Home , , , , , , , , , , , , , , , , � Kenapa Mesir, Setelah Suriah? Dan SUKSES ZIONIS mengadu domba ISLAM...!!!!!..."Mengagumi bangsa lain bukan berarti tidak mencintai bangsa sendiri" Mari belajar dari Republik Islam Iran (kemajuan Republik Islam Iran setelah diembargo Amerika) Berhenti saja ngomongin Syiah! Tebarkan CINTA & PERSAUDARAAN sesama ummat ISLAM sesama ummat Manusia... Bung Karno Orang Sipil, Tapi Paham Bagaimana Visi Besar Dijalankan

Kenapa Mesir, Setelah Suriah? Dan SUKSES ZIONIS mengadu domba ISLAM...!!!!!..."Mengagumi bangsa lain bukan berarti tidak mencintai bangsa sendiri" Mari belajar dari Republik Islam Iran (kemajuan Republik Islam Iran setelah diembargo Amerika) Berhenti saja ngomongin Syiah! Tebarkan CINTA & PERSAUDARAAN sesama ummat ISLAM sesama ummat Manusia... Bung Karno Orang Sipil, Tapi Paham Bagaimana Visi Besar Dijalankan




"Mengagumi bangsa lain bukan berarti tidak mencintai bangsa sendiri"

Mari belajar dari Republik Islam Iran (kemajuan Republik Islam Iran setelah diembargo Amerika)
Berhenti saja ngomongin Syiah!
Bung Karno Orang Sipil, Tapi Paham Bagaimana Visi Besar Dijalankan


Strategi Iran berbeda dengan Korea Utara dan Kuba-- sebagai salah satu matarantai "Axis of Evil" dalam sebutan Paman Sam.

Korea Utama mengisolasi rakyatnya sambil memperkuat basis militer, khususnya teknologi nuklir dan rudal antar benua.

Inipun dipakai 'bargaining' tarik ulur mendapatkan bantuan logistik dari luar negeri, sekaligus alat gertak negara tetangga.
Ilmuwannya bermadzhab Russia atau Tiongkok.

Kuba dibawah Fidel Castro memilih meningkatkan sumberdaya manusia, khususnya dalam melahirkan"dokter rakyat", yang bisa diperbantukan di negara tetangga. Program model puskesmas di pelosok juga digalakkan. Ilmuwan dan dokternya lulusan Eropa. Teknisi militernya belajar ke Russia. Meski jaraknya 'selemparan batu' dari AS, Kuba relatif stabil dan mandiri.

Jaringan sesama negara "Kiri" bersama Venezuela, Argentina, Brasil, Uruguay, Cile, Nikaragua,Bolivia, dan Ekuador, di Amerika Selatan juga terjaga.

Bagaimana dengan Iran? Berhenti saja ngomongin Syiah! Sekarang kita ngaji geopolitik sejenak!
Iran ini persis Jerman yang dikerdilkan Sekutu melalui Traktat Versailles pasca Perang Dunia II.

Traktat yang membonsai angkatan perang Jerman di laut, udara, dan darat. Toh, pemimpin Jerman, khususnya sejak dipegang Hitler, diam-diam membangun kekuatan militer. Perwira yang disekolahkan di luar negeri diminta pulang, begitu pula para ilmuwan, teknisi danteknolog. Hasilnya: dengan cepat Jerman bangkit melahirkan alutsista paling yahud di zamannya: Pesawat pemburu Messerschmit Me-109 di udara, tank PanzerKampfwagen (PzKpfw) V Tiger di darat, dan yang paling legendaris armada kapal selam U-Boat yang sempat bikin Winston Churchill frustrasi! Hasilnya bisa dilihat dalam PD II, baik di front Eropa maupun koloni Afrika, dimana Jerman sempat menjadijagoan tunggal sebelum dikeroyok Sukutu ramai-ramai.

Nah, Iran juga nggak jauh beda. Pasca revolusi dan perang Iran-Irak kemudian dijepit embargo, di era Rafsanjani, Khatami, dan Ahmadinejad, upgrade alutsista dan alih teknologi militer berjalan stabil dan terus meningkat.

Khususnya pada pengembangan rudal jelajah, kapal selam, kapal rudal cepat, pesawat nirawak hingga drone! Di antara kuncinya: mau memanfaatkan talenta dan sumberdaya manusianya sekaligus pasokan teknologi dari Pakistan, Russia dan Korea Utara.
Ini negara tertutup tapi terbuka.

Dikatakan tertutup karena AS dan sekutunya tetap mengembargo Iran, dibilang terbuka karena memberi ruang kerjasama dengan negara non-Sekutu AS. Lebih terbuka lagi manakala melihat bahwa Presiden Iran yang baru, Hassan Rohani, dan wakilnya yang anggun dan cerdas, Elham Aminzadeh, sama-sama alumni Universitas Glasgow, Skotlandia.

Rohani, yang menyertai Khomaini di pengasingan di Perancis itu, bahkan seorang poliglot yang pernah menjadi juru runding nuklir.
Mekanisme memanfaatkan alumni Barat untuk melawan Barat juga dipakai Jepang beberapa saat setelah era Restorasi Meiji.

Faktanya, Jepang menghancurkan armada laut Rusia pada 1905. Beberapa tahun berikutnya, anak-anak cerdas dari Jepang dikirim "kulakan ilmu" di Barat. Proses Amati, Tiru, Modifikasi (ATM) ini yang dipakai Jepang membangun teknologi dan armada militernya. Faktanya, beberapa perwira militer Jepang yang terlibat dalam penyerbuan di Pearl Harbor adalah alumni Barat. Bahkan, Laksamana Isoroku Yamamoto, panglima tertinggi militer Jepang, adalah lulusan Amerika!

Di Indonesia, Bung Karno sebenarnya melakukan langkah serupa. Era 1960-an Indonesia merupakan salah satu kekuatan militer yang disegani di Asia Pasifik. Beberapa perwira disekolahkan ke AS, Australia dan Uni Sovyet. Pulang diminta mengabdi.
Bung Karno orang sipil, tapi paham bagaimana visi besar dijalankan.

Bung Karno orang teknik, insinyur, tapi paham jika bangsa Indonesia anakcucu pelaut jempolan. Untuk itu, Bung Karno bangga menyebut Indonesia sebagai bangsa maritim, sebagai pelanjut kebesaran armada laut Sriwijaya, Singhasari, Majapahit, dan Demak! Makanya, Bung Karno memanjakan angkatan laut dengan kapal selam tercanggih di eranya, dengan beberapa skuadron pesawat Hercules, Antonov, MiG, dan tank yang juga upgrade di era itu.
Kekuatan militer Indonesia justru amburadul saat dipimpin militer, Jenderal Soeharto. Di buku sekolah, ditanamkan jika bangsa kita adalah bangsa agraris, bukan maritim. Hilanglah kecintaan kita terhadap samudera yang kekayaannya justru dikeruk bangsa asing.

Sebagai bangsa agraris, pertanian Indonesia justru porakporanda akibat revolusi hijau yang dicangkokkanBarat. Benih padi unggulan yang diwariskan turun temurun mulai punah, sistem tanam padi melalui local wisdom tak lagi diingat, pupuk organik yang aman malah diganti pupuk kimia (yang diwajibkan oleh pemerintah melalui KUD). Efeknya, meskipun mencapai swasembada pangan tahun 1985 dan Pak Harto mendapatkan penghargaan dari FAO, tapi kondisi tanah teracuni dan mengakibatkan serbuan hama tiada henti. Belum lagi adanya kartel gabah danmafia impor beras yang membuat banyak petani meraung sedih.

Kekuatan militer semakin lemah karena sejak awal Orde Baru ada Dwifungsi ABRI (hal ini yang sejatinya ditentang Jenderal Soedirman akhir 1940-an saat melihat campur tangan sipil di militer, begitu pula sebaliknya, sungguhpun saat itu belum ada istilah Dwifungsi yang dicetuskan Jenderal AH Nasution pasca G-30s/PKI).

Di era Pak Harto pula terjadi intrik di tubuh militer antara jenderal tempur dan jenderal salon (hanya duduk manis di balik meja), antara kubu jenderal merah putih dengan jenderal hijau di era 1990-an, dan kecemburuan AL dan AU terhadap AD. Maklum, Pak Harto orang AD. Di internal AD juga ada kecemburuan terhadap Kodam Brawijaya dan Kodam Diponegoro.

Kodam Brawijaya dianakemaskan karena membantu Pak Harto menyingkirkan PKI, Kodam Diponegoro istimewa karena Pak Harto lama berkarier di sini. Lazimnya, Pangab/Panglima ABRI di zaman itu diambil dari kodam ini, jarang yang dari Siliwangi, Cenderawasih, atau Bukit Barisan. Lagipula, Kostrad lebih dielus-elus karena Pak Harto juga mantan Pangkostrad!

Di era Gus Dur, dimulailah pemisahan TNI/Polri. TNI bagian pertahanan, Polri di bagian keamaanan. Gus Dur orang sipil yang ingin mengembalikan TNI ke barak. Selain itu di zaman GD mulai ada rotasi Panglima TNI secara bergilir dari tiga angkatan.

GD juga membentuk kementerian kelautan setelah membubarkan Kementerian Penerangan. Menteri kelautan ini menjadi salah satu aspek perhatian GD agar kita, bangsa Indonesia mencintai samudera, sebagaimana Nuswantara zaman lampau.

Aaaah, kejayaan bangsa ini di era lampau dan ketidakberdayaan kita di dalam berbagai bidang, saat ini, sedikit mengingatkan kita pada tangis pilu Pramoedya Ananta Toer dalam novel karyanya: "Arus Balik!"


Digahayu Indonesia Kita!
Penulis : Rijal Mumazziq Z, Direktur Penerbit Imtiyaz Surabaya


--------------------
"Mengagumi bangsa lain bukan berarti tidak mencintai bangsa sendiri"

Mari saling membantu menyebarkan kebaikan dan informasi yang bermanfaat.

Beri tanda suka pada halaman ini Mari belajar dari Iran (kemajuan Iran setelah diembargo Amerika)
Bung Karno Orang Sipil, Tapi Paham Bagaimana Visi Besar Dijalankan

"Apabila kamu melihat seseorang mempertahankan kebenaran melalui caci maki dan cercaan, KETAHUILAH, hati dan niatnya adalah RUSAK DAN CACAT, karena kebenaran dari hati yang ikhlas itu TIDAK memerlukan cara seperti itu"
[Imam Malik Bin Anas] on Facebook Buletin Majelis Pecinta Rasul 2013

KETIKA GERAM SAMPAI DI UBUN-UBUN


geram, itu saja yang ada di benak saya setiap kali menerima kabar tentang mesir. tidak ada respon saya kecuali doa atau diam. saya tidak ingin mengulang apa yang tengah terjadi disana, tetapi saya ingin sekedar menyampaikan kalimat ini;

saudaraku disana, sungguh satu kabar saja darimu, entah itu tentang cerita kepiluanmu atau kepahlawananmu, semua itu adalah cermin betapa hinanya aku.perjuangan kalian menegakkan panji Islam di bumi para Nabi sudah menjadi legenda bagiku. dan ternyata tak henti-henti kau persembahkan pahlawan demi pahlawan untuk kami teladani. malu, betul-betul malu, karena sementara itu aku, kami, disini yang mencoba menapaki dan mencontohi jalan perjuanganmu, melakukannya dengan mulut yang penuh dengan kunyahan, perut yang kenyang tak lagi memiliki ruang, waktu yang selalu ditunda-tunda untuk kebaikan, dan sekarung alasan untuk membenarkan pengabaian amanah demi amanah.

duhai saudaraku, kami juga ingin kemuliaan yang engkau dapatkan dan rasakan. kami juga ingin menorehkan sejarah kehormatan. tapi mungkin ini juga pengumuman bagi kami dari Tuhan, bahwa yang kami lakukan belumlah cukup untuk menarik kasih sayang Tuhan. kami belum cukup mulia untuk mendapatkan apa yang kalian dapatkan.

nah kalau begitu, jika kami tidak bisa menjadi kalian. mungkin jalan yang terbaik adalah menyatu dan melebur saja dengan kalian, kalian adalah kami dan kami adalah kalian, perjuanganmu adalah perjuangan kami, hak kalian adalah kewajiban kami, DARAH KALIAN ADALAH DARAH KAMI!!!

Tuhan Yang Maha Berkehendak, pemilik dan penentu takdir dari semua peristiwa dan kejadian, Kau hanya berikan dua jalan kemuliaan bagi semua hamba-Mu yang mewakafkan dirinya sebagai pejuang, yaitu mati syahid atau hidup mulia. kami faham betul bahwa syahid itu sebuah kehormatan bagi manusia bagi saudara kami di mesir, tetapi aku mohon jangan kau larutkan kami pada musibah tanpa berkesudahan yang dapat mematikan semangat untuk memperoleh kehormatan hidup mulia.

Tuhanku Yang Agung nan Perkasa berikan kami kekuatan untuk terus berjuang dan bersabar dengan semua ujian-ujian perjuangan. Tuhanku Yang Maha Pemurah dan Penyayang, berikan aku, kami kesempatan untuk membuktikan kepada-Mu bahwa kami juga layak mendapatkan kehormatan seperti yang saudara kami dapatkan di mesir.




ALLAHU AKBAR!!!(http://abiaqsa.blogspot.com/2013/08/ketika-geram-sampai-di-ubun-ubun.html)
 
 5 Propaganda Jahat Atas Syria / Suriah
Oleh: Cahyono Adi
Masih ingat kasus Nariyah? Itu adalah seorang wanita yang mengaku sebagai perawat Kuwait yang bersaksi bahwa tentara Irak melempar keluar 312 bayi dari inkubatornya hingga tewas setelah pasukan Irak menginvasi Kuwait tahun 1991.
Media massa Amerika menayangkan kesaksian tersebut selama berbulan-bulan, mengakibatkan publik Amerika marah kepada pemerintahan Saddam Hussein di Irak dan merestui tentara Amerika melakukan serangan terhadap Irak hingga berkobar Perang Teluk I yang menewaskan puluhan ribu warga Irak.
Namun kemudian terbongkar kebenaran bahwa Nariyah adalah seorang perawat palsu. Ia tidak pernah berada di Kuwait saat terjadi serangan Irak. Ia bukan perawat dan ia adalah putri dari dubes Kuwait di Amerika, Saud bin Nasir Al-Sabah. Saat kebenaran itu terkuak, kehancuran telah terjadi di Irak. Dan kini propaganda palsu yang sama tengah dilancarkan Amerika dan sekutu-sekutunya atas Syria.

Pertama kasus anak-anak Daraa. Pada awal terjadinya kerusuhan di Syria bulan Maret 2011, media massa barat dan “underbow”-nya di berbagai belahan bumi termasuk di Indonesia, gencar memberitakan kisah tentang beberapa pelajar dari kota Daraa yang menulis di tembok bangunan tulisan yang berbunyi “Rakyat menginginkan pemerintahan jatuh”. Akibat tulisan tersebut mereka ditangkap oleh aparat keamanan dan disiksa dengan berbagai cara, termasuk dengan mencabut kuku-kuku mereka. Setelah dua tahun, tidak pernah diketahui di mana anak-anak itu sekarang, termasuk wajah dan identitas mereka, termasuk tidak diketahui siapa yang pertama kali menuliskan cerita ini. Anak-anak itu bagaikan cerita hantu.

Kedua kasus kematian Hamza Alkhatib, seorang remaja yang tewas dimutilasi di Daraa pada awal kerusuhan. Cerita yang beredar adalah bahwa ketika mulai terjadi kerusuhan, tentara membunuhnya dan menyembunyikan mayatnya selama beberapa hari. Kemudian mereka menyerahkan mayat yang telah termutilasi ini kepada keluarganya sehingga menimbulkan kemarahan warga yang berakibat kerusuhan yang semakin meluas. Cerita ini tentu saja sangat tidak rasional. Kalau tentara benar-benar membunuhnya, mengapa mereka harus memutilasinya dan menyembunyikan mayatnya selama beberapa hari dan kemudian menyerahkan kepada keluarganya saat kondisi tengah rusuh? Cerita tersebut juga tidak sejalan dengan fakta bahwa orang tua Hamza telah bertemu dengan Presiden Bashar al Assad dan kemudian berkata, “Saya tidak akan mengijinkan siapapun memanfaatkan kematian anak saya. Saya tidak percaya tentara telah membunuhnya, dan Presiden telah menjanjikan penyidikan atas kasus ini.”

Ketiga kasus kematian bayi dalam inkubator di Hama. Ceritanya berbeda sedikit saja dengan kasus Nariyah, yaitu tentara Syria memasuki rumah sakit kemudian mematikan lampu penghangat inkubator sehingga menewaskan bayi-bayi di dalamnya. Cerita ini beredar seiring beredarnya sebuah foto di dunia maya yang ternyata diambil dari Alexandria, Mesir. Tidak ada seorang saksi pun yang membenarkan kebenaran foto tersebut dan tidak ada satu keluarga pun di Syria yang mengakui bayinya meninggal di dalam inkubator. Setidaknya dalam kasus Nariyah terdapat seorang saksi, meski kemudian terbukti sebagai saksi palsu, yaitu Nariyah si putri duta besar.

Keempat adalah kasus blogger lesbian bernama Amina Arraf. Cerita yang beredar adalah seorang blogger lesbian Syria bernama Amina Arraff ditangkap polisi Syria karena memposting tulisan-tulisan anti pemerintah. Ia disiksa dalam penjara dan ceritanya beredar di Facebook hingga menarik pengikut lebih dari 220 ribu orang “facebooker” di seluruh dunia. Cerita tersebut bahkan mendapat tempat di media-media mapan seperti BBC, CNN, The Guardians,FOX dan lain-lain. Namun ternyata cerita tersebut hanya ilusi seorang laki-laki Amerika yang bosan dengan hidupnya dan berusaha mendapatkan kesenangan instan melalui media sosial.

Kelima adalah pembantaian Zainab Al-Hosni, seorang wanita dari kota Homs. Cerita yang beredar bersama video yang diunggah di YouTube adalah mayat Zainab yang ditemukan dengan tubuhnya yang telah dimutilasi. Pengambil gambar video terdengar meneriakkan kata-kata sumpah serapah kepada satu golongan etnis tertentu yang dianggapnya sebagai pembantai Zainab. Namun kemudian terungkap bahwa Zainab masih hidup. Dengan KTP yang sama dengan identitas Zainab Al-Hosni yang dinyatakan sebagai korban pembantaian, Zainab asli mengaku dalam wawancara dengan televisi Syria bahwa dirinya telah lari dari keluarganya karena alasan pribadi. Hingga saat ini tidak diketahui identitas sebenarnya dari mayat termutilasi yang beredar diYouTube serta orang yang mengambil gambar dan meng-up-load-nya keYouTube.
REF:
“Syria: Top Five Propoganda Stories”; thetruthseeker.co.uk; 6 April 2013
Catatan: kisah Hamza Al Khatib pernah dijadikan ‘dalil’ dalam tulisan jmantan Pimred Republika, Ikhwanul Kiram Mashuri, dan membuatnya mengambil simpulan bahwa musuh umat Islam bukan hanya Zionis, tetapi juga Assad. Tulisan saya yang membantah analisis Ikhwanul bisa dibaca di sini.


Source: Banjarku Umai Bungasnya: Zionis Israel, Zionis Amerika cs Tidak Peduli Suni-Syiah, ISLAM harus "DIBERANTAS"...!!!!!! Maka Bersatulah Wahai Ummat ISLAM Dunia..!!!!! http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2013/04/zionis-israel-zionis-amerika-cs-tidak.html#ixzz2cXGTdFBv
 
TABAYUN CEK dan RICEK dan JANGAN MENGHAKIMI....SALAM CINTA DAN PERSAUDARAAN sesama ummat Islam Sesama Ummat Manusia ................IYAKAH jAR.....^_^...
Saat ini banyak fitnah dan berita bohong berseliweran. Tak jarang berita yang saya kira benar dan juga sebarkan, ternyata belakangan saya ketahui palsu. Padahal Dusta itu ciri munafik. Dan jika kita menyebar dusta juga, khawatirnya kita ikut berdosa.
Oleh sebab itu ada baiknya kita mengkaji ajaran Islam bagaimana kita bisa mendapat berita yang benar sehingga tidak sampai menzalimi satu kaum.
1. Tabayyun ke Pihak yang Dituduh/Difitnah

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. ” [Al Hujuraat 6]

2. Cover Both Sides of a Story

Tanyakan informasi dari kedua-belah pihak. Seandainya ada pihak A bilang si B kafir, kita jangan percaya begitu saja. Tabayyun ke B apa dia benar kafir. Dengan menerima informasi dari 2 pihak yang bertikai, baru kita bisa menimbang dengan adil siapa yang benar.

Bila dua orang yang bersengketa menghadap kamu, janganlah kamu berbicara sampai kamu mendengarkan seluruh keterangan dari orang kedua sebagaimana kamu mendengarkan keterangan dari orang pertama. (HR. Ahmad)

Jangan cuma menerima informasi dari 1 sisi saja misalnya dari kelompok kita saja, sementara dari kelompok lain kita anggap tidak benar, munafik musuh Islam, dsb. Ini sudah bertentangan dengan hadits Nabi di atas dan sudah ‘Ashobiyyah / Fanatisme Golongan.

Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).

“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]

Kalau sudah Ashobiyyah seperti itu, mereka menganggap pemimpinnya seperti Tuhan yang tidak pernah salah. Bahkan mematuhi perintah pemimpinnya meski bertentangan dengan perintah Allah dan RasulNya.

Tak jarang para Ulama seperti Ulama Al Azhar pun mereka anggap kafir / musuh Islam.
3. Bersikap Adil

Tak jarang karena kita benci pada satu kaum, akhirnya kita mencap kaum tsb pasti pendusta, pasti jahat, dsb. Padahal kita tetap harus adil meski kita benci mereka. Ingat, di setiap kelompok biasanya ada yang jahat dan ada pula yang baik.

Harusnya kita tetap adil meski thd kaum yg kita benci:

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Maa-idah:8]

Kita tidak boleh emosi:

Janganlah hendaknya seorang hakim mengadili antara dua orang dalam keadaan marah. (HR. Muslim)

4. Dapatkan Berita dari Sebanyak Mungkin Sumber

Boleh dibilang tak ada Media yang netral 100%. Umumnya mereka membawa kepentingan kelompok mereka. Oleh karena itu kita harus mendapat berita dari berbagai sumber. Harus dari berbagai pihak. Sebab meski ada 10 media, tapi kalau masih dari 1 kelompok, sama juga bohong.

Jika ada Media yang sering melontarkan Fitnah/Dusta, lebih baik diblack-list saja. Cari alternatif lain yang lebih dipercaya.

Semakin banyak sumber, satu Hadits makin dipercaya karena dianggap Mutawattir. Apalagi kalau isinya sahih. Berita pun demikian. Berita Mutawattir lebih kuat daripada Berita Ahad.

Iqro! Bacalah

Jangan menutup mata kita dari Media hanya karena pimpinan kita mencuci-otak kita…

Itulah cara mendapat berita yang benar.

Jika 1 berita hanya memuat informasi dari 1 pihak saja, sementara pihak yang dituduh melakukan kejahatan sama sekali tidak diwawancarai, apalagi ternyata beritanya meski ada di beberapa Media (apalagi Media Online Abal2) cuma di jaringan kelompok/aliran yang sama dan tidak ditemukan di Media Massa Nasional dan Internasional, meski Media tsb memakai label “Islam”, kemungkinan besar isinya cuma fitnah. Apalagi jika menyangkut politik yang berkaitan dengan kepentingan kelompoknya. Jadi harus hati-hati.....http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2013/08/risalah-amman-islam-itu-indah-fitnah.html#axzz2cODTgkvG

Kenapa Mesir, Setelah Suriah? Dan SUKSES ZIONIS mengadu domba ISLAM...!!!!!
Salam Cinta Dan Persaudaraan sesama ummat manusia dan sesama ummat Islam....AGEN KEBENCIAN / AGEN TAKFIRI / AGEN PEngadu domba ISLAM dan Manusia selalu HAUS DARAH kalian untuk bisa bertengkar sesama ummat manusia dan sesama ummat ISlam...so Waspadalah...waspadalah.....Zionis mulai ada disemua lini aktivitas manusia.....^_^...(y)....
Kenapa Mesir, Setelah Suriah?
--------------------------------------
1. Perang Arab Israel I, II, III pemain utamanya adalah Mesir dan Suriah. Saat itu negara-negara Arab masih kompak dan menjadikan Israel musuh bersama.

2. Kekuatan Militer Mesir no 1 di Arab, sedangkan Suriah no 2

3. Pemimpin Suriah anti Israel, jikalau misalnya pemimpin Mesir juga anti Israel, apakah kemungkinan sejarah yang berulang akan terjadi? Tentu saja !
Suriah + Mesir bersatu menggebuk Israel jadi perkedel, apalagi jika dibarengi dengan Hizbullah, Hamas, Jihad Islam dan muqawwama lainnya, maka waktu Israel tidak akan lama lagi. [Ini hanya berandai-andai]

4. Menyadari bahayanya jika Suriah - Mesir bersatu, maka dikacaukanlah negara itu dengan perang saudara yang berkepanjangan dan melemahkan negara di semua lini. Ide menyerang Zionis Israel akhirnya tidak menjadi prioritas utama untuk di eksekusi, melainkan memberantas pemberontak yang masih saudara seiman. Sedangkan pagi pemberontak, bukan menyerang Israel yang terpenting, melainkan menggulingkan pemimpin thagut, pemerintah bid'ah, pemerintah kafir dan lain sebagainya.

Suriah, Mesir, adalah perwujudan dari kesuksesan zionist mengadu domba umat Islam, tentu merekalah pemenangnya. Sekaligus pembuktian bahwa Israel terlalu pengecut untuk bertanding secara jantan dan memilih tipudaya, dan sungguh kasihan pada mereka yang terpedaya.

Ah zaman ini hitam dan putih, siang dan malam begitu terang benderang. Mengapa masih banyak yang tidak mampu membedakannya? by Aisya Fadiya facebooker
 
TIPU TIPU ala YOUTUBE di MESIR..!!!!!
Tanpa mengurangi hormat saya kepada korban yang benar-benar tewas dan dianiaya, tapi kita harus menyadari juga bahwa saat ini di ada pihak--baik di Mesir dan di luar negeri--yang ingin membuat kesan bahwa di Mesir sedang terjadi pembantaian manusia dalam skala horor dan mereka menggunakan media sebagai jalan untuk mempromosikannya ...

Namun, konon sebagian rakyat mesir dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang disebut-sebut sebagai korban kekerasan ini sebagian besarnya ternyata adalah "artis hollywood" ... silahkan saksikan video ini ...

https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=WeMXe6MB0gE

INDONESIA adalah merupakan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan NEGARA HUKUM...yang menampung orang berkeyakinan apapun ...selama dia PATUH pada peraturan UUD 45 dan PANCASILA dan mau BERBHINEKA TUNGGAL IKA..maka orang tersebut didepan HUKUM adalah sama tinggi sama rendah....Kami adalah warga BANUA BAnjar dan rata-rata kami adalah mempunyai titisan darah SUKU DAYAK...tetapi ketika ada perseteruan yang MENGADU DOMBA suku MADURA dan SUKU DAYAK di SAMPIT...kami warga Banua Banjar tetap mau menampung warga Suku Madura yang MENGUNGSI ketika ke Banua Banjar dan menganggap mereka adalah tetap sebagai SAUDARA...dan Kami warga Banua Banjar meyakini bahwa ADA PIHAK KETIGA atau AGEN KEBENCIAN / AGEN TAKFIRI yang suka mengadu domba dan mengganggap orang Lain KAFIR, SESAT dan BID'AH dan Menganggap hanya Mereka dan GOLONGANNYA saja yang paling BENAR...Jadi Kami berharap agar Warga ISLAM SYIAH 12 IMam / Pengikut Tajul MULK untuk segera bisa kembali kekampung halamannya dan menyeret pelaku-pelaku MAKAR ADU DOMBA ini untuk diseret ke meja hijau sesuai perundangan yang berlaku....Salam CINTA dan PERSAUDARAAN sesama ummat ISLAM dan sesama UMMAT Manusia....
 Kekerasan Akan Selalu Kalah
Said Aqil Siradj ; Ketua Umum PBNU
KOMPAS, 19 Agustus 2013.


Bulan Ramadhan yang baru kita lalui telah menempa kedirian kita dalam meraih pencerahan spiritual.
Apabila kita membaca sejarah, di bulan Ramadhan, banyak ulama yang mendapatkan pengalaman pencerahan (futuhat). Ibnu Arabi meraih makrifat di bulan Ramadhan. Al-Ghazali melakukan penyepian (khalwat) selama tiga bulan: Rajab, Syakban, dan puncaknya Ramadhan. Sayangnya, Ramadhan tahun ini ”ternoda” tindakan kekerasan membabi buta. Kita saksikan peledakan bom di Wihara Ekayana, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Aksi penembakan sadis terhadap anggota polisi terjadi sebanyak dua kali di Jakarta. Juga, kasus penembakan pegawai LP Wirogunan, Yogyakarta.

Berbagai sinyalemen bermunculan tentang motif di balik tindak kekerasan itu, mulai dari motif pribadi, motif bernuansa politik, balas dendam, hingga tindakan terencana kelompok teroris. Kita perlu menyadari di negeri kita hingga kini masih bercokol kelompok teroris yang setiap saat melakukan aksinya. Mereka masih bergentayangan membuat ketakutan publik. Dari banyak aksi teroris yang terjadi belakangan ini terlihat sasaran diarahkan ke aparat kepolisian.

Sejarah kekerasan


Tujuan aksi teror memang menciptakan ketakutan publik dan kecemasan yang meluas. Karena itu, masyarakat tak perlu tercekat oleh ketakutan berlebihan. Jika masyarakat menjadi takut, itu berarti tujuan teror berhasil. Terorisme sudah berusia renta. Berabad-abad dunia tak pernah sepi dari aksi yang dilakukan kelompok radikal-ekstrem. Motivasi yang melandasinya campur aduk: politik, sosial, hingga keagamaan.

Keresahan sekelompok orang yang semakin menggumpal kemudian meledak dan terjadilah aksi brutal.
Maka, banyak yang memandang, ada satu hal yang bisa dimanunggalkan sebagai motif terorisme, yaitu ketidakadilan. Ini dapat diungkap dari sejarah kata teror sendiri. Kata teror faktanya baru masuk dalam kosakata politik pada masa revolusi Perancis. Selanjutnya, di abad ke-19 hingga abad ke-20, istilah terorisme menjadi taktik perjuangan revolusi. Dari sinilah, banyak yang memahami pada awalnya terorisme lahir akibat kekisruhan politik yang konotasinya tak lepas dari hilangnya keadilan.

Namun, bukankah ketidakadilan itu akan selalu muncul dalam setiap peradaban yang terbangun? Atau bisakah dunia ini adil, sekalipun dengan berlakunya hukum ”langit”? Ini sebuah kepenasaran filosofis. Secara awam, sering kali muncul celotehan, di dunia ini tak akan ada keadilan. Sepertinya inilah utopia yang terus-menerus digemakan atau bahkan sengaja dijadikan sebagai ”asupan demagogi” agar massa menjadi ”tenang” atau ”berkobar” dalam menanti datangnya keadilan yang diimpikan.

Apakah bangkitnya terorisme semata-mata akibat adanya ketidakadilan? Inilah yang perlu dipertanyakan ulang. Memang ada dorongan ketidakadilan yang berakibat pada tindakan teror. Sayyid Quthub, yang dikenal sebagai tokoh penggerak radikalisme di Mesir, dulunya seorang yang flamboyan dan pernah kuliah di Amerika. Setelah kekalahan perang bangsa Arab dari Israel, tiba-tiba bergolak pikirannya dan ia kemudian memilih jalan radikal. Sikap radikalisme Quthub ini makin kalap dengan pencarian legitimasi dari penafsiran literalismenya terhadap teks-teks Al Quran. Ayat-ayat Al Quran dijadikan sebagai hujjahuntuk membenarkan pemikiran dan tindakan radikalnya. Hingga, oleh banyak ulama Mesir seperti Dr Ali Syu’aibi, Quthub dianggap sebagai biang pengafiran, pertumpahan darah, dan terorisme.

Di sini terpampang bahwa tindakan terorisme sangat berdekatan dengan pemahaman terhadap teks-teks keagamaan. Artinya, tindakan terorisme tak selalu identik dengan adanya ketidakadilan. Dalam sejarah Islam, munculnya aliran-aliran (firqah) selalu berkait keragaman dalam menafsir sumber-sumber primer dalam Islam, yaitu Al Quran dan Hadis. Kekalapan dalam menafsir teks keislaman berakibat pada sikap radikal. Misalnya, munculnya kelompok Khawarij yang dipandang sebagai awal kemunculan radikalisme Islam, juga akibat dari penafsiran yang terlalu kaku terhadap teks keislaman.

Penafsiran yang sedemikian literalis-puritan ini berujung pada tindakan pembunuhan terhadap Ali bin Abi Thalib. Mereka menganggap Ali telah salah dalam mengambil keputusan untuk berdamai dengan Muawiyah. Keputusan Ali divonis tak berdasar pada Al Quran. Bagi mereka, la hukma illa lillah, tidak ada hukum kecuali dari Allah. Model penafsiran inilah yang mendorong mereka melakukan tindakan sadis dengan membunuh Ali. Pelaku terorisme bisa dipastikan puritan dalam derajat yang sangat radikal, meski tak berarti puritan pasti teroris. Sosok Quthub dapat diposisikan sebagai sosok puritan radikal. Sejarah kemudian mencatat, kemunculan Wahabi makin mendekatkan paham puritan sebagai ”benih” radikalisme dan terorisme.

Dr Ali Jumah, mufti Mesir menganggap Salafi Wahabi sebagai gerakan militan dan teror. Puritanisme selalu bersifat arogan dan menganggap dirinya paling benar sehingga mudah menyesatkan kelompok lain. Dan ini bisa menimbulkan efek radikal. Ali Jumah sendiri pernah berhadapan dengan tokoh Wahabi Mesir, yaitu Abu Ishaq al-Huwaini, yang sering mencaci maki dan menyesatkan dirinya.

Gagalnya kekerasan


Sejarah perkembangan Islam di Nusantara menunjukkan keberhasilan dakwah tergantung pada cara yang digunakan. Pendekatan konfrontatif yang mengedepankan kekerasan terbukti gagal dan justru membuahkan penolakan. Islam di Indonesia memang pernah disampaikan dengan cara keras, seperti yang dilakukan ulama Syekh Subakir. Dengan pasukan 400 orang, ia menyerang Ki Darmawangsa di Dhoho, Kediri, yakni pedepokan Hindu. Akibat penyerangan ini, Ki Darmawangsa terpaksa memanggil bantuan dari Prabu Airlangga. Syekh Subakir dan pengikutnya dapat ditumpas pasukan Airlangga.

Kurun berikutnya datang lima ulama, di antaranya Syekh Ibrahim as-Samarkandi dan Syekh Jumadil Kubra. Mereka mendekati para petani miskin dan mengajak bersama-sama menyerbu Majapahit. Usaha ini pun berakhir dengan kekalahan.
Ratusan tahun Islam datang ke Indonesia tak pernah maju. Islam bisa maju ternyata hanya perlu 50 tahun, yaitu di masa Wali Songo. Kejayaan ini diraih para wali karena kecerdikan dan kebijaksanaan mereka dalam hal strategi berdakwah. Melalui jalur kebudayaan dan jaringan perkawinan, Wali Songo sukses merebut hati penduduk pribumi secara masif hanya dalam kurun separuh abad. Ini bukti kita harus terus mengobarkan sikap dan tindakan kedamaian dan kesantunan demi melawan kekerasan. ........http://budisansblog.blogspot.com/2013/08/kekerasan-akan-selalu-kalah.html..................http://epaper.kompas.com/kompas/
 

Pro-Mursi Serukan Demo Akbar Besok

 
Para pendukung presiden terguling Mesir Muhammad Mursi menyerukan demonstrasi akbar pada hari Jumat.
 
FNA (22/8) melaporkan, para pendukung Muhammad Mursi menyatakan siap menggelar demonstrasi akbar Jumat besok untuk memperjuangkan hak Mursi sebagai presiden terpilih pertama secara demokratis di negara ini.
 
Muhammad Mursi tampil dari Partai Kebebasan dan Keadilan yang merupakan afiliasi kelompok Ikhwanul Muslimin, digulingkan dari jabatannya sebagai presiden oleh militer pada tanggal 3 Juli lalu dan saat ini dia ditahan di lokasi yang tidak diketahui.
 
Penggulingan Mursi memicu protes dan demonstrasi para pendukung Mursi dan Ikhwanul Muslimin, sampai akhirnya militer Mesir menumpas para demonstran secara brutal di dua titik utama demonstrasi pro-Mursi di Kairo yang menewakan ribuan orang.(IRIB Indonesia/MZ)
 

Jejak Israel di Balik Krisis Suriah dan Mesir

 
Rezim Zionis Israel terus menyulut konflik dan menebarkan fitnah dan konspirasi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Dukungan Israel terhadap teroris di Suriah bukan rahasia lagi. Puluhan teroris di Suriah yang terluka dalam bentrokan dengan militer negara Arab itu dengan mudah masuk ke Palestina pendudukan (Israel) untuk berobat di rumah sakit Israel. Dalam beberapa pekan terakhir tercatat 66 teroris yang berobat ke rumah sakit Israel. Baru-baru ini sejumlah teroris yang terluka juga dikirim ke Israel untuk mendapat perawatan medis.
 
Berobatnya teroris di Suriah ke Israel bukan satu-satunya bukti yang menunjukkan hubungan antara mereka dan rezim Zionis, namun masih banyak bukti lainnya yang menunjukkan hubungan erat antara kelompok-kelompok teroris di Suriah dan Israel. Militer Israel dalam operasinya selama ini telah sering menemukan senjata-senjata buatan Israel yang dipakai oleh militan.  
 
Sejak bulan Maret 2011, kelompok-kelompok bersenjata dan terorisdi Suriah dengan dukungan dari berbagai pihak asing termasuk Qatar, Arab Saudi, Israel, Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat, telah membuat kekacauan dan menebar kejahatan di berbagai wilayah di negara itu. Mereka membantai warga sipil dan pasukan keamanan, dan menyiapkan ruang untuk intervensi militer asing sebagai upaya untuk menggulingkan pemerintahan legal Presiden Suriah Bashar al-Assad. Hal itu dilakukan mengingat Suriah selama ini menjadi penghalang utama bagi kebijakan ekspansionis Israel.
 
Kini tidak hanya Suriah yang menjadi sasaran konspirasi Israel. Rezim Zionis saat ini tengah memfokuskan langkah-langkahnya di Mesir. Bersamaan dengan meningkatnya ketegangan di Negeri Piramida itu, rezim anak haram Barat tersebut juga menuntut Barat untuk mendukung militer Mesir.
 
Koran Zionis, Jerusalem Post mengutip seorang pejabat teras Tel Aviv menulis, pasca kerusuhan baru-baru ini di Mesir dan di wilayah Sinai, dukungan Israel dan Barat kepada militer Mesir menjadi sangat penting dan harus dilakukan. Pejabat tinggi Israel itu menambahkan, jika AS dan Uni Eropa tidak menghalangi militer Mesir untuk menggunakan fasilitas dan peralatan mereka serta tidak menekan militer negara Afrika Utara itu maka hal itu telah sangat membantu militer Mesir.
 
Pasca Presiden Mesir Muhammad Mursi digulingkan dalam kudeta militer pada tanggal 3 Juli, berbagai wilayah di negara itu dilanda kerusuhan, bahkan sejak awal pekan lalu hingga sekarang ribuan orang tewas dan terluka dalam bentrokan dengan aparat keamanan Mesir. Baru-baru ini 24 polisi Mesir juga tewas dalam serangan militan di Sinai.
 
Menurut media-media Zionis, Israel telah mengizinkan militer Mesir untuk menggunakan helikopter-helikopter Apache dan mengirim sebuahbatalyoninfanteribaru ke Semenanjung Sinai untuk menghadapi para militan di wilayah itu. Sebenarnya, Israel sangat khawatir dengan meningkatnya operasi anti-Zionis di Sinai dan pemberian izin tersebut sebagai salah satu bukti kekhawatiran itu dan sekaligus sebagai upaya untuk memberantas militan.
 
Rupanya Israel tidak sendiri dalam campur tangannya di Mesir. Sumber-sumber terpercaya di Bandara Internasional Kairo melaporkan tentang gerakan intervensi AS dalam urusan Mesir. Menurut sumber itu, pasukan AS yang terdiri dari 23 perwira yang dipimpin oleh Mayor Jenderal John Harrell akan datang ke Mesir dengan sebuah pesawat maskapai penerbangan nasional negara itu.
 
Sikap intervensif Israel terhadap Suriah dan Mesir menunjukkan peran rezim Zionis dalam menciptakan krisis di negara-negara Arab untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut. Campur tangan itu bertujuan supaya Suriah dan Mesir sibuk dengan urusan internal masing-masing dan pada akhirnya akan menjadi negara-negara yang lemah dan tidak akan mampu lagi untuk membantu Palestina. Dengan jalan itu, Israel akan dengan mudah memajukan kebijakan ekspansionisnya di Timur Tengah.
 
Melihat kondisi tersebut, rakyat Suriah dan Mesir serta negara-negara regional lainnya harus meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap konspirasi Israel supaya tidak terjebak dalam perangkap musuh umat Islam ini. (IRIB Indonesia/RA/NA)
 

Menelisik Konflik Mesir Minus Oposisi Biner

Oleh: Muhammad Dudi Hari Saputra*
 
Konflik Mesir dewasa ini tidak lagi menjadi perseteruan nasional, tapi merembes menjadi isu internasional dengan keterlibatan negara-negara asing. Betapa tidak, sejumlah negara regional seperti Arab Saudi terang-terangan mendukung aksi militer. Di sisi lain, di jalur yang berseberangan, pemerintah Turki menyatakan dukungan penuh terhadap Mursi dan Ikhwanul Muslimin. Pemerintah Ankara dalam statemennya menolak aksi militer Mesir dan menunjukkan sikapnya sampai pada titik menarik Dubes Turki dari Kairo.
 
