Pernahkan
anda mendapat keluhan dari seorang sahabat, teman, tetangga bahkan
orang lain yang ingin mencurahkan isi hatinya. Ia mengeluh dan
mencurahkan perasaan aneh yang sedang melanda kehidupannya.
Keluhan yang sering disampaikan adalah sikap dan perilaku aneh suaminya
saat menerima sms. Suaminya akan gelapan dan berubah wajahnya serta
berusaha menjauh dan mencari tempat yang sepi untuk membaca sms itu.
Bila istrinya mengambil dan bahkan mendekati hp-nya, ia betul-betul
marah. Apakah sebab semua ini? Apakah ada perempuan lain yang masuk
dalam rumah tangga mereka?
Tidak hanya ketika menerima
sms, tapi juga ketika pulang dari kerja. Suaminya akan mematikan hpnya
saat memasuki rumah atau menyailennya. Ketika mau menelpon atau menerima
ia berbicara sangat pelan dan mencari tempat yang sunyi. Tengah malam
ada telpon dari nomer yang tidak dikenal istrinya.
Suatu hari tanpa sepengetahuan suaminya si istri berhasil memeriksa hp
suaminya dan menemukan sms yang berisi kata-kata cinta antara suaminya
dan no yang tidak ia kenal. Suaminya sering pulang pergi tidak jelas dan
mencurigakan dan bahkan terlambat datang. Saat mau keluar dari rumah ia
sangat memperhatikan penampilan lahiriahnya.
Si istri berkata, "Apa yang terjadi pada suamiku dan aku harus bagaimana?"
Ketika istri merasakan ada keanehan pada sikap dan tingkah laku
suaminya dan ia menanyakan apa yang terjadi. Terkadang suami tidak
mengaku dan berusaha menyembunyikan apa yang sedang terjadi. Namun,
adakalanya suami dengan mudah menceritakan kepada istrinya bahwa ada
perempuan lain dalam kehidupan mereka dan dengan percaya diri mengatakan
ia telah jatuh cinta kepada perempuan tersebut. Bahkan ia mengaku bahwa
hubungan mereka sudah berjalan lama tanpa sepengetahuan istrinya.
Wajar-wajar saja bila seorang wanita tidak rela menerima perempuan lain
masuk dalam kehidupan mereka. Karena menurutnya cinta itu tidak bisa
dibagi. Cinta itu hanya untuk dirinya dan ia tidak rela membagi
cintanya.
Kini hubungan sembunyi-sembunyi semacam ini
betul-betul menjamur. Apa sebabnya sehingga terjadi seperti ini? Apa
sebenarnya yang terjadi sehingga hubungan suami istri menjadi dingin dan
salah satu dari keduanya tertarik pada orang lain atau bahkan
masing-masing dari mereka tertarik pada orang lain?
Sebab-sebab terjadinya hubungan sembunyi-sembunyi atau istilahnya hubungan gelap ini bermacam-macam:
Pertama, faktor hawa nafsu
Bila pelaku hubungan gelap ini adalah seorang pemuja hawa nafsu dan
mengalami dekadensi moral, maka ia akan senantiasa terlilit masalah ini.
Ia akan menderita penyakit penyimpangan moral dan akhlak. Dan ini
merupakan sebuah problem kejiwaan yang akarnya bisa dicari di masa
lalunya.
Kedua, faktor cinta
Boleh jadi
seseorang memiliki hubungan dengan orang lain secara sembunyi-sembunyi
bukan karena dia seorang pemuja hawa nafsu dan bukan pula faktor
spiritual tapi karena memang benar-benar jatuh cinta dan telah menjalin
cinta yang kedua kalinya dan selanjutnya dan selanjutnya (ingat! stop
dulu kalau sudah yang keempat)
Nah, terkait masalah
cinta ini juga ada faktor-faktor pencetusnya. Mengapa seorang laki-laki
jatuh cinta lagi dan memiliki hubungan sembunyi-sembunyi selain istri
pertamanya? Beragam sebab bisa kita dapatkan.
Boleh
jadi perkawinan mereka dulunya adalah perkawinan yang dipaksakan oleh
kedua orang tua atau ketika masa perkenalan dan pertunangan tidak
menunjukkan dirinya yang sebenarnya atau menutup-nutupi masa lalunya
atau tidak terbuka dalam masalah-masalah yang seharusnya suami dan istri
secara bersama mengetahuinya. Nah, biasanya kehidupan rumah tangga yang
didasari dengan faktor-faktor tersebut, akan menjadikan hubungan
keduanya dingin dan menjadikan salah satu dari keduanya membenci yang
lainnya.
