Team
banjarkuumaibungasnya-Banjarmasin- "KADA PAYU" (Tidak
Laku) di LUAR PULAU KALIMANTAN, sekarang Para Ulama Pro Zionis Takfiri Wahabi
(Pemecah-belah Ummat Manusia & Islam) ini mau "NGAJAK"
warga Banua Banjar "MEMBENCI" Islam Syi'ah 12 Imam/Imamiah/Mazhab
Jakfari yang mayoritas dipeluk penduduk & Pemerintah Republik Islam Iran
yang suka Maulid dan Haul sama seperti Islam Sunni Syafe'i ala Indonesia
yang mayoritas dipeluk penduduk dan pemerintahan Republik Indonesia yang juga suka
Maulid dan Haul.
Dan
sebagaimana pembaca ketahui, Kerajaan Arab Saudi yang mayoritas pemerintahannya
bermazhab Islam Wahabi yang selalu mendapat upeti Umroh dan Haji
"cuma-cuma" dari pemeluk Islam seluruh dunia, boro-boro membantu
Islam Sunni Palestina yang dijajah zionis takfiri israel (kabar terbaru Januari
2014 Ariel Sharon sang "Gembong Zionis Takfiri Israel" sudah MATI dan
segera dikirim ke NERAKA, Alhamdulillah ini berkat bulan Maulid, bulan
Kelahirannya Nabi Muhammad yang selalu di syiarkan oleh Kegiatan Maulid Akbar
di Banua Banjar), malah Kerajaan Arab Saudi yang bermazhab Islam Wahabi
mengirim pasukan Takfiri Zionis ke Negara Suriah yang mayoritas Islam Sunni
dengan PROVOKASI terjadi pertempuran "Islam Sunni & Islam Syi'ah"
(padahal sebenarnya Negara Suriah dibantu rakyat yang Islam Sunni dan Islam
Syi'ah serta Masyarakat Kristen Suriah saling bekerjasama "MENUMPAS"
teroris Zionis Takfiri sang Pengadu domba Ummat Manusia dan Ummat Beragama dan
kita tahu bersama Negara Suriah merupakan penampungan terbesar didunia untuk
Pengungsi Palestina yang mayoritas Islam Sunni, dimana Pejuang Hamas &
Fatah yang Islam Sunni bersama Pejuang Hizbullah Lebanon yang Islam Syi'ah
bahu-membahu MENUMPAS Zionis Takfiri Israel..(Jadi Islam Sunni dan Islam Syi'ah
bersatu Menumpas Zionis, lalu ketika "Ulama Karbitan" datang untuk
menyeru Pertumpahan Darah / PengKafiran sesama ummat Islam, apakah kita masih
menyebut ULAMA...???
Sebagai
pengetahuan di negara Yaman yang mayoritas Islam Sunni Syafe'i ala Yaman pun
tidak luput dari AKSI Islam Zionis Takfiri Wahabi, dengan
"MENGELABUI" orang awam bahwa telah terjadi pertempuran antara Islam
Sunni dan Islam Syi'ah, padahal mereka telah memutar balikkan fakta, yang ada
adalah pertempuran antara Sekte Syi'ah Houte (Syi'ah Zaidi) dan Islam Wahabi di
Damaj yang merupakan kota Gembong Kaum Wahabi, sedangkan Rujukan Kaum Islam
Sunni Syafe'i ala Indonesia ketika menuntut ilmu kenegeri Yaman bukan Ke Damaj,
tapi ke daerah Hadral Maut. ckckckckck....sekali lagi mereka Islam Zionis
Takfiri menginginkan PERPECAHAN antara ummat Islam dan ummat
manusia...ckckckckckkckkkk.
Dan
team Buletin MPR berkeyakinan, Acara PENGKAFIRAN terhadap Islam Syi'ah 12
Imam/Imamiah/Mazhab Jakfari yang telah diadakan di Luar Pulau Kalimantan (Namun
Sepi Peminat), yang akan diadakan pada hari Sabtu tanggal 25 Januari 2014 di
Mesjid Muhammadiyah Hasanuddin Majedi yang beralamat di Bundaran Jalan
Kayutangi Banjarmasin kembali akan SEPI PEMINAT, karena acara PENGKAFIRAN Islam
Syi'ah 12 Imam/Imamiah/Mazhab Jakfari yang dibalut BEDAH BUKU hanya Akal-akalan
Panitia, karena disetiap Acara Pengkafiran Islam Syi'ah SELALU tidak
menghadirkan Tokoh Cendikia Islam Syi'ah 12 Imam/Imamiah/Mazhab Jakfari
Republik Indonesia. Dan Kami masyarakat Banua Banjar sudah CERDAS, kami tidak
mau peristiwa 23 Mei atau Jum'at Kelabu terjadi lagi karena ada agen-agen Adu
Domba si Zionis Takfiri yang suka mengkafirkan dan membid'ahkan orang diluar
alirannya, Kami juga Tidak Mau terjadi Pertumpahan Darah yang sama seperti
Kejadian di Sampit antara Suku Dayak dan Suku Madura, gara-gara Isu Murahan,
adu domba sesama ummat manusia TITIK... Dalas Hangit waja sampai kaputing kami
warga Banua Banjar MENOLAK aksi ZIONIS TAKFIRI pengadu domba ummat manusia dan
ummat Islam.
KENAPA
KITA REPUBLIK INDONESIA
"TAKUT" AKAN PENYEBARAN ISLAM SYI'AH 12 Imam / Mazhab Jakfari/
Imamiah..... SAMPAI JADI SYIAHPHOBIA bahkan IRANPHOBIA... padahal di negara
mayoritas Syiah 12 Imam REPUBLIK ISLAM IRAN katanya TIDAK TAKUT akan
PENYEBARAN ISLAM SUNNI bahkan ISLAM WAHABI... tidak ada tuh istilah
SUNNIPHOBIA atau WAHABIPHOBIA apalagi TAKFIRIPHOBIA di negara Republik Islam
Iran... apa karena Para Ulama yang menjadi CORONG TAKFIRI (sadar atau tidak
sadar) sudah terganggu "Jatah Pulus"nya??? atau TAKUT jamaahnya jadi
IKUTAN Islam Syi'ah, sehingga habis jamaahnya..????
Republik
Islam Iran, Republik Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi adalah Anggota
sesama Organisasi Kerjasama Islam (OKI) berarti sama ISLAM...Mau jadi
Wahabi, Mau jadi Sunni atau mau jadi Syi'ah... itu adalah pilihan masing-masing
ummat ISLAM tanpa ada orang atau negara yang Berhak MEMAKSAKANNYA...!!!!!
Biarlah
masalah Keyakinan mau ikut Islam SUNNI (Republik Indonesia, Malaysia,
Yaman, Mesir,Suriah dll) atau ikut Islam SYI'AH 12 Imam/Imamiah/mazhab Jakfari
(Republik Islam Iran) atau bahkan IKUT ISLAM WAHABI (yang dianut Resmi oleh
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi)..... UMMAT ISLAM sendiri yang
menentukan...
KENAPA
TAKUT hilang jamaah dan simpatisan...????!!!!???? Apalagi sampai punya Rencana
bikin Undang-undang Pelarangan Islam Syi'ah..???... Syi'ah yang mana...???).
Di
Republik Islam Iran yang mayoritas penduduknya ISLAM SYI'AH 12 Imam /
Imamiah/mazhab Jakfari saja TIDAK TAKUT akan Penyebaran ISLAM SUNNI dan ISLAM
WAHABI...bahkan ISLAM TAKFIRI sekalipun...????
MASALAH
KEYAKINAN Beragama adalah masalah HATI KECIL kita masing-masing.....
Kalau
semakin di intimidasi ISLAM SYI'AH 12 IMAM/IMAMIAH/MAZHAB JAKFARI bakal tambah
TERKENAL... atau memang ini RESIKO.....jadi TERKENAL........
masjid muhammadiyah Hasanuddin Majedi
Masjid Imam Syafii Muhammadiyah Banjarmasin
ust ahmad zainuddin lc
Ust Khairullah LC
Ust Zezen Zainal Mursalin LC
TOKOH-TOKOH
yang berteman dengan Syi'ah PASTI Syi'ah...ANEH...!!!!
Walaupun
dicaci maki banyak pihak, namun Said Aqil Siroj merupakan manusia yang sangat
cerdas KARENA KERAS menghadapi wahabi yang berlindung dibalik gerakan anti
syi’ah tetapi bertujuan merebut jama’ah NU
.
Kang
Said membuat strategi dakwah dengan cara agar kader-kader nahdliyyin
mengkampanyekan ide-ide Aswaja melalui toleransi dengan syi’ah, di
tengah persaingan dengan ormas-ormas lain di Indonesia maka NU perlu
bantuan syi’ah. Apakah strategi dakwah seperti ini salah wahai ULAMA JATiM ???
.
NU
citranya kalah di hadapan aktifis ormas-ormas yang lain. Orang Wahabi itu,
sampai saat ini, berhasil membangun citra sebagai ahli hadits, meskipun mereka
hanya mengulang-ulang hadist yang sama di setiap forum. Strategi orang Wahabi
yakni setiap bicara, mereka mengulang ucapan qola Rasulullah terus.
.
Nah,
inilah yang menjadi perhatian penting kita.Ada tiga alasan yang menjadikan
kader NU tidak siap dalam menyampaikan materi aswaja. Pertama, gagasan
ahlussunnah waljama’ah tidak disampaikan secara sistematis, argumentasi yang
dibangun tidak kokoh. Kedua, kita sebagai orang NU tidak punya media sehebat
wahabi yang diback up saudi + Amerika dan Israel. Ketiga, tanpa bantuan syi’ah
padahal ritual syi’ah mirip dengan NU
.
“Ideologi Wahabi, satu dua langkah lagi akan
menjadi terorisme,” kata KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU dalam sambutan
pelepasan peserta pelatihan ‘Dauroh lil Imam wal Muazin’ di aula kantor PBNU, Jakarta
Pusat, Rabu (28/11/2012) siang.
Ajaran
Wahabi menurut Kang Said, memang tidak mengajarkan untuk membunuh orang kafir.
Tetapi Wahabi mengajarkan pengikutnya memandang orang di luar kelompoknya
sebagai orang musyrik yang halal darahnya.
“Meskipun
begitu, ajaran Wahabi membuka peluang bagi penganutnya untuk menjadi teroris.
Penganut Wahabi yang sedang marah, lalu kalap, dan berkesempatan, akan
mengondisikan dirinya menjadi teroris,” tambah Kiai Said.
Hal ini
diutarakan Kang Said di hadapan sedikitnya 20 peserta utusan Lembaga Takmir
Masjid NU, LTMNU. Mereka adalah pengurus masjid yang direkrut dari sejumlah
wilayah dan cabang NU di Indonesia.
Sambutan
pelepasan diadakan untuk menampik kekhawatiran bahwa penyusupan ideologi Wahabi
diselundupkan dalam pelatihan tersebut. Karena, sebagian peserta pelatihan
sempat mempertanyakan kemungkinan penyusupan.
Meski
demikian, Kiai Said sempat menyebut sejumlah yayasan keagamaan yang didanai
Pemerintah Arab Saudi. “Sebagian pengurus yayasan itu menjadi pelaku teror di
sejumlah titik Indonesia yang ditetapkan oleh Kepolisian RI,” tegasnya.
Pelatihan
diselenggarakan Pemerintah Arab Saudi di Hotel Kaisar, Duren Tiga, Kalibata,
Jakarta Selatan. Pelatihan manajemen kepengurusan masjid dan persoalan muazin
dimulai hari ini hingga beberapa hari ke depan.
Pelatihan
‘Dauroh
lil Imam wal Muazin’
diikuti oleh semua ormas Islam se-Indonesia. Peserta pelatihan berjumlah 120
orang. Dua puluh dari semua peserta, direkrut dari ormas NU melalui LTMNU.
Kiai NU Jatim dan ulama NU yang menolak TELAH
BERKHiANAT KEPADA GUSDUR demi membela wahabi…
Kyai NU yang anti syi’ah melupakan wasiat Gus Dur
tentang syi’ah
Kyai NU yang anti syi’ah melupakan sikap
Gus Dur terhadap wahabi
Menolak
syi’ah sama saja membiarkan NU sendirian digempur wahabi tanpa ada yang
membantu..
Betapa
banyak jasa syi’ah indonesia dalam membela NU dan menolak wahabisme,
alhamdulillah ada upaya untuk membentengi akidah ahlussunnah wal jama’ah dari
serangan membabibuta kelompok salafi wahabi. semoga ALLAH SWT senantiasa
menolong dan melindungi serta ridho thd upaya ini. amiin. wallahua’lam bi
showab
Rahasia dapur NU akan
diperlihatkan melalui guyonan Gus Dur. Pola laku, pola pikir dan pola tindak
sang kiai semasa hidupnya merekam tuntas fenomena dan apa saja hal ikhwal yang
terjadi di NU. Pikiran cerdasnya merekam dan ditularkan melalui kelakarnya.
.
Kini tersaji
tuntas bahwa bagaimana sang santri, hingga tingkah warga NU yang menjadi
politisi jadi bahan gelak tawa. Inilah salah satu bentuk keunggulan Gus Dur,
tidak hanya sindir tapi lebih dari itu, yakni membuat orang berpikir. Buku ini
mengoleksi segala canda ria Made In Gus Dur “wal khususon yang bercitarasa NU’.
Selamat
“mengakakkan diri”
KRITIK
ATAS SEBAGIAN DOKTRIN AQIDAH SALAFI Wahabi atau mereka lebih senang disebut
“Salafy”, menurut versi mereka adalah sebuah gerakan yang meneruskan jejak
dakwah Rasulullah, para sahabat, murid-muridnya terus berlanjut hingga masa Ibn
Taimiyah sampai ke Abdul Wahab dan ulama mereka masa sekarang seperti Syaikh
al-Bany, bin Baz, Utsaimin, Muqbil dsb dengan penyucian akidah dan ibadah
(tafsiyah dan tarbiyah) yang sebagian besar menurut pendapat madzhab mereka.
Yang
perlu dipertanyakan lalu dimana letak jutaan ulama kaum muslimin yang tidak
meyakini bahkan berbeda pendapat dengan apa yang mereka bawa karena mereka
meyakini manhaj (metode) dakwah merekalah yang paling sesuai sunah dan yang
lain…?.
Pada
tahun 1344 H, mereka menghancurkan pemakaman Baqi’ dan peninggalan-peninggalan
keluarga Rasul dan sahabatnya. Untuk mendapatkan fatwa ulama Madinah mereka
mengutus Hakim Agung Nejd, Sulaiman bin Bulaihad, guna menanyakan fatwa ulama
disana dengan menyelipkan pendapat Wahabi tentang masalah yang ditanyakan.
Maksudnya agar para ulama disana menjawab dengannya atau dianggap kafir dan
jika tidak bertaubat maka akan dibunuh.
Soal
jawab ini dimuat dimajalah Ummul Qura, terbitan Makkah, bulan Syawal tahun 1344
H. Maka terjadilah keributan dikalangan muslim syi’ah maupun ahlus-sunnah
karena mereka tahu dengan fatwa dari 15 ulama Madinah itu penghancuran
bekas-bekas ahlul bait dan sahabat Rasulullah akan segera dilaksanakan. Dan
pada 8 Syawal tahun itu juga mereka menghancurkannya
.
Berikut
cuplikannya: Sulaiman bin Bulaihad dalam pertanyaannya mengatakan: Bagaimanakah
pendapat ulama Madinah (semoga Allah menambah kefahaman dan ilmu mereka)
mengenai membangun kuburan dan menjadikannya sebagai masjid, apakah boleh atau
tidak? Jika ditanah waqaf seperti Baqi’ yang bangunannya mencegah untuk
menggunakan bagian yang dibangun, apakah ini termasuk qashab yang harus segera
dihilangkan, karena hal itu merupakan aniaya terhadap orang-orang yang berhak,
dan menghalangi mereka dari haknya atau tidak?
Ulama
Madinah dengan wajah ketakutan menjawab : Mendirikan bangunan menurut ijma’
hukumnya adalah terlarang bersandar pada hadits Ali dari Abul Hayyaj, Ali
berkata: Aku menyeru engkau kepada suatu perbuatan dimana Rasulullah telah
menyeru aku dengannya, yaitu tidaklah engkau melihat patung kecuali engkau
musnahkan, dan kuburan yang menonjol kecuali hendaknya engkau ratakan (HR.
Muslim, Tirmidzi, an-Nasa’I).
Ada
perbedaan pendapat mengenai hal ini, berdasarkan al-Qur’an surat al-Hajj 32:
..Dan barang siapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu
timbul dari ketakwaan hati. Dalam Majma’ Al-Bayan disebutkan sya’ir disini
adalah tanda-tanda agama Allah, seperti halnya Shafa dan Marwah. Selain itu
hadits ini dalalahnya (maknanya) juga tidak seperti yang difahami kaum wahabi
saja. “Wa laa qabran musyrifan illa sawwaytahu”, as-Syarafu dalam al-Munjid
diartikan sebagai ketinggian (seperti Punuk unta) sedang sawwaytahu berarti
menyamakan / meratakan / meluruskan sesuatu yang miring. Jadi seperti
penjelasan Imam Nawawi dalam syarah muslim “ Sunnahnya ialah, kuburan tidak
terlalu ditinggikan dari atas tanah dan tidak dibentuk seperti punuk unta, akan
tetapi ditinggikan satu jengkal. Jadi bukan dihancurkan sama sekali dan bukan
merupakan dalil mengharamkan bangunan diatas kuburan.12
Dimasa
sekarang hubungan Wahabi dan keluarga Saud, yang kini menjadi antek Amerika,
tetap berjalan seperti dulu kala. Sedangkan dakwah Wahabi masih juga berkutat
pada TBC (Tauhid, Bid’ah, dan Khurafat). Dalam kajian-kajiannya mereka
senantiasa menghidupkan permasalahan-permasalahan ‘masa lalu’ seperti kesalahan
–kesalahan kelompok Mu’tazilah, Syi’ah, Murji’ah dan sebagainya.
Permasalahan-permasalahan semisal politik, ekonomi, dan semacamnya jangan
pernah berharap akan dibahas dengan komprehensif, “sekarang yang diperbaiki
akidahnya dulu, bagaimana mau berpolitik wong akidahnya masih rusak” kutipan
dari salah seorang ustadz mereka. Jelas pernyataan ini masih perlu dibahas dan
didiskusikan lebih lanjut.
Dan
yang paling penting mereka sangat getol mengkritisi (atau lebih tepatnya
menghujat) gerakan-gerakan Islam pada umumnya. Hizbut Tahrir mereka katakan
Mu’tazilah Gaya Baru, Ikhwan al-Muslimin dikatakan sufi maupun ahlul-hawa, Jama’ah
Tabligh dikatakan sufi gaya baru. Dari sisi analisa politik kami melihat bahwa
hal ini tidak lepas dari peran keluarga Saud yang jelas tidak ingin
kekuasaannya digantikan oleh gerakan Islam yang ingin menegakkan Negara Islam
dan memanfaatkan Wahabi sebagai corong untuk mereka atau lebih jauh mereka
mendapat “pesan” dari bosnya, A.S untuk melakukan langkah-langkah konkrit
melawan “Islam Fundamentalis”. Dari sisi ide kami menilai kritik mereka memang
harus ditempatkan sebagaimana mestinya, dinilai dari kekuatan argumentasinya,
dan sudah banyak kitab yang menjawab kritik-kritik yang dilontarkan mereka.
Mafahim
Yujib an-Thushahah yang ditulis, Syaikh Alwi al-Maliki membantah tulisan mereka
tentang isu-isu tawasul, istighasah, maulud dan sebagainya, Hadits Ahad dalam
Masalah Akidah yang ditulis oleh Dr. Fathi M. Salim, Fiqh al-ikhtilaf Yusuf
Qardhawi yang juga mengkritik jama’ah-jama’ah lain selain Wahabi, ‘Abd al-Ghani
an-Nabulusi, Al-Hadiqat an-nadiyya, h. 182, Istanbul, 1290. Ahmad Zaini
Dahlan’, Ad-durar as-saniyya fi ‘r-raddi ‘ala ‘l-Wahhabiyya in Cairo in 1319
(1901 M) dan masih banyak lagi.
Banyak
laporan yang dikeluhkan umat dan gerakan Islam dengan keberadaan Salafy —
demikian mereka menjatidirikan kelompoknya. Meski di kalangan Salafy sendiri terjadi
perpecahan dalam menyikapi ijtihad tertentu, namun kebanyakan umat tidak
memahami peta dan PEMIKIRAN SALAFI secara utuh
.
Bukan sekali terjadi, benturan antara Salafy dengan gerakan Islam yang ada. Sehingga menimbulkan gelombang penolakan. Di Lippo Cikarang, kajian Salafy terpaksa diliburkan selama sebulan, karena adanya tekanan (ancaman) dari kelompok tertentu untuk membubarkan halaqah ini. Kemudian di Matraman, Jakarta, pernah terjadi penyerbuan kelompok jamaah dzikir yang dipimpin oleh seorang Habaib, terhadap masjid jamaah Salafy.
Bukan sekali terjadi, benturan antara Salafy dengan gerakan Islam yang ada. Sehingga menimbulkan gelombang penolakan. Di Lippo Cikarang, kajian Salafy terpaksa diliburkan selama sebulan, karena adanya tekanan (ancaman) dari kelompok tertentu untuk membubarkan halaqah ini. Kemudian di Matraman, Jakarta, pernah terjadi penyerbuan kelompok jamaah dzikir yang dipimpin oleh seorang Habaib, terhadap masjid jamaah Salafy.
Gelombang
penolakan juga terjadi di luar Jawa, di Lombok Barat (NTB), sudah beberapa kali
terjadi perusakan fasilitas milik ”penganut” Salafy oleh warga setempat. Akibat
kesalahpahaman di kedua belah pihak, warga di Dusun Mesangguk, Gapuk, Kecamatan
Gerung, Lombok, menyerang jamaah Salafy dengan lemparan batu. Sebelumnya,
November 2005, ribuan warga Desa Sesela menyerbu Yayasan Pondok Pesantren Ubay
bin Kaab di Dusun Kebon Lauk.
Ketua
Komisi Pengkajian Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam (LPPI) Amin
Djamaluddin mengaku bahwa Salafy pernah mendatanginya. Mereka meminta agar LPPI
menjelaskan kepada masyarakat, bahwa Salafy bukanlah ajaran sesat.
Cara
dakwah yang dilakukan kelompok Salafy, membuat umat Islam resah, dan mendesak
MUI mengeluarkan fatwa tentang keberadaan Salafy. Sesatkah Salafy? ”Salafy
bukan merupakan sekte atau aliran sesat. Salafy, tidak termasuk ke dalam 10
kriteria sesat yang telah ditetapkan oleh MUI. Demikian fatwa yang dikeluarkan
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta Utara tanggal 8 April 2009. Fatwa
yang ditandatangani oleh Qoimuddien Thamsy (Ketua Umum MUI Jakarta Utara) dan
Drs. Arif Muzakkir Manna, HI (Sekretaris Umum) tersebut, setidaknya melegakan
kelompok Salafy.
Kendati
Salafy bukan aliran sesat, Ketua MUI Pusat KH. Ma’ruf Amien menasihati aktivis
Salafy, agar merubah cara dakwahnya menjadi lebih baik, dan memperbaiki sifat
ananiyah madzhabiyah yang menganggap diri-kelompoknya paling benar dan mencela
golongan lain yang menurutnya salah. ”Padahal, jika masih dalam skala ikhtilaf,
tidak boleh asal menyalahkan., benar jika dikatakan Wahabi Sebagai Peta Bid’ah
Dunia, Berbeda dengan Ahmadiyah yang sudah jelas-jelas menyimpang, karena sudah
menyangkut prinsip (akidah),” kata Kiai Ma’ruf.