Krisis internal Mesir juga tidak luput dari perhatian Indonesia. Berbagai opini pun merebak, yang terbagi ke dalam dua narasi besar, pendukung militer Mesir yang berarti menolak Ikhwanul Muslimin, dan opini yang mendukung Ikhwanul Muslimin  yang berarti menolak Militer. Kedua opini tersebut terbentuk setidaknya dipengaruhi tiga faktor penting.
 
Pertama,terjadinya pertarungan sengit dua kubu antara loyalis dan oposan militer-Ikhwanul Muslimin yang sangat kuat, sehingga secara realitas mempengaruhi tanda dan makna pada benak manusia.
 
Kedua, peran media dalam pembentukan opini publik. Tampaknya, pemberitaan media global  saat ini juga didominasi masalah konflik Mesir dari dua kubu, baik dari media Arab dan yang mendukung aksi militer seperti Al-Arabia, maupun media dari pendukung ikhwanul muslimin seperti aljazeera. Peran media mainstream Barat juga menyumbang kontribusi sangat besar dalam menyebarluaskan dukungan dan kecaman terhadap para pelaku konflik Mesir.
 
Ketiga, rembesan konflik internal Mesir ke Indonesia juga tak luput dari ideologi Ikhwanul Muslimin, yang diadopsi di Indonesia dari gerakan mahasiswa hingga partai politik. Di sisi lain, muncul sejumlah kalangan di Indonesia  yang menentang keras masuk dan berkembangnya ideologi Ikhwanul Muslimin ke Tanah Air. Kini, perseteruan itu semakin mengental, bahkan membatu.
 
Tampaknya, konflik Mesir telah mengubah perbedaan penafsiran konotasi menjadi pertarungan ideologi. Melihat fenomena Mesir, opini kitapun terbelah menjadi menjadi dua bagian: antara Militer-Ikhwanul Muslimin atau Militer-Pendukung Mursi, bahkan Militer-Rakyat. Di sini telah terjadi oposisi biner, dimana istilah yang satu dianggap lebih superior dari yang lainnya.
 
Saya tidak membahas apakah memang benar gerakan di Mesir saat ini murni gerakan rakyat atau bukan. Tapi yang jelas dalam memandang konflik Mesir  harus terjadi pergeseran dari isu politik menjadi isu kemanusiaan. Sebab dari berbagai sumber sudah menyebabkan banyak korban jiwa.
 
Mungkin sudah saatnya kita tidak tidak terjebak pada kedua pertentangan friksi kepentingan politik yaitu Militer-Ikhwanul Muslimin, yang tampaknya tidak sepenuhnya mewakili rakyat Mesir secara keseluruhan.
 
Sejatinya oposisi biner yang terjadi dalam konflik Mesir harus mengalami dekonstruksi, yaitu metode analisis yang membongkar struktur tanda, terutama oposisi biner menjadi satu "permainan" tanda. Sehingga, dalam memandang konflik Mesir kita tidak lagi terjebak pada keberpihakan antara Militer-Ikhwanul Muslimin, namun rakyat Mesir secara keseluruhan. Karenanya, ada beberapa solusi yang bisa ditawarkan untuk menyelesaikan konflik itu.
 
Pertama, penghentian aksi kekerasan, baik oleh militer maupun faksi garis keras Ikhwanul Muslimin, yang dimediasi oleh pihak ketiga yang netral.
 
Kedua, dibentuknya pemerintah darurat sementara yg melibatkan segenap pihak kepentingan di Mesir, sekaligus berperan mengawasi transisi politik di Mesir, dan percepatan pemilu agar mampu menciptakan pemerintahan yang legitimate dan stabil.
 
Ketiga, publik internasional harus mempercayakan segenap perubahan di Mesir kepada rakyat Mesir sendiri, karena intervensi langsung, (kecuali bantuan kesehatan, pendidikan, pangan, dan lain-lain) apalagi militer asing, hanya memperparah kondisi Mesir yang bisa berujung "perang saudara", seperti yang terjadi di Suriah saat ini.(IRIB Indonesia/PH)
 
*Mahasiswa Pascasarjana UGM program Hubungan Internasional
 

Krisis Politik Mesir Picu Pro-Kontra di AS

Nasib bantuan militer Amerika Serikat untuk Kairo telah menjadi perdebatan politik di Washington seiring berlanjutnya krisis politik di Mesir.
 
Gedung Putih membantah pemberitaan New York Times bahwa negara itu sudah secara resmi menghentikan bantuan untuk Mesir. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jen Psaki menyatakan opsi penghentian bantuan memang tengah dipertimbangkan, namun belum menjadi keputusan resmi.
 
Beberapa senator AS sebelumnya mengabarkan bahwa Washington akan menghentikan bantuan 1,3 miliar dolar untuk militer Mesir sebagai protes atas pembantaian warga sipil oleh pemerintah sementara.  
 
Setiap tahun, AS memberikan bantuan militer sekitar 1,3 miliar dolar dan 250 juta dolar untuk bantuan ekonomi kepada Mesir. Dana itu diberikan untuk menjaga komitmen Mesir terhadap Perjanjian Damai Camp David dalam tiga dekade lalu.
 
Saat ini, para pejabat AS terbelah dalam menanggapi krisis politik di Mesir. Gedung Putih sedang berusaha untuk mencegah penyebutan kudeta terhadap penggulingan Muhammad Mursi, presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis.
 
Sebab, jika aksi militer Mesir dianggap sebagai kudeta, konstitusi AS melarang pemberian bantuan kepada pemerintah hasil kudeta dan Washington harus menghentikan bantuannya kepada militer Mesir.
 
AS menolak menggunakan kata-kata kudeta meskipun pengulingan pemerintahan di Mesir telah menelan banyak korban jiwa. Negara adidaya itu tidak ingin mempertaruhkan keamanan Israel dengan menghentikan bantuan keuangan kepada Mesir.
 
Drama pembantaian di Mesir dan penangkapan luas oleh militer tentu saja tidak bisa dipungkiri oleh opini publik dunia termasuk di Amerika sendiri. Fakta ini memaksa beberapa senator AS mengkritik militer Mesir. Mereka mendesak militer untuk menjaga standar-standar minimal dalam sebuah sistem demokrasi seperti, menghormati hak untuk menentukan nasib dan hak menyelenggarakan demonstrasi damai.
 
Menurut para senator itu, dukungan berlebihan Washington terhadap pemerintah hasil kudeta di Mesir akan meningkatkan kebencian publik di Timur Tengah terhadap AS. Kebijakan itu juga akan membantu pertumbuhan gerakan-gerakan anti-Amerika di Mesir dan Timur Tengah.
 
Mereka berharap dapat menekan Gedung Putih untuk mengambil langkah-langkah simbolis seperti, menghentikan pengiriman empat pesawat tempur F-16 atau menangguhkan bantuan militer tahunan kepada Mesir.
 
Akan tetapi, kinerja pemerintah AS dalam menyikapi kudeta di sejumlah negara sekutu menunjukkan bahwa Gedung Putih hanya akan bertindak temporal untuk memutuskan kerjasama militer dengan pemerintah kudeta. Setelah tekanan dan kritik mereda, Washington akan kembali membangun hubungan seperti biasa.
 
Sebagai contoh, AS menekan untuk beberapa waktu pemerintah hasil kudeta 1999 di Pakistan, tapi Washington kemudian malah memperluas hubungan dengan junta Islamabad dengan alasan memerangi terorisme.
 
Untuk itu, AS sepertinya tidak akan terlalu agresif untuk menekan pemerintah hasil kudeta di Mesir. Hal ini demi menjaga kepentingannya di kawasan dan menjamin keamanan Israel dan Terusan Suez. Peringatan-peringatan anggota senator juga tidak akan ditanggapi serius oleh Gedung Putih dan militer Mesir. (IRIB Indonesia/RM/NA)
 

Klaim Aneh Israel Soal Terorisme

Israel menuding Iran dan Hizbullah Lebanon sedang menyusun rencana untuk menyerang rezim itu bertepatan dengan hari Raya Yahudi, Yom Kippur pada 14 September.
 
Biro Kontra-Terorisme Israel pada hari Senin (19/8) memperingatkan warga Zionis agar tidak melakukan perjalanan yang tidak mendesak ke negara-negara Kenya, Nigeria, Azerbaijan, Tunisia, dan Mesir.
 
Isu terorisme telah menjadi instrumen bagi Tel Aviv untuk memajukan tujuan-tujuan ekspansionisnya di wilayah Palestina pendudukan dan menutupi esensi rezim itu sebagai terorisme negara.
 
Biro Kontra-Terorisme Israel mengklaim bahwa tingkat ancaman "sangat tinggi" dan menargetkan warga Zionis di seluruh dunia. Mereka juga diperintahkan untuk tidak melakukan perjalanan ke Semenanjung Sinai karena keadaan saat ini di Mesir.
 
Tidak hanya itu, warga Zionis juga diperintahkan untuk "menghindari mengunjungi" Uni Emirat Arab, Bahrain, Yordania, Kuwait, Mesir, dan Qatar. Mereka bahkan diminta untuk "menunda" perjalanan tidak penting ke Turki, Oman, dan Maroko.
 
Kegaduhan itu diciptakan oleh Israel pada saat sejumlah bukti dan dokumen dengan jelas menunjukkan jejak Tel Aviv dalam serangkaian serangan teroris di Lebanon, Suriah, dan Irak.
 
Tidak dapat dipungkiri bahwa aksi terorisme meningkat di kawasan Timur Tengah, tapi terpaut jauh antara fakta dan apa yang didengungkan oleh Amerika Serikat dan Israel seputar isu terorisme dan ketidakamanan di wilayah Timur Tengah.
 
Sebenarnya, ada hubungan antara kegaduhan tersebut dan upaya-upaya kolektif Amerika-Israel untuk memperkeruh situasi di Timur Tengah.
 
Israel sebagai rezim teroris, sengaja menciptakan kehebohan untuk merusak citra Republik Islam Iran di tingkat internasional dan mengaburkan opini publik dunia dari tindakan-tindakan arogan dan kejahatan Zionis di bumi Palestina.
 
Skenario perang urat saraf Israel terhadap Iran sebelumnya juga pernah didesain dengan merekayasa beberapa peristiwa, seperti serangan-serangan bom yang ditujukan pada Kedutaan Besar Israel di India dan Georgia. Israel menuduh Iran dan sekutunya, gerakan Hizbullah berada dibelakang serangan-serangan itu.
 
Meski langkah-langkah itu terbilang mudah dibaca, tapi menurut para pejabat Tel Aviv, itu adalah cara termudah untuk lari dari fakta di tengah kondisi sekarang. Namun juga tidak menutup kemungkinan bahwa Israel melalui propaganda itu sedang menyusun skenario baru untuk melakukan aksi teror di kawasan.
 
Dinas Intelijen Israel (Mossad) diketahui secara luas melakukan sejumlah aksi teror di Timur Tengah. Tokoh-tokoh pejuang Hizbullah dan Palestina tidak pernah luput dari target Zionis. Meneror para ilmuwan nuklir Iran juga bagian dari agenda Mossad dalam beberapa tahun terakhir.
 
Jadi, sangat aneh jika Israel mengesankan dirinya tertindas dan menjadi target teror oleh negara-negara lain.
 
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga berkali-kali melontarkan tudingan tak berdasar terhadap negara lain di panggung-panggung internasional sehingga dunia menutup mata dari terorisme negara dan program nuklir militer Israel.
 
Namun, jelas bahwa propaganda, kelicikan, dan kebohongan tidak akan menutup sejarah kelam Israel dan mengkaburkan fakta. Israel daripada mengeluarkan peringatan tentang bahaya terorisme, ada baiknya menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar operasi teror yang dikobarkan agen-agen Mossad di seluruh dunia. (IRIB Indonesia/RM/NA)
 

AS dan Barat Hanya Punya Satu Tujuan: Menghancurkan Iran Sebagai Negara Islam

Sayid Ahmad Ahmad-Dastmalchiyan, seorang pakar masalah Timur Tengah (7/8) menyatakan bahwa setiap pemerintahan yang berkuasa di Iran tidak akan berbeda di mata Amerika Serikat atau Barat, karena tujuan mereka adalah menghancurkan Islam sebagai sebuah negara Islam. Menurutnya, politik Amerika Serikat terhadap Iran adalah "politik serigala berbulu domba."(IRIB Indonesia)



Perkembangan Terbaru WNI di Mesir

Pemerintah Mesir semakin memperketat sektor keamanan di negeri piramida itu. Sejumlah warga yang dicurigai mempunyai hubungan dengan gerakan tertentu akan ditangkap oleh polisi setempat sejak diterapkannya Undang-Undang Darurat di Mesir.
 
Segala gerak gerik masyarakat tak terkecuali warga negara Indonesia (WNI) juga diawasi. Relawan ACT, Sutaryo dari Mesir dalam pesan tertulis yang diterima Republika, Rabu (21/8) menyebut sejumlah mahasiswa yang sedang melintasi jalan protokol menggunakan kendaraan pribadi dihentikan di jalan.
 
Aparat keamanan menggedor kaca pintu dan mengetok bagasi agar dibuka dan mengecek barang-barang yang mereka bawa. Salah seorang mahasiswa yang tak bersedia disebut namanya mengatakan situasi semakin tak menentu. 
 
Dua hari sebelumnya di sekitar masjid di dekat rumahnya di kawasan Nasr City ditemukan dua mayat wanita warga Filipina. "Baru-baru ini ada warga asal Cina yang dipukul aparat karena dicurigai terlibat dengan gerakan tertentu dan tidak membawa identitas," katanya.
 
Sementara itu, kondisi di kawasan pusat kota Kairo saat siang hari secara umum kondusif. Di Sekolah Indonesia Cairo (SIC) di Dokki, proses belajar mengajar berjalan baik. 
 
"Jumlah pelajarnya justru naik," ujar Kepala Sekolah SIC, Sutrisno. SIC sendiri akan dijadikan posko KBRI untuk WNI jika situasi memburuk.
 
Razia yang dilakukan aparat kini lebih cenderung dari rumah ke rumah. Mereka menggeledah isi rumah dan  ponsel warga yang selama ini tergolong privasi. 
 
Karenanya dari pihak KBRI mengingatkan agar WNI berhati-hati untuk tidak berhubungan dengan gerakan tertentu yang dilarang oleh pemerintah.
 
KBRI sudah menyiapkan antisipasi jika kemungkinan terburuk terjadi. Saat ini KBRI bersiap melakukan evakuasi WNI sesuai instruksi pemerintah pusat di Jakarta. 
 
Sementara itu, ketua tim SOS-Egypt Doddy Cheveland Hidayat berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Mesir di Kairo untuk menjajaki kerja sama penyaluran bantuan untuk warga negara Indonesia (WNI).
 
Tim SOS-Egypt diterima Selasa (20/8) pukul 11.30 waktu Mesir oleh Hilmanuddin, selaku Atase Militer, Agus Hendrijanto, Sekretaris I, dan Dahlia Kusuma Dewi, Sekretaris II Bidang Informasi dan Sosial Budaya KBRI Mesir.
 
Relawan SOS-Egypt, Sutaryo melaporkan untuk Republika, pertemuan itu membahas seputar kondisi Mesir terkini pasca berlakunya Undang-Undang Darurat yang menuntut setiap rakyat Mesir dan khususnya WNI agar lebih berhati-hati dan waspada.
 
"Secara umum, KBRI telah siap jika pemerintah pusat memerintahkan kami untuk melakukan evakuasi pada WNI di sini, setiap hari kami melakukan rapat koordinasi dan melaporkan ke pemerintah pusat," kata Agus.
 
Agus juga mengimbau agar WNI tidak terlibat aktivitas politik Mesir. WNI harus fokus pada aktivitas sebagai pelajar atau pekerja.
 
KBRI juga membawa tim berkunjung ke Sekolah Indonesia Cairo (SIC) di Dokki dan Konsulat Jendral di Nasr City yang merupakan lokasi posko perwakilan KBRI jika kemungkinan terburuk terjadi. 
 
Di Nasr City, dilakukan distribusi bantuan paket sembako yang berisi  beras, minyak goreng, gula, kornet, susu, kecap dan makanan instan untuk WNI bantuan dari KBRI.
 
Data terakhir jumlah WNI di Mesir yang melapor ke KBRI berjumlah 5.026 dan 2.889 diantaranya mahasiswa yang tengah studi di berbagai perguruan tinggi yang tersebar di Mesir. 
 
Terkait situasi memburuk di Mesir, Wakil Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, Delfa Hariyad, mengungkapkan bahwa di kalangan mahasiswa ada yang ingin dievakuasi dan ada pula yang ingin bertahan di Mesir. Sejumlah mahasiswa yang ditemui ANTARA di Kairo mengaku enggan dievakuasi meskipun situasi di negeri itu kian memburuk. (IRIB Indonesia/Republika/Antara/PH)

Berteman Tanpa Tertawan, Membenci Tanpa Apriori (Menyikapi Krisis Mesir)

Otong Sulaeman*
Mesir berdarah-darah. Upaya pembubaran secara paksa kelompok pendukung Mursi oleh tentara pemerintahan transisi berakibat tewasnya sejumlah orang. Tentara pemerintahan transisi menyatakan bahwa jumlah yang tewas pada kisaran angka 200 orang. Akan tetapi, sumber-sumber Ikhwanul Muslimin, dan juga beberapa media internasional, melaporkan bahwa jumlah nyawa yang melayang menembus angka 2.000. Maka, reaksi pun bermunculan. Kecaman mengalir atas sikap aparat pemerintahan transisi dalam menghadapi para demonstran.
 
Inilah salah satu watak globalisasi. Satu kejadian di salah satu belahan dunia bisa terhubung langsung dengan perilaku sekelompok masyarakat di banyak tempat di belahan dunia lainnya. Pergolakan yang terjadi di Mesir jelas berpengaruh terhadap kaum Muslimin di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Hanya saja, reaksi yang ditunjukkan sungguh beragam.
 
Sejak awal, yaitu sejak Mursi dikudeta dan ditahan tanggal 3 Juli lalu, sikap masyarakat Muslim dunia memang terbelah. Pasalnya, para aktor yang terlibat dalam konflik memiliki pengikut secara struktural atau ideologis yang tersebar di seluruh kawasan Muslim dunia. Partai "Islami" Salafi Al Nour membelot dari koalisi pemerintahan "Islami" Ikhwanul Muslimin. Para ulama di Al Azhar merestui kudeta, hingga menempatkan para ulama itu berhadap-hadapan dengan Syeikh Yusuf Al Qaradhawi yang malah menyerukan jihad dalam membela Mursi. Hizbut Tahrir secara terbuka menyatakan bahwa kudeta yang terjadi memang wajar akibat status pemerintahan Mursi yang dianggap tidak sah secara syariah karena menyalahi sistem khilafah.
 
Anehnya, pertikaian itu juga merembet kepada kaum Muslimin yang tidak terikat secara struktural ataupun ideologis kepada pihak-pihak yang disebutkan di atas. Mereka yang bukan pengikut Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dan pihak-pihak lainnya di atas ikut-ikutan pula bertikai. Seperti gelombang besar di lautan yang terpecah oleh karang di lautan hingga menjadi riak-riak kecil, para pengikut agama Muhammad ini makin terlihat lemah dan ringkih.
 
Konflik horizontal di berbagai belahan dunia yang muncul akibat krisis Mesir ini agak mirip dengan situasi yang muncul saat pasukan koalisi menginvasi Irak di tahun 1990 dan 2003. Saat itu, sikap kaum Muslimin juga terbelah secara horizontal. Pasukan koalisi didukung penuh oleh para raja Arab. Para ulama istana mengeluarkan fatwa jihad penggulingan diktator Saddam. Yang menjadi objek fatwa (Saddam) pun membalas dengan menyerukan jihad melawan pasukan kafir.
 
Prahara Irak yang masih berlanjut hingga kini menampilkan absurditas dukungan. Saat rezim Saddam berperang melawan pemerintahan Islam Iran, hampir seluruh kaum Muslimin dunia berada di pihak Irak. Dukungan itu langsung luntur manakala Saddam menginvasi Kuwait. Dukungan kepada Saddam menjadi suara minor. Situasi terus berlanjut dan memuncak manakala Saddam digulingkan.
 
Akan tetapi, ketika proses-proses politik yang berlangsung di Irak memunculkan pemerintahan yang didominasi kelompok Syiah, mulai muncul suara-suara pembelaan terhadap Saddam. Ketika Saddam tertangkap dan dihukum mati, Syeikh Yusuf Al Qaradhawi menyebut Saddam sebagai syahid. Belakangan, Al Qaradhawi malah menyebut Perdana Menteri Irak Nuri Al Maliki sebagai orang jahat yang boleh dibunuh.
 