Namun, tidak sedikit juga perkawinan yang
dibangun dengan dasar cinta satu sama lainnya. Tapi karena tidak adanya
kecakapan dalam berumah tangga, tidak adanya pengetahuan yang cukup
tentang masalah rumah tangga, terlalu idealis, tidak mau melihat dan
menerima kenyataan yang ada, tidak menjalankan kewajibannya sebagai
pasangan hidup dalam rumah tangga, tidak mengenal dengan baik karakter
pasangannya, tidak menciptakan suasana menyenangkan dalam rumah tangga.
Nah, perkawinan seperti ini akan berakibat dingin. Yang menyebabkan
suami atau istri akan mencari ketenangan di luar rumah dan
mendapatkannya dari orang lain.
Ketika seorang istri
menghadapi problem semacam ini ia berkata, "Selama ini aku telah
menjalankan tugasku dengan baik sebagai seorang istri, aku tidak pernah
melalaikan tugas-tugasku. Tapi mengapa suamiku melakukan hal ini?"
Ketika suaminya ditanya, ia menceritakan sesuatu yang tidak pernah
terpikirkan oleh istrinya. Suaminya mengatakan, "Suatu hari istriku
bercanda seraya berkata, "Siapa yang mau jadi istrimu?!"
Makanya aku menikahi seorang perempuan karena ingin membuktikan bahwa
ucapannya tidak benar. Dia telah merendahkan dan menghina diriku."
Masih dalam kasus yang sama.
Seorang laki-lai ketika ditanya apa sebabnya ia menikah lagi secara
diam-diam, mengatakan, "Saat aku pulang dari kerja, aku berharap
mendapatkan sambutan dan ketenangan dalam rumah. Namun sebaliknya yang
aku dengar adalah keluhan-keluhan dan aduan-aduan istriku akan ibu dan
suadara perempuanku. Hal inilah yang membuatku mencari ketenangan di
luar dengan menikah lagi secara diam-diam."
Laki-laki
lainnya berkata, "Bertahun-tahun aku hidup bahagia di samping istriku.
Aku sangat mencintainya. Namun dalam beberapa waktu aku mengalami
tekanan baik pekerjaan maupun keuangan. Sementara pada saat yang sama
ibuku jatuh sakit. Setelah pulang dari kerja aku harus pergi ke rumahnya
untuk merawat dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaannya. Di sisi lain saat
itu juga ibu mertuaku meninggal dunia. Setiap aku pulang ke rumah dalam
kondisi lelah, aku melihat istriku selalu duduk di sudut rumah
menangis. Di saat-saat itulah aku bertemu dengan seorang perempuan. Aku
tertarik dengan tutur katanya yang lembut, apalagi di saat aku
benar-benar membutuhkan perhatian dan ketenangan. Aku merasa ia telah
memberikan ketenangan tersendiri untukku. Sudah lama aku menunggu
masa-masa seperti ini. Ketika aku berbincang-bincang dengannya aku
merasa lega dan nyaman. Dari situlah kami mengambil keputusan untuk
menikah dan berlanjut."
Ada lagi seorang laki-laki
berkata, "Jam kerjaku panjang dan penuh stress dan susah. Namun istriku
tidak memahaminya sama sekali. Ketika aku kembali ke rumah, ia selalu
mengajakku untuk keluar belanja pelbagai macam perabotan. Selain itu,
istriku juga masih sekolah sehingga dia tidak begitu memperhatikanku.
Kadang karena kelelahan terkadang juga karena ujian.
Suatu hari aku pulang dari kerja dalam keadaan lelah dan lapar. Aku
ingin makan makanan yang hangat dan bergizi. Namun dia hanya menyiapkan
sebuah makanan siap saji untukku. Aku benar-benar marah dan meninggalkan
rumah dan makan di restoran dan begitulah seterusnya sampai akhirnya
laki-laki ini menikah kembali dengan perempuan lain sebagaimana
kasus-kasus sebelumnya.
"Istriku selalu memperhatikan
kebersihan dan kerapian rumah. Ia melaksanakan tugasnya sebagai ibu
rumah tangga dengan baik, tapi ia tidak pernah memperhatikan
penampilannya di depanku. Ia tidak pernah menghiasi dan mendandani
dirinya di depanku. Sebaliknya, bila mau hadir undangan atau keluar
rumah, berlama-lama ia menghias dirinya di depan cermin dan memakai
pakaian yang bagus-bagus. Sementara ia tidak pernah melakukan hal ini
untukku.