Lebih lanjut,
KH Ma’ruf Amien mengatakan, penyerangan warga terhadap jama’ah Salafy, terjadi
akibat sifat egoisme kelompok ini yang suka menyalahkan golongan lain yang
berbeda pandangan. ”Kelompok ini tidak mau toleransi dengan pemahaman yang
berbeda dengan mazhab mereka, atau bisa di katakan WAHABI/SALAFI TIDAK MAMPU
MENERIMA PERBEDAAN sehingga menyulut kemarahan warga,” tukasnya.
MUI
Nusa Tenggara Barat (NTB) juga menyatakan, kelompok Salafy tak menyimpang dari
ajaran Islam. Hanya saja, penyebaran ajaran ini tidak dikemas sesuai dengan
kultur agama yang dianut warga setempat. ”Akibatnya, warga menjadi tersinggung
dan anarkis,” ujar Sekretaris MUI NTB Tuan Guru Haji Mahaly Fikri.
KENAPA
SALAFY – WAHABY DIKECAM ?
Lantas,
apa yang membuat kelompok Salafy dikecam? Karena kelompok Salafy kerap mencela,
bahkan menista ulama besar dan gerakan Islam di luar kelompoknya. Inilah yang
menimbulkan tenaga gelombang itu membesar.
Salafy
acapkali mencela ulama seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad
Rasyid Ridha, Hasan al-Banna, Taqiyuddin An-Nabhani, Sayyid Quthb, Ahmad Yasin,
’Aidh al-Qarni, Yusuf al-Qaradhawi dan sebagainya. Sementara gerakan Islam yang
diserang Salafy diantaranya: Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, FIS Al-Jazair,
tak terkecuali Persis, NU, Muhammadiyah, Majelis Mujahidin, Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII) dan sebagainya.
Pelbagai
tuduhan, hujatan, dan lontaran kata-kata kasar keluar dari mulut kaum Salafy.
Dengan enteng, mereka memberi cap-cap (stigma) buruk dengan sebutan ahlu
bid’ah, khawarij, pemberontak, ruwaibidhah (dungu), ahlu takfir, gerakan
sempalan sesat, serta teroris, kepada tokoh dan gerakan Islam yang bukan
kelompoknya.
Salafy
punya julukan tersendiri terhadap gerakan Islam yang berseberangan dengannya.
Seperti Quthbiy (penganut paham Sayyid Quthb), Sururi (penganut paham Muhammad
Surur ibn Zain al-’Abidin yang menggabungkan paham Salafy dengan Ikhwanul
Muslimin), dan hizbi atau hizbiyun (kelompok yang berorganisasi/partai).
Salafy
yang merasa dirinya paling benar, sering menuduh tanpa bukti, berdusta atas
nama para ulama dan sebagainya. Fitnah pun ditebar di tengah kaum muslimin.
Anehnya,
ketika (ulama) Salafy dikritik gerakan Islam lain karena hujjahnya, mereka
tidak rela, bahkan menyerang balik habis-habisan para pengkritiknya. Seabreg
kecaman pun tertuju kepada Salafy, ketika kelompok ini anti bicara politik,
tidak peka terhadap penderitaan kaum Muslimin, fanatik kepada para syaikhnya,
keras menghukumi saudaranya sendiri.
Maling
teriak maling, khawarij teriak khawarij. Seperti itulah yang digambarkan Abu
Muhammad Waskito dalam bukunya yang berjudul: ”Wajah Salafy Ekstrim: Propaganda
Menyebarkan Fitnah & Permusuhan”. Sebutan Salafy ekstrim, karena di antara
mereka ada yang terjerumus dalam sikap ghuluw (melampaui batas). ”Jumlah mereka
mungkin tidak terlalu banyak, kekuatan mereka juga tidak besar, tetapi suara
mereka sangat keras dalam mengobarkan fitnah dan permusuhan,” tulis Waskito.
Yang
lebih menyakitkan adalah, di saat warga Gaza dibantai Zionis Israel, ulama
Salafy asal Saudi, Syaikh Shalih Al Luhaidan melarang umat berdemo. Bahkan
menyebut pendemo itu sebagai khawarij. ”Demonstrasi yang terjadi di jalanan
Arab untuk membela warga Gaza termasuk membuat fasad fi Al Ardhi alias
kerusakan di muka bumi,” kata Syeikh Shalih.
Sebelumnya,
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani (ulama Salafy) mengeluarkan fatwa agar
kaum Muslimin Palestina hijrah untuk keluar meninggalkan bumi Palestina. Fatwa
ini menuai kontroversi di tengah kaum Muslimin.
APALAGI
?
Dengan
membabibuta, Salafy ”menyerang” Ikhwanul Muslimin dengan memelesetkannya
menjadi Ikhwanul Muflisin (ikhwan yang boke alias tak punya uang). Aroma
”kebencian” pada Ikhwanul Muslimin mencuat tatkala pecah Perang Teluk Babak I.
Adalah DR. Rabi’ ibn Hadi al-Madkhali, yang pertama kali menyusun buku berjudul
”Matha ’in Sayyid Quthb fi Ashab al Rasul” (Tikaman-tikaman Sayyid Quthb
terhadap Para Sahabat Rasul). Rabi’ al Madkhali, bahkan mengkritik habis Fi
Zhilal al-Qur’an (karya Sayyid Quthb).
Mantan
Panglima Laskar Jihad, Ja’far Umar Thalib juga melontarkan cacimaki terhadap
Syaikh Yusuf al-Qaradhawi dengan menyebutnya sebagai ’aduwullah (musuh Allah)
dan Yusuf al-Quraizhi (penisbatan kepada salah satu kabilah Yahudi di Madinah,
Bani Quraizhah). Ja’far dikritik gurunya sendiri, Syeikh Muqbil di Yaman, yang
mengganti celaan itu terhadap Qaradhawi dengan sebutan Yusuf al-Qaradha (Yusuf
Sang Penggunting Syari’at Islam). Tak hanya itu, Hasan al Banna kerap disebut
pelaku bid’ah yang akan berakhir di Neraka. Sayyid Quthb disebut pembawa ajaran
sesat.
HOBI
MENCELA
Tak
dipungkiri, banyak umat Islam di Indonesia tak memahami Salafy secara utuh.
Umat kadang terjebak dengan penampilan kaum Salafy. Sebagai contoh, sebuah
acara Todays Dialogue di Metro TV (2 September 2008), tengah membicarakan
topik: ”Islam Radikal Mau Ke mana? Acara itu menghadirkan tiga pembicara, yakni
Ustadz Ja’far Umar Thalib, Abdul Moqsith Ghozali (tokoh JIL), dan Nasir Abas
(eks anggota JI). Abdul Moqsith Ghazali dan Nasir Abas mewakili pihak yang
berseberangan dengan gerakan Islam ”radikal”. Sedangkan Ja’far diharapkan Metro
TV menjadi penyeimbang yang mewakili gerakan Islam radikal. Ada skenario,
narasumber itu akan dikonfrontasi.
Tapi
apa yang terjadi? Ja’far Umar Thalib dalam dialog itu, tidak menunjukkan sikap
”radikal” seperti yang diharapkan Metro TV. Justru sebaliknya, Ja’far dengan
berbagai statemennya malah menyerang ”teman seperjuangan”. Bahkan lebih galak
ketimbang dua narasumber lainnya. Apa kata Ja’far tatkala ditanya tentang
kelompok-kelompok ”Islam radikal” yang ingin berjuang menegakkan syariat Islam
dan negara Islam? Dengan gamblang, Ja’far yang Salafy ini
mengatakan,”kelompok-kelompok itu harus diberangus sampai ke akar-akarnya.”
Bukan hanya pemirsa yang terkejut, Meutia Hafidh, sang pembawa acara pun
bertanya keheranan, kenapa harus diberangus?
Ja’far
kembali menjawab, dulu, Khalifah Ali bin Abi Thalib memberangus khawarij.
Kelompok-kelompok yang ingin mendirikan negara Islam disebut Ja’far sebagai
Ahlul Bughot (pemberontak) karena itu wajib diberangus hingga akar-akarnya.
Ja’far pun menyamakan pejuang syariat dengan khawarij, penerap doktrin takfir
kepada penguasa Muslim.
Terakhir,
dalam sebuah dialog di televisi swasta, Ja’far dijadikan narasumber untuk
bicara tentang terorisme. Ia kembali menyerang Sayyid Quthb (tokoh Ikhwanul
Muslimin), dan membela Syeikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i. Ja’far mengatakan,
semua bentuk radikalisme dan ekstrimisme muncul dari pemikiran Sayyid Quthb.
Yang
menarik, adalah ketika terjadi perang pemikiran dalam bentuk buku. Awalnya, (alm)
Imam Samudra menulis buku ”Aku Melawan Teroris!”. Seorang ustadz Salafy Abu
Hamzah meresponnya dengan menulis pamflet ”Membongkar Pemikiran Sang Begawan
Teroris”. Selanjutnya, muncul buku bantahan yang berjudul ”Mereka adalah
Teroris! Sebuah Tinjauan Syari’at”, ditulis oleh Luqman bin Muhammad Ba’abduh,
seorang ulama Salafy Yamani dari Jawa Timur dan merupakan teman seperguruan
Ja’far Umar Thalib. Setelah itu, juga terbit buku ”Siapa Teroris? Siapa
Khawarij? Karya Ustadz Abduh Zulfidar Akaha, buku yang juga bantahan terhadap
Luqman Ba’abduh (Mereka adalah Teroris).
Menurut
Ustadz Abduh Zulfidar Akaha Lc, buku ”Mereka adalah Teroris!” ternyata tidak
sungguh-sungguh membantah Imam Samudra. ”Imam Samudra hanya dijadikan batu
loncatan saja. Karena di balik itu, ada lebih dari satu orang yang diserang,
baik ulama maupun gerakan Islam. Di dalam buku Mereka adalah Teroris, Luqman
Ba’abduh menyebut nama-nama ulama Ikhwanul Muslimin, seperti Hasan al-Banna,
Sayyid Quthb sebagai teroris, Abdullah Azzam, pejuang Islam di Afghanistan,
termasuk pula tokoh-tokoh Hamas seperti Syaikh Ahmad Yasin, Abdul Aziz
Ar-Rantisi dan sebagainya sebagai teroris Khawarij.” Intinya, tak ada
penghormatan kelompok Salafy ekstrim terhadap ulama maupun mujahid di luar
kelompoknya.
Keresahan
umat Islam terhadap gerakan Salafy ekstrim di Indonesia, sebetulnya sudah
muncul tatkala orang tua santri terkejut melihat putranya yang belajar di
Pesantren Al-Irsyad Tengaran, Salatiga, Semarang. Begitu pulang ke rumah saat
liburan sekolah, anak-anak hasil didikan Ja’far Umar Thalib dan Yazid Abdul
Qadir Jawwas itu, tiba-tiba mencopot gambar-gambar di dinding, membuang radio
dan televisi dari rumah mereka. Sejumlah orang tua cemas akan hal ini, lantas
mendatangi kantor cabang al-Irsyad di Tengaran, Semarang untuk menanyakan pola
didik yang diterima anak-anak mereka. Orang tua juga menuntut cabang al Irsyad
bertanggung jawab langsung terhadap pesantren, agar mengekang kecenderungan
militan ini.
Kini,
penyebaran paham Salafy berkembang melalui buku-buku agama, majalah, kaset, dan
situs internet untuk mereka jadikan sebagai propaganda. Buku-buku, majalah dan
internet adalah media lain yang mereka gunakan. Hal ini menimbulkan gelombang
yang juga tidak kecil. Melengkapi penolakan-penolakan lainnya.
Mereka
disokong dana yang cukup besar dari oknum Syekh Saudi Arabia. Suatu ketika
pimpinan cabang NU pernah memohon kepada Menteri Agama Maftuh Batsuni agar
menyampaikan satu hal kepada Pemerintah Saudi untuk tidak membagikan buku-buku
agama kepada jamaah haji di airport, yang hendak pulang ke Tanah Air.
Mengingat, buku itu, bertentangan dengan pemahaman agama yang ada di daerah
tertentu, sehingga membuat masyarakat bingung, bahkan berubah. Atas laporan
pimpinan cabang NU ini, Menteri Agama meminta Pemerintah Saudi tidak
membagi-bagikan buku-buku agama, tapi cukup Al Qur’an dan terjemahan saja.
Alhasil,
Bagi masyarakat Muslim, jika ada kelompok yang suka menyalahkan, mencaci-maki
—tak mesti Salafy— sudah pasti akan menghadapi gelombang penolakan. Tapi, kalau
berdakwah dengan cara yang santun, masyarakat tentu akan menerimanya dengan
lapang dada.(http://syiahali.wordpress.com/2012/12/page/3/)
Muchus Budi R. –
detikNews
Solo – Ketua Umum PP Muhammadiyah menilai sejauh ini telah terjadi
tindakan membahayakan yang terkesan membesarkan-besarkan perbedaan Sunni dengan
Syiah yang berdampak pada konflik umat. Dia berharap negara segera hadir untuk
menanganinya dan para ulama segera tampil sebagai penyejuk suasana.
“Jangan
dibesar-besarkan, karena sesungguhnya tidak ada apa-apa tapi menjadi
membahayakan jika terus diprovokasi. Saya minta negara segera hadir berperan
untuk menangani masalah ini. Selain itu juga para ulama harus segera turun
tangan,” kata Din kepada wartawan usai menghadiri penganugerahan gelar Doktor (HC) untuk
Karni Ilyas di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu (28/9/2013).
Para ulama dan memimpin umat, kata Din,
harus segera tampil sebagai juru damai dengan mengedapankan semangat islah dan
kerukunan atar umat. Dengan cara itulah persoalan yang dihadapi umat bisa
segera diselesaikan sebelum menjadi besar.
Din juga menolak keras tindakan
sebagian golongan yang mengafirkan golongan lain hanya karena berbeda aliran.
Menurut Din, selama seseorang telah mengucapkan kalimat syahadat maka orang tersebut
adalah seorang muslim yang dijamin keyakinannya itu oleh Allah SWT. Tidak
pantas golongan lainnya menghujat dan menuduhnya sebagai seorang kafir.
Lebih lanjut Din Syamsudin, mengatakan
bertolak dari dasar teologi paling dasar saja, selama seseorang sudah dengan
ikhlas mengucapkan dua kalimat syahadat maka dia telah menjadi seorang muslim.
Memang ada perkecualian pada kasus Ahmadiyah karena mereka mengakui ada nabi
lain setelah Nabi Muhammad.
“Kalau Syiah ini kan tidak sampai mempertuhankan Ali atau mengangkat
Ali sebagai Nabi. Memang dulu pernah berkembang Syiah yang keras dan cenderung
sesat, tapi setahu saya tidak berkembang di sini,” papar Din.
“Keberadaan aliran-aliran ini kan jauh
setelah Nabi wafat. Zaman Nabi tidak ada aliran seperti itu. Muhammadiyah juga
tidak mengikuti Sunni maupun Syiah. Kita Islami. Bahkan kalau kita tilik dari sejarah, banyak pemikir, filsuf,
ilmuwan muslim di masa lalu berasal dari kalangan Syiah,” lanjutnya.
Waspadalah Ideologi Ekstrimis Takfiri Ala Badui Najd Mulai Massif Yang Akan Mengganggu
Kedamaian dan Menghancurkan kita sebagai Bangsa !!!! Intoleransi tak punya tempat dalam
bangunan NKRI yang kokoh.
Polisi Republik Indonesia nampaknya perlu segera bertindak
tegas, sebab ini penting supaya tidak terjadi genangan dan tangis darah di
Republik Indonesia. Sebab salah satu anggota DPRD Karimun dari partai PKS
(Partai Keadilan Sejahtera) nampaknya ingin menyatakan kalau dia dan
orang-orang yang pemikiran keislamannya sama dengan dia saja yang berhak hidup
di Republik Indonesia; sebuah sesat pikir dosis tinggi yang segera
membangkitkan memori kengerian banyak Muslimin pada tingkah pola rezim jumud
Taliban di Afghanistan dulunya.
Sebab, pengakuan jelas yang diungkap
salah satu kader PKS, (Partai Islam?) yang saat ini menjabat sebagai anggota
DPRD Karimun periode 2009-2014 adalah bukti nyata dan valid yang bisa di telusuri
oleh Polisi Republik Indonesia siapa
dalang asli aksi teror berdarah-darah dan pembantaian berantai terorisme di
tanah air.
Komarudin, [Komar Sahabatq, https://www.facebook.com/komar.sahabatq ]
saat memberikan komentar pada salah satu berita Islam Times di sebuah forum
Facebook pada 26 Desember 2013, bilang bahwa “Syiah layak dipenggal”,
[https://www.facebook.com/groups/indoneSYIAH/545249335568880/?ref=notif¬if_t=group_comment
]
Tentu alasan dibalik pernyataan itu
adalah keinginan Komarudin untuk menegakkan Khilafah as-Saudiyah
Wahabiyah-Takfiriyah di bawah bendera dan
kepemimpinan organisasi Takfiri bengis bentukan Osama bin Laden, al-Qaeda di
Republik Indonesia.
Leader pembunuh jutaan muslimin,
Osama bin Laden yang
dipuji puja Anis Mata, Presiden PKS dalam sebuah puisi menjijikkan.
Dengan pernyataan rasis itu, Komarudin
nampaknya ingin membangun sebuah logika – dan ingin orang banyak membelinya –
kalau amuk massa, pembunuhan dan pembantaian diantara muslimin seperti di
Afghanistan, pakistan dan Suriah terlalu kuasa dan perkasa bahkan di hadapan
beratus-ratus ribu polisi di seluruh negeri dan seolah-olah tidak mampu
dihadang.
Komarudin juga nampaknya ingin
membangun kepercayaan kepada orang, kalau kian banyak muslimin di negeri ini
yang hidup toleran, tenang dan tentram merupakan kegagalan misi, dan sebab itu
perlu ada kobaran semangat dengan instruksi pemenggalan terhadap Muslimin Syiah
di Indonesia.
Sebuah seruan lazim untuk menginfuskan
dan menegakkan kembali ‘rasa takut’ kepada semua orang demi tegaknya Khilafah
as-Saudiyah Wahabiyah-Takfiriyah, persis yang dilakukan Taliban dan al-Qaeda di Afghanistan, Pakistan dan
belakangan di Suriah.
Tapi, Komarudin lupa kalau dunia saat
ini sedang berputar cepat, kalau ketakutan orang banyak pada ancaman
pemengalan, pemancungan dan mutilasi ada batasnya, dan ketika batas itu
terlampaui, masyarakat akan berbalik melakukan perlawanan.
Dan Komarudin serta orang seperti
Komarudin gagal membaca sejarah, kalau muslimin dan orang-orang Syiah selalu
cinta damai, selalu hidup dalam damai dan mengajari kepada yang lain bagaimana
kedamaian itu. Tapi orang Syiah juga diajari oleh Imam Husain as, cucu Nabi
Muhammad Saw, bagaimana mempertahankan dirinya ketika diserang musuh-musuh
Islam.
Jadi, tidak ada alasan bagi seorang
Komarudin, kader PKS (Partai Keadilan Sosial) yang saat ini menggelapkan jutaan
uang pajak rakyat untuk menunda-nunda hajatnya sebagaimana yang diungkap dalam
pernyataannya diatas. Haihat minadzillah.
Pemerintah akan memantau
kelompok-kelompok anti-Syiah di daerah Jawa Barat dan Jawa Timur dengan “sangat serius”, Wakil
Menteri Agama Prof. DR. Nasaruddin Umar memperingatkan.
Nasaruddin mengatakan bahwa melarang mazhab Syiah akan menjadi
“masalah yang sangat serius”, dengan alasan bahwa negara-negara Muslim bahkan yang
konservatif seperti Arab Saudi tidak melarang perbedaan denominasi/mazhab.
Gerakan anti Syi’ah sudah mulai tersistematis
dengan banyak sponsor dan kepentingan di dalamnya, NKRI dan kedamaian antar
umat dan sesama pemeluk mazhab adalah harga mati jangan sampai negeri ini
terkoyak dan berdarah-darah hanya karena perbedaan mazhab. Kita tak ingin
seperti Pakistan dimana sengketa mazhab menjadi ajang baru perang saudara dan
pembantaian demi pembantaian terjadi setiap hari dan pemerintah tak mampu
menemukan formula yang tepat dalam menyelesaikan konflik-konflik bernuasa
sektarian tersebut.
Anarkhisme Sampang, Fatwa Sesat MUI
Sampang, sampai yang terakhir MUSYAWARAH ‘ULAMA DAN UMMAT ISLAM INDONESIA KE-2 di MASJID AL-FAJR, BANDUNG –
JAWA BARAT, AHAD 30 JUMADAL AWWAL 1433/22 APRIL 2012“MERUMUSKAN LANGKAH STRATEGIS UNTUK MENYIKAPI PENYESATAN DAN
PENGHINAAN PARA PENGANUT SYI’AH”.Sekitar 200 ulama dari berbagai daerah
berkumpul di masjid Al Fajr-Kota Bandung,Ahad (22/4), menghadiri undangan Forum
Ulama Umat Indonesia (FUUI) dalam acara Musyawarah ‘Ulama dan Ummat Islam
Indonesia ke-2 dengan agenda “Merumuskan
Langkah Strategis Untuk Menyikapi Penyesatan dan Penghinaan Para Penganut
Syi’ah”. Ulama-ulama tersebut dari berbagai pesantren dan ormas Islam seperti
Persis, Muhamadiyah, NU, Hidayatullah, Al Irsyad, DDII, PUI, termasuk MUI
Pusat.Musyawarah ini juga dihadiri Wali Kota Bandung, Dada Rosada dan Gubernur
Jawa Barat, Ahmad Heryawawan Lc. Hasil Musyawarah disepakati Hanya Ada Satu Kata Syi’ah Sesat dan di Luar Islam.
Indonesia sebagai negeri
berpenduduk Muslim terbesar sangatlah strategis apabila tak diantisipasi sejak
dini maka makar dan agenda tersembunyi Zionis dan Salibis Internasional untuk
melemahkan Islam dari dalam cepat atau lambat pasti akan terjadi dengan tetap
konsisten menyokong setiap gerakan yang menyulut perbedaan mazhab. Disintegrasi
dan konflik yang lebih luas hanya tinggal menunggu waktu saja dan negeri ini
akan menjadi negeri yang porak-poranda.
“Kita juga harus berhati-hati dengan
masalah ini, karena dapat mengganggu hubungan kita dengan negara-negara seperti
Iran, yang mayoritas warganya yang memeluk Islam Syiah,” katanya dalam
menanggapi sentimen anti-Syiah di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Di Jawa Timur, beberapa ulama Sunni di
Madura dan daerah lainnya di provinsi ini telah meminta pemerintah daerah untuk
mengeluarkan peraturan yang membatasi penyebaran Islam Syiah, dengan alasan
bahwa sekte tersebut “cocok” dengan kriteria sesat yang dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia pada tahun 2007.
Desember lalu, ratusan orang membakar
empat rumah, masjid dan fasilitas lain di sebuah Pondok Pesantren yang dikelola
oleh Tajul Muluk, pemimpin Syiah di Sampang. Tajul sendiri sekarang menghadapi
persidangan atas tuduhan
“penistaan agama”.
Di Jawa Barat, ulama Sunni telah
memperingatkan masyarakat untuk “mencegah” penyebaran Syiah di daerah tersebut.
Nasaruddin, dosen tafsir al-Quran,
mengatakan bahwa sementara semua warga negara bebas untuk mengusulkan peraturan
untuk pemerintah daerah, selama usulan peraturan tidak bertentangan dengan
konstitusi.
Menanggapi keluhan dari peraturan yang
membatasi ajaran agama, terutama orang-orang dari sekte Ahmadiyah, Kementerian
Dalam Negeri telah mengatakan mereka tidak melanggar konstitusi dan
undang-undang otonomi daerah.