Kini, situasi yang mirip telah terjadi di Mesir. Mursi dan gerakan Ikhwan-nya didukung, untuk kemudian digulingkan. Sebagian dari mereka yang awalnya mengelu-elukan Mursi, belakangan malah menghujatnya. Pada sisi yang sebaliknya, mereka yang tadinya begitu membenci militer, kini malah memberikan dukungan terhadap aksi kudeta. Tapi, kini pasca Rabu berdarah, militer pun menjadi sasaran hujatan. Sebagian pihak ada pula yang menyalahkan ikhwan yang berkepala batu, tetap mengerahkan massa untuk berdemo meski tahu watak militer Mesir yang akan beraksi dengan tangan besi. Seolah, jabatan Mursi lebih berharga daripada nyawa.
 
Hal ini menunjukkan bahwa selain berpecah-belah, kaum Muslimin juga terjerembab ke dalam absurditas sikap yang kekanak-kanakan. Kecintaan yang membuta dengan mudah berganti dengan kebencian yang sporadis. Itulah yang akan terus terjadi selama orientasi kesetiaan diberikan kepada individu atau kelompok, bukan kepada nilai (value). Fanatisme kepada individu dan kelompok memang cenderung membutakan nurani dan menumpulkan rasionalitas. Padahal, kata Nabi, kecintaan dan kebencian kepada seseorang atau kelompok, mestinya diberikan sesederhana mungkin. Wejangan manusia sempurna ini memiliki dasar yang sangat jelas. Manusia pada dasarnya adalah entitas yang multidimensi. Ada sisi baik dan sisi buruk. Manusia juga terus berproses yang meniscayakan perubahan. Karena itu, ahbib habiibaka haunam-maa, ‘asa an yakuuna bighaidhika yaumam-maa. Wa abghidh bighaidhika haunam-maa, ‘asa an yakuuna habiibaka yaumam-maa. Cintailah kawanmu seperlunya saja. Siapa tahu, kelak dia akan menjadi orang yang kaubenci. Bencilah musuhnya seperlunya saja. Kelak, mungkin dia akan menjadi orang yang kaucintai.
 
Maka, jangan pernah menempatkan kesetiaan kepada orang atau kelompok. Letakkanlah kesetiaan kita kepada nilai dan isu kebaikan yang ditunjukkan oleh orang atau kelompok itu. Tentu di sini perlu segera ditambahkan bahwa ada orang-orang tertentu, seperti Baginda Nabi dan para penerus kepemimpinannya, yang secara rasional bisa dibuktikan bahwa kepribadian mereka telah menjadi personifikasi dari nilai kebaikan itu. Kepada orang-orang seperti itu kita bisa menempatkan kesetiaan.
 
Sementara itu, terkait dengan prahara Mesir, kita jangan sampai meletakkan kesetiaan kita dalam membenci atau mencintai kepada pribadi atau kelompok yang menjadi aktor di panggung prahara tersebut. Tunjukkanlah dukungan secara konsisten terhadap nilai kebaikan apapun yang ditunjukkan oleh mereka. Tunjukkan pula secara konsisten kebencian kepada segala sikap buruk yang muncul dari kelompok manapun.
 
Tunjukkan kecintaan dan dukungan kepada gerakan kebangkitan, penumbangan rezim diktator, pembebasan rakyat dari ketertindasan, serta perlawanan terhadap arogansi AS. Di sisi lain, kecamlah gerakan takfiriah yang mendompleng proses kebangkitan Islam. Kecam pula kudeta yang semena-mena. Aksi kekerasan tanpa haq, yang dilakukan pihak kawan maupun lawan, pun tak layak dibela. Dalam Islam, darah para putera Adam memiliki tempat yang sangat terhormat. Perampasan atas satu nyawa sama dengan perampasan nyawa seluruh ummat manusia.
 
Jadilah tuan dan puan yang terhormat; yang mampu mencintai kawan tanpa pernah tertawan, serta bisa membenci tanpa pernah terjebak dalam sikap-sikap apriori. Wallahu a'lam.(IRIB Indonesia/PH)
 
*Penulis adalah mahasiswa S-3 Filologi, Unpad, dan ketua IKMAL (Ikatan Alumnus Jamiah Al Mustafa Al ‘Alamiah, Iran)

Takfiri dan Punahnya Rasionalitas Beragama

Oleh: Muhammad Ma'ruf
 
"Jangan sampai hinakan pribadimu dengan imitasi, bangunlah, hai kau yang asing terhadap rahasia kehidupan, nyalakan api yang tersembunyi dalam debumu sendiri, wujudkan dalam dirimu sifat-sifat Tuhan. Bangkitlah, ciptakan dunia baru, bungkus dirimu dalam api, dan jadikan seorang Ibrahim, jangan mau tunduk kepada apapun kecuali kebenaran, ia akan menjadikanmu seekor singa jantan. "(Iqbal)
 
Seorang tetua di sebuah kampung di Suriah bertutur sambil menenteng senjata AK-47. "Kami dan para pemuda terpaksa mengangkat senjata mempertahankan desa. Lihat anak-anak muda ini. Mereka mendambakan suatu saat bisa berjihad bertempur melawan tentara Israel, tapi sekarang lihat kita harus bertempur dengan kaum takfiri,". Penuturan ini diasiarkan dalam dokumenter Press TV , "Behind the Line".
 
Dokumenter yang memotret perang Suriah dari kaca mata penduduk, menyisir dari satu kota ke kota lain. Poin pentingya adalah perang Suriah adalah perang yang dipaksakan. Tentu penduduk Suriah ini enggan berteriak takbir saat menarik pelatuk, karena dalam kesadaranya masih tersisa pemahaman, mereka yang menyerang itu masih muslim meski mengusung agenda Israel. Sedang diseberang sana kaum takfiri dengan kesadaran total mereka meneriakkan bunyi takbir dengan menarik pelatuk dengan kesadaran penuh sebagai jihadis. Kaum takfiri tentu tidak mau mau menerima tindakan jihad mereka sebagai agenda zionis.
 
Adegan selanjutnya yang menarik adalah dokumenter yang meliput pertempuran di Homs. Seorang komandan militer Suriah memegang Handy Talky (HT) sedang berbincang dengan seorang jihadis yang juga menggunakan HT. Makian dan sumpah serapah dari jihadis menyembur deras, "kalian kaum kafir...bla..bla...." Kemudian sang komandan Suriah bertanya;
Komandan   :  Apa kamu sudah berhasil membunuh tentara Suriah,
Jihadis                  :  Ya,...
Komandan   :  Kenapa kamu membunuh rakyat juga, ...
Jihadis                  :  Kalian yang mulai,..kami demo damai, kenapa dibunuh
Komandan   :   Apa saran kalian?
Jihadis                  :  Diam (tidak ada suara)....
Komandan   : Bukankah Nabi kita mengajarkan untuk berakhlaqul qarimah,...apa yang kalian inginkan, demokrasi, kebebasan,...mari kita berdialog,...
Jihadis                  :  Saya setuju dengan anda,....
 
Dialog terputus. Adegan ini berlangsung dalam suasana perang yang dipisahkan beberapa gedung,... posisi jihadis terjepit dan mereka lebih memilih mati syahid. Jihadis datang memang untuk mati syahid bukan berdialog. Mungkin dalam pikiran saya, jika dialog terjadi dan mereka bertemu, akan terjadi tukar pikiran tentang bentuk pemerintahan, partai, dll. Meski memakan waktu, semua jihadis di Suriah masih berpeluang akan menjadi muslim yang lebih beradab. Tetapi mungkinkah itu?, jawabanya tidak, karena mereka ingin Suriah menjadi khilafah dan satu-satunya jalan dengan menurunkan Basyar Assad melalui Jihad.
 
Bagaimana dengan agenda Barat (Amerika dan Israel) di balik perang Suriah? "Jika Suriah menjadi Khilafah, insya Allah Palestina bisa merdeka," tutur seorang tokoh salafi London tanpa ragu. Tokoh salafi itu menganggap Syiah dan Iran menjadi penghalang untuk mewujudkan cita-cita khilafah mereka. Seorang penyiar radio AS berkebangsaan Amerika, menimpali sikap Jihadis itu, "Kalian dan temen-temen kalian yang ada Libya, apa sudah berhasil menegakkan khilafah, NATO dan Amerika Serikat ingin Suriah hancur karena satu poros perlawanan dengan Iran melawan Israel. Seorang penyiar Amerika yang berseberangan kepentingan dan ideologinya dengan Iran, masih melihat masalah ini secara rasionalitas. Tapi tidak bagi Jihadis.
 
Rasionalitas
 
Rasionalitas, inilah jawaban yang dapat memandu perang Suriah ke arah yang semestinya. Rasionalitas adalah milik semua manusia, di Barat dan Timur.  Dia bisa menjadi pemandu cita-cita Islam. Kita seperti seolah kehilangan kata-kata untuk menyadarkan kaum takfiri. Mungkin sedikit bisa membantu memahami mereka, meminjam identifikasi Karen Amstrong dalam "The Battle for God: A History of Fundamentalism" (2001), bahwa fundamentalisme radikal agama lahir di penghujung era modern sebagai respons irasionalitas terhadap sekularisme dan krisis spiritual dunia modern. Respon paling mudah dan instan. Mereka dihadapkan pada situasi yang sulit dipahami, bagaimana hidup yang bermakna bagi seorang yang beriman dalam dunia modern dan sekuler.
 
Kalau kita coba menajamkan pemahaman kita dengan beberapa kejadian terakhir dengan cara men-scan secara cepat laju kebohongan demi kebohongan tangan imperialis, kesalahan demi kesalahan dilakukan sebagian umat Muhammad ini.
Awalnya mujahidin di Afganistan dibentuk CIA memerangi Uni Soviet. "Jihad" yang semestinya murni respon terhadap imperialis dalam perkembangan selanjutnya menjadi mainan CIA. Oleh tangan imperialis, "jihad" dikemas diarahkan menjadi "teroris global", untuk menutupi wajah barbar Amerika terhadap rakyat Afganistan dan Irak. Kini seiring dengan Arab Spring dan Kebangkitan Islam, "teroris" dikemas dan disakralkan ulang menjadi paket jihadis, dijual ke kaum jihadis seluruh dunia, hasilnya ternyata laris manis.
Libya kini diperintah jihadis tanpa kejelasan polisi dan militer, sedang minyaknya terus disedot oleh NATO. Suriah sebagai pengganggu Israel, kini juga dihancurkan berkat proyek paket jihadis, dan ilusi "iming-iming khilafah" kian di ujung tanduk, 70% militer Suriah mengontrol Suriah, laporan versi NATO.
 
Seiring dengan kemunduran pemberontak Suriah dan kisruh Mesir, proyek paling gress tangan imperialis selanjutnya mempertajam konflik front anti Suriah, FSA vs Al-Qaeda, Mesir vs Arab Saudi, Qatar, Salafi vs Ihwanul Muslimin. Satu tahun pemerintah Mursi, seharusnya menjadi amal saleh dengan membuka pintu gerbang Rafah untuk membantu kesulitan sesama Ihwanul muslimin dan muslim lain di Gaza. Satu tahun harusnya menjadi berkah dan cepat-cepat untuk memotong tangan Imperialis.
 
Ternyata Mursi lebih memilih jalan gelap, berekperimen dengan Erdogan, membuka lahan khilafah di Suriah, belum jelas arah khilafah di Suriah, jalan itu dipotong oleh Arab Saudi dan Qatar yang sebelumnya satu front. Arab Saudi mendukung kudeta militer Mesir. Sementara Barat bermain di dua kaki, Mursi dan militer Mesir sambil berbasa-basi memainkan lagu lama proyek perdamaian Palestina-Israel.  Potensi konflik jelas, Ikhwanul Muslimin vs Wahabi. Wahabi versus wahabi, Takfiri  vs Manusia non Takfiri. Konsentrasi arah Arab Spring kian pecah, makna kebangkitan Islam dipecah-pecah dalam bingkai tak berpola. Mungkin kaum Islam seradikal apapun memanfaatkan kesempatan, tapi semua kelompok itu tak bisa langsung berhadap-hadapan langsung dengan tentara IDF. Musuh tahu persis seluruh syaraf otak umat Islam, kemana pola dan harapan dapat diakomodasi Zionis.  Kesempatan mengambil tumor "Kanker ganas Israel" di tengah tubuh negara-negara Islam  selalu lewat.
 
Apa makna dari semua itu? Tampaknya, deretan daftar kebodohan umat Islam yang terus berulang  Potensi kekuatan umat hancur berkeping-keping tanpa daya dan kehormatan sedikitpun. Lautan kaum Ikhawanul Muslimin Mesir kini meronta-ronta meminta jalan demokrasi. Sementara tak satupun peluru dari Qatar dan Arab Saudi diberikan untuk pejuang Palestina seperti disindir Sayyed Hasan Nasrullah yang tidak didengar oleh Mursi dan kawan-kawannya. Jika saja dulu Ikhawanul Muslimi percaya dengan Sayyed Hasan, mungkin umat Ikhwanul Muslimin jalanya tidak seperti sekarang.
 
Keprihatinan ini seperti deretan kesalahan yang tidak perlu, menghujam ke dalam dada umat Muhammad, kenapa bisa begitu rapuhnya umat Islam di hadapan Imperialis, dari satu kesalahan menuju kesalahan berikutnya? Kenapa tidak pernah mendengar berita, seluruh umat Islam di dunia baik di medan tempur secara fisik, budaya, ekonomi, sains melawan tangan Imperialis-Israel? Kenapa Amerika yang berjarak ribuan kilo leluasa mengatur umat Islam?. Kenapa saran Imam Khomeini, ide persatuan Sunni-Syiah tidak didengar oleh jihadis dan Ikhwanul Muslimin? Kenapa mereka lebih percaya dengan NATO?
 
Tampaknya, pesan Muhammad Iqbal, (1873-1938) mampu mengartikulasikan dengan baik dan menggugah kesadaran umat  saat ini;
"Hancurkan dunia sampai berkeping-keping bila tidak sesuai denganmu, ciptakan dunia yang lain dari kedalaman wujudmu, betapa pedih manusia merdeka yang hidup di dunia yang diciptakan oleh manusia lain."
 
Jihad dan Khilafah
 
Instan dan malas berpikir adalah kata yang mampu menjelaskan dua kata Jihad dan Khilafah. Dua hal yang berbahaya ini kini dipraktekkan oleh Arab Saudi, Mesir, Qatar dan Turki. Jihad dan Khilafah minus rasionalitas telah menjadikan negara-negara berpenduduk Islam menjadi bangsa yang tidak bisa memotong tangan-tangan imperialis. Berkat irasionalitas ini terbuka peluang bagi Imperialis mengadu domba umat Islam saling berhadapan.
 
Irasionalitas muncul dari kesalahan mengidentifikasi musuh sejati, jihad dan khilafah menjadi berhala ideologi. Fitrah rasio umat Muhammad Saw harusnya bertanya, jika jihad kenapa dengan arahan NATO?, jika khilafah kenapa dengan banjir darah sesama umat?, bukankah masih ada jalan referendum, cara Islami, kenapa rakyat Suriah tidak ditanya baik-baik, ditawarin proposal khilafah, diuji materi ideologinya oleh seluruh aliran dan lapisan masyarakat Suriah, kenapa mereka malah patungan perang di negeri Suriah bukan meruntuhkan arogansi Israel. Jika Ikhwanul Muslimin dan Jihadis benar kenapa sikap pembeo, pengekor negara Barat terus dipraktekkan?, Iqbal dulu sempat menyindir;
 
"Jangan sampai hinakan pribadimu dengan imitasi, bangunlah, hai kau yang asing terhadap rahasia kehidupan, nyalakan api yang tersembunyi dalam debumu sendiri, wujudkan dalam dirimu sifat-sifat Tuhan. Bangkitlah, ciptakan dunia baru, bungkus dirimu dalam api, dan jadikan seorang Ibrahim, jangan mau tunduk kepada apapun kecuali kebenaran, ia akan menjadikanmu seekor singa jantan. "
 
Rasa prihatin Iqbal terhadap negara-negara Arab dulu kini terulang lagi, lalu dari mana kita mulai mengurainya. Satu masukan yang bisa mendedah adalah membongakar isi otak dari pelaku-pelaku kesalahan.
 
Pelajaran berani yang bisa dipetik adalah sudah saatnya mereformasi kembali ideologi Ikhwanul Muslimin dan kaum jihadis. Pola-pola irasionalitas, berpikir, bertindak, mempresepsi yang dipolakan tidak bisa lepas dari strukur pengetahuan dan pandangan hidup mereka. Cara berpikir ala jihadis dan Ikhwanul Muslimin tidak bisa lepas dari cara pandang mereka terhadap Islam, terlepas dari faktor eksternal.
 
Revolusi Tauhid
 
Peluang jangka panjang yang bisa dilakukan adalah menawarkan bahwa Islam sebagai agama dan  peradaban menjunjung nilai-nilai kemanusiaan universal. Berbagai  pihak harus bisa menerima Islam yang ditawarkan. Agama tidak kehilangan rasionalitas. Standar cita rasa Islam universal harus bisa meyakinkan kelompok manapun baik muslim ataupun non muslim. Islam tidak bisa dipersempit dengan gaya keras kepala, orang di luar kelompoknya tidak bisa terus dipaksa mengikuti dengan dalih titah dari Langit.
 
Agar dapat diterima dari berbagai pihak, tidak ada pilihan lain selain dengan menggenggam Islam dengan rasionalitas, menawarkan peluang filsafat dan tasawuf sebagai alat memahami agama. Jika tidak, maka identifikasi penyakit mental umat Islam dan penyakit Barat tidak bisa dikenali dengan baik. Revolusi tidak bisa direduksi dengan khilafah, revolusi bisa dimulai dengan menjaga identitas Islam dengan memotong tangan Imperialis. Tanpa memotong tangan-tangan imperialis; revolusi sains, budayaan, politik tidak akan tercapai. Independensi adalah mutlak bagi negara yang menginginkan Islam sebagai sistem.
 
Khilafah tidak bisa dipaksakan di Turki, karena sebagian masyarakat sudah kadung nyaman dengan sekuler. Kesalahan masa lalu kekhalifahan Turki Usmani dengan mengundang teknisi Barat untuk membangun militer canggih tidak dibarengi membangun fondasi filosofis dan paradigma peradaban yang mengakibatkan krisis identitas bagi otentitas budaya Turki. Berdirinya Republik Turki sekuler yang dipimpin Kemal Ataturk (1881-1938) tidak sekedar mengundang teknisi Barat, tetapi juga mengimpor seluruh bangunan pemikiran Barat, termasuk mengganti huruf Arab menjadi huruf latin. Tanpa etos ilmiah hanya menjadikan industri dan militer menjadi tujuan jangka pendek membuka peluang kesalahan berikutnya. Seperti kita saksikan, Turki belakangan harus mengemis menjadi bagian Eropa. Kolaborasi Turki dengan NATO, "paket hemat Khilafah dan menjaga eksistensi Israel, mempertahankan kepentingan Imperialis" adalah keputusan yang bertolak belakang dengan spirit Islam. Konspirasi saling menguntungkan antara NATO dan Ilusi Khilafah kalau tidak dihentikan akan menjadi sejarah yang buruk.
 
Para tetua Ideolog partai Erdogan dan Mursi harus kembali menyegarkan pemahaman agamanya, mengkonsolidasikan semangat tauhid yang benar sebagai roh revolusi. Mereka harus sadar, membuka jalan penghancuran makam dan masjid, madrasah, membunuh ulama adalah artikulasi semangat tauhid yang salah. Sejatinya, seperti kata Hasan Hanafi, semangat tauhid adalah inti Revolusi Kebangkitan Islam. Murtadha Muthahari mengatakan alam semesta ini unipolar dan uniaksial; alam esensinya berasal dari Tuhan (innalillah) dan kembali kepada-NYA (inna illaihi waji'un).
 
Revolusi tauhid menurut Hasan Hanafi berarti, 1.Revitalisasi khasanah Islam, 2.Menentang imperialisme kultural dan peradaban Barat 3. Analisis atas dunia Islam. Revitalisasi khasanah Islam bisa dengan memajukan sains seperti yang dilakukan oleh Ibnu Sina. "Qanun Fi al-Tibb" dikarang Ibnu Sina lahir dari peradaban Islam, karya ini paling sering diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa era Renaisans abad 13 dan 17. Contoh lain dengan meneladani Umar Khayyam, penyair dan matematikawan peletak dasar geometri analitik, Ibnu Rusdy pemantik rasionalisme Eropa.
 
Secara jujur Hasan Hanafi mengapresiasi Revolusi Iran, "Kaum muslim diperhitungkan kembali dalam sejarah peradaban dunia. Kaum Islam masuk kembali dalam gerak sejarah setelah Revolusi Islam akbar Iran pada permulaan abad 15 H. " Dalam proses sejarah ketiga elemen cita-cita Revolusi tauhid oleh Hasan Hanafi telah diterapkan dan terjadi di Iran. Kesalahan partai Erdogan dan Mursi adalah tidak menerima uluran saudara muslim dari Iran untuk membuat front membendung Imperialis dan Israel. Ajakan revolusi jihad ilmu, memajukan sains dan membangun negara Islam dengan kaki sendiri seolah menjadi nyanyian malaikat yang sepi tak bisa menyapa sesama penyembah Allah swt dan satu umat Muhammad Saw. Ajakan Iran dianggap tidak menarik dan pengusung khilafah malah larut dengan hingar-bingar genderang retorika media Barat.
 