Berbeda jauh dengan istri keduaku, ia
senantiasa tidak sabar menunggu kedatanganku. Bila aku datang
menjenguknya, ia selalu tampil dengan pakaian dan dandanan yang indah.
Aku benar-benar takjub memandangnya...
Ini semua
adalah keluhan-keluhan para suami yang telah menikah lagi. Masing-masing
dari mereka merasakan adanya sebuah kekurangan dan tidak terpenuhinya
kebutuhan mereka.
Bila seorang istri melaksanakan
tugasnya dengan baik. Ia memenuhi kebutuhan suaminya. Menciptakan
suasana yang tenang dan menyenangkan dalam rumah. Merias dan
mempercantik dirinya untuk suaminya. Merapikan dan mempercantik tatanan
rumah. Memakai pakaian-pakaian yang cerah dan modis. Memenuhi semua
kebutuhan anak-anaknya ketika suaminya tidak ada di rumah, sehingga
ketika suaminya datang perhatiannya hanya untuk suaminya saja.
Meninggalkan sikap mengeluh tentang ibu mertua, ipar dan sebaginya dan
menggantinya dengan berbicara dengan baik dan menenangkan. Tidak memaksa
suaminya beli ini dan itu, tapi menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaannya kepada suaminya yang seharian lelah bekerja, tentu tidak
akan ada seorang perempuan pun yang akan bisa mengambil posisinya.
Keluhan yang paling banyak disampaikan oleh para suami akan istrinya adalah masa-masa setelah kelahiran anak.
Setelah kelahirnan anak, istri tidak banyak menaruh perhatian kepada
suaminya. Tentunya ibu-ibu juga mengeluh bahwa mereka sangat repot
merawat bayinya.
Bila seorang wanita pada saat yang
sama sebagai ibu rumah tangga dan ibu anaknya sekaligus sebagai istri,
Allah pasti memberikan kemampuan dan kekuatan kepadanya untuk
menjalankan tugas-tugas dan kewajibannya.
Dengan
memrogram kehidupannya dengan baik, ia tidak saja bisa melakukan
tugas-tugasnya dengan baik bahkan bisa menjadi sumber ketenangan suami
dan anak-anaknya.
Intinya, kaum laki-laki bukan makhluk yang rumit. Cukup perhatikan dengan baik dan penuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Wejangan buat ibu-ibu:
"Anggaplah suami-suami kalian sebagai anak, perlakukan mereka sebagai
anak sekaligus suami! Yakni sayangi dan perhatikan mereka seperti
seorang ibu yang menyayangi dan memperhatikan anaknya serta penuhilah
kebutuhan-kebutuhannya. Namun jangan mengontrol mereka seperti seorang
ibu yang mengontrol anaknya."
Disadur secara bebas dari buku "Amuzesh ha-ye Badaz Izdevaj Wa Aine Shouhardari.
Kezaliman-kezaliman Domestik
1. Menyuruh istri menuntut cerai (karena bosan atau ingin melepaskan diri dari tanggungjawab atau ingin kawin dengan wanita lain) sembari mempersiapkan alibi dan dalih "menjadi duda karena ditinggal istri"...
2. Membandingkan istri dengan wanita lain, apalagi merendahkannya di hadapannya dengan memuji wanita lain.
4. Menyuruh istri untuk terus melayani kebutuhan seksualnya dengan alasan kewajiban syar’i, tanpa memikirkan hak istri memenuhi kebutuhan seksualnya dan tanpa merasakan derita istri yang hanya diperlakukan sebagai subjek pemuas.
5. Memperlakukan istri sebagai beban tambahan, bukan sebagai orang yang rela mengurangi kebebasan dirinya demi menjadi istri, sehingga tidak sedikitpun ikut membela dan melindunginya saat berhadapan dengan masalah.
6. Memaksa istri menerima suami kawin lagi dengan menggunakan hukum primer poligami sebagai dalil tanpa memberikan hak kepada istri untuk mengutarakan keberatan terkait minimnya tanggung-jawabnya (bukan keberatan terhadap hukum primer poligami).(Prof.DR.Muhsin Labib, M.A.)