Dihubungi secara terpisah, akademisi
Muslim Komaruddin Hidayat mengatakan bahwa pengikut Syiah selalu menjadi bagian
dari sejarah Islam, dan mengatakan bahwa orang yang memperdebatkan keberadaan
Syiah sebagai orang yang “tidak pernah belajar sejarah”.
“Pengikut Syiah di masa lalu banyak
memberikan kontribusi kepada Islam, terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, ulama Sunni, termasuk di Arab Saudi, tidak pernah memperdebatkan
keberadaan mereka,” katanya.
Dia mendesak pemerintah untuk
melindungi pengikut Syiah dari serangan apapun, dan mengatakan bahwa pemerintah
harus menjaga kerukunan antar-iman dengan mencegah peraturan yang bisa
menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (NU) Said Aqil Siradj mengatakan bahwa sekalipun ajaran
Syiah memiliki beberapa perbedaan dengan arus utama Islam di Indonesia, NU tidak
akan pernah meminta pemerintah untuk melarang pengikut Syiah.
“Nabi Muhammad telah memperingatkan
kita bahwa bagaimanapun juga kita tidak boleh bertengkar satu sama lain karena
perbedaan-perbedaan kita,” kata kang Said kepada The Jakarta Post (Sabtu, 5 Mei
2012).
Prof. DR. Komaruddin Hidayat:
Iran dan Syiah Memiliki Kontribusi Besar dalam Peradaban Islam
Iran dan Syiah Memiliki Kontribusi Besar dalam Peradaban Islam
“Siapa saja yang tidak mengakui keberadaan Syiah pada hakikatnya
tidak memiliki pengenalan sedikitpun dengan sejarah Islam. Karena tidak satupun
ulama Sunni yang mengingkari peran dan kontribusi besar Iran dalam peradaban
Islam.”
Iran dan Syiah Memiliki Kontribusi
Besar dalam Peradaban IslamMenurut Kantor Berita ABNA, Prof. DR. Komaruddin
Hidayat pemikir dan cendekiawan muslim Indonesia yang juga menjabat sebagai
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun 2006 dalam wawancaranya
dengan wartawan the Jakarta Post menegaskan, “Siapa saja yang tidak mengakui
keberadaan Syiah pada hakikatnya tidak memiliki pengenalan sedikitpun dengan
sejarah Islam. Karena tidak satupun ulama Sunni yang mengingkari peran dan
kontribusi besar Iran dalam peradaban Islam.”
KH. Said Aqil Siraj Ketua Umum PB
Nahdatul Ulama menyatakan hal serupa dengan menyebutkan Syiah tidak bisa
dipisahkan dari dunia Islam, Sunni dan Syiah menurutnya dua mazhab besar dalam
Islam dan bersaudara sudah selayaknya saling berangkulan bukan bermusuhan,
“Sesuai dengan pengajaran Nabi, perbedaan yang terdapat dalam tubuh umat Islam
tidak layak dijadikan alasan untuk saling bermusuhan.”
Sementara itu Prof. DR. Nasaruddin
Umar, MA wakil Menteri Agama RI menyatakan ketidaksepakatannya atas permintaan
sejumlah kelompok umat Islam yang meminta Syiah menjadi mazhab yang haram dan
terlarang di Indonesia. Dalam sambutannya pada penyelenggaran Seminar “The Role
and Contribution of Iranian to Islamic Civilization” awal Maret lalu mengakui
peran dan kontribusi Iran dalam peradaban Islam, terutama pasca revolusi Iran
tahun 1979, merupakan suatu kenyataan yang dicatat dalam sejarah, seperti aspek
keagamaan, budaya, pembaharuan pemikiran, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
“Pembaharuan pemikiran Islam yang dialami Iran menarik kajian berbagai
kalangan, terutama para intelektual dan generasi muda, melalui penerjemahan
buku-buku yang ditulis oleh para ulama dan cendekiawan muslim Iran sampai hari
ini” tegasnya.
Menurut pengakuannya, sebagai paham
keagamaan, Sunni dan Syi’i memang terdapat perbedaan di samping persamaan.
“Namun untuk membangun hubungan yang harmonis dan kerukunan bersama, sepatutnya
persamaan terus dikembangkan dan diperkuat, sementara perbedaan harus terus
diminimalisasi dengan semangat ukhuwah Islamiyah” pesannya.
“Apa yang disebut dengan “Risalah
Amman” (The Amman Massage) tanggal 9 November 2004 yang ditandatangani oleh
ratusan ulama sedunia, agar dijadikan acuan hidup Sunni-Syi’i”, tegas beliau
lebih lanjut.
Govt to keep an eye on alleged
anti-Shiite movements
The Jakarta Post, Jakarta | Thu, 05/03/2012 5:36 PM
The Jakarta Post, Jakarta | Thu, 05/03/2012 5:36 PM
The government will monitor anti-Shiite
groups in the regions of West Java and East Java “very seriously”, Deputy
Religious Affairs Minister Nasaruddin Umar has warned.
Nasaruddin said that outlawing the Shia
sect would be “a very serious problem”, arguing that even conservative Muslim
countries such as Saudi Arabia have never banned the denomination.
“We must also be very careful with this
issue, because it may disturb our relations with countries like Iran, which has
many citizens who follow the Shia teachings,” he said in response to
anti-Shiite sentiments in West Java and East Java.
In East Java, several Sunni clerics in
Madura and other areas in the province have asked the local administration to
issue a regulation limiting the spread of Shia Islam, arguing that the sect
matched the criteria for heresy issued by the Indonesian Ulema Council in 2007.
Last December, hundreds of people
burned four houses, a prayer house and other facilities at a boarding school
run by Tajul Muluk, a Shiite leader. Tajul is standing trial on blasphemy
charges.
In West Java, Sunni clerics have warned
people to avoid the spread of Shia Islam in the area.
Nasaruddin, a lecturer of Koran
interpretation, said that while all citizens were free to propose regulations
for local administrations, bylaws should not oppose the Constitution.
In response to complaints of bylaws
restricting religious teachings, mainly those of the Ahmadiyah sect, the Home
Ministry has said they do not violate the Constitution and the regional
autonomy law.
Contacted separately, Muslim scholar
Komaruddin Hidayat said that Shiite followers have always been a part of the
history of Islam, citing that people debating their existence “had never
studied history”.
“Shia followers in the past contributed
a lot to Islam, in terms of knowledge. Therefore, Sunni ulema, particularly in
Saudi Arabia, have never debated their existence,” he said.
He urged the government to protect Shia
followers from any attack, saying that the government must preserve inter-faith
harmony by avoiding bylaws that could destroy the nation’s unity.
Meanwhile, Nahdlatul Ulama (NU)
executive board chairman Said Aqil Siradj said that while Shiite teachings
differed from mainstream Islam in Indonesia, the NU has never asked the government
to ban Shia followers.
“The Prophet Muhammad has told us that
we must not fight each other regardless of our differences,” he told the Post.
(asa)
Muhammad Ruslailang
Noertika
Organisasi
Konferensi Islam (OKIhttp://www.oic-oci.org )
yang merupakan organisasi kerja samanegara-negara
berpenduduk muslim di seluruh dunia, mengakui mazhab Syiah sebagai salah satu
mazhab yang sah dalam Islam. Itulah sebabnya, Muslim Syiah dibolehkan untuk
menunaikan ibadah haji di tanah suci Makkah al-mukarramah [lppimakassar.net]
Di sela-sela lawatannya ke Timur
Tengah, Dr Alwi Shihab, sosok yang pernah menjadi Menteri Luar Negeri (Kabinet
Abdurrahman Wahid) dan Menko Kesra (Kabinet SBY) dan juga pernah ditugaskan
sebagai Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk wilayah Timur Tengah,
memanfaatkan waktunya yang singkat dengan memberikan ceramah dalam pengajian
bulanan KMMI (Keluarga Masyarakat Muslim Indonesia)
di Abu Dhabi pada
tanggal 21-Desember 2013.
Bertempat di Aula Ahmad Soebardjo
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Abu Dhabi, sejumlah lebih kurang 80 orang
masyarakat Indonesia beserta keluarga antusias mendengarkan petuah dari tokoh
senior Indonesia yang juga seorang politisi, agamawan, dan penulis buku
terkenal “Islam Inklusif” ini. Berikut ini adalah uraian singkat ceramah beliau
yang disarikan oleh Muhammad Ruslailang Noertika.
Hindari Sikap Mengkafirkan Sesama
Muslim
Dr Alwi Shihab memulai ceramahnya
dengan mengungkapkan bahwa baru-baru ini, sambil mengutip berita yang dilansir
koran terkenal, bahwa NU dan Muhammadiyah telah menyerukan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) untuk berhati-hati mengeluarkan fatwa yang menyatakan sesat
kepada mazhab tertentu, dalam hal ini mazhab Syiah. Kehati-hatian ini
diperlukan untuk menghindari konflik horizontal yang saat ini sering terjadi,
termasuk kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok orang
terhadap kelompok lain yang dianggap berbeda keyakinan. Kejadian yang menimpa
komunitas muslim Syiah di Sampang Madura dan beberapa pengikut tarekat di Jawa
contohnya adalah imbas dari perilaku yang merasa benar sendiri dan menghakimi
umat lain sebagai sesat.
Beliau juga mencontohkan bahwa saat ini
banyak media internet, juga media radioyang
gemar mengabarkan perbedaan dan mengobarkan perpecahan di kalangan umat Islam.
Padahal perbedaan yang ada hanyalah sedikit, hanya terpaut di masalah-masalah
yang kecil, tidak sampai menyangkut hal-hal besar. Seperti Syiah dan Sunni,
keduanya diakui sebagai mazhab dalam Islam. Dr Alwi Shihab menceritakan bahwa
ketika beliau bersama Prof Quiraish Shihab menuntut ilmu di Universitas Al
Azhar Kairo Mesir, di sana mereka juga mempelajari mazhab Syiah sebagai salah
satu mazhab Islam. Kalau bukan mazhab yang diakui dalam Islam, tidak mungkin
mereka diberi pelajaran mengenai mazhab tersebut. Karenanya, adalah hal yang
kurang bijak sekiranya ada sekelompok orang yang kemudian memperkeruh persatuan
Islam dengan menyebarkan issue-issue tentang sesatnya Syiah.
Islam mazhab Syiah tak jauh berbeda
dengan islam mazhab Sunni. Mereka bersyahadat, zakat, salat menghadap kiblat, berhaji di Makkah dan
hal-hal lain dikerjakan sebagaimana halnya umat Islam yang bermazhab Ahlus
Sunnah. Adapun perbedaan-perbedaan yang ada, tidak usah diperuncing karena tak
begitu signifikan. Debat antara ulama Sunni dan Syiah sudah berlangsung ribuan
tahun, dan banyak yang dilaksanakan dengan cara yang santun sesuai akhlakul
karimah. Para ulama yang berdebat itu tak pernah saling mengkafirkan apalagi
menyebarkan dakwah yang menyatakan sesatnya mazhab yang lain. Karenanya kita,
sebagai ummatnya tak boleh ikut-ikutan mengkafirkan sesama Muslim.
Konflik Sunni-Syiah Berlatar Politik
Ditengarai oleh beliau, bahwa
meruncingnya eskalasi konflik horizontal antara Sunni dan Syiah yang terjadi
dewasa ini di Indonesia dan beberapa tempat lain di dunia lebih dilatar
belakangi oleh kepentingan politis. Dr Alwi Sihab, yang kini menjadi salah satu
tim ahli dalam Fetzer Insitut (www.fetzer.org) – lembaga nirlaba yang berdiri di Michigan
Amerika Serikat yang mengkampanyekan toleransi damai dan indah dengan slogannya
“Love and Forgive”, mencontohkan bagaimana konstelasi hubungan Amerika Serikat
dengan Saudi Arabia dan Iran. Menurut beliau, sebelum terjadinya revolusi Islam
Iran oleh Ayatulah Khomeini tahun 1979, pemerintahan Iran yang dipimpin oleh
Syah Reza Pahlevi dikenal berkarib dengan Amerika Serikat. Demikian juga dengan
Kerajaan Saudi Arabia saat itu. Ketika kedua negara yang berbeda mazhab itu
sama-sama menjadi negara sahabat Amerika Serikat, keduanya ikut bersahabat.
Saudi Arabia yang wahabi bersahabat dengan Iran yang Syiah. Namun, sejak tahun
1979, keadaan berubah. Iran yang dipimpin Imam Khomeini menjadi musuh Amerika
Serikat, sedangkan Saudi Arabia tetap menjalin persahabatan dengan Amerika
Serikat. Sejak itu, juga hubungan kedua negara itu memanas. Kerajaan Saudi
Arabia kemudian dikenal berkonfrontasi dengan pemerintah Iran. Jadi konflik
yang ada kini disebabkan oleh politik.
Konflik politis antara Saudi dan Iran
kemudian merembes ke persoalan mazhab. Kedua negara itu berupaya juga ikut
memengaruhi negeri lain. Dalam satu kesempatan, Dr Alwi Shihab bercerita,
ketika bertemu dengan wakil pemerintah Iran, ia menyatakan bahwa Iran sangat
ingin menjalin persahabatan yang lebih erat dengan Indonesia. Demikian juga
pemerintah Saudi Arabia. Masing-masing ingin agar Indonesia dekat dengan mereka
karena keduanya memandang betapa pentingnya Indonesia, sebagai negara dengan
penduduk muslim terbesar di dunia. Namun, menurut Dr Alwi Shihab, Indonesia
yang dikenal dunia sebagai Negara dengan penduduk mayoritas islam yang moderate
selayaknya memang bersahabat dengan semua negara Islam, tapi jangan sampai
konflik politis yang terjadi di antara mereka juga ikut tertular ke negeri
kita. Biarlah Indonesia menjadi negeri muslim yang damai, toleran sesuai dengan
pedoman bernegara, Pancasila. Apa yang terjadi di Mesir, Pakistan dan negara
lain yang terus menerus dirundung konflik, adalah karena ketiadaan pedoman yang
diakui bersama. Kedua Negara itu tidak mempunyai alat pemersatu, Pakistan yang
dahulu dikenal sebagai negara islam moderate kini tidak bisa lagi disebut
moderate karena konflik horizontal yang dipicu oleh perseteruan politik dengan
mengendarai issue antar mazhab. Demikian juga dengan Mesir yang kini mempunyai
masalah dimana masyarakatnya terpecah menjadi dua antara yang sekuler dengan
yang islamis karena Mesir tidak mempunyai alat pemersatu seperti Indonesia
memiliki Pancasila, yang diakui oleh baik kaum agamawan maupun kelompok liberal
sebagai dasar negara. Pancasila mempersatukan kita semua, karenanya kita harus
merawat bersama-sama kondisi ini.
Ditambahkan oleh beliau, pemerintah
Saudi Arabia juga sebenarnya tak bisa menganggap Syiah itu keluar dari Islam.
Karena mayoritas penduduknya yang tinggal di kawasan timur seperti Dhahran,
Dammam dihuni oleh muslim bermazhab Syiah sejak seribu atau ratusan tahun lalu.
Kalau sekiranya pemerintah Saudi Arabia menganggap Syiah itu diluar Islam, maka
itu bisa menimbulkan pemberontakan dari warganya itu. Juga ditambahkan, bahwa
Organisasi Konferensi Islam (OKI http://www.oic-oci.org )
yang merupakan organisasi kerja sama negara-negara berpenduduk muslim di
seluruh dunia, mengakui mazhab Syiah sebagai salah satu mazhab yang sah dalam
Islam (catatan: Iran, sebagai negara dengan pemeluk islam syiah terbesar
menjadi anggota OKI sejak didirikan tahun 1969). Karenanya, Muslim Syiah
dibolehkan untuk menunaikan ibadah haji di tanah suci.
Bangun Toleransi Melalui Pendidikan
Dr Alwi Shihab memberikan pandangannya,
bahwa salah satu cara untuk meredam gejolak pengkafiran dari sebagian muslim
kepada sesamanya adalah dengan melalui pendidikan. Dengan memberikan pemahaman
yang baik dalam proses pendidikan tersebut, umat islam akan lebih dewasa dalam
menyikapi perbedaan. Meskipun diakui bahwa saat ini, kelompok-kelompok yang
mudah mengkafirkan sesama muslim itu juga bercokol di institusi pendidikan,
namun upaya terus menerus untuk menggerus sikap keliru dalam mengkafirkan orang
lain itu bisa dimaksimalkan melalui pendidikan.
Dengan pendidikan, umat Islam akan
diberikan wawasan yang luas dan bijak mengenai betapa indahnya Islam dalam
keberagamannya, sehingga mereka akan saling menghormati dan menghargai seluruh
mazhab yang diakui dalam Islam. Juga, dalam sesi tanya jawab dengan peserta,
beliau mengakui bahwa pemerintah Indonesia juga perlu mengambil tindakan tegas
untuk mencegah tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang
yang mudah mengkafirkan sesamanya. Hal ini diperlukan agar sikap intoleran
tersebut dapat diredam secara cepat tanpa menyebar ke masyarakat lainnya.
Mereka yang suka bertindak intoleran itu umumnya sedikit dibanding yang lain
yang menjadi “silent majority”. Semoga dengan metode pendidikan yang
mengedepankan akhlakul kharimah, umat yang “silent majority” menjadi tergugah
untuk menyatakan sikapnya yang lebih bijak dan dewasa memandang perbedaan antar
sesama umat Islam.
Abu Dhabi, 24 Desember 2013.
Menurut
Kantor Berita
ABNA, Maulawi Ali Ahmad Salami, yang lebih dikenal dengan nama
Syaikh Maulawi Nadzhir Ahmad adalah ulama
besar Ahlus Sunnah Iran yang
saat ini
menjadi wakil rakyat yang duduk di Majelis
Khubregan Rahbari delegasi Provinsi
Sistan dan
Bluchistan Republik Islam Iran. Beliau juga anggota perkumpulan
ilmiah
bidang fiqh dan huquq Hanafi di Universitas Mazahib Islami dan juga
menjadi dosen senior di Hauzah Ilmiah Darul Ulum Zahedan. Diluar pendidikan
resminya
di Hauzah Ilmiah beliau pernah menimba ilmu secara khusus dari
beberapa ulama Ahlus Sunnah terkemuka seperti Maulana Taj Muhammad Buzurqzadeh
di
Sarbaz, Maulana Mufti Muhammad Syafi’i ulama mufti Pakistan, Maulana
Muhammad
Rafi Utsmani, Maulana Muhammad Taqi Utsmani, Maulana Syams al Haq, dan
Maulana
Subhan Mahmud di Karachi Pakistan.
Beliau juga mengantongi ijazah
sarjana S2 dengan gelar master ekonomi
Islam dari Universitas Karachi Pakistan.
Diantara
buku-buku yang
menjadi buah karya beliau seperti, Tarikh Islam, Mahurhai
Da’wat wa Tabligh [Seputar Dakwah dan Tabligh], Banwan Nemuneh Asr
Payambar
wa Sahabeh [Perempuan-perempuan Teladan di Masa Nabi dan Sahabat],
Peristiwa Karbala dalam
Pandangan Ulama Ahlus Sunnah, Hadiah untuk Kaum Muslimah
dan banyak lagi lainnya. Selain menulis ratusan makalah ilmiah dengan berbagai
tema
dan pembahasan yang disampaikan dalam berbagai seminarnasional dan
internasional.
Dengan berbagai jabatan penting yang disandangnya dan aktivitas
ilmiah yang dijalaninya, Syaikh Nadzhir Ahmad dikenal sebagai ulama Ahlus
Sunnah terbaik dan cukup populer di Iran.
Dengan
alasan tersebut,
wartawan ABNA mengambil waktu disela-sela kesibukan beliau
untuk
melakukan wawancara. Ditemui di ruang kerjanya sebagai wakil rakyat di
Teheran,
wartawan ABNA Ali Shakir mengajukan beberapa pertanyaan seputar
pandangan
Ulama Ahlus Sunnah mengenai sosok dan ketokohan Imam Ali as.
Berikut
petikan wawancara tersebut:
ABNA: Bagi
penganut Syiah khususnya kaum muda, memiliki informasi yang sangat terbatas
mengenai bagaimana pandangan Ahlus Sunnah mengenai imam pertama mereka.
Karenanya
mohon dijelaskan bagaimana pandangan ulama Ahlus Sunnah mengenai
sosok
kepribadian dan keutamaan Imam Ali as dari sisi keimanan beliau,
keadilan, keberanian, ibadah, pengabdian, jihad, pengorbanan dan kecintaan Nabi
Muhammad
Saw kepada beliau?. Silahkan.
-Bismillahirrahmanirrahim,
dan
kepadaNya kita memohon pertolongan dan perlindungan. Jika dipersilahkan
saya
akan memulainya dengan menjelaskan pandangan ulama Ahlus Sunnah mengenai
keluarga Nabi Saw secara keseluruhan lalu kemudian menyampaikan pandangan Ahlus
Sunnah
terkait kepribadian Sayyidina Ali ra secara khusus.
ABNA: Silahkan.
-Kecintaan
kepada Ahlul Bait adalah
bagian dari iman kami dan kami sangat memegang prinsip
itu.
Dalam shalat kami, kami mengirim salam kepada Nabi dan keluarganya. Dan
salam
itu tercantum dalam kitab-kitab shahih kami, dan shalat kami tanpa
disertai
dengan salam kepada keluarga Nabi, menjadi shalat yang rusak dan tidak
sempurna.
Shalawat yang kami wajib melafazkannya dalam shalat yaitu, ”اللهم صل علی محمد و علی آل محمد کما صلیت علی ابراهیم و علی
آل ابراهیم انک حمید مجید، اللهم بارک علی محمد و
علی آل محمد کما بارکت علی
ابراهیم
و آل ابراهیم انک حمید مجید.” Do’a tersebut kami
baca, baik dalam shalat berjama’ah, shalat sendiri, shalat malam dan lain-lain
pada
saat kami melakukan tasyahud akhir. Dalam shalawat tersebut kami
mengirimkan salam kepada Nabi dan keluarganya.
Demikian
pula pada khutbah
Jum’at, shalawat kepada Nabi dan Ahlul Baitnya menjadi bagian
dari
khutbah Jum’at yang harus diucapkan dalam bahasa Arab. Khutbah Jum’at yang
disertai
ucapan shalawat tersebut disampaikan di seluruh dunia Islam bukan
hanya
di Iran. Disetiap hari Jum’at di semua masjid Ahlus Sunnah khutbah Jum’at
tidak
dibacakan sebelum diawali dengan bacaan shalawat kepada Nabi dan Ahlul
Bait.
Jangan katakan, itu hanya diucapkan setelah terjadi revolusi Islam di
Iran
yang kemudian berubah menjadi pemerintahaan yang berasas mazhab Syiah,
tidak. Melainkan sebelum revolusipun shalawat untuk Ahlul Bait sudah menjadi
bagian
penting dalam khutbah Jum’at Ahlus Sunnah di Iran. Kami meyakini, Al
Hasan
dan Al Husain adalah penghulu pemuda syuhada di Surga dan Sayyidah
Fatimah
adalah pemimpin kaum perempuan di Surga, dan itu telah menjadi
keyakinan
kami, dan sama sekali bukan karena terpengaruh atau dipengaruhi oleh
ajaran Syiah.
Misalnya,
mengenai kejadian
tragis di Karbala yang menjadi penyebab syahidnya Maulana al
Husain
ra, ulama Ahlus Sunnah mengecam dan mengutuk peristiwa tersebut. Banyak
kitab ulama Ahlus Sunnah yang telah ditulis berkenaan dengan peristiwa tersebut
dan betapa mereka mengecam pembantaian keji tersebut. Diantaranya, ulama besar
Ahlus
Sunnah Abu al Ali al Maududi, Syaikh Abu al Kalam Azad, Maulana Muhammad
Syafi’i mufti besar Pakistan. Demikian pula dengan Maulana Mufti Muhammad
Syafi’i yang menulis kitab “Syahid Karbala” dan pada bagian
mukaddimah
kitab tersebut beliau menulis, “Pada peristiwa tragedi Karbala
bukan
hanya umat manusia yang berduka dan bersedih namun juga bulan, matahari
dan
awan turut meneteskan air mata duka.”
