Konferensi Internasional Persatuan Islam XXVI Diselenggarakan di Ibukota Republik Islam Iran,Teheran
Menurut Kantor Berita ABNA, Konferensi Internasional Persatuan Islam ke 26 sedang terselanggara di Teheran, ibu kota Republik Islam Iran. Konferensi yang direncanakan berlangsung selama tiga hari dari 27-29 Januari tersebut mengusung tema, "Nabi Muhammad Saw Simbol Identitas Umat Islam Yang Bersatu". Disebutkan Konferensi tersebut dihadiri oleh sejumlah pemikir serta ulama Sunni dan Syiah dari 102 negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Rusia, Irak, Libanon, Saudi Arabia, Tailand, Aljazair, Inggris, Amerika, Australia, Denmark, Tunisia, Qatar, Cina, Yaman, Mesir dan lain-lain.
Presiden Republik Islam Iran, DR. Ahmadi Nejad dalam sambutannya membuka Konferensi tersebut menekankan pentingnya persatuan umat Islam. "Jika Nabi Muhammad Saw hadir saat ini dimasa kita, maka agenda pertama yang beliau kerjakan adalah mempersatukan umat Islam yang satu sama lain saling berselisih dan berpecah." Ungkapnya.
Turut hadir dalam Konferensi Internasional Persatuan Islam yang setiap tahun diadakan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw tersebut, Ketua Majelis Tinggi Islami Irak, pejabat tinggi Pakistan, Mufti Besar Suriah, Perdana Menteri Irak, Mufti Besar Tunisia dan ulama-ulama besar dari berbagai mazhab Islam yang berbeda dari total 102 negara.
Dalam konferensi internasional persatuan Islam ke-26 ini akan dipaparkan beberapa artikel mengenai Nabi Muhammad Saw dan kesatuan identitas Islam, persatuan Islam dan cakrawala di depan, kesadaran Islam dan penyebarannya.
Selain itu, di dalam konferensi ini juga akan dilakukan pembahasan tentang cara penyebaran budaya persatuan dan pendekatan di antara umat Islam, peningkatan peran tujuan-tujuan mulia Islam dalam persatuan umat, peran undang-undang dasar negara-negara Islam dalam mengukuhkan kesatuan identitas Islam, peran cinta dan kerinduan kepada Rasulullah Saw beserta keluarga suci (Ahli Bait) beliau as dalam membentuk identitas Islam, peran wanita dalam menyebarkan budaya persatuan dan pendekatan umat Islam, dan menifestasi persatuan dalam peradaban Islam.
Begitu pula tentang peran media Barat dan gerak upaya arogansi global melawan kesadaran Islam, peran mental muqawama (perjuangan) dalam membentuk kesatuan identitas Islam, peran media dalam membudayakan persatuan, peran pemuda dalam menyebarkan kesadaran Islam, unsur-unsur identitas Islam menurut Al-Qur'an dan Sunnah, penilaian atas sikap Barat dan lembaga-lembaga internasional terhadap Nabi Muhammad Saw.
Mayoritas Perang dan Perpecahan Dipicu oleh Persoalan Politik bukan Agama
|
Menurut Kantor Berita ABNA, berkenaan dengan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sayyid Hasan Nasrullah menyampaikan ucapannya mengenai kelahiran Rasulullah, transformasi dunia, pemilihan umum Israel dan situasi internal Lebanon. Selain itu beliau turut menilai tindakan penghinaan terhadap pribadi mulia Nabi Saw sebagai upaya untuk menciptakan perselisihan dan perpecahan di kalangan penganut agama Islam dan Kristiani.
Sayyid Hasan Nashrullah berkata, "Penghinaan tersebut sudah dirancang jauh hari dan sudah menjadi tanggungjawab seluruh umat Islam untuk membela kesucian dan kemuliaan nama Nabi Muhammad Saw".
"Hal tersebut dianggap pelecehan dan syubhat yang sengaja dihembuskan dalam proses untuk menciderai kperibadian suci Rasulullah Saw." ujar beliau.
Sayyid Hasan Nasrullah turut memberi peringatan terhadap adanya fitnah dalam negara Lebanon. Beliau berkata, "Hendaklah kita waspada, sebagian rezim-rezim Arab yang anti Iran, secara langsung menyebutnya sebagai perselisihan Sunni dan Syiah, sementara itu perpecahan Sunni dan Syiah dipicu oleh faktor perang Iran-Irak, seterusnya menjadi peperangan yang paling bahaya di kawasan tersebut."