Tragisnya, Iran malah dipetakan bersama Suriah menjadi musuh aqidah dan politik. Erdogan dan Mursi lebih memilih peta jalan Amerika sebagai mitra menghancurkan Suriah. Namun konspirasi memang tak bertuan, langkah keduanya sekarang mulai ada gejala di telikung oleh Barat. Erdogan dan Mursi seharusnya banyak berdialog dengan Sayyid Ali Khameini tentang arti sebuah Revolusi Islam. Mencari titik-titik kesamaan memaknai kebangkitan Islam. Tidakkah kesamaan satu Tuhan dan Al-Quran menjadi dalil yang sangat cukup?
 
Secara tulus Ayatullah Sayyid Ali Khameini, pemimpin spiritual Iran mengakui bahwa jalan Revolusi Islam Iran adalah pelaksanaan dari cita-cita Iqbal.
 
"Kebijakan kita berdasarkan prinsip ‘tidak Timur tidak Barat bersesuaian dengan yang Iqbal sarankan, kebijakan mandiri kita identik dengan pandangan Iqbal. Dan di dalam keyakinan kita bahwa al-Quran dan Islam dijadikan sebagai dasar Revolusi dan pergerakaan kita, kita mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh Iqbal kepada kita ".
 
Sudah saatnya pemberhalaan terhadap ajaran Ibn Taimimiyyah dan ajaran Salafi - Wahabi sebagai standar hidup perlu dikoreksi total, terbukti bukannya membebaskan dari hegemoni asing, malah membuka peluang intervensi secara budaya, politik dan militer. Arab Saudi, Afganistan, Pakistan kini menjadi pusat kaki-kaki imperialisme dunia.
 
Jalan khilafah perlu direvisi, karena sudah menelan darah sesama muslim, bukan darah para syuhada yang harum mengalir akibat pertempuran melawan pasukan zionis atau imperialis. Tumpahan darah 100.000 manusia di Suriah harusnya bisa dihindari jika menggunakan akal sehat (rasionalitas). Gudang-gudang senjata Arab Saudi yang menelan anggaran 39 miliar dolar dapat digunakan dengan semestinya untuk membangun peradaban dan mengurangi dampak kezaliman. Arab Saudi dan Qatar harus merevolusi dirinya, belajar mencari kawan yang benar. Semoga Ibu-ibu muslim di Qatar dan Arab Saudi bisa melahirkan generasi bayi-bayi  seperti Ibnu Sina dan Iqbal. (IRIB Indonesia/PH)

Tasawuf yang Menyimpang


Oleh: Muhammad Ma'ruf
 
Irfan adalah dimensi esoteris (batin) ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist. Dalam tradisi di Indonesia biasanya disebut dengan ilmu Tasawuf atau Mistisisme. Tradisi ini marak diprakekkan dalam berbagai aliran tarekat atau amalan-amalan komunitas tertentu. Biasanya ajaran tasawuf  lebih banyak dipraktekkan dibanding diwacanakan oleh kalangan tradisi NU, ataupun tradisi Islam lain yang terkadang menyatu dengan budaya lokal. Tasawuf seringkali dicap oleh kelompok tertentu sebagai bidah ataupun khurafat.
 
Kemudian timbul pertanyaan, apa ukuran tasawuf dikategorikan menyimpang atau tidak, benarkan ada tasawuf yang ajarannya menyimpang? Bukankan tasawuf adalah ajaran yang pada dasarnya sudah benar. Beberapa waktu lalu saya menemukan makalah unik dari Prof. Dr. Sayyed Hoseini Kouhsari, Direktur ICAS-Jakarta. Menariknya, makalah ini mencoba mengidentifikasi substansi tasawuf Islam dengan cara meneliti penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam berbagai aliran Mistisisme, baik di masa lalu maupun masa modern. Pelajaran yang bisa dipetik bagi pelaku tasawuf adalah bisa untuk mengidentifikasi apakah kita atau orang di sekitar kita sudah dalam "track" tasawuf yang benar. Beberapa temuan penyimpangan berhasil diidentifikasi oleh Sayyed Kouhsari di antaranya;
 
1.       Mistisisme tanpa Tuhan
Aliran ini mengindentifikasi sebagai Mistisisme akan tetapi tidak mempunyai keyakinan terhadap Tuhan. Termasuk kategori ini adalah Mistisisme yang meyakini Tuhan tetapi dalam prespektif yang salah. Mistisime ini telah kehilangan iman pada Allah, artinya kehilangan fondasi pokok agama sehingga masuk daftar mistisisme yang menyimpang.
 
2.       Mistisisme Natural
Mistisisme ini menganggap alam telah menggantikan Tuhan. Kelompok ini berkembang di Barat yang terkadang membawa pengaruh ke dalam syair, film dan novel. Kelompok ini biasanya memuja dan memuji alam. Alam adalah tujuan final pencarian mereka.
 
3.       Mistisisme Panteisme
Mistisme ini menganggap alam=Tuhan dan Tuhan=alam. Meski secara lahiriah alam itu bukan Tuhan tetapi jika menempuh jalan spiritual, maka mereka mengklaim alam itu adalah Tuhan sendiri. Dalam tradisi filsafat Barat, pencetusnya adalah Spinoza, yang tekenal dengan aliran monisme. Sebagian kalangan menganggap panteisme sama dengan wahdatul wujud.  
 
4.       Mistisisme non-Tauhid
Mistisisme ini meniscayakan Tuhan yang banyak, karena secara teologis menisbahkan sifat-sifat Tuhan yang banyak kepada zat-Nya. Fenomena ini juga terdapat dalam doktrin trinitas Kristen. Termasuk juga dalam kalangan Islam terjadi jika, pelaku suluk mendewakan peran seorang mursyid yang wajib ditaati. Posisi "Qutb" diletakan di atas syariat. Juga termasuk sufi yang hanya fokus pada Tuhan dan mengabaikan peran Rasulullah Saw dan para wali.
 
5.       Mistisisme tanpa Agama
Fenomena ini ada jika seorang sufi mengabaikan peran wahyu, Al-Quran dan sunnah. Mereka mengingkari kenabian dan mengandalkan akal sebagi alat untuk memilah masalah yang maslahat dan yang mafsadat. Termasuk paham deisme di Barat yang menganggap Tuhan berhenti bertugas setelah menciptakan alam semesta. Nasib alam kemudian bergantung pada hukum alam.
 
6.       Mistisme tanpa Akal
Kelompok ini menganggap akal tidak sejalan dengan mistisisme. Mistisisme yang benar adalah akal dapat menjustifikasi kebenaran Mistisisme. Akal bernilai dan penting, karena tanpa akal tidak tercapai sebuah pengetahuan.
 
7.       Mistisisme tanpa Kehidupan Sosial
Kelompok ini biasanya mengisolasi hidupnya dari masyarakat sosial. Pengikut aliran ini menganggap puncak pencapaian spiritual akhir ketika mereka hanya bersama Tuhan minus masyarakat.
 
8.       Mistisisme tanpa Ahlak
Kelompok ini menganggap diri mereka dan Tuhan saja yang ada. Mereka mendahulukan hubungan vertikal dengan menghancurkan hubungan horizontal. Sufi jenis ini hanya ingin menyempurnakan kualitas hubungan dengan Tuhan saja dan absen menyempurnakan ahlak terhadap sesama.
 
Pedoman Tasawuf
Kesembilan identifikasi mistisisme yang menyimpang ini dapat kita jadikan pedoman atau rambu-rambu untuk mengukur seberapa besar kadar kualitas sebuah ajaran tasawuf yang benar secara teoritis. Bagi pelaku suluk (pejalan spiritual) dapat menjadi pembanding dan refleksi, siapa tahu yang sudah "kadung" kita yakini sebagai hal yang benar ternyata masih menyimpang. Gejala menyimpang ini sebenarnya banyak kita temukan dalam masyarakat; sufi yang mengisolasi diri dari masyarakat, sufi yang gagal memisahkan alam dan Tuhan, sufi yang masih kacau pemahamannya antara zat dan sifat Tuhan, sufi yang anti syariat, dan sufi yang kehilangan Iman pada Tuhan. Semoga saja kita masuk kategori tasawuf yang secara teori benar sehingga dapat menjadi pesuluk sejati. (IRIB Indonesia/PH)

Kegagalan Islamis dan Standar Ganda AS di Mesir

Oleh: Muhammad Anis*
 
Kebangkitan Mesir di musim semi Arab menandai pergeseran negeri itu menuju demokratisasi. Gerakan protes yang membahana di lapangan Tahrir melepaskan kekuatan yang tak dapat diantisipasi siapa pun. Kesadaran akan demokrasi Mesir dan kemuakan akan segudang masalah di era kediktatoran Husni Mubarak melandasi gerakan ini. Namun demikian, sebagaimana pandangan Tariq Ramadan, adalah naif bila mengesampingkan faktor kepentingan geopolitik AS dan sekutu Eropanya dalam peristiwa ini. Negara-negara adidaya itu, jauh sebelum tergulingnya Mubarak, telah turut dalam mendanai gerakan pro-demokrasi Mesir. Padahal, pada saat yang sama mereka menjalin hubungan mesra dengan Mubarak.
 
Lengsernya Mubarak menandai keberhasilan gerakan protes rakyat. Pada pemilu yang diadakan kemudian (Juni 2012), Muhammad Mursi dari Ikhwanul Muslimun berhasil menang secara demokratis. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya, Mursi tampak terjebak dalam kesalahan pendahulunya. Aroma sektarian lebih mendominasi keputusan-keputusan Mursi, sebagai ganti dari merangkul pluralitas rakyatnya. Puncaknya, pada November 2012 Mursi mengeluarkan dekrit bahwa semua produk hukum yang dihasilkan parlemen—yang didominasi Ikhwanul Muslimun—tidak bisa dibatalkan pengadilan. Dekrit ini tentu saja menuai protes dari kaum sekular-liberal, karena khawatir akan produk Undang-Undang yang mengikhwanisasi Mesir. Akibatnya, mereka melakukan demonstrasi besar di lapangan Tahrir.
 
Terlebih lagi, dalam mengatasi permasalahan ekonomi negerinya, Mursi memilih untuk masuk dalam jebakan IMF. Sedangkan dalam kebijakan luar negerinya, Mursi tetap mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel dan menerapkan kebijakan anti-Palestina. Mursi telah menutup Gerbang Rafah dan terowongan Gaza-Mesir, yang merupakan akses penting bagi warga Palestina di Gaza untuk memperoleh kebutuhan hidup dan obat-obatan. Karena itu, tidak heran bila pejabat Israel—sebagaimana yang dilansir Ynet dan Jerusalem Post—memuji bahwa Mursi telah membangun kerjasama keamanan dan hubungan yang baik dengan Israel.  Selain itu, Mursi tampak lebih mendahulukan kepentingan ideologi transnasional Ikhwanul Muslimun ketimbang kepentingan nasional Mesir. Dalam konflik Suriah misalnya, Mursi justru sibuk membantu kelompok oposisi dan mendorong warga Mesir untuk "berjihad" ke Suriah. Kebijakan-kebijakan yang kontraproduktif ini justru semakin mengobarkan api demonstrasi kelompok oposisi, yang kali ini didukung pula oleh sebagian kalangan Islamis garis keras.
 
Sayangnya, protes-protes yang muncul ditanggapi oleh Mursi dan Ikhwanul Muslimun dengan gaya arogan. Kelompok Salafi takfiri (suka mengafirkan pihak lain), yang mendukung mereka, memperoleh keleluasaan untuk menyebarkan propaganda kebencian melalui berbagai media. Mereka tak segan-segan menyematkan label kafir kepada kelompok oposisi Mursi, termasuk kepada institusi Al-Azhar yang juga kerap mengkritik keputusan-keputusan Mursi. Namun demikian, AS tidak pernah mempermasalahkan sikap Mursi ini, bahkan terhadap semua rezim Islamisme beraroma Salafi di berbagai negara Muslim, sekalipun rezim-rezim tersebut menentang demokrasi dan pluralisme. Sebab, mereka tidak menghalangi kepentingan politik dan ekonomi AS di kawasan, bahkan ketergantungan rezim-rezim tersebut sudah cukup bagi AS untuk tidak mengusik mereka. Puncaknya, pada Mei 2013, Menlu AS John Kerry secara diam-diam memberi bantuan militer kepada rezim Ikhwanul Muslimun Mesir sebesar 1.3 miliar dolar, meskipun melanggar keputusan Kongres AS bahwa bantuan semacam itu hanya bisa diberikan kepada negara yang benar-benar menerapkan standar demokrasi.
 
Pasca Mursi
 
Memang tidak mudah bagi Mursi untuk membereskan "sampah-sampah" yang ditinggalkan Mubarak. Namun sayangnya, menurut Kevin Barrett—seorang pakar Arabologi dan Islamologi, yang kerap menjadi narasumber Fox, CNN, New York Times, dan sebagainya—Mursi melakukan kesalahan besar dengan merangkul AS. Mursi mengira bahwa dengan mengikuti keinginan AS untuk bergabung dengan oposisi Suriah, menyerahkan nasib pada IMF, dan mengamankan kepentingan Israel, maka ia akan diberi peluang untuk mengikhwanisasi Mesir. Sebuah prasangka baik yang gegabah. Meskipun AS membantu rezim Mursi, namun aksi sektarian Mursi tetap dinilai bisa menjadi bom waktu yang mengancam kepentingan AS di kawasan.
 
Awalnya, gerakan Ikhwanul Muslimun (IM) sebenarnya telah berada pada jalur yang tepat selama era Mubarak. Hal ini secara cerdas dikupas oleh Carrie Wickham—profesor Ilmu Politik di Emory University—dalam bukunya Mobilizing Islam (2002). Menurutnya, tersendatnya modernisasi Mesir serta sikap otoriter Anwar Sadat dan Mubarak menjadikan banyak kalangan terdidik perkotaan bergantung pada proyek-proyek pemerintah atau menganggur. Ketidakpuasan ini pada gilirannya memberi peluang bagi gerakan IM untuk berkembang, seiring dengan sikap dan perilaku pro-aktif mereka dalam memperbesar oposisi. Ini terutama berkat aktivitas dan jaringan dakwah mereka—yang meliputi lembaga-lembaga komersial, asosiasi-asosiasi sukarela, masjid-masjid yang dioperasionalkan secara independen, dan sebagainya—yang berada di luar kontrol pemerintah.
 
Ini tidak saja memberi ruang bagi IM untuk bergerak dan melakukan mobilisasi, melainkan juga membuat para pesaing mereka dari kalangan sekular-liberal mengalami keterbelakangan organisasional. Temuan Wickham menunjukkan bahwa idealisme dan gagasan para tokoh IM memang memainkan peran penting. Perlakuan pemerintah Mesir yang cenderung represif dan eksklusif justru menjadikan IM memperoleh dukungan luas dari kalangan menengah terdidik, aktivis mahasiswa, dan masyarakat. Selain itu, gagasan yang dikembangkan para pemimpin IM mengenai perlunya rela berkorban dan komitmen kepada tujuan keagamaan—sebagai tanggung jawab moral seorang Muslim—berhasil meruntuhkan asumsi-asumsi yang dikembangkan kelompok pesaing mereka. Namun sayangnya, langkah yang sedemikian bagus justru menjadi porak-poranda saat IM berkuasa.
 
Mursi akhirnya dilengserkan melalui kudeta militer, dan pemerintahan interim pun dibentuk oleh pihak militer. Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait seketika menyambut pelengseran ini dengan memberikan paket bantuan kepada pemerintahan interim Mesir sebesar 12 miliar dolar plus hibah minyak. Sementara itu, Amerika Serikat menolak penggunaan kata "kudeta" terhadap penggulingan Mursi, sembari membujuk kalangan Islamis IM untuk berlegawa menerima penggulingan tersebut dan mau mengikuti kembali proses politik. Lebih lanjut, melalui penolakannya terhadap istilah "kudeta", AS dapat meneruskan bantuan tahunannya kepada Mesir sebesar 1.5 miliar dolar, ditambah lagi dengan rencana hibah empat jet tempur F-16. Bahkan Senat AS memblokir usulan Senator Rand Paul untuk menghentikan bantuan AS ke Mesir. Paul meyakini bahwa yang terjadi di Mesir merupakan kudeta militer.
 
Mengapa pemerintah AS bersikeras, hal ini disebabkan bantuan tersebut menguntungkan AS dalam dua hal: pertama, memperkokoh hubungan Mesir-Israel; kedua, melanggengkan kontrak kerja antara perusahaan militer AS (Lockheed Martin dan General Dynamics) dengan pihak militer Mesir. Ini menunjukkan bahwa bantuan luar negeri AS sejatinya lebih ditujukan untuk kepentingan geopolitiknya ketimbang ideal-ideal demokrasi. Penolakan istilah "kudeta" pada pelengseran Mursi memberikan sinyal kepada masyarakat Internasional bahwa pemilu yang bebas-adil bukanlah hal yang fundamental bagi kebijakan demokrasi AS di luar negeri.
 
Pengamat politik dan ekonomi, Rodney Shakespeare, mengingatkan bahwa Mesir harus menyadari bahwa penggulingan Mubarak yang didukung Barat tidak menghasilkan revolusi sejati seperti yang diinginkan, karena gagal mengakhiri kontrol Barat dan Israel yang terus berlanjut di bawah pemerintahan Mursi dalam bentuk yang berbeda. Lebih lanjut ia menegaskan bahwa kegagalan Mesir dalam demokrasi akan menempatkan negeri itu selalu berada di bawah bayang-bayang kapitalisme Barat. Selain itu, Mesir juga harus membatasi peran militer, sehingga kebangkitan mereka—yang mampu menggulingkan Mubarak—tidak menjadi sia-sia.[IRIB Indonesia/PH)]
 
* Doktor bidang Pemikiran Politik Islam.

Ikhwanul Muslimin, Militer dan Masa Depan Mesir

Tanggal 3 Juli 2013 lalu, tepat tiga hari pasca peringatan tahun pertama naiknya Muhammad Mursi sebagai presiden Mesir, politisi papan atas Ikhwanul Muslimin itu digulingkan dari jabatannya. Mursi dilengserkan melalui kudeta militer. Dan sejak itu, kerusuhan semakin menjalar di Mesir dan semakin tidak terkendali. Loyalis Mursi dan Ikhwanul Muslimin melancarkan protes masif menentang pemerintahan interim Mesir yang dihadapi dengan aksirepresif pasukan militer. Puncaknya, pada 14 Agustus lalu terjadi banjir darah di Mesir. Pasukan militer Mesir menyerang barisan pengunjuk rasa pro-Mursi yang tidak bersedia membubarkan diri di bundaran Rabiah Al- Adawiah dan sejumlah tempat lainnya. Bentrokan berdarah tidak bisa dihindarkan yang mengakibatkan ratusan nyawa melayang, dan ribuan lainnya cidera. Konflik antara penentang dan loyalis Mursi, kini memasuki babak baru.
 
Di tangan militer Mesir yang berkuasa saat ini, konflik tersebut bukannya reda, bahkan semakin menumpahkan darah. Bentrokan antara kedua kubu semakin mengkhawatirkan. Pada saat yang sama, pemerintah interim Mesir meningkatkan penangkapan dan penahanan para pemimpin dan anggota Ikhwanul Muslimin yang memperuncing konflik di negeri seribu menara itu. Media massa melaporkan, dalam sehari, di hari yang diumumkan Ikhwanul Muslimin sebagai "Hari Kemarahan", lebih dari seribu orang anggota dan pendukung Ikhwanul Muslimin ditangkap tentara Mesir. Aparat keamanan Mesir Jumat (16/8) menangkap 1.004 orang loyalis Mursi. Mereka dianggap melakukan tindakan-tindakan terorisme selama demonstrasi.
 
Pemerintah interim Mesir yang terdiri dari kubu militer dan Liberal menuding para pendukung Mursi sedang melancarkan skenario teror melawan penguasa. Kabinet Mesir menggambarkan kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai "teroris dan penjahat". Dalam sebuah pernyataan Jumat (16/8/2013), Kabinet Mesir mengatakan, pasukan keamanan telah menghadapi serangan oleh unsur-unsur teroris dan perampok, serta telah menangkap beberapa teroris yang tergabung dalam organisasi Ikhwanul Muslimin.

Kabinet Mesir mendesak semua warga untuk menjaga persatuan nasional dan menghindari perpecahan. Partai Liberal Front Demokratik Mesir menyerukan elemen-elemen yang tergabung dalam Ikhwanul Muslimin dimasukan dalam daftar teroris. Partai ini juga menyatakan, anggota kelompok Ikhwanul Muslimin harus bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi saat ini. Pernyataan yang dipublikasikan Jumat 16 Agustus waktu setempat itu, meminta agar pemerintah, pihak keamanan, polisi dan warga Mesir harus berdiri bersama untuk melawan tindakan brutal yang condong ke arah aksi terorisme dari Ikhwanul Muslimin. Kabinet Mesir juga menegaskan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah organisasi ilegal.
 
