang-orang yang hadir saat ini untuk menyampaikan apa yang aku katakan kepada mereka yang tak hadir karena orang-orang yang terpelajar akan lebih memahami hal ini daripada beberapa orang yang hadir dari saat ini. Dengarlah! Sudahkah aku sampaikan ayat Allah kepada kalian? Sudahkah aku sampaikan pesan Allah kepada kalian?" Semua orang menjawab, "Ya." Kemudian Nabi Muhammad berkata, "Ya, Allah, saksikanlah."

Belum lagi pertemuan akbar ini bubar, Jibril turun membawa wahyu dari Allah swt kepada Nabi-Nya.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚفَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙفَإِنَّ اللَّـهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ 

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. 3: 3

Kemudian Rasul bertakbir, Allah Akbar! Selamat atas disempurnakannya agama dan disempurnakannya nikmat dan keridhaan Allah terhadap risalahku  dan kepemimpinan Ali sepeninggalku.

Setelah takbir Nabi tersebut, umat Islam berduyun-duyun memberikan selamat kepada Imam Ali as. Orang paling pertama yang mengucapkan selamat kepada Imam Ali adalah Abu Bakar dan Umar. Keduanya berkata, selamat kepadamu wahai Abu Turab! Kini Kamu menjadi pemimpin kami dan maula setiap laki-laki serta wanita mukmin.

Ibnu Abbas berkata: "Saya bersumpah bahwa wilayah terhadap Ali diwajibkan bagi seluruh umat." Hasan bin Tsabit berkata, "Wahai Rasulullah! Izinkan Aku mengumandangkan syair  tentang Ali." Nabi pun kemudian mengijinkan Hasan bin Tsabit membacakan syair tentang peristiwa Ghadir Khum dan pengangkatan Imam Ali as.

ینادیهم یوم الغدیر نبیهم                  بخم فاسمع بالرسول منادیا

(IRIB Indonesia)







0 comments to "Semarak Idhul Ghadir di Banjarmasin : Kami warga Banua Banjar memohon syafaatmu ya Muhammad Rasulullah atas perayaan Idhul Ghadir ini, semoga nanti kaum muslimin apapun mazhab dan alirannya senantiasa memelihara tradisi ini...InsyaAllah"

Leave a comment