Sekjen Hizbullah tersebut menambahkan bahwa peperangan antara Bani Umayah dan Bani Abbasiyah dalam sejarah bukanlah terlahir dari fanatisme kaum. Kebanyakan peperangan dan perpecahan bersumber dari perselisihan politik, tidak ada kaitannya dengan agama dan kabilah.
"Munculnya perselisihan dan krisis adalah suatu perkara yang biasa, namun bahaya yang timbul adalah jika kita tidak tahu bagaimana hendak menghadapi krisis tersebut," ujar beliau.
Beliau turut menyatakan bahawa Lebanon juga termasuk negara-negara Arab yang menerima efek dari revolusi Arab dan ketegangan di kawasan.
Sambil menolak adanya perselisihan dalam negara, beliau menegaskan, "Sember perpecahan dikekinian bukan mengenai masalah sectarian. Peningkatan ketegangan dan perselisihan telah bertukar menjadi problem besar dalam dunia Arab."
Agenda Besar Musuh adalah Merusak Aqidah Islam
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Hadhrat Ayatullah al Uzhma Husain Nuri Hamadani menegaskan, "Pengrusakan dasar-dasar aqidah dan kebudayaan Islam hari ini adalah agenda asli pihak musuh."
Ulama besar Iran yang juga merupakan ulama Marja takdlid Syiah ini mengucapkan hal tersebut dalam pertemuannya dengan pengurus dan para anggota Majma Taghrib Mazahib Islam (Lembaga Pendekatan Mazhab-mazhab Islam). Beliau melanjutkan, "Negara-negara Barat dan para musuh agama sampai saat ini dengan penuh kesungguhan dan kerja keras berusaha untuk merusak persatuan umat Islam."
Ulama yang mengajar di Hauzah Ilmiyah Inqilab Islami Iran ini juga menyatakan, "Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran para musuh hendak merusak jalannya revolusi tersebut dengan melancarkan agresi militer selama 8 tahun. Namun usaha tersebut tidak berhasil. Karenanya saat ini mereka melancarkan perang dingin melawan Iran."
"Perang dingin dikekinian dihembuskan beragam kelompok atas Republik Islam Iran, dan kita menyatakan diri siap tegar menghadapi perang tersebut." Lanjutnya.
"Sebagian dari Ahlu Sunnah dan kelompok Wahabi tanpa alasan yang berdasar turut melancarkan permusuhan terhadap Syiah melalui kitab-kitab mereka. Mereka melancarkan permusuhan itu dengan bersandar pada sanad-sanad yang lemah." Tambahnya lagi.
"Dalam upayanya menghambat laju dakwah Syiah mereka tidak segan-segan mengucurkan dana yang besar. Qatar sampai menghabiskan dana 3 milyar dollar dalam upayanya memasukan paham Wahabi ke wilayah bagian selatan Iran. Karenanya sebagai hal yang sangat mendesak, untuk kita mematahkan program mereka itu melalui upaya memperbanyak pertemuan-pertemuan ilmiah dalam setiap bulannya, baik di Teheran maupun di Qom, dengan mengajak ulama-ulama dan cendekiawan-cendekiawan dunia untuk membahas dan membongkar kedok aqidah mereka sebenarnya."
Ayatullah al Uzhma Nuri Hamadani turut menyinggung upaya licik kelompok Wahabi yang menyebarkan dokumenter dan film-film pendek yang memuat materi yang menjelek-jelekkan Syiah. "Mereka sibuk mencari amalan-amalan dan pernyataan orang-orang Syiah yang sebenarnya ajaran Syiah sendiri menolak itu, namun mereka pihak Wahabi menisbatkan itu kepada aqidah Syiah." Ujarnya.
"Penting dan mendesak saat ini untuk menyelenggarakan diskusi dan forum-forum dialog antara Sunni dan Syiah, sehingga menjadi wasilah bagi ulama-ulama Syiah memberikan bantahan dan penjelasan mengenai banyak hal yang dituduhkan secara sepihak terhadap Syiah. Upaya wahabi adalah mencemarkan Syiah dan menghilangkan keutamaan-keutamaan Ahlul Bait."