Tampaknya saat ini militer Mesir berupaya memberangus habis peran gerakan Ikhwanul Muslimin dari tampuk kekuasaan, sekaligus mengakhiri peran Islam politik di negeri piramida itu.Tudingan baru terhadap Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris dilancarkan militer Mesir untuk mencoreng citra gerakan Islam itu dan memarjinalkan perannya di tingkat nasional, bahkan regional. Ternyata upaya militer Mesir ini mendapat dukungan penuh dari Arab Saudi. Pasalnya, Raja Abdullah mendukung militer Mesir menyingkirkan Ikhwanul Muslimin dari panggung politik negara Arab di Afrika Utara itu.
 
Selain Saudi, pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) sepenuhnya mendukung kebijakan represif yang diambil militer Mesir. Negara Arab ini menilai langkah pemerintah interim Mesir sebagai bagian dari upaya memulihkan keamanan dan stabilitas negara. Arab Saudi dan UEA juga menyalahkan Ikhwanul Muslimin sebagai pihak yang merusak keamanan di Semenanjung Arab dengan menyebarkan sel-sel rahasia.

Arab Saudi selama ini dikenal sebagai sekutu dekat mantan diktator Hosni Mubarak. Kini, Riyadh menjanjikan bantuan senilai $5 miliar bagi pemerintah sementara Mesir, termasuk membuat tiga rumah sakit lapangan di Mesir untuk membantu mengobati orang terluka selama bentrokan antara pendukung Ikhwanul Muslimin dan tentara Mesir. Sementara itu, AS dan negara-negara anggota Uni Eropa mengambil kebijakan standar ganda dalam menyikapi krisis Mesir. Mereka berupaya mengeruk keuntungan dari transformasi terbaru di negeri seribu menara itu.
 
Kini, dalam kondisi sensitif Mesir yang melibatkan pihak asing tersebut, muncul pertanyaan mengenai apa yang dilakukan Ikhwanul Muslimin? Lalu, bagaimana nasib Ikhwanul Muslimin ke depan, dan bagaimana sikap mereka mereaksi situasi dan kondisi Mesir saat ini ?
 
Menengok rekam jejak Ikhwanul Muslimin dalam sejarah sejak pendiriannya hingga kini, gerakan Islam ini tidak pernah mengangkat senjata melawan penguasa meski dalam kondisi paling sulit sekalipun. Tapi, Ikhwanul Muslimin dianggap bisa menyulut munculnya sebuah perang partisan dan gerakan bawah tanah di dalam negeri Mesir. Kebijakan militer Mesir mengumumkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris bertujuan untuk memarjinalkan gerakan Islam itu.
 
Pasca tergulingnya Mubarak melalui revolusi rakyat Mesir, Ikhwanul Muslimin mengaku memiliki kontribusi besar dalam kemenangan tersebut.Terpilihnya Mursi melalui pemilu yang berlangsung secara demokratis menyebabkan Ikhwanul Muslimin untuk pertama kalinya menguasai tampuk kekuasaan Mesir. Tapi baru setahun berkuasa, Mursi digulingkan, karena tidak bersedia berbagi kue kekuasaan bersama dengan pihak lain meski mereka juga memiliki peran dalam revolusi rakyat. Ketidakpuasan berbagai pihak dimanfaatkan militer Mesir untuk menggulingkan Mursi dan menyingkirkan Ikhwanul Muslimin.
 
Di luar ranah politik, Ikhwanul Muslimin selama beberapa dekade tidak bisa dipungkiri memainkan peran sosial ekonomi yang tidak kecil bagi Mesir. Lembaga sosial ekonomi Ikhwanul Muslimin dianggap sebagai "penyelamat" bagi sebagian lapisan masyarakat Mesir, terutama rakyat miskin. Untuk itulah, militer Mesir tidak bisa begitu saja menyingkirkan peran Ikhwanul Muslimin dalam masyarakat.         
 
Menyikapi kondisi saat ini, para analis politik menilai bentrokan berdarah antara  militer bersama penentang Mursi menghadapi Ikhwanul Muslimin dan pendukung presiden terguling Mesir itu, disinyalir akan mengarah terjadinya perang saudara. Sebagian pengamat memprediksi keruntuhan negeri piramida itu jika kondisi memburuk saat ini tidak segera diatasi. Para analis politik lainnya memandang Mesir menghadapi belati bermata dua yang sama-sama merugikan.
 
Tampaknya krisis Mesir saat ini tidak dimenangi oleh kubu manapun di negara Arab di Afrika Utara itu.Tidak menutup kemungkinan, Mesir akan kembali menerapkan model kepemimpinan militeristik, sebagaimana yang terjadi di era Mubarak. Apalagi militer yang berkuasa saat ini sudah mengumumkan kondisi darurat dan mengendalikan roda pemerintahan dengan tangan besi.(IRIB Indonesia/PH) 

Ekonomi Muqawama, Strategi Iran Melawan Sanksi

Pemerintah Amerika Serikat pada awal Juli 2013 menjatuhkan sanksi baru sepihak untuk memberikan tekanan lebih lanjut terhadap Iran atas program nuklirnya. Sanksi baru itu melarang penjualan dan perdagangan emas dengan Iran, dan menempatkan embargo lebih lanjut tentang pengiriman barang dan kegiatan sektor otomotif. Menteri Keuangan AS Jacob Lew menyebut sanksi Iran saat ini sebagai sanksi terberat yang diberlakukan oleh "masyarakat internasional" dalam sejarah.
 
Penerapan sanksi-sanksi sepihak dan pembatasan finansial dan perdagangan selalu menjadi salah satu instrumen ilegal kekuatan hegemoni AS untuk menekan Republik Islam Iran sepanjang 34 tahun lalu. Dalam beberapa tahun terakhir khususnya sejak 2012, sanksi-sanksi tersebut semakin diperluas. Salah satu fokus utama sanksi adalah mengembargo industri minyak dan lembaga-lembaga keuangan Iran. Tujuan Washington dari aksi itu adalah untuk menciptakan perpecahan antara rakyat dan pemerintah serta memaksa Iran untuk mengamini ambisi-ambisi Barat.
 
Namun, Republik Islam Iran dalam 34 tahun lalu telah mengambil pelajaran berharga dalam melawan tindakan-tindakan konfrontatif AS dan juga mencapai keberhasilan yaitu, resistensi terhadap AS. Strategi Republik Islam dalam menghadapi sanksi-sanksi ketat ekonomi adalah mengadopsi kebijakan ekonomi muqawama. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei sejak beberapa tahun lalu berkali-kali menekankan untuk mengadopsi strategi tersebut dalam menghadapi sikap bermusuhan AS.
 
Ayatullah Khamenei dengan memperhatikan eskalasi tekanan ekonomi AS terhadap Iran, menamakan tahun 1392 Hijriyah Syamsiah sebagai Tahun Epik Politik dan Epik Ekonomi. Penekanan Rahbar untuk merealisasikan epik ekonomi sejalan dengan kebijakan ekonomi muqawama. Ekonomi muqawama adalah sebuah langkah untuk memberi respon proporsional terhadap upaya-upaya musuh guna meminimalisir dampaknya terhadap perekonomian negara. Pada dasarnya, kebijakan ekonomi muqawama bertugas mengidentifikasi target-target tekanan dan kemudian berusaha untuk mengontrol dan membuatnya tidak efektif, dan dalam kondisi ideal, mengubah sanksi menjadi peluang.
 
Optimisme, partisipasi semua pihak, dan pengelolaan rasional dan bijak adalah prasyarat untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan ekonomi muqawama demi menggagalkan sanksi. Pertahanan delapan tahun bangsa Iran terhadap agresi rezim Saddam Hussein merupakan sebuah teladan bagi dunia tentang bagaimana melawan dan memperoleh kemenangan terhadap skenario Barat dan Timur. Sepanjang Perang Pertahanan Suci, rezim Saddam, Barat, dan Timur telah meremehkan perlawanan rakyat dengan berbagai bentuknya.
 
Seruan Imam Khomeini ra untuk melawan agresi Saddam dan partisipasi luas rakyat di medan-medan tempur, telah membuat tentara Saddam kelimpungan dan terpaksa mundur ke garis perbatasan internasional. Jika tanpa dukungan AS dan Uni Soviet, tentu saja rezim Saddam sudah tumbang. Rakyat Iran berkali-kali telah menggagalkan kalkulasi AS dan sekutunya dalam tindakan bermusuhan mereka terhadap bangsa ini. Salah satu peristiwa terbaru adalah pelaksanaan pemilu presiden Iran yang berlangsung sukses dan meriah.
 
Rakyat Iran kembali menunjukkan tentang bagaimana mereka bersatu dan melawan propaganda AS dan Barat terhadap pelaksanaan pesta demokrasi di Republik Islam. Iran sukses menggelar pemilu presiden yang membuat dunia tercengang. Pemilu 4 Juni lalu diselenggarakan dengan meriah dan bebas dan sekali lagi membuktikan tingginya tingkat kepercayaan publik terhadap sistem Republik Islam. Pemerintah-pemerintah Barat sebelumnya berharap pesta demokrasi di Iran akan berujung pada pemberontakan rakyat dan memunculkan kekacauan massal.
 
Akan tetapi, kompetisi serius di antara para kandidat presiden, antusias warga untuk mengikuti pemilu, dan kearifan mereka untuk memilih, telah merusak semua skenario AS dan musuh-musuh lain bangsa Iran. Oleh karena itu, AS dan pemerintah-pemerintah Barat keliru dalam strategi mereka untuk menekan Iran dengan memperketat sanksi ekonomi dan perdagangan. Tentu saja, tidak dapat dipungkiri bahwa sanksi berpengaruh pada ekonomi dan perdagangan Iran serta penurunan daya beli masyarakat. Namun, rakyat Iran akan kembali menunjukkan tentang bagaimana mengubah ancaman menjadi peluang untuk perkembangan dan kemajuan negara. Ayatullah Khamenei telah menjelaskan strategi-strategi unuk melawan sanksi dan para pejabat lain juga telah membuka jalan untuk merealisasikannya.
 
Republik Islam Iran memiliki potensi besar dari segi letak geografi, sektor ekonomi, perdagangan, pertanian, sumber-sumber daya alam, jasa, dan sumber daya manusia. Ekonomi muqawama bukan berarti pengetatan ekonomi, tapi pemanfaatan semua potensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menangkal sanksi serta bergerak menuju kemajuan di berbagai bidang ekonomi dan sains. Kondisi iklim empat musim dan letak geografi memberi peluang kepada Iran untuk menambah produksi hasil pertanian serta memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
 
Sektor pertanian memiliki tempat khusus dalam bidang ekonomi dan keamanan pangan. Menurut kebijakan pengembangan ekonomi, sektor pertanian dalam proses pertumbuhan dan perkembangan negara memikul tugas penting dan mendasar. Data terbaru yang dirilis oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO) menunjukkan bahwa Iran termasuk salah satu produsen terbesar hasil pertanian di dunia. Iran tercatat sebagai produsen utama kacang pistachio dan produsen kedua kurma di dunia.
 
Sanksi minyak merupakan sebuah peluang – daripada menjual minyak mentah – untuk mengubahnya menjadi aneka produk petrokimia, bensin, dan produk-produk penting lainnya. Selain menciptakan nilai tambah dan memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga dapat mengekspor produk-produk tersebut dengan mudah ke pasar dunia. Ayatullah Khamenei menilai produksi kekayaan melalui sumber-sumber yang energi tak terbarukan seperti minyak adalah penipuan terhadap diri sendiri. Rahbar menegaskan, "Menjual produk mentah adalah warisan tahun-tahun sebelum kemenangan Revolusi Islam dan sangat disayangkan negara saat ini masih tetap terlena dan melakukannya. Harus ada upaya untuk menyelamatkan bangsa Iran dari jebakan ini."
 
Dengan memperhatikan pada teknologi canggih dan modern dunia, setiap barel minyak mentah diperdagangkan di pasar dunia minimal 220 dolar dan maksimal 1370 dolar. Republik Islam Iran jika memandang dari perspektif ekonomi muqawama, penjualan minyak mentah dapat dikurangi atau diputus sama sekali untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar. Landasan produksi kekayaan di dunia berhubungan dengan produksi sains dan teknologi serta pemanfaatannya untuk kemajuan, di mana Iran juga telah memperoleh kemajuan besar di kedua bidang tersebut.
 
Menurut statistik dan indeks dunia, Iran mampu memperoleh peringkat pertama produksi ilmu pengetahuan di kawasan Timur Tengah dan peringkat pertama perkembangan ilmu di dunia. Di tahun 2010 Iran, berhasil menorehkan rekor produksi ilmu pengetahuan dengan jumlah 18.319 bila dibandingkan dengan tahun 1990 dan 2000. Dalam tahun tersebut, jumlah makalah ilmiah di Iran tercatat 186 dan 1387 buah. Maraknya makalah ilmiah di pusat-pusat riset dibanding dengan tahun pertama kemenangan Revolusi Islam menunjukkan pesat lajunya sains di Iran.
 
Dalam ekonomi muqawama, langkah pertama adalah mengidentifikasi ancaman-ancaman ekonomi musuh dan titik-titik kelemahannya, dan kemudian mencari solusinya dan mencegah dampak-dampak sanksi terhadap masyarakat. Jika tujuan-tujuan ekonomi muqawama terealisasi, maka AS dan sekutunya akan memahami kesalahan besar mereka dalam menghukum Iran. Sebab, sanksi-sanksi itu akan berubah menjadi sebuah peluang berharga untuk kemajuan Republik Islam. (IRIB Indonesia)

Kebudayaan dan Peradaban Islam; Ikhwan al-Shafa dan Filsafat Islam

Pada abad keempat hijriah terbentuk sebuah kelompok filosof, agamis dan politis dengan nama Ikhwan al-Shafa.  Mereka adalah sekelompok ilmuwan muslim yang membentuk organisasi terselubung di Basrah. Mereka bertujuan menyebar filsafat di kalangan umat Islam. Dengan cara ini, sekelompok filosof tersebut berupaya memerangi khurafat yang dicampuradukkan dalam Islam dan membenahi umat Islam.
 
Henry Corbin, filosof dan teolog asal Perancis, menerjemahkan Ikhwan al-Shafa dengan arti  sekelompok saudara yang ikhlas dan konsisten. Organisasi Ikhwan al-Shafa mempunyai empat bagian. Bagian pertama adalah kelompok permulaan yang berumur antara 15 dan 30 tahun. Kelompok ini mempunyai kelebihan dari sisi kecerdasan dan kemampuan mentransfer. Mereka dikenal dengan kelompok ikhwan yang baik dan lembut.
 
Sementara pada bagian kedua dari kelompok tersebut, mereka berumur antara 30 hingga 40 tahun. Kelompok ini dikenal dengan sekelompok ikhwan yang baik dan alim. Mereka mempunyai sifat-sifat yang mulia seperti dermawan, pemaaf, pengasih dan konsisten. Adapun bagian ketiga adalah kelompok yang berumur antara tahun 40 hingga 50 tahun. Kelompok ini dkenal dengan ikhwan yang terhormat dan mulia. Mereka mengenal undang-undang dan aturan dengan baik. Mereka menyusun teologi dan membela kebenaran. Pada bagian keempat dari kelompok Ikhwan al-Shafa, mereka berumur  50 tahun ke atas. Kelompok ini mencapai derajat bijak dan kesempurnaan.
 
Para anggota Ikhwan al-Shafa mampu menguasai ilmu-ilmu yang berkembang saat itu. Mereka juga saling bertukar pendapat soal wawasan agama, sejarah peradaban dan syariat. Hasil pemikiran Ikhwan al-Shafa tertuangkan dalam makalah dan risalah yang hingga kini bisa diakses.
 
Yang menarik, mayoritas anggota Ikhwan Aa-Shafa berasal dari Iran. Di antara pembesar Ikhwan Al-Shafa adalah Zaid bin Rafaah, Ibn Al Rawandi dan Abu Hayyanal-Tauhidi.
 
Kelompok ini meninggalkan banyak karya. Di antara karya yang terkenal adalah Risalah Ikhwan al-Shafa yang mencakup 51 makalah. Ini adalah karya Ikhawan al-Shafa yang terpopuler. 50 makalah dari risalah itu mencakup berbagai masalah seperti ilmu alam, matematika, ilmu ketuhanan, agama serta berbagai masalah akal dan sosial. Adapun makalah ke-51 membahas bagian-bagian kelompok dan cara berinterkasi antaranggota Ikhwan al-Shafa, serta menjelaskan pendaftaran keanggotaan kelompok ini. Yang menarik, Barat pada abad ke 19 baru mengenal karya-karya Ikhwan al-Shafa dan tertarik mengkajinya.
 
Ilmuwan asal Jerman, Friedrich Dieterici, selama 31 tahun, mengkaji berbagai masalah yang berhubungan dengan Ikhwan al-Shafa. Saat ini, banyak karya Ikhwan al-Shafa diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Spanyol, Jerman, Italia dan Inggris.
 
Di masa Saljuqiyan (abad 5 dan 6 hijriah), banyak ilmuwan yang bermunculan. Pada zaman itu, karya para ulama di bidang fikih, teologi dan hadis, bertebaran di berbagai penjuru dunia Islam saat itu. Abu Hamid Muhammad bin Muhammmad al-Ghazali al-Thusi termasuk di antara nama filosof yang tersohor pada pertengahan kedua abad kelima. Al-Ghazali al-Thusi melakukan aktivitasnya dengan menghadiri diskusi atau halaqah di kalangan ulama, menyampaikan pelajaran dan pidato.
 
Ghazali mempelajari ilmu agama dan sastra di bawah bimbingan Abu Naser al-Ismaili. Belum menginjak umur 30 tahun, Ghazali telah mampu menguasai berbagai ilmu dan bidang seperti sastra, fikih, akhlak, ushul Islam, teologi dan disiplin ilmu filsafat. Semua itu dikuasai dengan baik oleh Ghazali.
 
Banyak karya peninggalan Ghazali. Di antara karya Ghazali yang paling monumental adalah Ihya Ulum al-Din. Kitab ini mencakup empat bagian, yakni ibadah, tradisi, perilaku destruktif, dan perilaku konstruktif.
 
Karya lain Ghazali adalah Maqasid al-Falasifah. Ini merupakan buku filsafat sederhanaGhazali yang ditulis untuk memahami pemikiran para filosof. Dalam buku Tahafut al-Falasifah, Ghazali berusaha mengkritis pendapat para filosof dengan menyodorkan berbagai argumnetasi. Dalam buku itu,  Ghazali berusaha menjelaskan pandangan kontradiktif di kalangan filosof. Ghazali dalam bukunya menjelaskan kemiripan pandangan filosof dengan keyakinan Muktazilah. Menurut Ghazali,  jika Muktazilah diyakini kafir,  maka para filosof adalah kafir. Jika Muktazilah tidak diyakini kafir, maka filosof tidaklah kafir. Hal yang menjadi catatan, buku Ghazali  ini mendapat perhatian besar dalam peradaban Islam. Bahkan buku ini menjadi alat politik untuk menekan para filosof dan madrasah-madrasah yang menerapkan metode logika.
 
Ghiyath al-Din Abul-Fath Umar ibn Ibrahim yang juga dikenal dengan Khayam, lahir di Neisyabour, timur laut Iran,  pada abad pertengahan kelima hijriah. Ia hidup di masa  kekuasaan Saljuqiyan saat dunia dihadapkan banyak gejolak. Di masa itu, Perang Salib meletus dan  kelompok Ismailiyah muncul.
 
Khayam di antara tokoh yang menaruh perhatian pada ilmu-ilmu yang berkembang di Yunani. Beliau adalah murid Abu Ali Sina yang dikenal dengan Avicenna. Dari sisi lain, Khayam mempunyai kemiripan pemikiran dengan kelompok Ikhwan al-Shafa.  
 
Rubaiyat adalah di antara karya Khayam. Dalam karya itu tertuangkan banyak pikirannya terkait eksistensi, materi, waktu, galaksi, Tuhan dan jabr (determinasi). Berdasarkan syair-syairnya, Khayam meyakini Tuhan sebagai wujud mutlak. Beliau juga diklaim meyakini konsep determinasi di alam semesta ini dan tidak adanya ikhtiar bagi manusia.
 
Sementara itu, sejumlah cedekiawan muslim tidak meyakini bahwa syair-syair yang mempunyai aspek determinasi dan nihil yang tentunya bertentangan dengan Islam, bukanlah milik Khayam. Apalagi Khayam yang juga filosof, tentunya mempunyai landasan kuat sehingga pandangan determinasi sangat jauh dari sosok pemikir sebesar Khayam.
 
Terkait hal ini, Murtadha Muthahari, pemikir terkemuka Islam dalam bukunya yang berjudul "Khadamat-e Motaqabel Islam va Iran" menjelaskan, "Sebagian  besar syair yang dikaitkan dengan Khayam bukanlah darinya, bahkan berseberangan dengan sosok yang sebenarnya." Lebih lanjut, Muthahari menyinggung sejumlah peneliti asal Iran dan Eropa yang tak meyakini sejumlah syair yang dihubungkan pada Khayam. Bahkan sejumlah peneliti menyebutkan, "Ada kemungkinan terdapat dua tokoh dalam sejarah yang bernama Khayam. Seorang tokoh adalah penyair, sedangkan tokoh lainnya adalah filosof." Dengan demikian, tulisan-tulisan otentik Khayam harus ditemukan dan disinkronkan dengan  pandangan gurunya, Ibnu Sina.(IRIB Indonesia)

Pemiran Syiah Besar Pengaruhnya bagi Kemajuan Islam di Malaysia
Menurut ulama Malaysia dan juga Presiden Partai Islam se Malaysia, Datuk Seri Abdul Hadi tersebut sumbangsih pemikiran Syiah bagi kemajuan dan perkembangan Islam di Malaysia tidak bisa dinafikan. Menurutnya itu adalah fakta sejarah dari kurun-kurun sebelumnya yang tidak bisa dibantah.