Saya
juga berada di
garis ulama Ahlus Sunnah dan Syiah yang mengecam dan mengutuk
terjadinya
peristiwa biadab tersebut. Saya telah membaca banyak buku dan
makalah seputar kejadian tersebut dan dari penelitian tersebut saya menulis
buku
khusus mengenai tragedi Asyura dengan judul, “Seputar Tragedi
Karbala”.
ABNA: Mengenai
Imam Ali sendiri, bagaimana pendapat anda?
-Beliau
adalah seorang
ahli ibadah yang sangat mengagumkan, seorang pemberani, ahli
takwa
dan dengan banyak lagi keutamaan yang tidak bisa dilukiskan dengan
kata-kata.
Dan semua keterangan mengenai hal tersebut diriwayatkan dalam
kitab-kitab
yang kami akui kesahihannya.
Sayyidina
Ali adalah menantu
Nabi yang melaluinya keturunan Nabi berlanjut. Dan kami
mengakui itu adalah sebuah keutamaan yang tidak dimiliki
selainnya. Mengenai keilmuan dan kecerdasan beliau,
r
iwayat yang bersambung sanadnya sampai ke Nabi Saw, menyebutkan, “Aku
adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya”. Selain itu kamipun mengakui
bahwa yang paling menonjol kefakihan dan keilmuannya diantara para sahabat,
adalah
Sayyidina Ali radiallahu anhu.
Dalam
perang Khaibar,
Ali adalah pahlawannya, yang Nabi bersabda tentang beliau pada
hari
sebelumnya bahwa beliau akan menyerahkan bendera pasukan ke tangan
seseorang
yang akan membebaskan Khaibar. Para sahabat menanti dan berharap
salah
satu dari merekalah yang diserahkan bendera itu, namun pagi harinya Nabi
memanggil Ali yang meskipun saat itu sedang sakit mata. Nabi seketika
menyembuhkan
sakit Ali dan menyerahkan bendera kepempimpinan pasukan kepada
Ali.
Dan sebagaimana yang dikatakan Nabi, Ali dengan kekuatan, keberanian dan
kepemimpinannya berhasil menaklukan musuh dan membebaskan Khaibar.
ABNA: Kami
berkeyakinan surah Al Maidah ayat 55 diturunkan berkenaan dengan Imam Ali as,
yang ketika turunnya ayat tersebut baru saja menyedekahkan cincinnya pada
seorang
fakir disaat beliau masih sedang dalam keadaan rukuk dalam shalatnya.
Apakah anda juga meyakini demikian?
-Terdapat
beberapa tafsir
mengenai ayat tersebut. Dan salah satu misdaqnya bisa saja
memang
Sayyidina Ali namun bisa juga misdaq yang lain, wallahu ‘alam. Namun
yang
pasti, kalaupun pendapat yang paling benar bahwa misdaqnya adalah
Sayyidina
Ali, itu tidak memberi pengaruh apa-apa pada keyakinan kami, dan juga
tidak
mesti membuat kami marah, sebab keyakinan kami mengatakan bahwa Sayyidina
Ali
ra memang memiliki kelayakan untuk mendapatkan keutamaan seperti itu.
Sebagaimana
juga
misalnya pada surah al Insan, yang disebutkan dalam salah satu riwayat
bahwa
surah tersebut turun berkenaan dengan Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah
az Zahra beserta kedua puteranya, Hasan dan Husain yang saat itu sedang dalam
keadaan
berpuasa, namun menyedekahkan makanan buka puasa mereka pada orang yang
lebih
membutuhkan, dan itu terjadi tiga hari berturut-turut, pada hari pertama
sajian
buka puasa mereka diserahkan kepada seorang fakir, besoknya kepada anak
yatim dan esoknya lagi pada seorang yang ditawan. Namun itu adalah salah satu
riwayat penafsiran, yang juga masih memberi ruang pada penafsiran lain,
terutama
karena memang ada riwayat-riwayat lain yang menyebutkan misdaq ayat
tersebut
bukan mereka. Namun, sebut saja surah tersebut memang menceritakan
mengenai keutamaan Ahlul Bait, itupun justru menguatkan keyakinan kami, dan
kami
bangga dengan itu, bahwa ini menjadi hujjah bagi kami mencintai dan
menghormati
Ahlul Bait adalah sebuah keniscayaan pada agama ini.
ABNA: Namun
kami
melihat sebagian dari kelompok yang menyebut dirinya Ahlu Sunnah ketika
disampaikan keutamaan Ahlul Bait, justru tampak rasa tidak suka dari mereka.
Bahkan diantara mereka ada yang memungkirinya dan menyebut itu kedustaan
–nauzubillah-.
Bagaimana pendapat ulama Ahlus Sunnah terhadap mereka yang
melakukan
pelecehan dan perendahan terhadap kemuliaan dan kesucian Imam Ali as
atau
Ahlul Bait lainnya?
-Saya
berani menegaskan
pada anda, bahwa jika ada Sunni yang menghina Ahlul Bait, dia
bukan hanya tidak tergolong dari kalangan Ahlus Sunnah bahkan juga telah murtad
dan keluar dari lingkaran Islam.
ABNA: Dalam
beberapa
kitab rujukan Ahlus Sunnah, seperti Tafsir Ruh al Ma’ani, Syarah
Nahjul
Balaghah ibn al Hadid, Al Haafi Imam Syafii, Yanabi al Mawaddah al
Hanafi
dan belasan kitab lainnya, diriwayatkan Sahabat Umar dalam beberapa
kesempatan
pernah berkata, “Jika tidak ada Ali maka celakalah Umar.” Menurut
anda,
apa yang dimaksudkan beliau atas perkataannya tersebut?
-Dalam
beberapa
kejadian, Sayyidina Umar mengeluarkan pendapat dan keputusan yang
salah,
namun Sayyidina Ali yang berada disisi beliau meluruskan pendapatnya itu
bahwa
bukan demikian, sehingga Sayyidina Umar segera menerima dan meluruskan
pendapatnya.
Karena itu beliau berkata, “Jika tidak ada Ali maka saya akan
celaka”.
ABNA: Apa
ini
tidak menunjukkan bahwa imam Ali as lebih berilmu dibanding sahabat Umar?
-Ya,
perkatannya
tersebut menunjukkan hal tersebut. Dan kami semua menerimanya. Dan
tidak mungkin ada Ahlus Sunnah yang menolak hal tersebut. Namun bagi kami, ini
menunjukkan
keutamaan keduanya. Sayyidina Ali akan keilmuannya yang luas. Dan
Sayyidina
Umar akan kesigapannya untuk merujuk pada yang haq. Karena dua-duanya
memiliki
keutamaan, karena itu kami menghormati keduanya, dan tidak mengecilkan
salah satunya.
ABNA: Kami
memiliki riwayat yang menyebutkan Nabi Muhammad Saw bersabda, “Ali bersama
kebenaran dan kebenaran bersama Ali”, apa anda juga menerima dan meyakini
kebenaran riwayat tersebut?
-Ya,
Ahlus Sunnah
berkeyakinan, atas semua peristiwa yang terjadi antara Sayyidina
Ali
dengan sahabat-sahabat yang lain, kebenaran bersama Sayyidina Ali.
Misalnya, perselisihan antara Ali dan Muawiyah, dan perselisihan beliau dengan
Ummul Mukminin Aisyah ra.
ABNA: Karena
itu
anda tidak berkeyakinan bahwa para sahabat itu maksum dan terjaga dari
kesalahan?
-Sebelumnya
saya
akan menjelaskan kepada anda, makna yang benar dari istilah Sahabat Nabi.
S
ahabat dalam pandangan mazhab kami adalah mereka yang bertemu dan melihat
Rasulullah Saw, mengimani beliau sebagai Nabi dan utusan Allah SWT dan
meninggal
tetap dalam keimanannya tersebut. Sahabat kami akui dan yakini tidak
maksum tetapi memiliki kehormatan. Mereka satu sama lain memiliki derajat yang
berbeda,
namun kami memandang mereka satu dalam penghormatan.
ABNA: Anda
menerima
dan mengakui keluasan dan ketinggian ilmu Imam Ali as dibanding
sahabat-sahabat
yang lain?
-Iya,
sebelumnya juga
sudah saya katakan, Nabi Muhammad Saw bersabda kepada
sahabat-sahabatnya,
“Yang paling hakim diantara kalian adalah Ali.” Dan tidak
mungkin seseorang disebut paling hakim jika juga tidak memiliki ilmu yang
sangat
luas dibanding yang lain. Dan inilah keutamaan Sayyidina Ali, sebagai
orang paling alim.
Namun
saya katakan
kepada anda. Sahabat yang lain juga memiliki keutamaan dari sisi
yang lain. Misalnya Sayyidina Umar pada satu sisi tertentu dan Abu Bakar utama
pada
sisi yang lain. Dan seterusnya. Dan keluasan ilmu Sayyidina Ali adalah
sesuatu
yang telah pasti dan menunjukkan keutamaan beliau yang sangat besar.
ABNA:
Apakah
anda mengatakan dan memuji Imam Ali as saat ini, karena berhadapan dengan saya
yang muslim Syiah?
-Tidak.
Mengenai
Sayyidina Ali tidak ada yang bisa diungkapkan kecuali kebaikan dan
keutamaan saja. Setiap saya hendak berbicara mengenai Sayyidina Ali, yang
keluar
dari lisan saya seluruhnya hanya kebaikan saja.
ABNA: Jika
anda berbicara diatas mimbar, dan pendengar anda ada jama’ah dari Sunni dan
juga ada yang Syiah, apakah anda tetap mengatakan apa yang baru saja katakan
mengenai Imam Ali as?
-Saya
tidak punya
pengetahuan mengenai Sayyidina Ali kecuali kebaikannya. Karenanya
tentu
saja dimanapun, dan siapapun yang mendengarkan penyampaianku saya hanya
akan
berbicara tentang apa yang saya ketahui dari Sayyidina Ali, dan semuanya
itu
hanya kebaikan dan kebaikan saja. Saya bahkan punya kisah menarik mengenai
ini.
ABNA: Silahkan
anda ceritakan.
-Suatu
malam saya
bersama beberapa ruhaniawan dari kalangan Syiah dan Sunni Zahedan
dalam
sebuah perjalanan. Kami tiba di Sirkhan dan menjadi tamu warga setempat. Saya
pun
mengusulkan, untuk mengisi waktu, sehabis makan, satu teman dari Syiah dan satu
dari
Sunni untuk menyampaikan ceramah. Yang terpilih mewakili teman-teman Sunni
adalah
saya. Dan ketika tiba giliran saya untuk berceramah, saya menyampaikan
sikap dan pendirian Ahlus Sunnah tentang Ahlul Bait. Dan apa yang saya katakan
pada
malam itu, adalah juga yang telah saya sampaikan kepada anda. Sehabis
ceramah,
yang juga dihadiri warga setempat, mereka mendatangi dan mendekat
kepada saya. Diantaranya ada yang bertanya, “Benarkah aqidah anda mengenai
Ahlul Bait demikian, sebagaimana yang anda sampaikan tadi?”. Saya jawab, “Bukan
hanya aqidah saya, tapi aqidah semua Ahlus Sunnah dipenjuru dunia. Dan saya
berani
bersumpah demi Allah untuk memperkuat persaksian saya.”
Nah,
apa yang anda
khawatirkan tadi mengenai saya, bahkan telah saya lakukan. Jika
anda bersedia, menyediakan sebuah majelis yang semuanya adalah muslim Syiah,
saya akan datang dan berbicara mengenai keutamaan Ahlul Bait dan Sayyidina Ali
secara
khusus dalam pandangan Ahlus Sunnah.
ABNA: Apa
yang
semua anda katakan tadi mengenai keutamaan dan fadhilah Ahlul Bait adalah
juga
menjadi keyakinan muslim Syiah. Namun mengapa saat ini yang terjadi di
Pakistan, Irak, Suriah, Bahrain dan sebagian di Iran dan Afghanistan kita
melihat kenyataan pahit adanya aksi kekerasan dan pembunuhan yang dialami oleh
warga muslim Syiah. Bahkan kita mendengar adanya fatwa dari ulama Ahlus Sunnah
bahwa
membunuh orang Syiah akan memudahkan jalannya menuju surga. Apakah hal
tersebut memiliki dasar dalam Islam? Apakah Islam mengajarkan membunuh sesama
muslim
dapat mengantarkan seseorang menuju surga?
-Saya
meyakini, tidak
ada kelompok Islam yang berkeyakinan seperti itu. Kelompok
ekstrimis
yang membunuhi orang-orang muslim Syiah misalnya dari kelompokSepah
Sahabeh Pakistan
atau Jabhah al Nasrah Syam,
meskipun mereka meyakini apa yang
mereka lakukan
itu diganjari pahala atau yang mereka lakukan itu adalah sunnah
yang dianjurkan namun itu keyakinan dusta. Tidak bisa disandarkan pada Islam
dan
tidak ada Sunnah yang mengajarkan seperti itu.
Kita
punya riwayat,
bahwa Nabi Muhammad Saw sebelum mengutus para Mujahidin ke medan
jihad beliau memesankan kepada mereka, bahwa jika mereka memasuki suatu desa
yang disitu diperdengarkan azan maka tidak diperkenankan untuk menyerang dan
merusak
desa itu, meskipun disitu hanya ada satu orang yang muslim, apalagi
kalau memang itu wilayah muslim. Jika ada yang berkeyakinan membunuh sesama
muslim
dapat menyebabkan masuk ke surga maka itu bukan keyakinan Islam,
melainkan
keyakinan yang bersumber dari khurafat. Keyakinan itu tidak memiliki
dasar sama sekali dalam agama ini baik dalam hukum syar’i maupun aqidah. Hanya
angan-angan
dan khufarat saja. Saya yakin mereka hanya orang-orang jahil yang
dimanfaatkan
untuk memecah belah kaum muslimin untuk kepentingan musuh-musuh
Islam.
ABNA: Jadi
keyakinan
membunuh muslim Syiah itu bisa mengantarkan ke surga digali dari
khurafat saja dan tidak bersumber dari ajaran Islam?
-Iya,
khurafat. Bahkan
saya berkeyakinan, yang memiliki keyakinan seperti itu telah
keluar
dari golongan muslim.
ABNA: Jadi
tragedi-tragedi
yang kita lihat. Peledakan bom di wilayah komunitas Syiah,
bahkan ditengah majelis-majelis dan shalat yang muslim Syiah lakukan, video
yang menampilkan adegan memenggal kepala, mengunyah jantung sambil bertakbir,
bagaimana anda menjelaskan itu?
-Kelompok
yang melakukan itu
tidak bisa mengklaim diri berasal dari barisan muslim.
Kalaupun mereka muslim, mereka adalah muslim yang jahil. Saya meyakini mereka
dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk melakukan itu, sehingga mencoreng
wajah
Islam dimata masyarakat dunia. Merekapun menjadi punya bukti bahwa memang
orang Islam itu beringas dan gemar membunuh satu sama lain.
Sekali
lagi saya tegaskan,
bahwa barang siapa yang berkeyakinan membunuh muslim Syiah
dengan alasan karena bermazhab Syiah dan itu berbuah pahala, maka telah keluar
dari barisan kaum muslimin.
ABNA: Menurut
anda
sendiri, bagaimana keterkaitan aksi-aksi terror dan kekerasan tersebut
dengan musuh abadi umat Islam yaitu Israel?
-Iya,
bagi mereka yang
melakukan hal-hal yang justru menguntungkan pihak musuh yaitu
AS dan Israel maka secara langsung mereka teleh berkhidmat kepada musuh.
ABNA: Namun
apa
yang anda katakan dan yakini ini bertentangan dengan ulama-ulama Ahlus
Sunnah
semisal yang berasal dari Arab Saudi. Mereka berkeyakinan Syiah itu
telah
kafir dan halal darahnya untuk ditumpahkan. Bagaimana anda menjelaskan
ini?
-Tentu
itu lebih banyak
berkaitan dengan kepentingan politik, tapi saya tidak akan
menyinggung
itu, namun dari sisi syar’i saya katakan, tidak ada satu pun
kelompok Islam di dunia ini dan masa sekarang yang menamakan diri mereka
Wahabi.
Di masa-masa akhir abad pertama dan diawal abad kedua Hijriah, di benua
Afrika,
seseorang bernama Abdul Wahab bin Abdurrahman bin
Rustum, muncul
sebagai pribadi
yang terkenal, manhaj dan pemikirannya dari sekte Khawarij.
Pengikutnya
menamakan diri mereka Wahabi, yang maksudnya adalah pengikut Abdul
Wahab. Mereka berkeyakinan selain dari kelompok mereka bukanlah termasuk
muslim,
dan mereka merubuhkan masjid yang bukan masjid yang mereka bangun.
Namun kelompok Wahabi tersebut
telah punah dan kehabisan pengikut sebelum
pertengahan kurun
kedua dan sekarang sama sekali tidak lagi memiliki
peninggalan dan bekas apapun.
ABNA: Namun
bagaimana dengan kelompok Wahabi yang
dikenal masa sekarang? Bagaimana anda
menjelaskan?
-Mereka
yang kita sebut
dan kenal sebagai Wahabi saat
ini tidak pernah menamakan diri
mereka Wahabi, mereka lebih sering
menyebut diri mereka dengan sebutan Salafi.
Secara
lughawi kami dan kalian adalah sama-sama Salafi. Karena Salafiyun
artinya yang mengikuti para Salafush Saleh, yaitu orang-orang terdahulu yang
saleh.
Sunni maupun Syiah, semuanya mengikuti orang-orang saleh terdahulu dari
kalangan
mereka. Karena secara bahasa, kita semua adalah Salafi. Namun Salafi
secara istilah akan saya jelaskan.
Pada kurun kedua, disaat keilmuan umat
Islam mencapai kejayaannya,
kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab
hadits marak ditulis para ulama, musuh Islam
justru hendak
mengacaukan keilmuan umat Islam. Mereka memasukkan pengaruh
Filsafat Yunani kedalam ilmu-ilmu Islam, dan mensyarah ilmu-ilmu Islam dengan
merujuk
pada pandangan Filsafat Yunani. Mereka melakukan itu sampai pada tahap
mengkritisi
Al-Qur’an dan Hadits dan menyampaikan kelemahan-kelemahannya.
Misalnya mereka mengatakan, “Al-Qur’an kamu menyebutkan Tuhan itu memiliki
tangan, Tuhan itu bersemayam di atas Arsy, dan sebagainya yang menunjukkan
bahwa
Tuhan itu wujud materi dan terbatas. Dengan demikian Tuhan itu diadakan,
sementara
Tuhan diklaim sebagai Pencipta segala sesuatu dan tidak ada yang
mengadakan.
Mereka dengan argumen akal itu hendak merusak sumber rujukan Islam
yaitu
Al-Qur’an dan Hadits, setidaknya mengurangi keutamaan dan nilai besarnya
dalam
pandangan umat Islam.
Menghadapi mereka, ulama Islam terbagi
atas dua kelompok. Pertama,
kelompok para ulama yang dalam
menghadapi syubhat mereka hanya mendiamkan saja.
Misalnya mereka
berkata, “Ya memang benar Tuhan itu memiliki tangan, bersemayam
di atas Arsy, dan sebagainya namun kami tidak mengetahui bagaimananya. Karena
Al-Qur’an dan Hadits secara dzahir menyebutkan demikian maka kami tidak mungkin
akan
mengingkarinya. Kami meyakini Tuhan memiliki tangan, namun tangan Tuhan
bagaimana bentuknya? Wajah Tuhan bagaimana? Serta bagaimana posisi duduk Tuhan
di
atas Arsy dan seterusnya bukan pengkajian kami. Kami hanya meyakini
sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan As Sunnah dan tidak punya wewenang
untuk
menakwilkan apalagi sampai mengingkarinya. Kelompok pertama inilah yang
disebut
dan menamakan diri dengan Salafi.
Misalnya Imam Malik bin Anas ketika
ditanya, “Bagaimana Allah
istawa di atas Arsy?” maka beliau
menjawab, “Allah istawa di atas Arsy adalah
haq dan bertanya
tentangnya adalah bid’ah.” Yaitu pertanyaan, tentang bagaimana
Allah
istawa diatas Arsy adalah pertanyaan yang sia-sia. Bagi mereka, bagaimana
Allah istawa itu tidak penting, namun mengimaninya wajib hukumnya. Dan sudah
pasti mengimaninya adalah sesuatu yang benar.
Kelompok kedua, adalah ulama yang
menakwilkan hal-hal mutasyabihat
tersebut.
Misalnya mereka mengatakan, yang dimaksud dengan Tangan Tuhan adalah
kekuasaan. Maksud Tuhan bersemayam diatas Arsy yaitu Tuhan mengontrol dan
menguasai
segala alam semesta beserta isinya. Yaitu, Tuhan bukanlah sebagaimana
makhluk yang memiliki bagian-bagian tubuh, Dia adalah pencipta alam semesta dan
segala
maujud yang ada, dan Dia pula yang mengatur dan menguasainya, sehingga
tidak
mungkin dibatasi oleh materi yang diciptakannya.
Dengan adanya pengaruh dari filsafat
Yunani tersebut, umat Islam
terbagi dua, Salafi dan non Salafi.
Mereka yang menolak takwil menyebut diri
Salafi dan yang memberlakukan
takwil dikenal sebagai kelompok Non Salafi.
Aqidah Salafi
adalah kami meyakini dan mengimani apa yang disampaikan Al-Qur’an
dan Hadits yang shahih dan mempertanyakan tentang bagaimananya adalah
kesia-siaan.
Meskipun bagaimananya bagi kami tidak jelas namun kami tetap
mengimaninya.”
Salafi kemudian terbagi lagi atas
beberapa firqah, diantaranya
adalah Wahabi. Wahabi inilah kelompok yang paling jahil dan
paling bengkok
pemahamannya dari
kalangan Salafi.
ABNA: Apa
kemudian kaitannya,
antara adanya ikhtilaf dan perbedaan pemahaman
itu dengan apa yang terjadi saat
ini?
-Kaum muslimin dunia, jika kita hendak
membaginya maka menurut saya
terbagi atas tiga kelompok:
Pertama, kelompok literalis. Yaitu
mereka yang mengimani dan
memahami apa yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
Hadits sesuai dengan apa yang
tertulis dan tersampaikan, yang
kemudian merekapun mengamalkan apa yang mereka
yakini itu. Mereka
yang berada dalam kelompok ini, dari sisi keilmuan sangat
rendah dan jahil. Mereka dapat dengan mudah mengkafirkan atau menganggap sesat
kelompok
Islam yang berbeda pemahaman
dengan mereka.
Meskipun mereka menyebut dan mengklaim diri sebagai Salafi, kami
mengenal
mereka dengan sebutan Wahabi. Mereka hanya memperhatikan apa yang
tersurat
dari ayat dan hadits, dan cara mereka menafsirkan dan memahami agama
tidak
jauh beda dengan apa yang kita kenal sebagai Wahabi di kurun kedua.
Kedua, kelompok nash dan aqli.
Mayoritas kaum muslimin di dunia
Islam berada di
dalam kelompok ini. Mereka mengamalkan nash sebagaimana kelompok
pertama namun tidak hanya sepenuhnya bergantung pada lahiriah teks melainkan
juga
menyandarkannya bagaimana Nabi menafsirkannya, bagaimana sahabat memahami
dan
mengamalkannya, bagaimana para imam mazhab menjadikannya sumber hokum dan
disisi
lain merekapun menggunakan akal sebagai alat bantu dalam memahaminya.