Mengakhiri pesannya, Ayatullah Nuri Hamadani mengatakan, "Kewajiban kita hari ini adalah memperkenalkan hakikat ajaran Syiah sebenarnya kepada dunia, dan perkerjaan ini membutuhkan program-program yang terencana, konsentrasi dan kesungguhan untuk itu."
Tuhan dan Al-Qur'an Seluruh Umat Islam itu Satu
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad menjelaskan bahwa Tuhan dan al-Quran seluruh umat Islam itu satu, seraya mengatakan, "Pembagian antara Sunni dan Syiah serta etnisitas, semuanya datang dari syaitan."
FNA (25/1) melaporkan, Ahmadinejad mengemukakannya pada acara penutupan periode pertama musabaqah penghapalan dan qiraah al-Quran Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Kamis petang (24/1) di gedung konferensi IRIB, Tehran.
Menyinggung peringatan Maulud Nabi dan kelahiran Imam Ja'far as-Shadiq as, Ahmadinejad mengatakan, "Demi mencapai puncak kebahagiaan, manusia memerlukan dua sayap yang pada intinya adalah satu. Keduanya merupakan manifestasi dari hakikat lainnya. Sayap pertama adalah al-Quran. Al-Quran adalah kitab semesta. Kitab manusia. Kitab kebahagiaan."
"Semua manusia mencari kebahagiaan dan diciptakan untuk menggapai kebahagiaan serta kesempurnaan. Manusia diciptakan untuk mencapai keabadian, manusia tercipta untuk mencapai puncak tertinggi yaitu Allah Swt dan menjadi manifestasi-Nya. Akan tetapi kita memerlukan dua sayap untuk mencapainya," tambah Ahmadinejad.
Dikatakannya pula bahwa seluruh hakikat terkandung dalam al-Quran, yang merupakan kitab termulia dan paling bernilai. Al-Quran itu adalah hikmah mutlak, karena datang dari Allah Swt. Al-Quran adalah ilmu dan makrifat mutlak.
Dalam menjelaskan kedudukan al-Quran, Ahmadinejad menegaskan, "Allah sendiri telah menjelaskan bahwa al-Quran diturunkan pada hati Rasulullah Saw, karena tidak ada hati yang lebih besar, suci dan mulia seperti hati Rasulullah."
"Untuk mencapai kebahagiaan apakah al-Quran saja sudah cukup? Setiap manusia memiliki kadar pemahaman dan nalar yang berbeda. Semakin sempuna, maka semakin besar pula pemahamannya terhadap al-Quran. Dengan demikian, manusia juga memerlukan faktor lain, harus ada orang yang mampu menjelaskan al-Quran sebagaimana mestinya. Wujud pertamanya adalah Rasulullah Saw. Nabi Muhammad Saw dan al-Quran itu adalah satu hakikat," jelas Ahmadinejad.
"Setelah Rasulullah Saw, harus ada manusia-manusia sempurna yang menafsirkan al-Quran secara sempurna pula, karena perilaku manusia yang tidak sempurna akan menciptakan perselisihan."
Lebih lanjut Ahmadinejad menegaskan, "Dewasa ini kita memerlukan persatuan, akan tetapi bagaimana persatuan itu dapat terwujud? Apa itu tali Allah? Jika al-Quran itu adalah tali Allah tersebut, maka sekarang tidak ada perbedaan di antara umat. Ini bukan berarti al-Quran tidak sempurna, melainkan kita (manusia) yang memerlukan kehadiran nyata al-Quran."
Ajaran Islam Kental dengan Semangat Persatuan
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah Muhammad Emami Kasyani, anggota Majelis Khubreghan Rahbari pada Jum'at (25/1) dalam khutbah Jum'atnya di Teheran mengucapkan selamat kepada seluruh kaum muslimin atas datangnya bulan Rabiul Awal yang dikenal sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Imam Ja'far Shadiq as.
Mengapresiasi masuknya 'Pekan Persatuan Islam' Khatib Jum'at Teheran tersebut mengatakan, "Peringatan ini adalah salah satu syiar Islam untuk menunjukkan kepada dunia bahwa umat Islam adalah umat yang mendambakan persatuan di setiap tempat dan zaman."
