Pada tanggal 5 Jumadilawal tahun keenam hijriah di kota Madinah, lahirlah seorang cucu nabi saw. yang dalam perjalanan hidupnya mengubah jalan sejarah manusia. Putri Fatimah ini mendapat didikan langsung dari Nabi Muhammad saw. dan Ali bin Abi Thalib, yang di antaranya adalah merawat, mengobati, dan menangani mereka yang sakit.
Dalam Islam, ada beberapa teladan dalam keperawatan, seperti Nabi Yusuf, Mariam binti Imran, Rufaidah, Nasibah, dan tidak terkecuali Nabi Muhammad saw. Ali bin Abi Thalib menceritakan bahwa ketika beliau terserang demam, nabi membagi waktu malamnya untuk salat dan merawat Imam Ali (Al-Bihar, j. 43, h. 173). Nabi saat hari-hari terakhir hidupnya mengatakan seseorang yang merawat mereka yang sakit siang dan malam, Allah akan bangkitkan bersama Nabi Ibrahim dan melintas sirat bagaikan kilat. Demikian juga Imam Ali merawat ketika Fatimah sakit, meskipun beliau meminta agar suaminya tidak memberitahukan penyakitnya kepada orang lain. (Al-Bihar, h. 211)
Selain semua teladan tersebut, Zainab juga telah menjalani beberapa peristiwa sulit dalam hidupnya. Seperti ibunya yang menderita sakit, ayahnya yang dipukul pedang, kakaknya yang diracun, dan peristiwa besar di Karbala, telah menjadikannya teladan bagi para perawat.[1]
Selain sebagai perawat agung di Karbala dan penjaga Imam Sajjad yang di kala hari Asyura sakit parah, beliau juga penyemangat orang-orang yang terluka, keluarga para syahid, mereka yang selamat dan anak-anak. Tapi semua itu, tanggung jawab terkecil dari Zainab a.s. Dengan semua itu, kita tahu bahwa menjadi perawat merupakan tugas yang berat dan berharga. Meski demikian, tugas Zainab bukan hanya menjaga anak-anak dan merawat mereka yang sakit. Tugas utama Zainab adalah menggerakan darah Karbala yang tertumpah dan jika beliau tidak ada, maka darah pemimpin para syahid dan sahabatnya akan sia-sia.[2]
Di Iran, hari kelahiran Zainab binti Ali diperangati sebagai Hari Perawat. Di hari ini, para perawat akan diberikan hadiah dan setiap institusi, kementerian, rumah sakit dan poliklinik akan memperkenalkan perawat teladan. Imam Khomeini mengatakan, “Keperawatan merupakan salah satu tugas mulia. Jika seseorang menganggapnya sebagai kewajiban agama dan kemanusian, maka ia merupakan sebuah ibadah. Merawat orang yang sakit merupakan pekerjaan sulit, tapi sangat bernilai.”
Catatan: Hari Perawat di Iran tahun ini bertepatan dengan tanggal 17 Maret 2013. Di Indonesia, tanggal 17 Maret juga disebut sebagai Hari Perawat Nasional. Masih ditanggal yang sama, perawat saya juga berulang tahun. Selamat ulang tahun, mama!
Foto: trauma.sums.ac.ir
Sumber:
[1] http://rasekhoon.net/Article/Show-25719.aspx
[2] http://www.ashoora.ir/ashoora/zanane-ashooraie/1388-09-21-21-28-40/menu-id-6
(http://ejajufri.wordpress.com/2013/03/17/hari-perawat-di-iran/#more-8626)
0 comments to "Hari Perawat di Republik ISLAM Iran"