Aktivitas mereka yang berada di kelompok ini lebih disibukkan dengan
kegiatan-kegiatan
ilmiah, mengajar, tabligh, tarbiyah, berdakwah, penulisan,
penelitian dan tidak memiliki perhatian yang besar terhadap mesti berdirinya
hukumah Islamiyah. Prinsip mereka, dengan memperkenalkan pentingnya pengamalan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari akan membuat masyarakat suatu waktu
akan menegakkan sendiri pemerintahan Islam itu. Pemerintahan Islam bagi
kelompok
ini bukanlah prioritas utama.
Ketiga, kelompok nash, aqli dan
siyasah. Secara aqidah mereka sama
dengan kelpmpok
kedua namun prioritas utama mereka adalah penegakan
pemerintahan
Islam. Kelompok ini lahir sekitar 130 tahun lalu. Diantara tokoh
yang
terkenal dari kelompok ini adalah Sayyid Jamaluddin al Afghani beserta
muridnya
Muhammad Abduh. Setelah itu Allamah Rasyid Ridha, Syaikh Hasan al
Banna,
kelompok Ikhwanul Muslimin, Sayyid Qutb, Sayyid Abul ‘ala Mauludi sampai
Imam Khomenei rahmatullah ‘alaihi. Mereka
bersungguh-sungguh
memperjuangkan tegaknya pemerintahan Islam sebagai prioritas
utama
dakwah dan pergerakan mereka.
Sekarang, dengan mengenal ketiga
kelompok ini, maka jelas
perselisihan dan tragedi memilukan yang terus
terjadi di dalam tubuh umat Islam
karena keberadaan
kelompok pertama, yang sadar atau tidak telah ditunggangi
oleh kepentingan musuh.
ABNA: Penduduk
sipil Suriah yang
tidak berdosa telah menjadi korban kebiadaban
dan kekejian kelompok teroris
yang didukung dan didanai oleh AS dan
Israel, darah mereka ditumpahkan tanpa
alasan, dan
tubuh-tubuh mereka ibarat mainan yang dijadikan obyek fitnah, bagaimana
pandangan anda sebagai ulama Ahlus Sunnah menyikapi hal tersebut?
-Ulama Ahlus Sunnah memiliki pandangan
yang berbeda-beda mengenai
hal ini. Sebagian mendukung kelompok
oposisi sebagian lagi mendukung
pemerintahan
Suriah.
ABNA: Bagaimana
menurut pendapat
pribadi anda mengenai serangan militer yang
diberlakukan atas Suriah?
-Pendapat pribadi saya, apapun
pergerakan yang menguntungkan
Amerika dan Israel dan memberi manfaat
pada kepentingan-kepentingan mereka
terutama jika itu
lebih memperkuat eksistensi dan pengaruh AS dan Israel di
Timur Tengah secara khusus dan dunia Islam secara umum maka saya mengecamnya.
Kami
tidak
pernah mengizinkan adanya serangan militer ke Negara yang berdaulat. Kami
tidak pernah menyepakati adanya serangan militer yang ditujukan atas Suriah,
Pakistan
dan Afghanistan. Islampun tidak membolehkan hal tersebut. Terlebih lagi,
di
Negara-negara tersebut yang menjadi korban paling banyak dirasakan oleh
rakyat
sipil yang tidak berdosa.
Yang paling banyak ambil andil dalam
kekerasan dan pembunuhan yang
tengah terjadi di daerah-daerah konflik
adalah kelompok al Qaedah. Menurut hukum
syar’i mereka
layak dikecam. Islam tidak pernah membolehkan apa yang tengah
mereka
lakukan dengan aksi-aksi teror mereka. Islam jika memberlakukan jihad,
memiliki syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, jika tidak maka bukan
jihad
namanya. Jihad adalah peperangan melawan kaum kuffar bukan sesama kaum
muslimin.
ABNA: Pendapat
anda sendiri
mengenai jihad nikah bagaimana?
-Pertama dari sisi bahasa saja, istilah
jihad nikah tidak tepat,
karena jihad adalah peperangan melawan kaum kuffar
bukan dengan kaum muslimin. Kedua
secara istilah,
nikah jihad melenceng dari syariat. Dalam Islam tidak ada
istilah
jihad nikah. Perempuan yang menyerahkan dirinya dengan mengatas namakan
jihad
nikah untuk memenuhi nafsu kelompok oposisi tersebut sama halnya
membinasakan dirinya sendiri.
ABNA: Mengenai
makam-makam
keluarga Nabi dan sahabat-sahabatnya di Suriah
yang dirusak oleh kelompok
oposisi apa itu memiliki dasar dalam
ajaran Islam?
-Jika memang benar itu pengrusakan
tempat-tempat suci tersebut
dilakukan oleh kelompok Salafi maka
menurut keyakinan mereka yang hanya
berdasarkan pada
lahiriah teks dan mengandalkan dugaan belaka maka itu
perbuatan
benar dan dianjurkan dalam Islam versi mereka. Karena mereka meyakini
membangun
bangunan diatas kuburan tidak bisa dibenarkan dan harus dirubuhkan. Mereka
mengatakan
punya riwayat dan hujjah yang membenarkan perbuatan mereka untuk
menghancurkan bangunan yang dibangun diatas kuburan.
Namun kaum muslimin yang berbeda
pandangan dengan mereka juga ada,
dan lebih banyak.
Bahwa membangun bangunan diatas makam-makam para wali adalah
bentuk pemuliaan dan penghormatan terhadap tokoh-tokoh besar Islam tersebut.
Dan
keyakinan
mereka ini juga harus dihargai dan dihormati. Karenanya tindakan
Salafi
tidak bisa dibenarkan. Mereka tidak boleh menghancurkan bangunan yang
dibangun oleh kelompok yang meyakini itu sebagai keutamaan.
ABNA: Anda
mengatakan bahwa Ahlus
Sunnah juga menghormati dan memuliakan Imam
Husain as. Karenanya sudah menjadi
keniscayaan
penghormatan dan pemuliaan juga harus ditujukan kepada anak keturunan
beliau.
Namun kita lihat realitas yang terjadi, para pemberontak Suriah justru
menyerang dan merusak makam Hadhrat Zainab, Sukainah, dan Ruqayyah yang
merupakan keturunan Imam Husain as, apa menurut anda itu bukan penghinaan
terhadap pribadi Nabi Muhammad Saw dan Imam Husain as?
-Iya demikianlah. Menyerang dan merusak
makam keturunan Nabi Saw
bukan hanya tidak diperbolehkan tapi juga haram
secara syar’i, begitu juga
makam muslim-muslim lainnya.
Masyarakat setempat mendirikan bangunan di
makam-makam suci
tersebut sebagai bentuk penghormatan yang berdasarkan dari
keyakinan mereka yang juga memiliki sumber dan hujjah yang kuat, karenanya
harus
dihormati. Dalam Al-Qur’an disebutkan adanya larangan untuk tidak
menghina dan menjelek-jelekkan berhala yang disembah dan dijadikan tuhan oleh
orang-orang
musyrik karena itu akan memancing mereka untuk juga menghina Allah
Swt
dan Islam. Karenanya sangat tidak dibenarkan apa yang telah dilakukan
kelompok
oposisi di Suriah yang merusak makam, masjid dan tempat-tempat yang
d
imuliakan kaum muslimin.
ABNA: Pengrusakan
yang dilakukan
kelompok Salafi atau Wahabi bukan hanya di Suriah
namun juga di kota Madinah. Apa
penjelasan anda
mengenai apa yang dilakukan pemerintahan Saudi terhadap pemakaman
Baqi?
-Mereka melakukan itu karena mereka
mereka meyakini riwayat yang
menyebutkan jangan mendirikan bangunan
di atas kuburan, karenanya meruntuhkan
bangunan yang
dibangun diatas kuburan bagi mereka bukan penghinaan melainkan
keharusan agama. Inilah yang saya katakana tadi bahwa mereka memahami teks
agama
berdasarkan penalaran mereka belaka. Sebab dimasa Kekhalifaan Utsmaniah,
bukan hanya makam suci keluarga dan keturunan Nabi yang dibuatkan bangunan dan
kubah, juga para syuhada perang Badar. Namun ketika Madinah jatuh di bawah
penguasaan
Salafi/Wahabi mereka merusak semua bangunan itu. Meskipun umat Islam
sedunia memprotes apa yang mereka lakukan, mereka tetap saja melanjutkan
pengrusakan sampai pemakaman Baqi rata dengan tanah.
Bagi kami apa yang mereka lakukan itu
tidak bisa dibenarkan. Peninggalan-peninggalan
Islam harus dijaga
karena itu warisan yang berkisah tentang masa lalu yang
sangat bermanfaat dan memberi pengaruh besar bagi generasi kemudian. Makam
adalah
peninggalan terakhir dan kenangan dari orang yang pernah hidup sebelumnya
karenanya
makam harus dikenali dan dijaga supaya ingatan tentangnya bisa terus
membekas, bukan malah dirusak dan dihancurkan. Namun melihat kondisi pemakaman
Baqi
saat ini, kita sungguh sangat miris, kita tidak bisa mengenali secara
pasti
dari makam-makam itu.
ABNA: Pemimpin
Besar Revolusi
Islam Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamanei
menegaskan karena Imam Ali bin Abi
Thalib as diakui
keutamaannya oleh semua mazhab dalam Islam, baik itu Sunni
maupun Syiah karenanya beliau semestinya dijadikan sebagai poros persatuan umat
Islam.
Menurut anda sendiri bagaimana?
-Apa yang beliau katakan itu sangat
tepat. Dan jika benar-benar
terjadi dan diamalkan, akan sangat
banyak perbedaan dan perselisihan yang
terjadi di antara
kaum muslimin akan terselesaikan. Kami Ahlus Sunnah meyakini
Sayyidina Ali dan semua Ahlul bait memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia.
Namun
kami juga berharap, sebagaimana Sayyidina Ali ra yang memberi dukungan dan
penghormatan
kepada tiga khalifah sebelumnya, saudara-saudara kami dari muslim
Syiah juga melakukan hal yang sama. Jika itu yang terjadi, saya yakin meskipun
semua
perbedaan tidak bisa dituntaskan, setidaknya mampu menimimalisir
perbedaan yang ada dan menciptakan kondisi yang sangat baik bagi terwujudnya
persatuan
kaum muslimin, dan bisa bekerjasama dalam suasana yang penuh
penghormatan
dan saling memahami.
ABNA: Pembicaraan
dengan anda yang
sarat dengan ilmu, argumen yang logis
dan
saran-saran yang konstruktik menjadi pembicaraan ini sangat menyenangkan
bagi saya.
-Terimakasih. Saya pernah mengajar di
Universitas Adyan kota Qom. Suasana
persahabatan dan
persaudaraan benar-benar sangat saya rasakan selama berada di
Qom.
Sesuatu yang sangat sulit dipercaya. Sebelumnya informasi yang saya
dapatkan,
Qom yang semuanya muslim Syiah adalah Syiah yang ekstrim yang hatta
mendengar
kata Umar disebutkan mereka akan marah dan memukul yang menyebutkan
nama
itu. Dan itu tidak saya temukan dikota itu.
ABNA: Terimakasih
atas waktu yang
telah anda luangkan untuk pembicaraan yang hangat
dan sangat bermanfaat ini.
//
Wahabi adalah Khawarijnya umat ini dan mereka kelak akan
bersama DAJJAL
Wahabi itu adalah mazhab plintir sana plintir sini dan
akhirnya mereka akan diplintir bersama DAJJAL
Segera saja kita terbitkan buku saku dan dibagikan gratis
bahwa sebuah kajian ilmiyah tentang WAHABI kelak akan menjadi pengikut DAJJAL
Slogan kembali kepada Kitabullah adalah jargon mereka untuk menipu
umat seperti yg disebutkan dalam beberapa hadis dan sesungguhnya WAHABI adalah
ajaran bathil berkedok TAUHID
Terhadap Wahabi yang berdalih mereka
bukan pengikut Dajjal karena Dajjal tak bisa masuk Madinah, ini jawabnya: Meski Dajjal tidak bisa memasuki
kota Madinah, namun para pengikutnya yang terdiri dari orang2 kafir dan munafik
bisa. Saat guncangan 3x, pengikut Dajjal ini akan keluar dari Madinah.
Dari Anas r.a., katanya: “Rasulullah
s.a.w. bersabda: “Tiada suatu negeripun melainkan akan diinjak oleh Dajjal,
kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorongpun dari
lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang
berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah
yang berpasir -di luar Madinah- lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga
goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan akan setiap
orang kafir dan munafik.” (Riwayat Muslim)
Fakta tambahan adalah Wahabi dan Arab Saudi itu dekat dgn AS yang dikuasai
Zionis Yahudi. Dajjal adalah Yahudi. Begitu pula berbagai simbol di Arab Saudi
seperti Simbol Polisi Riyadh yang berupa Mata Satu. Simbol organisasi Yahudi
Illuminati.
ISLAM INSTITUTE – DAJJAL –
PENGANTAR REDAKSI :
Soal Dajjal, banyak orang pada akhirnya
akan sangat lalai memperhatikannya. Manusia akan lupa siapa Dajjal, yang mana
sosok ini dulu umat Islam pernah sangat mengenalnya lewat ciri-ci-cirinya. Ya
benar, kita sudah mengenal Dajjal, karena Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa
sallam jauh-jauh hari, bahkan sejak 1.400 tahun yang lalu sudah memperkenalkan
Dajjal kepada ummatnya. Bahwa Dajjal adalah sebagai sosok buta sebelah matanya,
dan penyebar fitnah yang paling dahsyat di muka bumi yang akan muncul di akhir
zaman.
Fitnah Dajjal sebenarnya merupakan
rangkaian fitnah yang sejak lama ada,
disebarkan melalui fitnah yang terjadi di antara manusia yang telah diperdaya
oleh hawa nafsunya sendiri. Bahkan Nabi saw memperingatkan bahwa kelompok umat
Nabi Muhammad yang tidak hanyut dalam pusaran fitnah sesama manusia akan
selamat pula dari fitnah Dajjal di akhir zaman. Rangkaian segala fitnah yang
pernah ada di dunia saling berkaitan dari zaman ke zaman dan akan hadir
mengkondisikan dunia semakin gonjang-ganjing menghadapi fitnah Dajjal.
ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Suatu ketika ihwal Dajjal disebutkan di
hadapan Rasulullah shallallahu ’alaih wa sallam kemudian beliau bersabda:
”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah
Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum
fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal), dan tiada fitnah yang
dibuat sejak adanya dunia ini – baik kecil ataupun besar – kecuali untuk fitnah
Dajjal.” (HR. Ahmad 22215)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ مُنْذُ خَلَقَ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ مُنْذُ خَلَقَ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
“Allah tidak menurunkan ke muka bumi
fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal.” (HR. Thabrani 1672)
Justeru ketika kebanyakan manusia telah
lalai dan tidak peduli akan Dajjal, kemunculan Dajjal sebagai “sosok jasmani”
yang mengaku Tuhan sungguh mengagumkan bagi kebanyakan manusia. Terlebih Dajjal
memiliki kemampuan yang luar biasa, sanggup menciptakan, mematikan dan
menghidupkan, bahkan di tangan kanannya mempertontonkan kenikmatan surga dan
tangan kirinya adaintimidasi
dan horror sangat menakutkan bagi manusia yaitu neraka. Semuanya untuk menebar
fitnah dan kekacauan akhir zaman. Pada saat itu manusia lupa akan pengetahuan
tentang sosok Dajjal yang pernah dikenalnya, sedemikian rupa sehingga bila ada
yang memperingatkan soal Dajjal, maka mereka mentertawakannya dan sinis
cenderung menganggapnya sekedar mitos atau legenda. Maka betapa manusia terlena
dan terpedaya oleh Dajjal.
لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ وَحَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ
لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ وَحَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ
“Dajjal tidak akan muncul sehingga
sekalian manusia telah lupa untuk mengingatnya dan sehingga para Imam tidak
lagi menyebut-nyebutnya di atas mimbar-mimbar.” (HR. Ahmad 16073)
Nah…. Siapakah sebenarnya Dajjal? Siapa
kelak yang akan menjadi pengikut Dajjal sehingga terpedaya masuk ke surga
Dajjal? Dan apakah Dajjal itu seorang manusia, ataukah dia termasuk makhluk
setan atau jin, ataukah raksasa sehingga di tangannya terdapat surga dan
neraka? Untuk lebih jelasnya marilah kita simak kajian ilmiyah soal Dajjal yang
dipresentasikan oleh utadz Ibnu Abdillah Al Katiby.
DATA MENGEJUTKAN : WAHABI ADALAH
PENGIKUT DAJJAL KELAK
Oleh; Ibnu Abdillah Al Katiby
Kemunculan Dajjal merupakan puncak dari
munculnya fitnah paling besar dan mengerikan di muka bumi ini bagi umat manusia
khususnya umat Muslim. Kemunculannya di akhir zaman, di masa imam Mahdi dan
Nabi Isa ‘alaihis salam, akan banyak mempengaruhi besar bagi umat muslim
sehingga banyak yang mengikutinya kecuali orang-orang yang Allah jaga dari
fitnahnya.
Dalam hadits disebutkan :
قام رسول الله صلى الله عليه و سلم في الناس فأثنى على الله بما هو أهله، ثم ذكر الدجال فقال: ” إني لأنذركموه، وما من نبي إلا وقد أنذر قومه
قام رسول الله صلى الله عليه و سلم في الناس فأثنى على الله بما هو أهله، ثم ذكر الدجال فقال: ” إني لأنذركموه، وما من نبي إلا وقد أنذر قومه
“ Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam
berdiri di hadapan manusia dan memuji keagungan Allah, kemudianbeliau
menyebutkan Dajjal lalu mengatakan : “ Sesungguhnya aku memperingatkan kalian
akan dajjal,tidak ada satu pun seorang nabi, kecuali telah memperingatkan
umatnya akan dajjal “. (HR. Bukhari : 6705)
Dalam hadits lain, Nabi bersabda :
ليس من بلد إلا سيطؤه الدجال
ليس من بلد إلا سيطؤه الدجال
“ Tidak ada satu pun negeri, kecuali
akan didatangi oleh dajjal “. (HR. Bukhari : 1782)
Pada kesempatan ini, saya tidak
menjelaskan sepak terjang dajjal, namun saya akan sedikit membahas sebagian
kaum yang menjadi pengikut dajjal. Dan kali ini, saya tidak mengungkap semua
kaum yang mengikuti dajjal, namun saya akan menyinggung satu persoalan yang
cukup menarik yang telah diinformasikan oleh nabi bahwa ada kelompok umatnya
yang akan menjadi pengikut setia dajjal, padahal sebelumnya mereka ahli ibadah
bahkan ibadah mereka melebihi ibadah umat Nabi Muhammad lainnya, mereka rajin
membaca al-Quran, sering membawakan hadits Nabi, bahkan mengajak kembali pada
al-Quran. Namun pada akhirnya mereka menjadi pengikut dajjal, apa yang
menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal dan menjadi pengikut setianya ?
simak uraiannya berikut :
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
إنَّ مِن بعْدِي مِنْ أُمَّتِي قَوْمًا يَقْرَؤُنَ اْلقُرآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَلاَقِمَهُمْ يَقْتُلُوْنَ أَهْلَ اْلإسْلاَمِ وَيَدَعُوْنَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ اْلإسْلاَمِ كمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مَنَ الرَّمِيَّةِ، لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ
إنَّ مِن بعْدِي مِنْ أُمَّتِي قَوْمًا يَقْرَؤُنَ اْلقُرآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَلاَقِمَهُمْ يَقْتُلُوْنَ أَهْلَ اْلإسْلاَمِ وَيَدَعُوْنَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ اْلإسْلاَمِ كمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مَنَ الرَّمِيَّةِ، لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ
“ Sesungguhnya setelah wafatku kelak
akan ada kaum yang pandai membaca al-Quran tetapi tidak sampai melewati
kerongkongan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah
berhala,mereka lepas dari Islam seperti panah yang lepas dari busurnya
seandainya (usiaku panjang dan) menjumpai mereka (kelak), maka aku akan
memerangi mereka seperti memerangi (Nabi Hud) kepada kaum ‘Aad “.(HR. Abu Daud,
kitab Al-Adab bab Qitaalul Khawaarij : 4738)
Nabi juga bersabda :
سَيَكُونُ فِى أُمَّتِى اخْتِلاَفٌ وَفُرْقَةٌ قَوْمٌ يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَ الْفِعْلَ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ لاَ يَرْجِعُونَ حَتَّى يَرْتَدَّ عَلَى فُوقِهِ هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ طُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْ وَقَتَلُوهُ يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ : التَّحْلِيقُ
سَيَكُونُ فِى أُمَّتِى اخْتِلاَفٌ وَفُرْقَةٌ قَوْمٌ يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَ الْفِعْلَ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ لاَ يَرْجِعُونَ حَتَّى يَرْتَدَّ عَلَى فُوقِهِ هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ طُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْ وَقَتَلُوهُ يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ : التَّحْلِيقُ
“ Akan ada perselisihan dan perseteruan
pada umatku, suatu kaum yang memperbagus ucapan dan memperjelek perbuatan,
mereka membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan, mereka lepas dari
Islam sebagaimana anak panah lepas dari busurnya, mereka tidak akan kembali
(pada Islam) hingga panah itu kembali pada busurnya. Mereka seburuk-buruknya
makhluk. Beruntunglah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka
mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapat bagian sedikitpun
dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orang yang memerangi
lebih baik di sisi Allah dari mereka “, para sahabat bertanya “ Wahai Rasul
Allah, apa cirri khas mereka? Rasul menjawab “ Bercukur gundul “. (Sunan Abu
Daud : 4765)
Nabi juga bersabda :
سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمانِ قَومٌ أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ قَوْلَ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنَ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، فَإذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْراً لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَة
سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمانِ قَومٌ أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ قَوْلَ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنَ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، فَإذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْراً لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَة
“ Akan keluar di akhir zaman, suatu
kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan sbeaik-baik manusia (Hadits Nabi),
membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari
agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian
berjumpa dengan mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai
pahala di sisi Allah kelak di hari kiamat “. (HR. Imam Bukhari 3342)
Dalam hadits lain Nabi bersabda :
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ
“ Akan muncul sekelompok manusia dari
arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap
kali Qarn (kurun / generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya
hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani
di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di
dalam musnadnya)
Ketika sayyidina Ali dan para
pengikutnya selesai berperang di Nahrawain, seseorang berkata :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَبَادَهُمْ وَأَرَاحَنَا مِنْهُمْ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَبَادَهُمْ وَأَرَاحَنَا مِنْهُمْ
“ Alhamdulillah yang telah membinasakan
mereka dan mengistirahatkan kita dari mereka “, maka sayyidina Ali menyautinya
:
كَلاَّ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ مِنْهُمْ لَمَنْ هُوَ فِي أَصْلاَبِ الرِّجَالِ لَمْ تَحْمِلْهُ النِّسَاءُ وَلِيَكُوْنَنَّ آخِرَهُمْ مَعَ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّال
كَلاَّ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ مِنْهُمْ لَمَنْ هُوَ فِي أَصْلاَبِ الرِّجَالِ لَمْ تَحْمِلْهُ النِّسَاءُ وَلِيَكُوْنَنَّ آخِرَهُمْ مَعَ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّال
“ Sungguh tidak demikian, demi jiwaku
yang berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya akan ada keturunan dari mereka
yang masih berada di sulbi-sulbi ayahnya dan kelak keturunan akhir mereka akan
bersama dajjal “.
Penjelasan :
Penjelasan :
Dalam hadits di atas Nabi menginformasikan
pada kita bahwasanya akan ada sekelompok manusia dari umat Nabi yang lepas dari
agama Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya dengan sifat dan
ciri-ciri yang Nabi sebutkan dalam hadits-haditsnya di atas sebagai berikut :
1. Senantiasa membaca al-Quran, Namun
kata Nabi bacaanya tidak sampai melewati tenggorokannyaartinya tidak membawa
bekas dalam hatinya.