Ulama Iran tersebut dengan menukil Hadits dari Rasulullah Saw mengenai shalat berjama'ah mengatakan, "Rasulullah Saw menyampaikan hal penting dalam salah satu hadistnya mengenai keutamaan shalat berjama'ah bahwa sewaktu shalat jama'ah dikerjakan, semua makmum berada dibelakang imam shalat dan dengan satu suara dari imam semuanya melakukan takbiratul ihram bersama-sama secara serentak. Semuanya bersama-sama serentak setelah Imam mengumandangkan takbir Allahu Akbar sembari mengangkat tangan." Khatib Jum'at Teheran tersebut menjadikan shalat berjama'ah sebagai simbol adanya ajaran-ajaran persatuan dalam Islam yang sedemikian kental.
Pada bagian lain ceramahnya, Ayatullah Emami Kasyani menekankan bahwa tidak ada satupun asas bernegara di dunia ini yang lebih baik dari asas Negara Iran. "Negara-negara di dunia saat ini meskipun mengaku diri sebagai Negara terbaik namun tidak bisa menemukan aturan dan perundang-undangan yang lebih baik sebagaimana yang diterapkan Republik Islam Iran." Tegasnya.
Beliau melanjutkan, "Keistimewaan lain yang dimiliki rakyat Iran adalah Negara Iran tidak sedikitpun terlibat dalam kezaliman Israel dan Amerika Serikat. Kemajuan Iran, teknologi Iran, gerakan generasi mudanya kearah ilmu dan kemajuan tekhnologi adalah untuk kemajuan Iran yang tidak bisa dipungkiri semua itu disebabkan keyakinan bahwa hanya Allah yang Maha Besar, yang dengan semangat Allahu Akbar itu jalannya revolusi yang mulia bisa terjaga."
Dalam lanjutan ceramahnya beliau menyinggung keberhasilan Iran menjadi penyelenggara dan tuan rumah kegiatan-kegiatan internasional khususnya Musabaqah Tilawatil Qur'an tingkat Internasional menjadi nilai plus Iran dimata internasional. "Keberhailan Iran menghadirkan para Qari terbaik dari berbagai Negara yang berbeda adalah sesuatu yang sangat luar biasa dan harus diapresiasi positif. Lewat kegiatan seperti itu dunia dapat mengetahui bahwa Al-Qur'an adalah kitab kehidupan. Kewajiban Negara-negara muslimlah memperkenalkannya ke seluruh dunia."
Khatib Jum'at Teheran ini kemudian mengingatkan bahwa qira'at, hafalan dan tafsir Al-Qur'an harus berbarengan dengan amal yang sejalan dengan ajaran-ajaran Al-Qur'an.
Ayatullah Kashani juga menyinggung peringatan kemenangan Revolusi Islam Iran dan menekankan, "Revolusi Islam mendatangkan kemuliaan dan kemajuan di berbagai bidang bagi Iran khususnya di bidang teknologi. Adapun kebangkitan rakyat di negara-negara Arab anti-imperialisme juga bersumber dari Revolusi Islam di Iran."
Khatib shalat Jumat Tehran menjelaskan, "Pasca pemilu Revolusi Islam, Iran berubah menjadi negara pendukung umat Muslim dunia dan sekarang berbeda seperti negara-negara Arab, Republik Islam menjadi faktor muqawama melawan rezim Zionis dan imperialis."
Ayatullah Kasyani turut menyinggung Pawai Akbar 22 Bahman dalam memperingati kemenangan Revolusi Islam Iran dan menjelaskan, "22 Bahman adalah hari ketika masyarakat Iran berpartisipasi dalam pawai akbar untuk menunjukkan kekuatannya kepada dunia imperials bahwa bangsa ini senantiasa bermuqawama dan sanksi tidak akan mencegah muqawama mereka."
Berbicara tentang sanksi Barat dan munculnya masalah ekonomi di Iran, Ayatullah Kasyani mengatakan, "Solusi masalah ekonomi ini ada di tangan masyarakat Iran sendiri, dan semua pihak dapat menyelesaikan masalah ini dengan memperkokoh persatuan dan kerjasama dengan pemerintah."
0 comments to "PERSATUAN ISLAM ( Sunni,Syi'ah,Wahabi,Ummayah,Abassiyah,Allawiyin.... BERSATU dalam naungan ISLAM Rahmatan lil 'allamin...!!!!!! ) ...Mampukah??? atau Siap-siap untuk "Diadu domba" sesama Islam...sudah SIAP..???!!!!!!"