 

 Pemiran Syiah Besar Pengaruhnya bagi Kemajuan Islam di Malaysia
Menurut Kantor Berita ABNA, Datuk Seri Abdul Hadi Presiden Partai Islam se Malaysoa dalam sebuah pertemuan di Terangganu Malaysia rabu (30/8) menyatakan,  "Musuh-musuh Islam bertekad untuk menjebak muslim Sunni dan Syiah untuk terus berpecah belah dan saling berselisih untuk mencegah terwujudnya persatuan dikalangan dua mazhab besar Islam ini."
"Hal ini harus menjadi perhatian besar para cendekiawan dan ulama Islam untuk bisa menyelesaikannya." Tambahnya.
Menurut ulama Malaysia dan juga Ahli Parlemen Marang tersebut sumbangsih pemikiran Syiah bagi kemajuan dan perkembangan Islam di Malaysia tidak bisa dinafikan. Menurutnya itu adalah fakta sejarah dari kurun-kurun sebelumnya yang tidak bisa dibantah.
Menurutnya lagi, adanya isu ikhtilaf dan perpecahan antara Sunni dan Syiah adalah isu yang sengaja dihembuskan untuk membuat sibuk umat Islam sehingga lupa dengan rezim Israel yang masih terus menebar kejahatan di bumi Palestina. "Blok Barat dan rezim Israel yang sedang melakukan konspirasi untuk menghalangi kebangkitan Islam di negara-negara kawasan, itulah musuh bersama kita. Bukan saudara sendiri yang berbeda mazhab."
"Kami mencita-citakan kebangkitan Islam dan sedang berada di jalan itu. Umat Islam diseluruh dunia akan mencapai kemenangan." Tambahnya optimis.
"Untuk melalaikan kaum muslimin dari poros kebangkitan Islamlah, dihembuskanlah perbedaan dan perselisihan antar mazhab." Lanjutnya lagi.
Presiden Partai Islam Semalaysia tersebut lebih jauh mengingatkan umat Islam agar tidak terperangkap dalam agenda yang melemahkan umat Islam dengan memanfaatkan isu Sunni - Syiah. Menurut beliau isu perbedaan mazhab tersebut hanya menjauhkan umat dari kebangkitan Islam di seluruh dunia hari ini di samping melupakan musuh yang sebenarnya yaitu rezim Zionis dan negara adi kuasa.

Menurutnya isu-isu ikhtilaf antar mazhab hanyalah wewenang para ahli agama dan sarjana Islam untuk membahas dan mendiskusikannya bukan oleh orang-orang jahil dan bodoh, sebab hanya akan semakin memperkeruh suasana.

“Dalam hal ini kita kena sadar dalam masalah mazhab ini sepatutnya hanya dibincangkan oleh ahli-ahli ilmu, jangan yang bodoh. Dalam Sunni ada yang bodoh, dalam Syiah pun ada yang bodoh dan ini ‘penyakit’ yang kita sedang hadapi hari ini,” tambahnya lagi.

Selain itu beliau menjelaskan mazhab Syiah dalam masyarakat Melayu bukan sesuatu yang baru, melainkan sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Krisis Mesir, Malaysia Pulangkan Mahasiswa dengan Pesawat Khusus
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dalam wawancaranya (20/8) dengan media setempat menyebutkan telah membentuk tim khusus yang beranggotakan para ahli dari kalangan militer untuk menjalankan proses evakuasi warga Malaysia yang sedang berada di Mesir untuk keluar dari negara yang sedang mengalami krisis politik tersebut. 

 Krisis Mesir, Malaysia Pulangkan Mahasiswa dengan Pesawat Khusus
Menurut Kantor Berita ABNA, pemerintah Malaysia menyampaikan untuk memulangkan ribuan warga negara Malaysia yang sedang berada di Mesir ke Kuala Lumpur pemerintah akan mengirimkan pesawat khusus untuk menjemput mereka. Kondisi Mesir semakin memprihatinkan akibat konflik internal membuat pemerintah Malaysia mengkhawatirkan keselamatan warganya yang sedang berada di Mesir.
Disebutkan dengan adanya peristiwa kerusuhan di Mesir yang menyebabkan terbunuhnya sejumlah warga sipil yang melakukan aksi unjuk rasa oleh militer Mesir, pemerintah Malaysia berupaya keras untuk segera mengevakuasi warganya. Dalam penyampaiannya, pemerintah Malaysia khusus mahasiswa Malaysia hanya akan dievakuasi sementara ke negara-negara tetangga Mesir, dengan harapan jika kondisi Mesir kembali stabil, mereka bisa kembali dengan cepat ke Mesir.  
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dalam wawancaranya (20/8) dengan media setempat menyebutkan telah membentuk tim khusus yang beranggotakan para ahli dari kalangan militer untuk menjalankan proses evakuasi warga Malaysia tersebut keluar dari Mesir. Disebutkan mahasiswa untuk sementara akan dipindahkan ke Oman dan Turki dengan pesawat khusus.
Jumlah total mahasiswa Malaysia di Mesir sekitar 11 ribu orang. Yang dua tahun sebelumnya juga mengalami evakuasi serupa dan dipindahkan sementara di Jeddah Arab Saudi akibat krisis politik yang melanda Mesir. Bahkan dalam proses evakuasi tersebut, pemerintah Malaysia menggunakan fasilitas militer berupa pesawat tempur.

Perang dan Kekerasan Tidak Akan Menyelesaikan Masalah
"Majma Jahani Ahlul Bait, Majma Taqrib Mazahib (Lembaga Pendekatan antar Mazhab), OKI dan organisasi-organisasi internasional Islam lainnya harus mampu memberikan perannya dalam upaya mencarikan titik penyelesaian masalah Mesir. Harus diserukan dialog dan rekonsiliasi damai dan menghindarkan sebisanya perang dan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Tumpahnya darah umat Islam sesuatu yang sangat disayangkan terjadi." 

 Perang dan Kekerasan Tidak Akan Menyelesaikan Masalah
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah Jawad Amuli dalam pertemuan dengan pengurus Yayasan Tabligh Islami Provinsi Tehran mengharapkan keselamatan kepada seluruh kaum muslimin. Beliau berharap agar umat Islam mendapat pertolongan dan diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk bisa segera keluar dari berbagai kesulitan khususnya masyarakat muslim di Timur Tengah terkhusus lagi masyarakat muslim Mesir.
"Kewajiban masing-masing dari kita sesuai dengan kemampuan, yang pertama adalah berdo'a, kedua menyerukan agar rakyat Mesir tetap bisa menjaga persatuan dan tidak terpedaya konspirasi Barat dan asing yang menghendaki terjadi perang saudara di Mesir." Tambah ulama sekaligus filosof tersebut.
Ayatullah Jawad Amuli dengan menukil dari ayat suci Al-Qur'an yang menyebutkan penyebab perpecahan yang terjadi pada kaum Yahudi dan Nasrani menyatakan,"Jika perpecahan yang terjadi pada suatu kaum mengalami kebuntuan untuk bisa diselesaikan harus diketahui bahwa perpecahan dan perselisihan itu bukan perselisihan yang biasa, melainkan perselisihan tersebut adalah salah satu bentuk azab dari Allah SWT."
Ulama besar Iran yang juga sebagai Marja Taklid dikalangan Syiah tersebut dibagian akhir penyampaiannya memberikan saran agar masyarakat Mesir bisa keluar dari kemelut politik dengan menyatakan, "Majma Jahani Ahlul Bait, Majma Taqrib Mazahib (Lembaga Pendekatan antar Mazhab), OKI dan organisasi-organisasi internasional Islam lainnya harus mampu memberikan perannya dalam upaya mencarikan titik penyelesaian masalah Mesir. Harus diserukan dialog dan rekonsiliasi damai dan menghindarkan sebisanya perang dan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Tumpahnya darah umat Islam sesuatu yang sangat disayangkan terjadi."

Apa Kabar Gaza?
Kemenangan Mursi dalam pilpres Mesir membawa harapan baru bagi rakyat Gaza. Mursi dikenal sebagai presiden saleh yang hafal Quran dan berasal dari gerakan Ikhwanul Muslimin, mana mungkin tega membiarkan saudara seimannya terpenjara di Gaza? Namun harapan tinggal harapan. Pada bulan Juli 2012, rezim Mursi sempat membuka gerbang Rafah. Namun sejak Agustus 2012, gara-gara ada 16 tentara Mesir yang dibunuh teroris, Mesir kembali menutupnya.

 
Dina Y. Sulaeman*

 Apa Kabar Gaza?
Hiruk-pikuk aksi ‘jihad’ di Syria, serbuan Prancis dan sekutunya ke Mali untuk ‘menumpas terorisme’, atau eskalasi konflik politik di Kairo, seolah mengalihkan perhatian publik terhadap nasib warga Gaza. Apa kabar mereka sekarang?  Ternyata, nasib mereka masih belum berubah. Mereka masih berada dalam penjara virtual raksasa yang diciptakan Israel. Mereka dihalangi keluar melewati laut atau daratan yang berbatasan dengan Israel.  Satu-satunya jalan adalah dengan menggali ratusan terowongan yang menghubungkan Gaza dengan Mesir. Terowongan-terowongan itu adalah lifeline rakyat Gaza, jalur yang memberikan mereka kehidupan. Terowongan-terowongan itulah yang memberi mereka akses keluar-masuk yang sangat dibutuhkan untuk membeli barang-barang kebutuhan hidup, termasuk makanan dan obat-obatan, serta menjual barang produksi mereka agar mereka bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan perut, serta untuk membawa para penderita sakit ke rumah sakit di Mesir.
Kemenangan Mursi dalam pilpres Mesir membawa harapan baru bagi rakyat Gaza. Mursi dikenal sebagai presiden saleh yang hafal Quran dan berasal dari gerakan Ikhwanul Muslimin, mana mungkin tega membiarkan saudara seimannya terpenjara di Gaza?  Namun harapan tinggal harapan. Pada bulan Juli 2012, rezim Mursi sempat membuka gerbang Rafah. Namun sejak Agustus 2012, gara-gara ada 16 tentara Mesir yang dibunuh teroris, Mesir kembali menutupnya.
Israel mengklaim bahwa setelah membunuh tentara Mesir, para teroris itu membajak dua kendaraan militer Israel lalu melarikan diri memasuki wilayah Israel. Mereka pun kemudian  ditembak oleh tentara Israel. Pernyataan ini tentu saja terasa aneh. Bila benar demikian, sudah dipastikan teroris itu bukan pejuang Palestina, lalu mengapa perbatasan Rafah yang ditutup? Apa untungnya bagi orang Palestina membunuh tentara Mesir?
Apapun jawabannya, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak sudah memberi pernyataan, “Serangan itu menandakan Pemerintah Mesir perlu mengambil tindakan untuk menegakkan keamanan dan mencegah teror di Sinai.”  Dan, Mursi pun menurut: gerbang  Rafah kembali ditutup. Meskipun beberapa kali ada berita Mursi membuka gerbang, namun secara umum, gerbang Rafah dinyatakan tertutup. Dan rakyat Gaza kembali menggantungkan harapan kepada terowongan galian mereka.
Sejak bulan Agustus itu pula, tentara Mesir memulai operasi penutupan terowongan-terowongan Gaza. Ratusan terowongan telah ditutup oleh rezim Mursi. Sejak sepekan lalu, operasi penutupan terowongan itu kembali terjadi. Tentara-tentara Mesir membanjiri terowongan itu dengan air, membuat orang-orang yang ada di dalamnya, pekerja yang sedang membangun terowongan, atau orang-orang yang kebetulan sedang melewatinya untuk membawa barang-barang, lari tunggang langgang berusaha menyelamatkan diri. Sebuah sumber militer Mesir menyatakan bahwa operasi penghancuran tunel-tunel antara Rafah di Jalur Gaza dan Rafah di Mesir dipercepat guna “mewujudkan keamanan di wilayah Gurun Sinai” (El Misr El Yaum, dikutip IRIB).
Bagaimana menganalisis situasi ini? Mengapa rezim Mursi sedemikian tega melakukan hal tersebut? Situasi  ini hanya membawa kita pada paradoks revolusi Mesir. Setelah meraih tampuk kekuasaan, Mursi dan IM tampak terbelenggu.  Segera setelah meraih tampuk kekuasaan, Mursi mendapati bahwa kas negaranya hanya tersisa 14 milyar dollar. Mesir terancam tidak bisa menjalankan roda pemerintahan dengan uang itu. Jalan keluar yang diambil Mursi adalah meminjam dari IMF. Untuk melunakkan protes dari kalangan konservatif, dalam sebuah pidatonya, Mursi menyatakan, “Ini bukanlah riba.” (AFP/6 Okt 2012)
Kalau Anda pernah membaca buku John Perkins, keputusan Mursi untuk bekerja sama dengan IMF merupakan indikasi ketundukannya pada ‘imperium’, sebuah kerajaan tak beristana, tak mengenal batas negara, yang dikuasai oleh orang-orang paling kaya sedunia. Imperium memanfaatkan perusahaan-perusahaan  swasta yang memperkerjakan orang-orang yang disebut sebagai ‘economic hitman’ (bandit ekonomi). Para bandit ini akan melakukan berbagai cara agar para pemimpin negara mau tunduk pada kemauan imperium. Bila ada yang berani melawan, si pemimpin negara itu akan digulingkan atau bahkan dibunuh. Bila ada yang hingga saat ini masih mampu bertahan, (antara lain, Evo Morales, Chavez, atau Ahmadinejad) tak lain karena keberanian si pemimpin dan dukungan rakyat yang sangat besar.
Bagaimana dengan Mursi? Dari manuver-manuvernya, kita bisa mengira-ngira bahwa dia memang berada dalam tekanan imperium.  Sudah terlalu banyak bukti yang menunjukkan bahwa kerjasama dengan IMF hanya akan memperbudak sebuah negara  di hadapan imperium. Negara penerima hutang tidak hanya sekedar menerima uang lalu berkewajiban membayar kembali dengan jumlah berkali lipat (riba), tetapi juga dipaksa melakukan banyak hal yang dikehendaki imperium, termasuk memiskinkan rakyatnya sendiri melalui pencabutan subsidi dan menjual sumber daya alam kepada perusahaan asing. Mursi dan Ikhwanul Muslimin pasti sudah memahami semua ini, tetapi sepertinya tetap memilih tunduk di hadapan imperium.
Terkait Ikhwanul Muslimin, disinggung dalam buku kedua John Perkins. Dia menuliskan, dalam sebuah rapat antara pejabat-pejabat dari USAID, perusahaan bandit ekonomi bernama MAIN, dan korporat-korporat yang menjadi kliennya, antara lain Bechtel, di Boston, AS, 1974, ada dialog berikut:
Dia [orang USAID] menghabiskan air minumnya. “Tuan Hall [CEO MAIN], aku setuju sekali dengan pernyataan Anda.” Dia melihat ke kertas di atas meja, di sebelah piringnya. “Piramid-piramid Mesir  melambangkan peran yang harus dimainkan negara jika kita ingin merebut hati dan pikiran bangsa Arab. Mesir akan membentuk dasarnya, yang besar dan kokoh. Lalu kita akan menumpuk mereka, satu negara di atas yang lain.”
[Ini menunjukkan betapa besarnya tekanan yang diterima pemimpin Mesir karena imperium merasa harus menguasai Mesir dulu bila ingin menguasai negara-negara Timteng lainnya]
“Kau sudah diberi tahu tentang Ikhwanul Muslimin?” [tanya George Rich, petinggi MAIN]
“Ya.” [jawab Perkins]
“Well, mereka sangat berbahaya, harus dibujuk, diajak berkompromi, disuap, apa saja, karena mereka tidak bisa dihentikan. Sadat sudah membuktikan hal itu…”
(Perkins, The Secret History of American Empire, edisi terjemahan 242, 247)
Khusus untuk Mesir, sebagaimana juga tekanan yang diterima Mubarak, tekanan yang diberikan kepada Mursi sudah pasti akan berkaitan dengan ‘keselamatan Israel’. Sudah bukan rahasia lagi,para pengusaha-pengusaha raksasa itu adalah para pendukung Zionisme. Itulah sebabnya sampai kini Mursi sedemikian lemah dalam membela Palestina.
Tentu saja, butuh keberanian besar untuk mampu melawan imperium. Buat rakyat Mesir pendukung Mursi, alih-alih mencari-cari justifikasi dan secara taklid menganggap semua yang dilakukan Mursi pasti benar, agaknya lebih baik mendorong Mursi untuk tidak menyerah di hadapan imperium. Bukankah bila Mursi sampai harus mengorbankan nyawa demi membela kebenaran, dia akan menjadi syahid dan itulah kematian terindah seorang muslim, sebagaimana tercantum dalam Al Quran yang dihafalnya? Tak salah bila Mursi dan IM belajar dari Iran. Setelah mendirikan Republik Islam, para pemimpin, pejabat, dan ilmuwan Iran dibunuhi teroris tetapi mereka tetap bertahan menolak tunduk pada imperium.
Dan bagi bangsa Palestina, terutama Hamas (yang anehnya enggan mengkritik ‘kebijakan’ Mursi menutup terowongan), seharusnya fenomena ini menjadi catatan bagi mereka untuk bisa melihat siapa sesungguhnya teman sejati mereka.
*Magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, research associate Global Future Institute
(dimuat di IRIB dan The Global Review)
 Reaksi Pejabat Israel Mendengar Pembebasan Mubarak
Anggota parlemen Israel (Knesset) dan mantan menteri Zionis, Ben Eliezer, menyampaikan pesan khusus kepada mantan diktator Mesir Hosni Mubarak, setelah mendengar berita dia akan segera dibebaskan.
 

 Reaksi Pejabat Israel Mendengar Pembebasan Mubarak
Menurut Kantor Berita ABNA, Anggota parlemen Israel (Knesset) dan mantan menteri Zionis, Ben Eliezer, menyampaikan pesan khusus kepada mantan diktator Mesir Hosni Mubarak, setelah mendengar berita dia akan segera dibebaskan.
FNA (22/8) melaporkan, Benyamin Eliezer, mantan menteri peperangan dan infrastruktur Israel kepada sahabat lamanya, Hosni Mubarak menyatakan bahwa dirinya sedang menanti-nanti pertemuan setelah Mubarak dibebaskan dari penjara.
Hal itu dikemukakan Eliezer dalam wawancaranya dengan koran Yediot Aharonot seraya mengatakan, "Pembebasan Mubarak itu sudah dapat diprediksi."
Ketika rezim Mubarak tumbang akibat revolusi rakyat Mesir, Eliezer menilai Mubarak sebagai harta karun strategis bagi Israel.
Menyinggung terjadinya berbagai peristiwa di Mesir pasca tumbanya rezim Mubarak, Eliezer berpendapat bahwa Mubarak memiliki peran besar dalam mewujudkan stabilitas dan keamanan di Mesir dalam tiga dekade terakhir.
"Namun dia juga sama seperti kebanyakan pemimpin lain yang memiliki kekeliruan akan tetapi kekeliruan itu tidak boleh menghapus semua keberhasilannya," papar Eliezer menjustifikasi politik korup dan tangan besi Mubarak.  
Sebelumnya, pengadilan Mesir memutuskan pembebasan Mubarak dan disebutkan pula bahwa keputusan tersebut tidak dapat dianulir. Hingga dua hari mendatang Mubarak akan dibebaskan.

Pembebasan Mubarak Sudah Pasti dan Final
Ahmed El Bahrawi, Jaksa Penuntut Mesir mengumumkan, vonis bebas Hosni Mubarak, diktator Mesir sudah final dan protes atas keputusan itu tidak dibenarkan.
 

 Pembebasan Mubarak Sudah Pasti dan Final
Menurut Kantor Berita ABNA, Hisham Barakat, Jaksa Agung Mesir mengumumkan, pembebasan Hosni Mubarak sudah pasti dan final, serta sama sekali tidak keberatan dari Kejaksaan Tinggi terkait tuduhan terbaru atasnya.
Situs berita Mesir, Al Masry Al Youm seperti dikutip Tasnim News (21/8) melaporkan, Jaksa Agung Mesir mengatakan bahwa Kejaksaan Tinggi tidak memiliki sanggahan apapun soal hukum yang dijatuhkan Pengadilan Kairo untuk membebaskan Hosni Mubarak, mantan presiden Mesir dari tuduhan "Menerima jatah tahunan sebesar satu juta dolar dari surat kabar pemerintah Al Ahram".
Menurut Hisham vonis bebas Hosni Mubarak sudah pasti dan final.
Sebelumnya, Ahmed El Bahrawi, Jaksa Penuntut Mesir mengumumkan, vonis bebas Hosni Mubarak, diktator Mesir sudah final dan protes atas keputusan itu tidak dibenarkan.
Pengacara Mubarak, mantan presiden yang sejak kemenangan revolusi Mesir harus mendekam di penjara, mengatakan bahwa kliennya akan dibebaskan paling lambat Kamis (22/8).
Adly Mansour, Presiden Pemerintah sementara Mesir menegaskan, mengingat keputusan undang-undang luar biasa tentang keamanan dan perdamaian, Hosni Mubarak pasca kebebasannya harus tetap berada di bawah pengawasan negara.