Peranan Muslimah dalam Keluarga (Bagian Pertama)
Oleh: Sahar Haidary
Pembukaan
Islam sebagi agama yang abadi mempunyai pandangan yang menyeluruh pada setiap sisi manusia. Oleh karena itu, Islam memiliki cara pandang yang khusus terhadap peranan wanita.Akan tetapi sebelum semua itu perlu diketahui bahwasa menurut pandangan Islam dan al-Quran yang dimaksud dengan peranan wanita dalam berjuang dan pengorbanan diri di jalan Tuhan dan meninggal di jalan ini adalah setiap orang memiliki cara dan persyaratan yang khusus. Oleh karenanya, berjuang dengan menggunakan senjata di medan perang tidak diwajibkan untuk para wanita.Tetapi apabila dengan jalan-jalan yang lain dimana struktur yang ada dan kepribadian mereka mendukung (mereka mampu menjauhi dari segala sesuatu yang diharamkan ) maka mereka dapat menggunakan jalan ini untuk mengadikan dirinya. Ini adalah salah satu tanda-tanda kesempurnaan iman mereka. Itulah mengapa Sayidah Zahra as menggunakan segala kesempatan yang ada untuk berperang dengan orang-orang yang tidak beragama dan para pembuat bidah. (1)
Peranan ini dilakukan oleh Sayidah Zahra as sepanjang hidupnya dengan cara yang gemilang, yaitu dengan berjuang melawan hawa nafsunya dan berjuang di medan perang melawan orang-orang yang tidak beragama dan berjuang di bidang kebudayaan, politik dan lain-lain. Itu dikarenakan Sayidah Zahra as dididik oleh seorang ibu yang pejuang. Ibu yang ketika para muslim dalam waktu tiga tahun diembargo, beliau memberikan seluruh kekayaannya kepada Abi Thalib as untuk mengatasi kesulitan para muslim. Orang-orang yang tidak mempunyai kehormatan terus mengecam beliau, akan tetapi dengn peristiwa itu hanya kekuatan dan ketegaran yang muncul darinya. Semakin bertambah kecaman terhadapnya maka semakin betambah kesabaran dan keistiqamahannya .(2)
Sayidah Khadijah as yang sejak awal telah memilih seorang suami yang bermaknawi bukan orang yang kaya raya, dan ia telah membuktikan bahwasannya ia memperoleh hartanya dari jalan yang benar bukan riba. Ia menginginkan keberhasilan dunia dan akhirat. Karenanya ia tetap berdiri tegak dalam berjuang di jalan Tuhan. Semua ini dikarenakan kepribadian yang tinggi, yang menang atas hawa nafsu dan pengetahuan yang mencukupi . (3) Keaktifan para wanita pada permulaan kemunculan agama Islam ditunjukan dengan keikutsertaan mereka pada baiat dan hijrah. Mereka melindungi agama Allah Swt bersama kaum laki-laki dengan memahan siksan para kaum musyrik. Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka ..." (4)
Dalam peristiwa kebangkitan Imam Husein as para wanita juga mempunyai peranan yang berbeda dalam berjuang. (5) Istri dari Zahir bin al-Qain memberikan pengarahan kepadanya sehingga dia menjadi memihak kepada Imam Husein as. (6) Selain itu, peranan wanita dalam menanamkan pikiran dan dukungan dalam peristiwa besar Karbala juga mempunyai peranan dalam penyebaran, penyampaian pesan-pesan serta menjaga revolusi itu sendiri.(7)
Sayidah Zainab Kubra as adalah panglima para pejuang wanita di karbala. Beliau bangkit melawan para thagut dengan khutbahnya yang berapi-api. Khutbah itu untuk beliau mencakup hal-hal spiritual, tapi kondisi masa itu dimana kepemerintahan berada di tangan orang-orang zalim menyebabkan sangat terbatasnya penahaman dan perkembangan masyarakat yang jahil dan penakut yang tidak tunduk pada penguasa. Masyarakat telah tertipu dengan kediktatoran Bani Umayah.
Selain itu penyampaian pesan suci pemimpin kebebasan imam Husein as, dimana para pendosa Kufah dan Syam berkhayal bahwa mereka telah mematikan panggilan suci di antara suara-suara Nainawa dan di penjuru dunia risalah Ilahi hanya tinggal sejarah, sementara kaum lelaki di dunia tidak lagi bertanggung jawab untuk mengemban risalah tersebut. (8) Kefasihan tutur kata Sayidah Zaenab as telah menggetarkan istana Yazid dan melemaskan lidah putra Ziyad. Ibnu Ziyad yang sangat memusuhi keluarga suci Nabi Muhammad Saw tidak dapat menyembunyikan kekagumannya terhadap cara dan penyampaian dalam bentuk kata-kata yang indah yang memiliki pertimbangan yang tersembunyi. Karenanya dia berkata, "Sesungguhnya wanita ini menguasai ilmu syair." Tapi Sayidah Zaenab as menjawab, "Apa yang dilakukan wanita dengan bersyair? Ketahuilah aku bukanlah orang yang bergantung dan apa yang kau dengar itu adalah terbakarnya dadaku sehingga mengalir pada lidah ku." (9)
Semua ini harus diperjelas untuk para wanita masa kini sehingga mereka tahu bagaimana harus menggunakan kefasihan lidah untuk berjihad. Para wanita di zaman Revolusi Islam merupakan salah satu kebanggaan untuk negara Iran di medan juang dengan berpegang teguh pada hijab Islami mereka menunjukan peranan mereka dan dalam kalimat yang penuh makna sebagai fondasi negara Republik Islam Iran.