2. Suka memerangi umat Islam.
3. Membiarkan orang-orang kafir.
4. Memperbagus ucapan, namun parkteknya buruk.
5. Selalu mengajak kembali pada al-Quran, namun sejatinya al-Quran berlepas darinya.
6. Bercukur gundul.
7. Berusia muda.
8. Lemahnya akal.
9. Kemunculannya di akhir zaman.
10. Generasi mereka akan terus berlanjut dan eksis hingga menajdi pengikut dajjal.
2. Suka memerangi umat Islam.
3. Membiarkan orang-orang kafir.
4. Memperbagus ucapan, namun parkteknya buruk.
5. Selalu mengajak kembali pada al-Quran, namun sejatinya al-Quran berlepas darinya.
6. Bercukur gundul.
7. Berusia muda.
8. Lemahnya akal.
9. Kemunculannya di akhir zaman.
10. Generasi mereka akan terus berlanjut dan eksis hingga menajdi pengikut dajjal.
Jika kita mau mengkaji, meneliti dan
merenungi data-data hadits di atas dan melihat realita yang terjadi di
tengah-tengah umat akhir zaman ini, maka sungguh sifat dan cirri-ciri yang
telah Nabi sebutkan di atas, telah sesuai dengan kelompok yang selalu teriak
lantang kembali pada al-Quran dan hadits, kelompok yang senantiasa
mempermaslahkan urusan furu’iyyah ke tengah-tengah umat, kelompok yang mengaku
mengikut manhaj salaf, kelompok yang senantiasa membawakan hadits-hadits Nabi
shallahu ‘alaihi wa sallam yaitu tidak ada lain adalah wahhabi yang sekarang
bermetomorfosis menjadi salafi.
Membaca al-Quran dan selalu membawakan
hadist-hadits Nabi adalah perbuatan baik dan mulia, namun kenapa Nabi
menjadikan hal itu sebagai tanda kaum yang telah keluar dari agama tersebut??
Tidak ada lain, agar umat ini tidak tertipu dengan slogan dan perilaku mereka
yang seakan-akan membawa maslahat bagi agama Islam. Ciri mereka yang suka
memerangi umat Islam, tidak samar dan tidak diragukan lagi, sejarah telah
mencatat dan mengakui sejarah berdarah mereka di awal kemuculannnya, ribuan
umat Islam dari kalangan awam maupun ulamanya telah menjadi korban berdarah
mereka hanya karena melakukan amaliah yang mereka anggap perbuatan syirik dan
kufr dan dianggap telah menentang dakwah mereka. Namun dengan musuh Islam yang
sesungguhnya, justru mereka biarkan bahkan hingga saat ini mereka akrab dengan
kaum kafir, adakah sejarahnya mereka memerangi kaum kafir??
Ciri berikutnya adalah memperbagus
ucapan namun prakteknya buruk. Mereka jika berbicara dengan lawannya selalu
mengutarakan ayat-ayat al-Quran dan hadits, namun ucapanya tersebut tidaklah
dinyatakan dalam prakteknya, kadang mereka membaca mushaf al-Quran pun sambil
tiduran tanpa ada adabnya sama sekali.
Ciri berikutnya adalah mereka
senantiasa berkoar-koar kepada kaum muslimin lainnya agar kembali pada
al-Quran. Tanda mereka ini sangat nyata dan kentara kita ketahui pada realita
saat ini, kaum wahabi selalu teriak kepada kaum muslimin untuk kembali pada
Al-Quran. Ahlus sunnah selalu mengajak pada Al-Quran karena ajaran mereka
memang bersumber dari Al-Quran, namun kenapa Allah menjadikan sifat ini sebagai
tanda pada kaum neo khawarij (wahabi) ini?? Sebab merekalah satu-satunya
kelompok yang dikenali di kalangan awam yang selalu teriak mengajak pada
Al-Quran sedangkan Al-Quran sendiri berlepas diri dari mereka.Sehingga hal ini
(yad’uuna ilaa kitabillah; mengajak kepada Al-Quran) menjadi tanda atas
kelompok ini bukan pada kelompok khawarij lainnya.
Tanda mereka adalah bercukur gundul.
Hal ini menambah keyakinan kita bahwa yang dimaksud oleh Nabi dalam tanda ini
adalah tidak ada lain kelompok wahabi. Tidak ada satu pun kelompok ahli bid’ah
yang melakukan kebiasaan dan melazimkan mencukur gundul selain kelompok wahabi
ini, mereka kelompok sesat lainnya hanya bercukur gundul pada saat ibadah haji
dan umrah saja sama seperti kaum muslimin Ahlus sunnah. Namun kelompok wahabi
ini menjadikan mencukur gundul ini suatu kelaziman bagi pengikut mereka kapan
pun dan dimana pun. Bercukur gundul ini pun telah diakui oleh Tokoh mereka;
Abdul Aziz bin Hamd (cucu Muhammad bin Abdul Wahhab) dalam kitabnya Majmu’ah
Ar-Rasaail wal masaail : 578.
Cirri berikutnya adalah berusia muda
dan akalnya lemah. Mereka pada umumnya masih berusia muda tetapi lemah akalnya,
atau itu adalah sebuah kalimat majaz yang bermakna orang-orang yang kurang
berpengalaman atau kurang berkompetensi dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah.
Subyektivitas dengan daya dukung pemaham yang lemah dalam memahaminya, bahkan
menafsiri ayat-ayat Al-Qur`an dengan mengedepankan fanatik dan emosional
golongan mereka sendiri.
Sebab-Sebab Manusia Jadi Pengikut
Dajjal
Kemunculan kaum ( Wahabi ) ini ada di
akhir zaman sebagaimana hadits Nabi di atas, kemudian generasi mereka juga akan
terus berlanjut hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal menjadi
pengikut setianya. Namun apa yang menyebabkan mereka terpengaruh oleh dajjal
dan menjadi pengikut dajjal ??Berikut kajian dan analisa ilmiyyahnya :
Sebab pertama : Wahabi beraqidahkan
tajsim dan tasybih.
Sudah maklum dalam kitab-kitab
mereka bahwa mereka meyakini Allah itu memiliki organ-organ tubuh seperti
wajah, mata, mulut, hidung, tangan, kaki, jari dan sebagainya, dan mereka
mengatakan bahwa organ tubuh Allah tidak seperti organ tubuh makhluk-Nya.
Mereka juga meyakini bahwa Allah
bertempat yaitu di Arsy, mereka juga memaknai istiwa dengan bersemayam dan
duduk dan menyatakan semayam dan duduknya Allah tidak seperti
makhluk-Nya.Mereka meyakini Allah turun ke langit dunia dari atas ke bawah di
sepertiga malam terakhir, dan meyakini bahwa ketika Allah turun maka Arsy
kosong dari Allah namun menurut pendapat kuat mereka Arsy tidak kosong dari
Allah. Sungguh mereka telah memasukkan Allah dalam permainan pikiran mereka
yang sakit itu. Dan lain sebagainya dari pensifatan mereka bahwa Allah
berjisim….
Nah, demikian juga dajjal,
renungkanlah kisah dajjal yang disebutkan oleh Nabi dalam hadts-hadits
sahihnya,bahwasanya dajjal itu berjisim, berorgan tubuh, memiliki batasan, dia
berjalan secara hakikatnya, dia turun secara hakikatnya, dia berlari kecil
secara hakikatnya, dia memiliki kaki secara hakikat, memiliki tangan secara
hakikat, memiliki mata secara hakikat, memiliki wajah secara hakikat dan lain
sebagainya..dan tidak ada lain yang menyebabkan mereka mengakui dajjal sebagai
tuhannya kecuali karena berlebihannya mereka di dalam menetapkan sifat-sifat
Allah tersebut dan memperdalam makna-maknanya hingga sampai pada derajat
tajsim.
Perhatikan dan renungkan sabda Nabi
shallahu ‘alaihi wa sallam berikut :
إني حدثتكم عن الدجال، حتى خشيت أن لا تعقلوا ، إن المسيح الدجال قصير أفحج ، جعد أعور ، مطموس العين ، ليست بناتئة ، ولا جحراء ، فإن التبس عليكم ، فاعلموا أن ربكم ليس بأعور
إني حدثتكم عن الدجال، حتى خشيت أن لا تعقلوا ، إن المسيح الدجال قصير أفحج ، جعد أعور ، مطموس العين ، ليست بناتئة ، ولا جحراء ، فإن التبس عليكم ، فاعلموا أن ربكم ليس بأعور
“ Sesungguhnya aku ceritkan pada kalian
tentang dajjal, karena aku khawatir kalian tidak bisa mengenalinya,
sesungguhnya dajjal itu pendek lagi congkak, ranbutnya keriting (kribo),
matanya buta sebelah dan tidak menonjol dan cengkung, jika kalian masih samar,
maka ketahuilah sesungguhnya Tuhan kalian tidaklah buta sebelah matanya “. (HR.
Abu Dawud)
Nabi benar-benar khawatir umatnya tidak
bisa mengenali dajjal, dan Nabi menyebutkan cirri-ciri dajjal yang semuanya itu
bermuara pada jisim, dan menyebutkan aib-aib yang disepakati oleh kaum
musyabbih dan sunni yang mutanazzih, namun kaum musyabbihah (wahabi-salafi)
sangat mendominasi pada pemikiran tajsimnya sehingga bagi mereka Allah Maha
melakukan apapun, dan Allah maha Mampu atas segala sesuatu, bahkan menurut
mereka kemampuan Allah memungkinkan berkaitan dengan perkara yang mustahil
bagi-Nya yang seharusnya kita sucikan, sehingga berkatalah sebagian mereka :
Bahwa Allah jika berkehendak untuk bersemayam di punggung nyamuk, maka Allah
pun akan bersemayam di atasnya. Naudzu billahi min dzaalik..
Sebab kedua : Tidak adanya
pehamahan mereka tentang perkara-perkara di luar kebiasaan (khawariqul ‘aadah)
atau disebut karomah.
Realita yang ada saat ini, kaum wahhabi-salafi tidak pernah membicarakan tentang khawariqul ‘aadah atau karomah, bahkan mereka mengingkari karomah-karomah para wali Allah yang disebutkan oleh para ulama hafidz hadits seperti al-Hafidz Abu Nu’aim dalam kitab hilyahnya, imam Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikhnya dan lainnya, bahkan mereka memvonis kafir kepada sebagian para wali Allah yang mayoritas ahli tasawwuf. Mereka tidak bisa mencerna karomah-karomah para wali yang ada sehingga tidak mempercayai imdadaat ruhiyyah (perkara luar biasa yang bersifat ruh) yang Allah berlakukan di tangan para wali-Nya yang bertaqwa sebagai kemuliaan Allah atas mereka.
Realita yang ada saat ini, kaum wahhabi-salafi tidak pernah membicarakan tentang khawariqul ‘aadah atau karomah, bahkan mereka mengingkari karomah-karomah para wali Allah yang disebutkan oleh para ulama hafidz hadits seperti al-Hafidz Abu Nu’aim dalam kitab hilyahnya, imam Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikhnya dan lainnya, bahkan mereka memvonis kafir kepada sebagian para wali Allah yang mayoritas ahli tasawwuf. Mereka tidak bisa mencerna karomah-karomah para wali yang ada sehingga tidak mempercayai imdadaat ruhiyyah (perkara luar biasa yang bersifat ruh) yang Allah berlakukan di tangan para wali-Nya yang bertaqwa sebagai kemuliaan Allah atas mereka.
Sedangkan dajjal akan datang dengan
kesaktian-kesaktian yang lebih hebat dan luar biasa sebagai fitnah bagi orang
yang Allah kehendaki, menumbuhkan tanah yang kering, menurunkan hujan,
memunculkan harta duniawi, emas, permata, menghidupkan orang yang mati dan lain
sebagainya, sedangkan kaum wahhabi tidak perneh membicarakan khawariqul ‘aadat
semacam itu, sehingg akal mereka tidak mampu membenarkannya, oleh sebab itu
ketika dajjal muncul dengan membawa khowariqul ‘aadat semacam itu disertai
pengakuan rububiyyahnya, maka bagi wahabi, dajjal itu adalah Allah karena wahabi
tidak mengathui sama sekali tentang khowariqul ‘aadat yang Allah jalankan atas
seorang dari golongan manusia.
Mereka pun tidak mampu membedakan
antara pelaku secara hakikatnya dan semata-semata sebab / perantaranya, maka
bercampurlah pemahaman mereka antara kekhususan sang pencipta dengan
makhluk-Nya. Seandainya mereka mengetahui bahwa apa yang terjadi dari
khowariqul ‘aadat hanyalah semata-mata dari qudrah Allah, dan manusia hanyalah
perantara, maka wahabi tidak akan heran atas apa yang dilakukan dajjal. Dan
seandainya kaum wahabi bertafakkur atas khowariqul ‘aadat yang terjadi dari
para Nabi dan wali, maka wahabi tidak akan terkena fitnah oleh khowariqul
‘aadat yang terjadi dari dajjal sebagai bentuk istidraajnya.
Yang membedakan khowariqul ‘aadat yang
terjadi atas para Nabi dan dajjal adalah bahwa para nabi memperoleh hal itu
sebagai penguat kebenaran yang mereka serukan, sedangkan dajjal memperoleh hal
itu sebagai fitnah atas seseorang yang mengaku rububiyyah, perkara hal itu
sama-sama perkara khowariqul ‘aadat (perkara luar biasa).
Sebab ketiga : Bermanhaj khowarij yakni keluar dari jama’ah muslimin dan mengkafirkan kaum muslimin.Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam mensifati pengikut dajjal bahwasanya mereka adalah kaum khowarij,sebagaimana sebagian telah dijelaskan di awal :
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ
Sebab ketiga : Bermanhaj khowarij yakni keluar dari jama’ah muslimin dan mengkafirkan kaum muslimin.Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam mensifati pengikut dajjal bahwasanya mereka adalah kaum khowarij,sebagaimana sebagian telah dijelaskan di awal :
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ
“ Akan muncul sekelompok manusia dari
arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap
kali Qarn ( kurun / generasi ) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya
hingga generasi akhir mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani
di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di
dalam musnadnya).
Arah Timur yang Nabi maksud tidak ada
lain adalah arah Timur kota Madinah yaitu Najd sebab Nabi shallahu ‘alaihi wa
sallam telah menspesifikasikan letak posisinya yaitu tempat dimana ciri-ciri
khas penduduknya orang-orang yang memiliki banyak unta dan baduwi yang berwatak
keras dan berhati kasar dan tempat di mana menetapnya suku Mudhar dan Rabi’ah,
dan semua itu hanya ada di Najd Saudi Arabia,Nabi bersabda :
مِنْ هَا هُنَا جَاءَتِ اْلفِتَنُ ، نَحْوَ اْلمَشْرِقِ ، وَاْلجَفَاءُ وَغِلَظُ اْلقُلوْبِ فيِ اْلفَدَّادِينَ أَهْلُ اْلوَبَرِ ، عِنْدَ أُصُوْلِ أَذْنَابِ اْلإِبِلِ وَاْلَبقَرِ ،فِي رَبِيْعَةْ وَمُضَرً
مِنْ هَا هُنَا جَاءَتِ اْلفِتَنُ ، نَحْوَ اْلمَشْرِقِ ، وَاْلجَفَاءُ وَغِلَظُ اْلقُلوْبِ فيِ اْلفَدَّادِينَ أَهْلُ اْلوَبَرِ ، عِنْدَ أُصُوْلِ أَذْنَابِ اْلإِبِلِ وَاْلَبقَرِ ،فِي رَبِيْعَةْ وَمُضَرً
“Dari sinilah fitnah-fitnah akan
bermunculan, dari arah Timur, dan sifat kasar juga kerasnya hati pada
orang-orang yang sibuk mengurus onta dan sapi, kaum Baduwi yaitu pada kaum
Rabi’ah dan Mudhar “.(HR. Bukhari)
Maka kaum wahhabi-salafi ini adalah
regenerasi dari kaum khowarij pertama di masa Nabi dan sahabat, perbedaaanya
kaum khowarij pertama bermanhaj mu’aththilah (membatalkan sifat-sifat Allah),
sedangkankaum neo khowarij (wahhabi) ini bermanhaj tajsim dan taysbih. Walaupun
berbeda, namun sama-sama menyimpang dari aqidah Islam, dan Allah merubah manhaj
mereka dari kejelekan menuju manhaj yang lebih jelek lagi sebagai balasan atas
kedhaliman dan kesombongan yang memenuhi hati mereka. Atas manhaj tajsim mereka
inilah menjadi penyebab wahhabi mudah terpengaruh oleh dajjal, sedangkan
khowarij terdahulu jika masih ada yg mengikuti manhaj ta’thilnya tidak mungkin
terpengaruh oleh dajjal, sebab sangat anti terhadap sifat-sifat Allah, mereka
mensucikan Allah dari sifat gerak, pindah, bersemayam, diam, duduk, turun dan
sebagainya bahkan mereka membatalkan sifat-sifat wajib Allah.
Maka dengan jelas wahabi kelak akan
menjadi pengikut dajjal, Naudzu billahi min syarril wahhabiyyah wa imaamihim
dajjal….
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2013/05/19/dajjal-sang-penipu/
************************************************************************************************************
Najd Tempat Khawarij/Fitnah: Di Najd atau Di Iraq?
************************************************************************************************************
Najd Tempat Khawarij/Fitnah: Di Najd atau Di Iraq?
Ummat
Islam banyak yang tidak suka saat mereka difitnah sebagai Ahlul Bid’ah, Sesat,
Penyembah Kuburan, Musyrik, bahkan kafir oleh Wahabi. Bahkan ada yang dibunuh.
Oleh karena itu mereka balik mngkritik Wahabi. Ada pun Wahabi yang menamakan
dirinya macam-macam dari Muwahidun, Salafi, Ahlus Sunnah (Tanpa kata Jama’ah)
justru marah. Mereka merasa mereka dan syeikh mereka, Muhammad bin Abdul Wahhab
yang lahir di Najd difitnah oleh “Musuh-musuh Islam.”
Siapakah yang benar? Nabi menyebut
Najd, tempat kelahiran pendiri Wahabi sebagai tempat fitnah. Ini
hadits-haditsnya. Silahkan baca dengan seksama. Bebaskan diri anda dari taqlid.
Gunakan akal pikiran anda untuk memahaminya. Jika pun bertanya pada ulama,
jangan tanya pada kelompok anda saja. Tanya pada Jumhur Ulama agar tak
tersesat:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya
Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata,
Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’
Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada
negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira
beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat
kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya
tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Pada hadits di atas disebut ada orang
Najd yang meminta Nabi agar memberkahi Najd. Saat itu dakwah Nabi belum
mencapai Iraq. Selain itu ucapan Nabi tentang tanduk setan (قرن / qorn) itu sesuai
dengan miqat haji orang-orang Najd di QORN yang artinya TANDUK. Jelaslah bahwa
Najd yang disebut Nabi adalah Najd yang kita kenal sekarang. Bukan Iraq! Jika
pun orang Iraq yang hadir, tentu mereka minta agar IRAQ yang diberkati. Bukan
Najd!
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167)
Posisi Nabi saat hadits yang menyebut
tempat fitnah ada di sebelah TIMUR dan tempat MATAHARI TERBIT adalah di
MADINAH. Kita harus paham dasar-dasar ilmu Geografi atau Ilmu Bumi agar bisa
paham. Madinah dan Riyadh (Najd)
letaknya sejajar sekitar 24 derajad lintang utara. Sementara Kufah / Najaf
terletak di 32 derajad lintang utara. 8 derajad lebih utara dari kota Madinah.
Sebagai perbandingan, Amman, Yordania yang ada di utara Madinah sejajar dengan
Kufah yaitu di 32 derajad lintang utara. Matahari itu paling tinggi posisinya
berada di 23,5 derajad lintang utara pada tanggal 21 Juni sebelum akhirnya
bergerak ke selatan. Jadi matahari terbit di Madinah itu posisinya dari arah
Najd yang persis ada di sebelah timur Madinah. Tidak mungkin dari Iraq yang ada
di utara Madinah.
Dari sini kita paham bahwa Najd yang
dimaksud adalah Najd sekarang yang memang ada tepat di sebelah timur Madinah.
Bukan Iraq yang berada di utara.
Anda bisa melihat berbagai peta kota
Madinah, Najd, dan Iraq baik dari segi topografi sehingga paham daerah yang
tinggi (Najd) dan yang rendah (bukan Najd), serta tempat yang di timur kota
Madinah itu apa.
حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان
حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan
kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada
kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim
dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah
matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari
sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad
shahih]
حدثنا محمد بن عبد الله بن عمار الموصلي قال حدثنا أبو هاشم محمد بن علي عن المعافى عن أفلح بن حميد عن القاسم عن عائشة قالت وقَّت رسول الله صلى الله عليه وسلم لأهل المدينة ذا الحُليفة ولأهل الشام ومصر الجحفة ولأهل العراق ذات عرق ولأهل نجد قرناً ولأهل اليمن يلملم
حدثنا محمد بن عبد الله بن عمار الموصلي قال حدثنا أبو هاشم محمد بن علي عن المعافى عن أفلح بن حميد عن القاسم عن عائشة قالت وقَّت رسول الله صلى الله عليه وسلم لأهل المدينة ذا الحُليفة ولأهل الشام ومصر الجحفة ولأهل العراق ذات عرق ولأهل نجد قرناً ولأهل اليمن يلملم
Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin ‘Abdullah bin ‘Ammar Al Maushulli yang berkata telah menceritakan kepada
kami Abu Haasyim Muhammad bin ‘Ali dari Al Mu’afiy dari Aflah bin Humaid dari
Qasim dari Aisyah yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menetapkan miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan
Mesir di Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd di Qarn
dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam (Shahih Sunan Nasa’i no 2656)
Hadits Nabi di atas berulang-kali
menyebut Tanduk Setan (Qorn Syaithon). Dan Miqat Haji penduduk Najd di Qarn
(Tanduk). Sementara Miqat penduduk Iraq di Dzatu “Irq. Jelas bukan kalau Najd
dan Iraq adalah 2 nama yang berbeda yang menunjukkan 2 tempat yang berbeda.
Jadi tidak bisa ditakwil-takwilkan jadi Iraq adalah Najd. Tidak betul itu!
Hadits Nabi di atas berulang-kali
menyebut Tanduk Setan (Qorn Syaithon). Dan Miqat Haji penduduk Najd di Qarn
(Tanduk). Sementara Miqat penduduk Iraq di Dzatu “Irq. Jelas bukan kalau Najd
dan Iraq adalah dua nama yang berbeda yang menunjukkan dua tempat yang berbeda.
Najd adalah Nejd, Najd dulu dan Najd sekarang adalah sama jadi tidak bisa
ditakwil-takwilkan bahwa Iraq adalah Najd. Tidak betul itu!
Berbagai hadits di atas tentang Najd sesungguhnya menunjukkan Najd itu adalah Najd yang dikenal umum baik di zaman Nabi mau pun sekarang. Bukan tempat lainnya sebagaimana ditafsirkan Ibnu Taimiyyah ada di Kufah. Apalagi Najd yang dikenal di zaman Nabi di hadits tersebut disebut ada di TIMUR kota Madinah dan tempat terbitnya matahari. Tak mungkin penduduk Madinah melihat matahari terbit dari arah Kufah. Najd sekarang pun memang selain di Timur Madinah juga merupakan dataran Tinggi (762 hingga 1.525 meter di atas permukaan laut). Di hadits Sunan Nasa’i no 2656 Nabi menyebutkan tempat miqat bagi penduduk Iraq dan penduduk Najd. Jelas Iraq dan Najd adalah 2 tempat yang berbeda.