Imam Khomeini ra menjelaskan secara menyeluruh bahwasannya:
1. Mendidik para pejuang, "Allah Swt melindungi kalian. Karena kalian telah mendidik orang-orang besar di masa hidup kalian. Kalian yang mempunyai kewajiban sebagai seorang ibu, dan ini adalah kewajiban terbesar kalian. Sebagaimana Islam sangat menghormati seorang ibu yang mendidik anaknya sehingga dapat melindungi masa depan bangsa ..." (10)
2. Berjuang dengan harta, "Kalian kaum wanita berjuang dengan semuanya untuk kebangkitan dan kemenangan Islam. Kalian juga berjuang dengan harta kalian. Kalian adalah pasukan Islam dan saudara para wanita tauladan dalam Islam. (11)
3. Motifasi kaum laki-laki dalam berjuang, "Kaum wanita memotifasi kaum laki-laki untuk turun mengikuti mereka ke jala-jalan dan mereka berada di barisan terdepan.Wanita adalah satu wujud yang dapat mengalahkan satu kekuatan syaitani". (12)
4. Berjuang dengan jiwa dan raga, "Kaum wanita pada zaman kita telah membuktikan dalam berjuang sebagai teman kaum laki-laki, bahkan mereka juga lebih terdepan. Para wanita Iran adalah pejuang yang berkemanusian tinggi dan juga berjuang dengan hartanya… Para wanita inilah yang menunjukan kesuciannya dengan tetap menjaga hijabnya dan mengorbankan hartanya untuk kebangkitan islam ." (13)
5. Pemberi keberanian kepada kaum laki-laki, "Kaum wanita dalam kebangkitan ini memiliki satu langkah lebih maju dan memberikan pertolongan yang besar kepada bangsa. Kaum wanita inilah yang pada saat turun ke jalan-jalan dan gang-gang kemudian berteriak sehingga memberikan keberanian kepada kaum laki-laki yang menyebabkan kekuatan mereka menjadi berlipat ganda." (14)
6. Perlindungan, "Pengabdian kaum laki-laki dikuatkan oleh pengabdian kaum wanita. Kaum laki-laki mempunyai suatu perasaan yang apabila melihat kaum wanita keluar dari rumah bertujuan untuk mempersatukan kekuatan mereka, memberikan anak, suami, saudaranya untuk melindungi Islam, dan sangat banyak kaum laki-laki yang mengikuti mereka untuk melakukan hal ini". (16)
7. Penggerak keposesifan kaum laki-laki, "Laki-laki sangat sensitif terhadap wanita. Kesensitivan ini ada apabila melihat seoarang wanita tidak menghormatinya. Oleh karena itu, sejak awalny,a dalam masalah pertahanan, pertolongan, dan masuk dalam medan perang dengan jalan apapun kaum laki-laki lebih ahli dan mampu dibanding kaum wanita."
8. Pemberi ketenangan pada para pejuang, "Ahsantun, dukungan untuk para wanita terhormat yang datang dari tempat yang jauh untuk bertemu dengan kami dan turut berduka atas musibah ini. (17) Teladan ini diambil dari Sayidah Zahra as yang pergi keluar untuk menghilangkan kesedihan Nabi Saw dan umat islam". (18)
Islam tidak menghalangi kaum wanita untuk mendapatkan pahala dari berjuang, bahkan melihat masalah ini lebih luas lagi. Karena menurut Isla, rumah dan keluarga merupakan medan yang terbesar untuk kaum wanita berjuang, "Jihadnya wanita adalah menjadi istri yang baik untuk suaminya." (19) "Jihadnya wanita bersabar terhadap kekerasan dan gangguan suaminya." (20) Kemudian dengan perhatian yang khusus dalam masalah hijab maka pahala yang diterima lebih besar dari pahala seorang syahid, "Pahala orang yang syahid di jalan Allah Swt tidak lebih besar dari pahala orang yang menjaga kesuciannya, yang mana dia mempunyai kekuatan untuk melakukan dosa, tetapi tidak melakukannya dan tetap sesuci malaikat. (21)
Semakin jelas kita pahami peranan wanita dalam menjaga agama Allah Swt dalam lingkup agama Islam di masa kegaiban dan kemunculan Imam Mahdi as memiliki tempat yang khusus, sebagai mana yang dijelaskan oleh Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Imam Baqir as berkata, "Demi Allah! Akan datang 313 orang dan 50 di antara mereka adalah wanita dan tanpa janji sebelumnya mereka datang seperti gumpalan awan musim semi dan akan berkumpul di Mekah. Yaitu seperti gerakan awan yang membentuk pusaran di kota suci Mekkah. (22) Oleh karena itu pada masa kebangkitan Imam Mahdi as terdapat 50 wanita yang menjadi tangan kanan beliau.
Imam Shadiq as juga berkata bahwa akan ada 13 wanita yang mengalami peristiwa Raj'ah (hidup kembali) dan menjadi abdi dari Imam Mahdi as dan menyebutkan nama 7 atau 8 orang di antara mereka yang akan datang sebagai perawat orang-orang yang terluka, seperti halnya beberapa wanita yang mengabdikan diri pada Nabi Saw dengan cara ini. Di tempat lain beliau berkata, "Bersama Imam Mahdi af terdapat 13 wanita yang merawat orang-orang yang terluka dan menjaga orang-orang yang sakit". (23) (IRIB Indonesia / Fatimah Baroroh)
Catatan:
1. Rasuli Mahallati, Hossein, Zendegi Hazrat Fatimah va Dukhtarone on Haz, hal 273-274 Tehran, Daftare Kutub Farhang Eslami, 1377 Hq.
2. Amini, Ibrahim, Banue Nemune Islam, hal 21-23, Qom, Shafaq, 1376 Hq.
3. QS. 60: 12.
4. QS. 60: 10.
5. Ilgapanci Sadruddin, Hadafe Islahi Nehzate Imam Husein as Qiyame Mahdi as, terjemah Ali Ahmadi Falhi, hal 1384, Tehran, Mehr Taban, 1388 Hq.
6. Ibid, hal l385.
7. Rasuli Mahalati, Hossein, Zendegi Hazrate Fatimah as dan va Dukhtarone on Hazrat, hal 271-272, Tehran, Daftare Kutub Farhang Eslami, 1377 Hq.
8. Ibid, hal 275-276.
9. Mousavi Khomeini Ruhullah, Sahifah Imam, 7/221, Qom, Moasseseh Tanzim va Nashr Asar Emam Khomeini ra, 1379 Hq.
10. Ibid, 7/239.
11. Ibid, hal 239.
12. Ibid, hal 342.
13. Ibid, 10/244.
14. Ibid, 11/510.
15. Ini adalah ceramah yang disampaikan bertepatan pada hari wafatnya Syahid Murtadha Muthahhari pada 12 Ordibehesht 1358 Hq.
16. Mousavi Khomeini Ruhullah, Sahifah Imam, 7/221, Qom, Moasseseh Tanzim va Nashr Asar Emam Khomeini ra,1379 Hq
17. Rasuli Mahalati, Hossein, Zendegi Hazrate Fatimah as va dukhtarone on Hazrat, hal 108, Tehran, Daftare KutubFarhang Eslami,1377 Hq.
18. Al-Kulaini, Ya'qub bin Ishak, Usule Kafi, 5/9.
19. Ibid.
20. Mohammad Dashti, Tarjomeye Nahjul Balaghah, Hikmah 474, hal 538-539.
21. Mousavi Nasab, Ja'far, 200 Porses va Posukh Piramone Imam Zaman as, hal 145-146, Tehran, Menhaj,1385 Hq. Al-Nu'mani, Abu Zainab, Al-Gaibah, hal 150, Qom, Madin, 1426 Hq, Ilgapanci Sadruddin, Hadafe Islahi Nehzate Imam Husain as Qiyame Mahdi as, Terjomeye Nur Ali Ahmad Falhi, Tehran, Mehr Taban, 1388 Hq.
22. Sheikh Rais Kermani Abas, Mouood Imam, hal 167, Qom, Asre Zuhur,1383 Hq.
23. Javadi Amoli, Abdullah, Zan dar Ayene Jalal va Jamal, hal191, Qom, Israa, 1383 Hq.
Peranan Muslimah dalam Keluarga (Bagian Kedua)
Oleh: Sahar Haidari
Peranan wanita dalam keluarga
Wanita dalam keluarga mempunyai 2 peranan pokok, yaitu sebagai istri dan ibu yang masing-masing dari keduanya mempunyai penjelasan dan penelitian yang khusus.