Berbagai hadits di atas tentang Najd sesungguhnya menunjukkan Najd itu adalah Najd yang dikenal umum baik di zaman Nabi mau pun sekarang. Bukan tempat lainnya sebagaimana ditafsirkan Ibnu Taimiyyah ada di Kufah. Apalagi Najd yang dikenal di zaman Nabi di hadits tersebut disebut ada di TIMUR kota Madinah dan tempat terbitnya matahari. Tak mungkin penduduk Madinah melihat matahari terbit dari arah Kufah. Najd sekarang pun memang selain di Timur Madinah juga merupakan dataran Tinggi (762 hingga 1.525 meter di atas permukaan laut). Di hadits Sunan Nasa’i no 2656 Nabi menyebutkan tempat miqat bagi penduduk Iraq dan penduduk Najd. Jelas Iraq dan Najd adalah 2 tempat yang berbeda.
Sebaliknya Kufah yang juga disebut An
Najaf ternyata terletak di dataran rendah di lembah sungai Efrat. Jadi tidak
mungkin Ibnu Taimiyyah berkata demikian. Bisa jadi ulama Wahabi memang suka mengubah-ubah
tulisan sebagaimana disinyalir oleh Syekh Idahram dan juga beberapa ulama
lainnya. Sehingga ada ulama yang bilang kalau beli kitab kuning sebaiknya beli
di Yaman atau Mesir. Jangan di Arab Saudi sebab sudah dirubah-rubah oleh
Wahabi.
Coba lihat peta Kufah (An Najaf) yang
berada di daerah hijau (dataran rendah). Bukan kuning yang merupakan tanda
dataran tinggi:
Apalagi Muhammad bin Abdul Wahab dikenal juga dengan Muhammad bin Abdul Wahab An Najdi. Jadi bagaimana lagi mau berkelit atau mentakwil-takwilkannya dengan cara lain sehingga Najd yang dimaksud Nabi itu berbeda dengan Najd yang dikenal masyarakat Arab baik di zaman dahulu atau pun sekarang?
Apalagi Muhammad bin Abdul Wahab dikenal juga dengan Muhammad bin Abdul Wahab An Najdi. Jadi bagaimana lagi mau berkelit atau mentakwil-takwilkannya dengan cara lain sehingga Najd yang dimaksud Nabi itu berbeda dengan Najd yang dikenal masyarakat Arab baik di zaman dahulu atau pun sekarang?
Ada pernyataan kelompok Salafi Wahabi
mengenai celaan terhadap kota Najd yang merupakan tempat kelahiran pendiri
paham Wahabi: Muhammad bin Abdul Wahab. “Apa salahnya jika lahir di Najd?
Apakah otomatis akan jadi Khawarij/Sesat?”
Tidak salah memang. Apalagi jika memang
orang tersebut memurnikan ajaran Islam dengan memurnikan Tauhid dan
menghidupkan Sunnah. Yang jadi masalah adalah jika cara dakwahnya akhirnya
menganggap sesat/kafir sesama Muslim bahkan ulama apalagi sampai membunuh
sesama Muslim sehingga timbul Fitnah. Jika itu sampai terjadi, tentu orang
tersebut merupakan Khawarij pembuat Fitnah yang disebut Nabi berasal dari Najd
di sebelah timur kota Madinah (arah tempat terbitnya matahari di kota Madinah).
Kalau kita kaji Al Qur’an dan Hadits
dan Sejarah Muhammad bin Abdul Wahhab, niscaya kita tahu bahwa perkataan dan
perbuatan Muhammad bin Abdul Wahhab itu bertentangan dengan Al Qur’an dan
Hadits.
Coba lihat fitnah Muhammad bin Abdul
Wahhab yang menuduh ummat Islam (termasuk di Mekkah dan Madinah) lebih Musyrik
daripada kaum Musyrik penyembah berhala. Tersinggungkah anda jika difitnah sbg
Musyrik?
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam
kitabnya al-Qawa’id Arba’: “Sesungguhnya kesyirikan pada zaman kita sekarang
melebihi kesyirikan umat yang lalu
MBAW memfitnah ummat Islam di Mekkah,
Madinah, dan kota2 lain di jazirah Arab sebagai lebih Musyrik daripada orang
Kafir Quraisy Mekkah dulu. Ini jelas bertentangan dengan firman Allah untuk
tidak mengolok-olok dan menggunjing sesama Muslim [Al Hujuraat 11-12]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/11/30/haram-berteman-dengan-kafir-harbi-dan-membunuh-sesama-muslim/
Menyebut Muslim sebagai Musyrik sama
dengan memfitnah Muslim sebagai Murtad. Menurut Islam, hukuman bagi orang-orang
Murtad adalah mati. Tak heran jika Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikut-pengikutnya
akhirnya memerangi dan membunuh orang Islam di Thaif, Mekkah, Madinah, dsb.
“Mencela sesama muslim adalah kefasikan
dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97,
Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad
no.3465,3708)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu
mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang
mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di
dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu
dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [An Nisaa' 94]
Tiga perkara berasal dari iman: (1)
Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu
dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu
perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai
pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh
kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada
takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat
karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa
besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa.
(HR. Ath-Thabrani)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/
Di situ juga disebut bagaimana MAW
bekerjasama dengan Raja Arab guna memerangi musuhnya:
Selanjutnya, Syekh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkerjasama secara sistematis dan saling menguntungkan dengan keluarga Saud untuk
menegakkan Islam.
Padahal Nabi memerintahkan agar
menjauhi para penguasa/raja:
Rasulullah SAW. Beliau bersabda,
”Barang siapa tinggal di padang pasir, ia kekeringan. Barang siapa mengikuti
buruan ia lalai. Dan barang siapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa, maka ia
terkena fitnah.” (Riwayat Ahmad).
Apabila kamu melihat seorang ulama
bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR.
Ad-Dailami)
Meski hadits diatas mencerca ulama yang
bergaul-erat dengan penguasa, pada dasarnya jika untuk memberi nasehat kebaikan
tidak masalah. Tapi jika justru memberi keburukan sehingga si Raja tersebut
gemar berperang membunuh sesama Muslim, niscaya itu tidak baik.
Keluarga Saud yang hampir seluruh
kehidupanya terlibat dalam PEPERANGAN dengan kepala-kepala suku lainnya selama
28 tahun, secara perlahan namun pasti memasuki masa kejayaannya…
Keluarga Ibnu Saud, sebagai pendukung
dan unsur utama garakan ini segera menaklukkan hampir seluruh semenanjung Arab,
termasuk kota-kota suci Mekkah dan Madinah. Gerakan Wahabi ini akhirnya menjadi
mazhab fikih resmi keluarga Saudi yang berkuasa
Itu adalah tulisan dari website Wahabi,
arrahmah.com. Jika kita membacanya tidak dengan kritis/tidak pakai akal,
niscaya kita tidak paham. Tapi jika kita menggunakan akal, niscaya kita tahu
kalau Keluarga Saud yang hampir seluruh kehidupannya TERLIBAT PEPERANGAN dgn
“KEPALA SUKU” lain selama 28 TAHUN itu sebetulnya memerangi dan membunuh
orang-orang Islam. Boleh dikata sejak zaman Sahabat seluruh Jazirah Arab itu
sudah Islam. Kalau disebut perang dengan kepala suku, artinya Ibnu Saud yang
dibantu MBAW itu memerangi/membunuh ummat Islam di jazirah Arab selama 28 tahun
termasuk Mekkah dan Madinah yang mereka “TAKLUKKAN”. Bahkan lebih karena
diteruskan oleh penggantinya. Tidak ada di situ disebut perang melawan Inggris.
Nabi itu utusan Allah. Beliau bicara
tidak sembarangan. Tapi dari Wahyu Allah. Banyak hadits tentang Fitnah
(Pembunuhan) dari Najd. Baik saat ada orang Najd datang ke Nabi, Najd dari arah
Timur dan Najd dari arah matahari terbit. Lintang Utara Madinah dgn Najd (mis:
Riyadh) sejajar=24 derajad lintang utara. Matahari paling utara di 23,5 derajad
lintang utara. Sementara Syams atau Iraq itu 32 derajad Lintang Utara lebih.
Baik Syams mau pun Iraq lebih dekat disebut Utara (Syimal) ketimbang Timur.
Selain itu ada hadits Miqat orang Iraq
di Zati ‘Irq sedang Najd di Qorn. Qorn ini artinya TANDUK. Identik dgn hadits
tentang Qornus Shaython. Tanduk Setan. Najd itu artinya tanah tinggi. Sesuai
dgn Najd yg tingginya sekitar 1000 meter di atas laut. Ada pun Iraq itu tanah
rendah. Kurang dari 50 meter.
Dajjal tidak bisa masuk Mekkah dan
Madinah. Tapi pengikutnya bisa:
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia
berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada satu negeri yang tidak dimasuki Dajjal, kecuali Mekah dan Madinah, dan tidak ada satu jalan di Madinah, kecuali terdapat malaikat yang berbaris menjaganya. Maka Dajjal singgah di daerah rawa, kemudian Madinah bergoncang tiga kali goncangan, sehingga seluruh orang kafir dan munafik keluar dari sana menuju ke tempat Dajjal. (Shahih Muslim No.5236)
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada satu negeri yang tidak dimasuki Dajjal, kecuali Mekah dan Madinah, dan tidak ada satu jalan di Madinah, kecuali terdapat malaikat yang berbaris menjaganya. Maka Dajjal singgah di daerah rawa, kemudian Madinah bergoncang tiga kali goncangan, sehingga seluruh orang kafir dan munafik keluar dari sana menuju ke tempat Dajjal. (Shahih Muslim No.5236)
Cuma ya terserah. Mau percaya syukur,
tidak percaya juga silahkan. Peta ini insya Allah jelas bagi orang2 yg bertakwa
Silahkan baca juga:
Salafi Wahabi Memecah Belah Islam dari Dalam
Beberapa Kekeliruan Salafi Wahabi
Muhammad bin Abdul Wahhab: Mujaddid atau Fitnah dari Najd?
Salafi Wahabi Memecah Belah Islam dari Dalam
Beberapa Kekeliruan Salafi Wahabi
Muhammad bin Abdul Wahhab: Mujaddid atau Fitnah dari Najd?
Membantah Salafy: Dimanakah Masyriq
Pada Hadis Fitnah [Najd] : Rabiah Mudhar Ahlul Masyriq.
Posted by bicarasalafy pada Maret 11,
2011
Dimanakah Masyriq Pada Hadis Fitnah
[Najd] : Rabiah Mudhar Ahlul Masyriq
SUMBER: Analisis Pencari Kebenaran
Dimanakah Masyriq Pada Hadis Fitnah
[Najd] : Rabiah Mudhar Ahlul Masyriq
Tulisan ini bisa dibilang pengulangan
yang disertai dengan sedikit tambahan untuk membungkam para salafy berkaitan
dengan hadis Najd. Seperti yang kita ketahui bersama, salafy berkeras [bin
ngotot] kalau Najd yang dimaksud dalam hadis Fitnah Najd adalah Iraq bukannya
Najd yang ada di Jazirah Arab. Cara pendalilan mereka ini telah kami bahas dan
merupakan fallacy [sesat pikir] yang sangat nyata [bagi yang belum membacanya
maka silakan membaca beberapa tulisan kami tentang Najd].
Hadis Tanduk Setan Kontroversi Najd dan
Irak
Analisis Hadis Tanduk Setan Najd Bukan Irak
Najd Bukan Irak Bantahan Bagi Salafy
Analisis Hadis Tanduk Setan Najd Bukan Irak
Najd Bukan Irak Bantahan Bagi Salafy
Hadis Fitnah Timur : Najd
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا وكيع عن عكرمة بن عمار عن سالم عن ابن عمر قال خرج رسول الله صلى الله عليه و سلم من بيت عائشة فقال رأس الكفر من ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان يعني المشرق
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا وكيع عن عكرمة بن عمار عن سالم عن ابن عمر قال خرج رسول الله صلى الله عليه و سلم من بيت عائشة فقال رأس الكفر من ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان يعني المشرق
Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Waki’ dari
Ikrimah bin ‘Ammar dari Salim dari Ibnu Umar yang berkata “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari pintu rumah Aisyah dan berkata “sumber
kekafiran datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan yaitu timur [Shahih
Muslim 4/2228 no 2905]
وحدثني حرملة بن يحيى أخبرنا ابن وهب أخبرني يونس عن ابن شهاب عن سالم بن عبدالله عن أبيه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال وهو مستقبل المشرق ها إن الفتنة ههنا ها إن الفتنة ههنا ها إن الفتنة ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان
وحدثني حرملة بن يحيى أخبرنا ابن وهب أخبرني يونس عن ابن شهاب عن سالم بن عبدالله عن أبيه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال وهو مستقبل المشرق ها إن الفتنة ههنا ها إن الفتنة ههنا ها إن الفتنة ههنا من حيث يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepadaku Harmalah
bin Yahya yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata
telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Salim bin ‘Abdullah dari
ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata dan Beliau
menghadap kearah timur “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini, fitnah
datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan” [Shahih Muslim 4/2228 no
2905]
Kedua hadis di atas dengan jelas
menyebutkan tentang masyriq [timur] sebagai arah tempat datangnya fitnah atau
arah munculnya tanduk setan. Pertanyaannya adalah timur yang dimana?. Salafy
mengatakan bahwa di masa arab dahulu istilah timur barat sama halnya dengan
istilah kanan kiri. Artinya di sebelah kanan adalah timur dan disebelah kiri
adalah barat. Salafy menginginkan dengan pengertian tersebut maka arah timur
yang dimaksud tidak mesti tepat di timur arah mata angin sekarang. Syubhat
salafy ini terbantahkan dengan adanya berbagai hadis shahih yang menunjukkan
kalau arah timur yang dimaksud adalah arah matahari terbit. Yaitu hadis berikut
حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان
حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan
kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada
kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim
dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah
matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari
sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad
shahih]
حدثنا موسى بن هارون ثنا عبد الله بن محمد بوران نا الأسود بن عامر نا حماد بن سلمة عن يحيى بن سعيد عن سالم عن بن عمر أن النبي صلى الله عليه و سلم استقبل مطلع الشمس فقال من ها هنا يطلع قرن الشيطان وها هنا الفتن والزلازل والفدادون وغلظ القلوب
حدثنا موسى بن هارون ثنا عبد الله بن محمد بوران نا الأسود بن عامر نا حماد بن سلمة عن يحيى بن سعيد عن سالم عن بن عمر أن النبي صلى الله عليه و سلم استقبل مطلع الشمس فقال من ها هنا يطلع قرن الشيطان وها هنا الفتن والزلازل والفدادون وغلظ القلوب
Telah menceritakan kepada kami Musa bin
Harun yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Fuuraan
yang berkata telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Aamir yang berkata telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Yahya bin Sa’id dari Salim
dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kearah
matahari terbitseraya berkata “dari sini muncul tanduk setan, dari sini muncul
fitnah dan kegoncangan dan orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar
[Mu’jam Al Awsath Thabrani 8/74 no 8003 dengan sanad shahih]
Tidak hanya soal arah yang dimaksud
timur matahari terbit. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga
menyebutkan nama tempat yang dimaksud yang sesuai dengan arah timur matahari
terbit dari Madinah. Tempat tersebut adalah Najd
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan
yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar
yang berkata [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah
keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat
berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan
fitnah, dan disanalah muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Najd disini bukanlah Iraq karena antara
Najd dan Iraq hanya Najd yang merupakan tempat dengan arah timur matahari
terbit dari Madinah. Salafy bisa saja berdalih kalau Iraq juga terletak di
timur madinah dengan alasan kanan Madinah adalah timur dan kiri Madinah adalah
barat tetapi dalih tersebut tertolak dengan penjelasan arah yang dimaksud
adalah timur matahari terbit. Irak tidak terletak pada arah timur matahari
terbit. Siapapun yang berada di Madinah dan menyaksikan arah terbitnya matahari
kemudian ia menelusuri jalan dengan arah tersebut maka ia akan sampai di Najd
bukan di Iraq.
Selain menunjukkan nama tempat
tersebut, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan ciri-ciri
orang atau penduduk di tempat tersebut. Diantaranya Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam] menyebutkan kalau orang-orang disana [tempat munculnya fitnah]
adalah orang yang berhati sombong dan angkuh termasuk pengembala unta atau
dikenal dengan sebutan Ahlul wabar.
حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن أبي الزناد عن الأعرج عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال رأس الكفر نحو الشرق والفخر والخيلاء في أهل الخيل والإبل الفدادين أهل الوبر والسكينة في أهل الغنم
حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن أبي الزناد عن الأعرج عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال رأس الكفر نحو الشرق والفخر والخيلاء في أهل الخيل والإبل الفدادين أهل الوبر والسكينة في أهل الغنم
Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Yahya yang berkata qara’tu ala [aku membacakan kepada] Malik dari Abi Zanad
dari Al A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda “sumber kekafiran datang dari timur, kesombongan dan keangkuhan adalah
milik orang-orang pengembala kuda dan unta Al Faddaadin Ahlul Wabar [arab
badui] dan kelembutan ada pada pengembala kambing [Shahih Muslim 1/71 no 52]
حدثنا عبدالله بن عبدالرحمن أخبرنا أبو اليمان عن شعيب عن الزهري حدثني سعيد بن المسيب أن أبا هريرة قال سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول جاء أهل اليمن هم أرق أفئدة وأضعف قلوبا الإيمان يمان والحكمة يمانية السكينة في أهل الغنم والفخر والخيلاء في الفدادين أهل الوبر قبل مطلع الشمس
حدثنا عبدالله بن عبدالرحمن أخبرنا أبو اليمان عن شعيب عن الزهري حدثني سعيد بن المسيب أن أبا هريرة قال سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول جاء أهل اليمن هم أرق أفئدة وأضعف قلوبا الإيمان يمان والحكمة يمانية السكينة في أهل الغنم والفخر والخيلاء في الفدادين أهل الوبر قبل مطلع الشمس
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah bin ‘Abdurrahman yang berkata telah mengabarkan kepada kami Abul
Yaman dari Syu’aib dari Az Zuhri yang berkata telah mengabarkan kepadaku Sa’id
bin Al Musayyab bahwa Abu Hurairah berkata aku mendengar Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda “Penduduk Yaman datang, mereka bertingkah laku halus
dan berhati lembut iman di Yaman, hikmah di Yaman, kelembutan ada pada
penggembala kambing sedangkan kesombongan dan keangkuhan ada pada orang-orang
Faddadin Ahlul Wabar [arab badui] di arah terbitnya matahari [Shahih Muslim
1/71 no 52]
Kedua hadis di atas menyebutkan tempat
munculnya fitnah adalah tempat pada arah timur matahari terbit dimana
orang-orang disana dikenal sebagai pengembala unta, orang yang berhati kasar
sombong dan angkuh yang merupakan tabiat kebanyakan dari ahlul wabar atau arab
badui. Ahlul wabar bisa diartikan sebagai orang arab badui karena tempat
tinggal mereka terbuat dari al wabr atau bulu. Di masa Nabi [shallallahu
'alaihi wasallam] Ahlul wabar tinggal di Najd.
Rabi’ah dan Mudhar Ahlul Masyriq
Selain menyebutkan ciri-ciri mereka,
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga menyebutkan kabilah mereka yang
dikenal sebagai Rabiah dan Mudhar. Rabi’ah dan Mudhar dikenal sebagai Ahlul
Masyriq [penduduk timur] di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]
حدثنا مسدد حدثنا يحيى عن إسماعيل قال حدثني قيس عن عقبة بن عمرو أبي مسعود قال أشار رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده نحو اليمن، فقال الإيمان يمان هنا هنا، ألا إن القسوة وغلظ القلوب في الفدادين، عند أصول أذناب الإبل، حيث يطلع قرنا الشيطان، في ربيعة ومضر
حدثنا مسدد حدثنا يحيى عن إسماعيل قال حدثني قيس عن عقبة بن عمرو أبي مسعود قال أشار رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده نحو اليمن، فقال الإيمان يمان هنا هنا، ألا إن القسوة وغلظ القلوب في الفدادين، عند أصول أذناب الإبل، حيث يطلع قرنا الشيطان، في ربيعة ومضر
Telah menceritakan kepada kami Musaddad
yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il yang berkata
telah menceritakan kepadaku Qais bin Uqbah bin Amru Abi Mas’ud yang berkata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan tangannya kearah Yaman
dan berkata “Iman di Yaman disini dan kekerasan hati adalah milik orang-orang
Faddadin [arab badui atau pedalaman] yang sibuk dengan unta-unta mereka dari
arah munculnya tanduk setan [dari]Rabi’ah dan Mudhar [Shahih Bukhari no 3126]
Dalil-dalil di atas hanya pengulangan
dari tulisan kami sebelumnya tetapi disini akan kami tambahkan sedikit dalil
shahih kalau Rabiah dan Mudhar adalah penduduk Masyriq [timur] di masa Nabi
[shallallahu ‘alaihi wasallam]. Berikut hadis yang memuat keterangan tentang
Rabi’ah dan Mudhar
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ قَالَ كُنْتُ أُتَرْجِمُ بَيْنَ ابْنِ عَبَّاسٍ وَبَيْنَ النَّاسِ فَقَالَ إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ الْوَفْدُ أَوْ مَنْ الْقَوْمُ قَالُوا رَبِيعَةُ فَقَالَ مَرْحَبًا بِالْقَوْمِ أَوْ بِالْوَفْدِ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا نَدَامَى قَالُوا إِنَّا نَأْتِيكَ مِنْ شُقَّةٍ بَعِيدَةٍ وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الْحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ وَلَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيَكَ إِلَّا فِي شَهْرٍ حَرَامٍ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نُخْبِرُ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا نَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ أَمَرَهُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ قَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَتُعْطُوا الْخُمُسَ مِنْ الْمَغْنَمِ وَنَهَاهُمْ عَنْ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ وَالْمُزَفَّتِ قَالَ شُعْبَةُ رُبَّمَا قَالَ النَّقِيرِ وَرُبَّمَا قَالَ الْمُقَيَّرِ قَالَ احْفَظُوهُ وَأَخْبِرُوهُ مَنْ وَرَاءَكُمْ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ قَالَ كُنْتُ أُتَرْجِمُ بَيْنَ ابْنِ عَبَّاسٍ وَبَيْنَ النَّاسِ فَقَالَ إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ الْوَفْدُ أَوْ مَنْ الْقَوْمُ قَالُوا رَبِيعَةُ فَقَالَ مَرْحَبًا بِالْقَوْمِ أَوْ بِالْوَفْدِ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا نَدَامَى قَالُوا إِنَّا نَأْتِيكَ مِنْ شُقَّةٍ بَعِيدَةٍ وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الْحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ وَلَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيَكَ إِلَّا فِي شَهْرٍ حَرَامٍ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نُخْبِرُ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا نَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ أَمَرَهُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ قَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامُ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَتُعْطُوا الْخُمُسَ مِنْ الْمَغْنَمِ وَنَهَاهُمْ عَنْ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ وَالْمُزَفَّتِ قَالَ شُعْبَةُ رُبَّمَا قَالَ النَّقِيرِ وَرُبَّمَا قَالَ الْمُقَيَّرِ قَالَ احْفَظُوهُ وَأَخْبِرُوهُ مَنْ وَرَاءَكُمْ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Basyaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Ghundar yang berkata
telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abi Jamrah yang berkata saya pernah
menjadi penterjemah antara Ibnu Abbas dan orang-orang. [Ibnu Abbas] berkata
“sesungguhnya delegasi [utusan] Abdul Qais pernah mendatangi Nabi [shallallahu
‘alaihi wasallam]. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “siapakah
utusan itu atau kaum itu?”. [para sahabat] berkata “Rabi’ah”. Beliau
[shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “selamat datang kaum atau utusan semoga
tidak ada kesedihan dan penyesalan. Mereka berkata “kami datang dari perjalanan
jauh dan diantara tempat tinggal kami dan tempat tinggal-Mu terdapat
perkampungan kaum kafir Mudhar sehingga kami tidak bisa datang kepadaMu kecuali
pada bulan haram maka perintahkanlah kepada kami perintah yang dapat kami
ajarkan kepada orang-orang di tempat kami dan karenanya kami dapat masuk surga.