Sebagai istri
Sesuatu yang menyebabkan keinginan yang sama antara wanita dan laki-laki yang menuju ke arah yang tidak benar dalam kehidupan adalah tujuan-tujuan yang diambil tanpa pengenalan dan pengetahuan. Ketenangan adalah hal yang lebih penting akan tetapi mereka menggantikannya dengan kemudahan dan penghias kehidupan. Mengapa kemudahan dan penghias hidup sama sekali tidak bisa menjamin ketenangan dalam hidup? Di samping itu ketenangan juga disertai oleh kemudahan.
Pembahasan ini akan lebih penting ketika wanita yang dicintai laki-laki dan sangat berpengaruh dalam peraturan keluarga akan tetapi harus ditanyakan kepada wanita dan laki-laki masa kini yang seharusnya dengan benar mempergunakan kata cinta. Kenapa untuk mendamaikan pasangan mereka menggunakan jalan liberal Barat? Apakah ini kebebasan? Atau pengisyaratan pada keinginan-keinginan hawa nafsu yang bernama kebebasan yang menuju pada kerusakan.
Hijab adalah suatu kebenaran Ilahi. (24) Akan tetapi di masa kini sebagian besar masyarakat berpikir bahwa hijab adalah hak manusia. Dengan kata lain, melindungi hijab dan kesucian harus dengan izin suami dan keluarga atau orang-orang lain. Tanggung jawab ini tidak bisa dicabut dari wanita karena pengaturnya dan pemilik kebenaran adalah Tuhan yang Esa. Tapi banyak terlihat wanita-wanita muda yang setelah menikah seharusnya melindungi setengah dari agamanya justru sebaliknya menggunakannya untuk merusak agamanya. Sebenarnya harus diketahui pernikahan bukan berarti pemenuhan aturan-aturan Tuhan, tetapi pernikahan adalah berusaha untuk melaksanakan peraturan-peraturan itu dengan sebaik-baiknya. Seperti jawaban Imam Ali as terhadap pertanyaan Nabi Saw setelah hari pernikahannya tentang bagaimana Sayidah Zahra as, beliau berkata, "Penolong terbaik untuk taat kepada Tuhan". (25)
Penyertaan dan kesehatian ini terus dirasakan sampai setelah Sayidah Zahra as wafat. Imam Ali as mengadu ke kuburan Nabi Saw dan berkata, "Ya Nabi! Kesabaranku telah berkurang dengan kepergian Fatimah as dan aku tidak mempunyai kemampuan untuk diri ini. (26) Kenapa Sayidah Zahra as yang merasakan kesedihan dan kesusahan di masa kemazluman Imam Ali as? Ketika Imam Ali as memasuki rumah dan melihat Sayidah Zahra as, maka segala kesedihan dan kesusahan akan hilang. (27)
Selain itu, tolok ukur wanita masa kini harus dilihat jangan sampai termasuk wanita paling buruk seperti yang disabdakan Nabi Saw, "Wanita yang paling buruk adalah wanita yang merendah dan patuh pada keluarganya sendiri tapi membesarkan dan menyanjung dirinya di depan suami. Wanita yang keras kepala, pendendam, tidak mempunyai rasa takut dalam melaksanakan perbuatan yang buruk. Ketika suami jauh darinya dia berhias tapi ketika ada di dekatnya penampilannya biasa. Tidak mendengarkan perkataan suaminya dan tidak menaati perintahnya." (28) "Wanita terbaik adalah wanita yang melepas rasa malunya hanya untuk suaminya dan menjaga rasa malu dan kesuciannya ketika berada di masyarakat." (29)
Mengenai beberapa sifat terbaik wanita, Imam Ali as berkata, "Sebagian kebaikan untuk wanita merupakan sifat yang paling buruk untuk laki-laki seperti sombong, takut dan kikir. Apabila wanita sombong dan menjaga dirinya maka laki-laki non muhrim tidak akan mengganggunya. Apabila kikir, maka dia menjaga hartanya dan suaminya. Karena takut dia akan menjauhi dirinya dari sesuatu yang dapat menjatuhkan nama baiknya." (30)
Sebagai Ibu