Maka Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] memerintahkan kepada mereka empat hal
dan melarang mereka empat hal, memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah
‘azza wajalla satu-satunya. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata
“tahukah kalian arti beriman kepada Allah satu-satunya?”. Mereka berkata “Allah
dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam]
berkata “bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
Rasulullah dan mendirikan Shalat dan menunaikan zakat dan berpuasa di bulan
ramadhan dan memberikan seperlima [khumus] dari harta rampasan perang
[ghanimah] . Dan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] melarang mereka dari
meminum Ad Dubaa’ Al Hantam dan Al Muzaffat. Syu’bah berkata “terkadang Beliau
[shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebutkan An Naqiir dan terkadang berkata
Muqayyir. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “hafalkanlah itu
dan kabarkanlah kepada orang-orang di tempat kalian” [Shahih Bukhari 1/29 no
87]
Hadis di atas menjelaskan bahwa kabilah
Abdul Qais adalah salah satu dari Kabilah Rabi’ah dan diantara tempat tinggal
mereka dan tempat tinggal Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] di madinah
terdapat tempat tinggal kabilah Mudhar [yang masih kafir]. Pertanyaannya
siapakah kabilah Abdul Qais ini dan dimana mereka tinggal. Terdapat dalil
shahih yang menyebutkan kalau Abdul Qais termasuk penduduk Masyriq [timur]
حدثنا أحمد قال حدثنا شباب قال حدثنا عون بن كهمس قال حدثنا هشام بن حسان عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة عن النبي قال خير أهل المشرق عبد القيس
حدثنا أحمد قال حدثنا شباب قال حدثنا عون بن كهمس قال حدثنا هشام بن حسان عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة عن النبي قال خير أهل المشرق عبد القيس
Telah menceritakan kepada kami Ahmad
yang berkata telah menceritakan kepada kami Syabaab yang berkata telah
menceritakan kepada kami ‘Aun bin Kahmas yang berkata telah menceritakan kepada
kami Hisyaam bin Hassaan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah dari Nabi
[shallallahu ‘alaihi wasallam] yang bersabda “penduduk Masyriq [timur] yang
paling baik adalah Abdul Qais” [Mu’jam Al Awsath Thabrani 2/171 no 1615]
Hadis ini sanadnya shahih diriwayatkan
oleh para perawi yang terpercaya. Berikut adalah keterangan mengenai para
perawinya
Ahmad syaikh [guru] Thabrani dalam
sanad di atas adalah Ahmad bin Husein bin Nashr Abu Ja’far Al ‘Askariy .
Daruquthni menyatakan kalau ia seorang yang tsiqat [Su’alat Hamzah 1/146 no
144]
Syabab adalah Khalifah bin Khayaath termasuk salah satu syaikh [guru] Bukhari. Ibnu Adiy menyatakan ia hadisnya lurus shaduq. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan menyatakan ia mutqin. Maslamah berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 3 no 304]. Adz Dzahabi menyatakan ia shaduq [Al Kasyf no 1409]
‘Aun bin Kahmas adalah salah satu perawi Abu Dawud. Telah meriwayatkan darinya jamaah tsiqat. Ahmad bin Hanbal berkata “tidak dikenal”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Dawud berkata “tidak disampaikan kepadaku kecuali yang baik” [At Tahdzib juz 8 no 313]. Ibnu Hajar menyatakan ia maqbul tetapi dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau ia seorang yang shaduq hasanul hadis [Tahrir Taqrib At Thadzib no 5225]. Adz Dzahabi menyatakan “tsiqat” [Al Kasyf no 4319]
Hisyam bin Hassaan adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Ma’in, Al Ijli, Ibnu Saad Ibnu Syahin, Utsman bin Abi Syaibah dan Ibnu Hibban menyatakan tsiqat. Abu Hatim dan Ibnu Adiy berkata “shaduq”. [At Tahdzib juz 11 no 75]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat dan termasuk orang yang tsabit riwayatnya dari Ibnu Sirin [At Taqrib 2/266]
Muhammad bin Sirin adalah perawi kutubus sittah tabiin yang dikenal tsiqat. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit dan ahli ibadah [At Taqrib 2/85]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat hujjah [Al Kasyf no 4898]
Syabab adalah Khalifah bin Khayaath termasuk salah satu syaikh [guru] Bukhari. Ibnu Adiy menyatakan ia hadisnya lurus shaduq. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan menyatakan ia mutqin. Maslamah berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 3 no 304]. Adz Dzahabi menyatakan ia shaduq [Al Kasyf no 1409]
‘Aun bin Kahmas adalah salah satu perawi Abu Dawud. Telah meriwayatkan darinya jamaah tsiqat. Ahmad bin Hanbal berkata “tidak dikenal”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Dawud berkata “tidak disampaikan kepadaku kecuali yang baik” [At Tahdzib juz 8 no 313]. Ibnu Hajar menyatakan ia maqbul tetapi dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau ia seorang yang shaduq hasanul hadis [Tahrir Taqrib At Thadzib no 5225]. Adz Dzahabi menyatakan “tsiqat” [Al Kasyf no 4319]
Hisyam bin Hassaan adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Ma’in, Al Ijli, Ibnu Saad Ibnu Syahin, Utsman bin Abi Syaibah dan Ibnu Hibban menyatakan tsiqat. Abu Hatim dan Ibnu Adiy berkata “shaduq”. [At Tahdzib juz 11 no 75]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat dan termasuk orang yang tsabit riwayatnya dari Ibnu Sirin [At Taqrib 2/266]
Muhammad bin Sirin adalah perawi kutubus sittah tabiin yang dikenal tsiqat. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit dan ahli ibadah [At Taqrib 2/85]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat hujjah [Al Kasyf no 4898]
Hadis di atas menyebutkan kalau
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebut Abdul Qais sebagai ahlul
masyriq [penduduk timur] yang paling baik. Apakah masyriq [timur] yang
dimaksud?. Arah timur manakah yang dimaksud?. Dimana sebenarnya tempat tinggal
kabilah Abdul Qais?. Perhatikan hadis berikut
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ الضُّبَعِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ جُمُعَةٍ جُمِّعَتْ بَعْدَ جُمُعَةٍ فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَسْجِدِ عَبْدِ الْقَيْسِ بِجُوَاثَى مِنْ الْبَحْرَيْنِ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ أَبِي جَمْرَةَ الضُّبَعِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ جُمُعَةٍ جُمِّعَتْ بَعْدَ جُمُعَةٍ فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَسْجِدِ عَبْدِ الْقَيْسِ بِجُوَاثَى مِنْ الْبَحْرَيْنِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Aamir Al ‘Aqdiy
yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahman dari Abi Jamrah
Adh Dhuba’iy dari Ibnu Abbas yang berkata “sesungguhnya shalat jum’at yang
pertama dilakukan setelah shalat jum’at di masjid Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wasallam] adalah di masjid kabilah Abdul Qais di Juwatsa daerah Bahrain
[Shahih Bukhari 2/5 no 892]
Jadi kabilah Abdul Qais yang termasuk
salah satu kabilah Rabi’ah tinggal di Bahrain. Dimanakah Bahrain?. Bahrain
adalah kawasan yang terletak di sebelah timur arah matahari terbit dari
madinah. Kalau Bahrain adalah tempat tinggal kabilah Abdul Qais maka dimanakah
tempat tinggal kafir Mudhar yang disebutkan dalam hadis Bukhari sebelumnya
terletak di antara madinah [tempat tinggal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam]
dan Bahrain [tempat tinggal Abdul Qais]. Jawabannya gampang, ambil peta dan
lihat tempat itu adalah Najd.
أخبرنا عمر بن سعيد بن سنان قال أخبرنا أحمد بن أبي بكر عن مالك عن عبد الله بن دينار عن ابن عمر أنه قال رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم يشير نحو المشرق ويقول ( ها إن الفتنة ها هنا إن الفتنة ها هنا من حيث يطلع قرن الشيطان ) قال أبو حاتم رضي الله عنه مشرق المدينة هو البحرين و مسيلمة منها وخروجه كان أول حادث حدث في الإسلام
أخبرنا عمر بن سعيد بن سنان قال أخبرنا أحمد بن أبي بكر عن مالك عن عبد الله بن دينار عن ابن عمر أنه قال رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم يشير نحو المشرق ويقول ( ها إن الفتنة ها هنا إن الفتنة ها هنا من حيث يطلع قرن الشيطان ) قال أبو حاتم رضي الله عنه مشرق المدينة هو البحرين و مسيلمة منها وخروجه كان أول حادث حدث في الإسلام
Telah mengabarkan kepada kami Umar bin
Sa’id bin Sinaan yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Abu Bakar
dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar yang berkata sesungguhnya aku
melihat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengarahkan tangannya kea rah
timur dan berkata “dari sini fitnah dari sini fitnah dari sini dari arah
munculnya tanduk setan”. Abu Hatim berkata “timur madinah adalah Bahrain,
Musailamah berasal darinya dan keluar darinya dialah yang pertama membuat
bid’ah dalam islam” [Shahih Ibnu Hibban 15/24 no 6648 Syaikh Al Arnauth berkata
“shahih dengan syarat Bukhari Muslim]
Kawasan Bahrain dan sekitarnya termasuk
Najd adalah kawasan yang di masa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dikenal
sebagai masyriq [timur] sehingga penduduknya Rabi’ah dan Mudhar disebut sebagai
ahlul masyriq.
Jadi hadis fitnah yang katanya muncul
dari arah timur matahari terbit dari arah munculnya tanduk setan dari Rabiah
dan Mudhar maka sangat jelas tempat yang dimaksud adalah Najd sebagaimana yang
tertera jelas dalam hadis shahih.
Catatan : sedikit tentang Bahrain,
dahulu Bahrain meliputi daerah kawasan timur yaitu Ahsa, Qatif dan Awal.
Sekarang Ahsa dan Qatif menjadi bagian dari propinsi timur Arab Saudi dan Awal
menjadi yang sekarang dikenal sebagai kepulauan Bahrain. Jadi dahulu Bahrain
itu bersebelahan dengan Najd. Selengkapnya tentang Bahrain dapat dibaca disini.
Gambar dicomot dari Mbah Gugel blog-nya salafytobat
http://jalansunnah.wordpress.com/2011/08/13/menuntaskan-fitnah-najd-sebagai-negeri-dua-tanduk-setan/
Menuntaskan Fitnah NAJD Sebagai Negeri
Dua Tanduk Setan
Posted on Agustus 13, 2011 | 1 Komentar
Posted on Agustus 13, 2011 | 1 Komentar
“….katakanlah Najd yang dimaksud adalah
Najd Hijaz dan diantara dua tanduk Syaitan tersebut adalah Syaikh Muhammad ibn
Abdul Wahhab -rahimahullah- dengan ‘Wahhabi’nya… maka konsekuensi logisnya
adalah ‘Wahhabi’ merupakan ‘Ajaran Syaitan’ dan pengikutnya adalah ‘Syaitan
Manusia’,
dan konsekuensi logisnya lagi adalah
‘Anti-Wahhabi’ meyakini bahwa Haramain (Makkah & Madinah) telah dikuasai oleh
‘Syaitan’.Apakah ini tidak bertentangan dengan sekian banyak dalil yang
menyatakanbahwa Syaitan tidak mampu memasuki Makkah dan Madinahyang merupakan
benteng terakhir Ummat Islam ?…..”
Dajjal tidak bisa masuk Mekkah dan
Madinah. Tapi pengikutnya bisa:
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia
berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada satu negeri yang tidak dimasuki Dajjal, kecuali Mekah dan Madinah, dan tidak ada satu jalan di Madinah, kecuali terdapat malaikat yang berbaris menjaganya. Maka Dajjal singgah di daerah rawa, kemudian Madinah bergoncang tiga kali goncangan, sehingga seluruh orang kafir dan munafik keluar dari sana menuju ke tempat Dajjal. (Shahih Muslim No.5236)
* * *
Sumber : http://syaikhulislaam.wordpress.com/2011/02/21/fitnah-dari-timur/
Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada satu negeri yang tidak dimasuki Dajjal, kecuali Mekah dan Madinah, dan tidak ada satu jalan di Madinah, kecuali terdapat malaikat yang berbaris menjaganya. Maka Dajjal singgah di daerah rawa, kemudian Madinah bergoncang tiga kali goncangan, sehingga seluruh orang kafir dan munafik keluar dari sana menuju ke tempat Dajjal. (Shahih Muslim No.5236)
* * *
Sumber : http://syaikhulislaam.wordpress.com/2011/02/21/fitnah-dari-timur/
VAN DER PLAS, SYEIKH AHMAD SYURKATI(PENDIRI AL-IRSYAD) DAN PERANAN
FREEMASONRY-SALAFI WAHABI DALAM DISTORSI SEJARAH MUHAMMADIYAH
Sejarah
tak pernah tunggal selalu menyimpan misterinya ada yang terungkap dan ada yang disembunyikan.
Menjadi tugas generasi yang tercerahkanlah untuk melakukan penelitian sejarah
lebih lengkap dan komprehensif agar kebenaran sejarah bicara apa adanya tanpa
distorsi-distorsi dan asumsi tetapi berdasarkan fakta yang sebenar-benarnya.
Namun tak banyak yg mengetahui bahwa
perubahan haluan Muhammadiyah dalam bermadzhab ini adalah akibat dari
konspirasi yg dilancarkan oleh fihak kolonial Hindia Belanda dari dalam tubuh
perkumpulan ini sendiri.
Posisi Muhammadiyah yang saat itu
berkembang menjadi perkumpulan Islam yang besar dan semakin tertarik ke pusat
pusaran politik seperti
halnya Syarekat Islam/SI cukup membuat khawatir gubernemen di Batavia. Posisi gubernemen sendiri cukup terjepit saat
itu menghadapi gelombang pergerakan politik etis serta tuntutan balas budi
kepada kaum pribumi dari kaum demokrat liberal di dalam negeri Belanda di satu
sisi.
Sedangkan di sisi lainnya mereka
direpotkan oleh kaum pergerakan nasionalIndonesia yang
semakin hari semakin radikal saja, terutama dari kalangan Islam dalam hal ini
SI yang saat itu juga terpengaruh oleh semangat Revolusi Bolsheviks di Russia.
Ditambah lagi dengan kedatangan 2 orang
pelarian politik dari sayap radikal kaum sosial demokrat negeri Belanda bernama
Sneevliet dan Baars yang dengan cepat membangun massanya di antara anggota SI
yg diperkenalkan kepada ajaran Marxisme oleh mereka.
Gubernemen di Batavia sangat khawatir
kalau Muhammadiyah yg sedang besar besarnya saat itu ikut menjadi radikal
seperti halnya SI mengingat mereka sama sama berhaluan
Islam moderat yg sangat terbuka akan pengaruh dari luar.
Pemerintah kolonial di Batavia tentunya
tidak memerlukan 2 lawan yg besar sekaligus. Berkali kali mereka mencoba untuk
melancarkan pembunuhan terhadap KH. Ahmad dahlan, namun selalu gagal karena
sang kiyai selalu dijaga ketat dan dikelilingi oleh jemaahnya. Oleh karena itu
maka Van der plas seorang orientalis dan disinyalir juga sebagai agen MI-6 yg
bekerja untuk gubernemen Hindia Belanda segera merancang sebuah plot untuk
“menjinakkan” Muhammadiyah dari dalam.
Tersebutlah seorang pemuda asal Aceh
bernama Muhammad Basya Dahlan, seorang yang dibina langsung oleh Van der plass
untuk menyusup ke dalam tubuh Muhammadiyah. Muhammad Basya Dahlan lalu dikirim
oleh Van der plas ke Saudi Arabia,
pusat gerakan Wahabi yang pemerintahannya disokong penuh oleh pemerintah
Inggris dan gerakan Zionis-Freemasonry dunia.
Disana dia mempelajari gerakan dan
Faham Wahabi yang intoleran, jumud, dan mudah mengkafirkan sesama Muslim yang
berbeda pandangan dengan mereka langsung dari para masyaikh-masyaikhnya di Najd
dan kembali ke Indonesia untuk meniti karier keorganisasian di perkumpulan
Muhammadiyah. Van der plas dengan sokongan penuh gubernemen menggelontorkan
uang jutaan gulden untuk mengantarkan Muhammad Basya ke posisi penting di dalam
strata kepengurusan Muhammadiyah.
Setelah berhasil mulailah dia melancarkan
aksinya menebar racun faham wahabi di tubuh perkumpulan tersebut dan mencetak
kader kader muda Muhammadiyah yg berfaham wahabi. Dan ketika posisi Muhammad
Basya Dahlan ini semakin kuat di dalam perkumpulan atas dukungan kader kader
muda maka KH. Ahmad dahlan sampai terpaksa harus menyingkir ke pelosok lereng
gunung merapi untuk menghindari kejaran dan bentrokan dengan kelompok Muhammad
Basya Dahlan serta pengikutnya yg berfahaman keras Wahabi. Kelompok kecil KH.
Ahmad dahlan yg menyingkir inilah yang kemudian disebut sebagai “Muhammadiyah
dalam”.
Akidah mereka masih sama dengan akidah
yg dianut oleh KH. Ahmad dahlan, begitupula dlm masalah fiqih masih menganut
madzhab Syafi’iyah sehingga amalan dan pemahamannya pun sama persis dengan
warga NU dan Islam tradisional pada umumnya. Sedangkan kelompok kaum muda yg di
kader oleh Muhammad Basya Dahlan disebut sebagai “Muhammadiyah luar”, kelompok
inilah yg mendominasi dan menyebar ke seluruh pelosok nusantara. Kelompok ini
cenderung keras dalam bersikap terhadap kaum tradisionalis pesantren serta
kiyai kiyai Jawa, bahkan cenderung memusuhi KH. Hasyim Asy’ari dan NU serta
kaum tradisionalis pada umumnya. Sikap mereka khas orang yg berfaham Wahabi,
dengan mengkampanyekan anti TBC (*Tahayul, Bid’ah dan Churofat), tabdi’, bahkan
dalam beberapa kasus tak segan segan melancarkan takfir.
Mereka memusuhi dengan keras amalan
amalan warisan KH. Sholeh darat yg diamalkan oleh kaum Muhammadiyah dalam dan
NU seperti sholawat burdah, tahlil dan kitab kitab karangan beliau yg
menerangkan ttg kaidah bermadzhab serta faham akidah Asy’ariyah-Maturidiyah.
Selain itu mereka juga memusuhi dan tidak mangakui para Ahlu Bait Zuriyah
Rasulullah saw dan menafikkan peran besar mereka sebagai pembawa Islam ke
Nusantara. Ajaibnya beberapa keturunan Kiyai Sholeh darat sendiri ada yang
mendukung pemahaman dan penyikapan kaum Muhammadiyah luar ini termasuk memusuhi
tradisi dan kitab kitab kakek buyut mereka sendiri.
Inilah yg menyebabkan timbulnya
ketegangan antara warga Muhammadiyah dan NU serta kaum tradisionalis lainnya di
masa lalu, tentunya kita pernah mendengar bahwa hanya karena masalah qunut atau
tidak qunut sajapun mereka sering kali nyaris baku hantam bukan? Sebuah
kenyataan yg sangat memilukan hati ini jika kita mengetahui bahwa kedua pendiri
ormas Islam ini dahulunya adalah teman satu kamar di pondokan pesantren Kiyai
Sholeh darat, sama sama pernah berguru pada masyaikh masyaikh aswaja syafi’iyah
yg sama di Mekkah dan merupakan sahabat karib yg saling menghormati dan
menyayangi sepanjang hidup keduanya.
Walau seiring dengan waktu dan
perkembangan zaman penyikapan Muhammadiyah luar ini semakin bijak dan melunak
namun ketegangan serta perbedaan antara kedua ormas yg mewakili golongan medern
dan tradisionalis ini seringkali masih muncul ke permukaan.
Dengan demikian berhasil lah Van der
plas dengan gilang gemilang memecah dan mengendalikan serta merubah haluan
Muhammadiyah dari dalam seperti halnya juga SI yg berhasil dipecah belahnya
menjadi SI merah dan SI putih.
Orientalis andalan gubernemen Belanda
disamping Snouck hurgronje yg juga agen MI-6 ini memang sangat piawai memecah
belah bangsa ini dari masa ke masa. Dan sebagai seorang orientalis tentunya dia
juga mendalami bahasa dan budaya pribumi, Arab bahkan keilmuan Islam. Uniknya Van
der Plas belajar Ilmu Tafsir dan Fiqih dari Syeikh Ahmad Syurkati, pendiri Al
Irsyad saat dia menjabat sebagai Ajun Advisor di sebuah kantor pemerintah
kolonial Belanda (* Kantoor voor Inlandsche Zaken) yaitu sebuah badan
gubernemen Hindia Belanda yg mengurusi urusan bahasa bahasa asing dan timur
jauh.
Di sinilah juga Syeikh Ahmad syurkati
bekerja sebagai penasihat Van der plas sekaligus sebagai guru dan sahabatnya.
Hal ini justru diungkapkan disebuah buku yg ditulis oleh anak dari asisten
pribadi serta murid Syeikh Ahmad syurkati sendiri yg bernama Hussein badjerei
putera dari Abdullah aqil badjerei. Hussein badjerei ini adalah penulis resmi
buku sejarah perkembangan Al Irsyad di Indonesia, jadi datanya pastilah valid
karena dia dapat langsung dari ayahnya dan orang dalam Al Irsyad sendiri.
Maka nyatalah sudah permainan spionase
serta konspirasi agen MI-6 yg merupakan badan intelijen Inggris dan alat dari
gerakan zionis-freemasonry/Illuminati yg dibantu oleh seorang tokoh gerakan
tajdid berfaham salafi sendiri, Syeikh Ahmad syurkati, entah dia sadar atau
tidak. Bukanlah rahasia lagi jika para pejabat tinggi Gubernemen kolonialis
Hindia belanda adalah para mason dengan derajat yg cukup tinggi.
Contohnya adalah Jenderal Van heutz,
mantan panglima perang pasukan Marsose yg meluluh lantakkan Aceh dan membunuhi
para syuhada pembela Islam di bumi serambi Mekkah tsb.
Setelah sukses menaklukkan para pejuang
Aceh atas bantuan riset Snouck hurgronje dia kemudian diangkat menjadi gubernur
jenderal Hindia Belanda sekaligus atasan langsung Van der plas. Tentunya sang
grand master tak akan membiarkan raksasa muda Muhammadiyah menjadi lebih besar
dan membahayakan kelangsungan kepentingan mereka bukan hanya di masa kolonial
namun juga di masa masa yg akan datang.
Dan sisi terkelam dari sebuah kisah
gerakan tajdid yg digaungkan oleh 3 orang agen freemasonry dari tanah para
Fir’aunpun ternyata menggelar konspirasinya juga di bumi Jawadwipa….
http://satuislam.wordpress.com/2013/12/11/peran-agen-zionis-wahabi-dalam-distorsi-sejarah-muhammadiyah/
kadal berbulu domba.
(Hahahahahaha, Kita sudah lakukan, Kita Berhasil membuat Kaum Muslimin saling Bunuh satu sama lainnya....Tidak peduli Sunni,Syi'ah,Wahabi, NU, Muhammadiyah, Kristen atau Islam, beragama atau Tidak beragama...yang penting bisa DIPECAH-BELAH...Hahahahhahahhahahha...KAMILAH Pemenangnya Sang Zionis Takfiri Pengadu Domba Ummat Manusia & Ummat Islam...hahahahhahhahahha ) http://buletinmajelispecintarasul.blogspot.com/2014/01/menimbang-sunisyiah-dalam-bingkai.html