Ibu adalah suatu kedudukan yang terhormat dalam islam sebagaimana pandangan islam dalam hal ini tidak ada duanya dan sesuatu yang abadi. Dengan kata lain, menurut pandangan Islam mempunyai anak adalah sebuah ujian. Karena orang tua harus teliti dalam memilih pasangan, memberi mahar yang halal kepada pasangannya, menafkahi anaknya, menyayagi, mendidiknya, dan hal-hal yang lain. Melewati tahapan-tahapan ini adalah ujian yang sulit. (31)
Wamita pada zaman ini harus mengambil teladan dari Sayidah Zahra as dan harus berusaha melaksanakan peranannya sebagai ibu dengan sebaik-baiknya. Sayidah Zahra as dengan keahliannya dalam waktu yang sama beliau harus menjaga anak-anaknya serta menolong umat islam. (32) Mereka dengan segala wujudnya mempercayai bahwasannya kelembutan dan kasih sayang yang ada pada seorang ibu adalah kelembutan dan kasih sayang Tuhan. Karenanya, kehormatan wanita dapat terjaga dengan berperan dengan kebaikanya dan kehidupannya untuk mengemban risalahnya sebagai ibu. Posisi wanita sebagai ibu harus diperhatikan dengan khusus jangan sampai peranan asli ini dikorbankan untuk peranan kesenangan sesaat masyarakat. (33) Imam Baqir as berkata, "Pililah wanita yang baik untuk menyusui anak karena air susu berpengaruh dan sifat wanita yang menyusui dapat menurun ke bayi." (34)
Anak-anak sepanjang hidupnya membutuhkan pengajaran dan pendidikan dalam segala pelajaran. Seorang ibu yang baik adalah ketika dia mengajarkan anaknya tentang makrifat Tuhan dan ia juga harus berusaha menjadi teladan yang baik untuk anaknya. Dengan kata lain, seorang pengajar harus mempunyai sesuatu yang ia inginkan dari anak didiknya. (35) Menurut pandangan sikolog dan agama, penyebab awal dan yang paling berpengaruh dalam menanamkan kebiasaa belajar bagi anak adalah keluarga. Apabila anak melihat ayah dan ibunya mempunyai kebiasaan belajar maka dengan sendirinya anak akan mengikuti kebiasaan mereka dan menyukai membaca. (36)
Akan tetapi perpindahan kebiasaan ini dikarenakan penyertaan orang tua kepada anaknya, dan ini tidak terbatas hanya pada kebiasaan belajar. Semua ini dalam keadaan seperti yang dilakukan dunia Barat dimana mereka mengambil pekerja untuk pekerjaan rumah dan menjaga anak (37). Mereka tidak dapat menyeimbangkan unsur keilmuan dan akhlaknya. (IRIB Indonesia / Fatimah Baroroh)
Catatan:
24. Amini Ibrahim, Banue Nemune-ye Islami, hal 118, Qom, Safk, 1376.
25. Dashti Mohammad, Tarjome-ye Nahjul Balaghh, Khutbh 202, hal 308-309.
26. Rasouli Mahallati Hashem, Zendegi-e Hazrate Fatimah as Va Dukhtaran-e On Hazrat, hal 118, Tehran, Daftar Farhang Eslami, 1377 Hq.
27. Al-Kulaini, Ya'qub bin Ishaq, Usul al-Kafi, jilid 5, hal 324.
28. Ibid, jilid 5, hal 324.
29. Dashti Mohammad,Tarjome-ye Nahjul Balaghah, Hikmah 234, hal 492-493.
30. Mohsen Qaraati, Tafsir Nur, jilid 12, hal 89, Tehran, Markaz Farhang Darshai Az Quran, 1375 Hs.
31. Rasouli Mahallati Hashem, Zendegi-e Hazrate Fatimah as Va Dukhtaran-e On Hazrat, hal 110, Tehran, Daftar Farhang Eslami, 1377 Hq.
32. Kumpulan penulis tentang Feminisme, hal 27, Qom, Seda va Sima Jomhuri-e Islami Iran, 1385 Hq.
33. Ibid, hal 28.
34. Amini Ibrahim, Oyin Hamsar Dori yo Akhlak Khanevade, hal 193, Tehran, Islami,1367 Hs.
35. Khankes Pour Fatimah, Mah Nomeye Etteloot-e Elmi, Mondegori Sive'e Tadris, hal 50, tahun 22, volume 7.
36. Sari Zode Hassan, Mah Nomeye Etteloot-e Elmi, Cegunegi Kudakeman ra be Motaleeh Odat Dahim?, hal 34, tahun 22, volume 5.
37. Za'faran Ci, Laila Sadat, Kitabe Zanon (Feminisme 13) Rue Ovarde Feminisme be Eqtesadi, hal 25, tahun 8, volume 2.
0 comments to "Mari Merawat Pohon Rumah Tangga dan Membuatnya Rindang!!! (Pesan Moral Buat Suami & Istri)"