Iman dan Persatuan, Dua Faktor Kekuatan untuk Resistensi
Rahbar Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, dalam pertemuan yang dihadiri para pejabat tinggi negara, Duta Besar negara-negara Islam, dan berbagai kalangan masyarakat menyebut iman dan persatuan sebagai dua faktor yang melandasi kegigihan bangsa-bangsa di dunia dalam melawan konspirasi musuh. Hal itu beliau sampaikan saat menyinggung berbagai peristiwa yang sengaja ditimpakan oleh bangsa-bangsa asing terhadap sejumlah negara Islam.
 

 Iman dan Persatuan, Dua Faktor Kekuatan untuk Resistensi
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Jum'at (9/8) dalam pertemuan yang dihadiri oleh para pejabat tinggi negara, Duta Besar negara-negara Islam, dan berbagai kalangan masyarakat menyebut iman dan persatuan sebagai dua faktor yang melandasi kegigihan bangsa-bangsa di dunia dalam melawan konspirasi musuh. Hal itu beliau sampaikan saat menyinggung berbagai peristiwa yang sengaja ditimpakan oleh bangsa-bangsa asing terhadap sejumlah negara Islam.

Dalam pertemuan yang diselenggarakan di hari raya Idul Fitri tersebut, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Berkat karunia Allah yang diiringi dengan keimanan dan persatuan, bangsa Iran selamat dari bidikan anak-anak panah beracun yang berusaha menebar pertikaian di tengah bangsa ini. Dengan percaya dan yakin akan janji-janji Ilahi, bangsa ini telah menjadikan kemajuan yang berkesinambungan sebagai bagian dari esensi gerakannya."

Seraya mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri kepada seluruh rakyat Iran, beliau mengungkapkan bahwa puasa dan ibadah selama sebulan penuh yang dijalankan oleh bangsa ini akan mendatangkan rahmat Ilahi. Kepada para pejabat yang bertugas di pemerintahan yang baru, beliau berpesan untuk tidak melupakan dzikir dan doa serta keyakinan akan bantuan Allah dalam menjalankan tugas pengabdian berat yang mereka pikul.

"Dengan inayah dan bantuan Allah, para pejabat tinggi negara akan bisa melaksanakan tugas-tugas penting dan kewajiban yang berhubungan dengan hak-hak umum rakyat yang mereka pikul. Dengan demikian tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan," kata beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa untuk memperoleh hidayah, karunia Ilahi , dan keyakinan akan janji-jani Allah kita harus mengerahkan segenap potensi yang ada dan bekerja keras.

"Dengan bermalas-masalan dan tidak berbuat sesuatu, kita tak bisa mengharapkan rahmat Allah. Karena itu kita harus menguras pikiran, kepandaian, tenaga dan fasilitas sumber daya manusia yang besar ini," imbuh beliau.

Menyinggung periode-periode yang dilalui oleh revolusi yang terkadang diwarnai dengan pesimisme sejumlah kalangan yang punya kepercayaan lemah akan pertolongan Allah, Rahbar menandaskan, "Di masa-masa itupun bangsa Iran menyaksikan datangnya pertolongan dari Allah. Sekarang, kondisi bangsa Iran dan negara ini lebih baik dari semua periode yang lalu."

Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan kondisi dan kesulitan besar yang dihadapi negara-negara Islam khususnya di kawasan barat Asia dan utara Afrika. Menurut beliau, masalah itu sengaja ditimpakan dan dipaksakan oleh pihak-pihak asing kepada negara-negara tersebut.

"Solusi untuk mengatasi masalah dan menyelesaikan konflik itu ada di tangan rakyat. Rakyat, melalui kearifan tokoh-tokohnya dan bimbingan para pemimpin dan kaum cerdik pandainya harus mengambil keputusan sendiri supaya intervensi asing yang merugikan dan kemunafikan yang sengaja disusupkan ke tengah rakyat bisa dihentikan," kata beliau.

Seraya menjelaskan kondisi bangsa Iran yang tidak termakan oleh isu-isu pemicu konflik internal, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Di Iran, para pemeluk berbagai madzhab dan beragam suku hidup berdampingan secara damai. Kubu-kubu politik dengan latar belakang berbeda bahu membahu dan berjalan bersama-sama. Konspirasi yang berusaha menebar konflik perselisihan politik, kesukuan dan madzhab di tengah bangsa ini tak bisa menimbulkan kesannya saat berhadapan dengan kekuatan iman, solidaritas dan persatuan bangsa."

Beliau menyimpulkan bahwa keimanan dan persatuan adalah dua faktor utama yang melahirkan kekuatan bagi suatu bangsa dalam perjuangan dan kegigihannya melawan anak-anak panah beracun yang hendak menebarkan benih perselisihan.

Kepada para pejabat negara, elit politik dan pemuka agama, Rahbar mengimbau untuk melakukan tindakan apa saja yang diperlukan dalam rangka memperkuat keimanan dan persatuan bangsa. Beliau menambahkan, "Andai saja para pemimpin politik dan pemuka gerakan budaya di negara-negara Islam yang sedang dilanda masalah punya perhatian yang lebih besar kepada dua masalah ini!".

Di awal pertemuan, Presiden Republik Islam Iran Hojjatol Islam wal Muslimin Dr. Hassan Rouhani dalam kata sambutannya mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri seraya menyebutnya sebagai hari raya keteguhan, kegigihan dan penyucian jiwa.
Seraya menekankan untuk meningkatkan kekuatan bangsa dan negara, Rouhani menyebut kepatuhan kepada undang-undang sebagai langkah awal yang bisa mewujudkan solidaritas dan persatuan bangsa. "Kami berharap, dengan memperoleh kepercayaan dari parlemen, pemerintahan periode kesebelas bisa lebih cepat dapat melaksanakan pengabdiannya kepada rakyat," katanya.

Iran Kian Mengukuhkan Diri Sebagai Negara dengan Kemajuan Ilmu Yang Pesat
"Yang hendak diwujudkan oleh pemerintahan Islam adalah kemajuan berdasarkan model yang Islami dan Irani, yakni model kemajuan yang didasari oleh bimbingan Islam dan sesuai dengan kebutuhan dan tradisi bangsa Iran."
 

 Iran Kian Mengukuhkan Diri Sebagai Negara dengan Kemajuan Ilmu Yang Pesat
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Selasa (6/8) sore dalam pertemuan dengan para dosen dan peneliti dari berbagai lembaga perguruan tinggi menekankan keharusan untuk mempercepat laju perkembangan keilmuan di Iran seraya menegaskan, "Kemajuan ilmu pengetahuan akan menghasilkan kekuatan ekonomi dan politik bagi Iran serta akan membuat rakyat Iran semakin dihormati di kancah internasional. Untuk mencapai tujuan itu perlu menjaga dan memperkuat wacana keilmuan, kemajuan ilmu, dan kemajuan umum dalam skala nasional."

Dalam pertemuan yang diwarnai dengan tukar pendapat dan diskusi seputar berbagai permasalahan negara khususnya yang berhubungan dengan perguruan tinggi itu, Rahbar menyebut keberagaman pandangan di antara para aktivis perguruan tinggi dan kalangan intelektual sebagai hal yang mendidik dan fenomena yang menarik. Seraya menyinggung kemajuan ilmu di Iran saat ini, beliau mengatakan, "Sejak 12 tahun lalu sudah ada gerakan terkait kemajuan keilmuan dan persepsi yang memandang usaha keras di bidang keilmuan sebagai jihad. Gerakan ini bukan hanya tak berhenti bahkan terus meningkat dengan pesat."

Menyebut gerakan dan jihad ini sebagai hal yang sangat penting dan sangat diperlukan oleh negara dan Republik Islam, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Meski punya pandangan negatif terhadap Republik Islam Iran, pusat-pusat keilmuan dunia tetap mengakui kemajuan keilmuan di negara ini."

Beliau menambahkan, "Sebagian pusat sains dunia menyebut tingkat kemajuan sains di Iran 16 kali lipat dibanding kondisi 12 tahun silam dan kemajuan sains Iran 13 kali lipat dibanding rata-rata kemajuan yang dicapai di dunia."

Dikatakan oleh beliau, "Menurut pusat-pusat sains dunia, jika volume kemajuan sains Iran terus bertahan seperti ini, maka lima tahun mendatang Iran akan mencapai peringkat keempat dunia."

Seraya menyebut peningkatan jumlah makalah ilmiah yang dihasilkan oleh para ilmuan Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Jangan biarkan roda kemajuan sains ini terhenti dan jangan sampai ada yang menghalangi kemajuan keilmuan dan perguruan tinggi di negara ini."

Beliau menyinggung pandangan Islam yang mengagungkan kedudukan ilmu dan mengatakan, "Penekanan berulang kali tentang kemajuan ilmu bukan hanya karena Islam mengagungkan ilmu, tapi karena ilmu adalah modal untuk menjadi kuat."

Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Kemajuan ilmu akan mendatangkan kekuatan ekonomi dan politik serta wibawa bagi negeri dan bangsa ini di pentas dunia. Karena itu, jangan sampai laju gerakan ini terhambat dan menjadi lambat."

Menanggapi pernyataan salah seorang dosen yang hadir dalam pertemuan itu, beliau menandaskan, "Kubu arogansi yang terdiri dari segelintir negara ambisius Barat kini berhadap-hadapan dengan Republik Islam dan bangsa Iran. Mereka tak segan melakukan tindakan apa saja untuk mengganjal gerak laju keilmuan Iran."

Mengenai sanksi dan embargo yang dijatuhkan oleh musuh terhadap Republik Islam Iran, Rahbar menyebutnya sebagai tindakan yang sengaja dilakukan untuk menghambat laju kemajuan ilmu dan mencegah kuatnya Iran dari dalam. Karena itu, kemajuan ilmu harus terus dipacu.

Beliau menekankan kembali soal inovasi yang harus terus dikembangkan dalam kegiatan keilmuan di Iran seraya menambahkan, "Tentunya ada keterbatasan kapasitas dan fasilitas. Karena itu, dalam menyusun program dan langkah-langkah atau kinerja keilmuan kebutuhan utama negara harus diperhatikan dan menjadi parameter."

Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut mengimbau supaya masalah-masalah yang tidak krusial jangan sampai memalingkan kalangan kampus dan perguruan tinggi dari hal-hal yang utama dan penting.

"Ada sementara kalangan dari kubu musuh yang bekerja keras untuk menyeret para aktivis kampus ke masalah-masalah politik yang panas. Karena itu, semua pihak harus berusaha untuk tidak terjebak dalam isu-isu politik," kata beliau.

Ayatollah al-Udzma Khamenei mengungkapkan bahwa Islam dan revolusi Islam adalah faktor utama yang telah mengkikis hambatan kemajuan ilmu di negara ini. "Jika tidak ada kemenangan revolusi ini, pastilah musuh tak pernah mengizinkan negara seperti Iran yang sangat mengundang selera mereka ini maju di bidang keilmuan dan punya kepercayaan diri yang tinggi untuk meraih ilmu," imbuh beliau.

Untuk itu, kata beliau lagi, semua pihak harus berusaha mempertahankan dan menjaga nilai dan cita-cita luhur revolusi Islam.

Dalam kesempatan itu, Rahbar menekankan untuk memperkuat bahasa Farsi. Kepada para dosen dan kalangan kampus beliau mengimbau supaya memanfaatkan kemajuan ilmu di Iran untuk memperluas dan menguatkan bahasa Farsi.

Menciptakan istilah-istilah keilmuan dalam bahasa Farsi menurut beliau adalah langkah yang sangat berkesan dalam hal ini. Beliau menambahkan, "Kalian harus berusaha supaya kelak, setiap orang yang hendak memanfaatkan kemajuan keilmuan Iran harus belajar bahasa Farsi."

Seraya mengkritik penggunakan istilah-istilah asing di tengah masyarakat, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Banyak tradisi keliru yang ada sebelum kemenangan revolusi Islam sudah berhasil dikikis. Tapi sayangnya, tradisi menggunakan istilah-istilah asing masih tetap ada."

Di bagian akhir pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan makna yang dimaksud dari kemajuan ilmu. Kemajuan ilmu ini, kata beliau adalah kemajuan yang didasari oleh pemikiran Islam. Sebab, kemajuan ilmu yang dikembangkan oleh Barat dilandasi oleh pemikiran eksploitasi dan imperialisme yang tentunya tidak mendatangkan keadilan bagi umat manusia. Kemajuan seperti ini tidak mampu menjauhkan masyarakat dari kemiskinan, diskriminasi dan kebejatan moral.

Rahbar menambahkan, "Yang hendak diwujudkan oleh pemerintahan Islam adalah kemajuan berdasarkan model yang Islami dan Irani, yakni model kemajuan yang didasari oleh bimbingan Islam dan sesuai dengan kebutuhan dan tradisi bangsa Iran."

Di awal pertemuan, sembilan dosen dan intelektual menyampaikan pandangan mereka terkait berbagai persoalan negara khususnya yang berhubungan dengan perguruan tinggi dan kegiatan keilmuan.

Krisis Mesir, Malaysia Pulangkan Mahasiswa dengan Pesawat Khusus
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dalam wawancaranya (20/8) dengan media setempat menyebutkan telah membentuk tim khusus yang beranggotakan para ahli dari kalangan militer untuk menjalankan proses evakuasi warga Malaysia yang sedang berada di Mesir untuk keluar dari negara yang sedang mengalami krisis politik tersebut. 

 Krisis Mesir, Malaysia Pulangkan Mahasiswa dengan Pesawat Khusus
Menurut Kantor Berita ABNA, pemerintah Malaysia menyampaikan untuk memulangkan ribuan warga negara Malaysia yang sedang berada di Mesir ke Kuala Lumpur pemerintah akan mengirimkan pesawat khusus untuk menjemput mereka. Kondisi Mesir semakin memprihatinkan akibat konflik internal membuat pemerintah Malaysia mengkhawatirkan keselamatan warganya yang sedang berada di Mesir.
Disebutkan dengan adanya peristiwa kerusuhan di Mesir yang menyebabkan terbunuhnya sejumlah warga sipil yang melakukan aksi unjuk rasa oleh militer Mesir, pemerintah Malaysia berupaya keras untuk segera mengevakuasi warganya. Dalam penyampaiannya, pemerintah Malaysia khusus mahasiswa Malaysia hanya akan dievakuasi sementara ke negara-negara tetangga Mesir, dengan harapan jika kondisi Mesir kembali stabil, mereka bisa kembali dengan cepat ke Mesir.  
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dalam wawancaranya (20/8) dengan media setempat menyebutkan telah membentuk tim khusus yang beranggotakan para ahli dari kalangan militer untuk menjalankan proses evakuasi warga Malaysia tersebut keluar dari Mesir. Disebutkan mahasiswa untuk sementara akan dipindahkan ke Oman dan Turki dengan pesawat khusus.
Jumlah total mahasiswa Malaysia di Mesir sekitar 11 ribu orang. Yang dua tahun sebelumnya juga mengalami evakuasi serupa dan dipindahkan sementara di Jeddah Arab Saudi akibat krisis politik yang melanda Mesir. Bahkan dalam proses evakuasi tersebut, pemerintah Malaysia menggunakan fasilitas militer berupa pesawat tempur.

Biadab, Teroris Suriah Sembelih Ulama Alawi
Kelompok teroris Suriah, menculik seorang ulama Alawi bernama Syaikh Badr Eddin Ghazal pada 5 Agustus lalu di Aleppo Utara yang kemudian dieksekusi mati dengan cara disembelih. 

 Biadab, Teroris Suriah Sembelih Ulama Alawi

Menurut Kantor Berita ABNA, frustasi dengan kekalahan yang terus dialami baik dikota-kota maupun pedesaan yang berhasil dibersihkan militer Suriah dari anasir pemberontak, kelompok teroris Suriah mengalihkan sasaran mereka kependuduk sipil pro Bashar Asad dengan tujuan agar pengikut mereka tidak patah semangat.
Dalam wawancara dengan media Asia A'lam, kelompok teroris mengaku telah menculik seorang ulama Alawi bernama Syaikh Badr Eddin Ghazal pada 5 Agustus lalu di Aleppo Utara yang kemudian dieksekusi mati dengan cara disembelih. Mereka membuktikan pernyataan mereka dengan menyebarkan foto-foto ulama Alawi itu sebelum dibunuh yang dalam keadaan berdarah dan terluka karena mengalami penyiksaan.
Dari informasi yang didapat dari foto-foto yang terpublish di media jejaring sosial, militer Suriah melakukan berbagai upaya operasi pembebasan, sampai akhirnya tersebar berita ulama Alawi itu telah dibunuh, militer tidak juga berhasil membebaskannya.
 


 
 Ikhwanul Muslimin telah Keluar dari Islam
"Ikhwanul Muslimin adalah kelompok yang secara terang-terangan bukan hanya keluar dari mazhab Hanafi namun juga telah keluar dari Islam".
 

 Ikhwanul Muslimin telah Keluar dari Islam
Menurut Kantor Berita ABNA, Syaikh Ahmad Karimah, Dosen Fiqih Universitas Al Azhar dalam penyampaiannya mengatakan, "Ikhwanul Muslimin adalah kelompok yang secara terang-terangan bukan hanya keluar dari mazhab Hanafi namun juga telah keluar dari Islam".
Anggota Dewan Syura Ulama Syariat Mesir tersebut dengan menukil sebuah hadits dari Rasulullah Saw menambahkan, "Hadits dari Nabi, من حمل علینا السلاح فلیس منا, barang siapa yang mengangkat senjata atas kami bukan dari golongan kami maksudnya adalah barang siapa yang melakukan demikian maka ia bukan lagi termasuk golongan Islam, ia terkategori golongan orang-orang murtad."
"Ikhwanul Muslimin dan seluruh simpatisannya harus menyadari akan bahayanya mengangkat senjata melawan sesama muslim dan harus berbesar hati untuk memperbaiki kerusakan yang telah ditimbulkannya." Tambahnya lagi.
Syaikh Ahmad Karimah sangat menyayangkan adanya seruan dari Muhammad Mursi yang meminta rakyat Mesir untuk turut berjihad ke Suriah, menurutnya itu bukan solusi melainkan hanya akan semakin mengobarkan api fitnah dan menimbulkan kerusakan yang lebih besar untuk umat Islam. "Mengapa Mursi bukannya mengajak dan menyerukan kaum muslimin untuk turut berjuang membebaskan Palestina dan Masjid Al Aqsa dari cengkraman penjajah Zionis?" tanyanya.
Kondisi Mesir semakin memanas ketika kelompok Ikhwanul Muslimin menyerukan demonstrasi besar-besaran mengecam pencopotan jabatan Muhammad Mursi sebagai presiden Mesir oleh militer. Menurut pernyataan resmi pihak keamanan Mesir konflik antara demonstran dan pihak keamanan menelan Korban jiwa kurang lebih seratus orang demonstran dan dari pihak kepolisian sekitar 24 orang. Rektor Universitas Al Azhar telah menyerukan dialog damai untuk mencari solusi bersama, namun kelompok Ikhwanul Muslimin tetap bersikeras melakukan aksi unjuk rasa bahkan dengan menggunakan senjata api melawan pihak keamanan Mesir.  
Komentar Pembaca
- kita waspada & berhati-hati terhadap zionis, scenario apalagi yang akan digarap kepada umat Islam. sayangnya dari dulu kita dikerjain, diadu domba kita tidak merasa. jangan saling bermusuhan pada sesama muslim. jika kita sadar bahwa semua ini perbuatan zionis yang tidak suka kepada umat Islam. pastilah kita bersatu & disegani umat2 non muslim [Mujiono]

Sayyid Nasrallah Puji Mereka yang Menapaki Jalan Al-Husain
"Saya berdoa untuk kesembuhan semua yang terluka dari serangan teroris besar dan berbahaya, dan saya mengucapkan belasungkawa saya kepada keluarga para martir yang syahid, dan untuk semua orang yang terkena dampak secara fisik, mental, spiritual, dan pada materi kemarin. Kami sangat menghargai, mengagumi, dan menghormati kesabaran orang dan warga Dahieh yang memegang tanggung jawab, dan sadar, disiplin, dan beradab. " 

 Sayyid Nasrallah Puji Mereka yang Menapaki Jalan Al-Husain
Menurut Kantor Berita ABNA, Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hasan Nasrallah menyampaikan pidato pada hari Jumat (16/8) saat upacara merayakan ulang tahun ketujuh kemenangan dalam perang Juli 2006.
Beliau memulai pidatonya dengan ucapan belasungkawa kepada para martir dan mereka yang terluka hanya satu hari sebelum perayaan dalam ledakan teroris takfiri yang melanda jalan Ruwais di Suburb, Selatan Beirut.
"Saya berdoa untuk kesembuhan semua yang terluka dari serangan teroris besar dan berbahaya, dan saya mengucapkan belasungkawa saya kepada keluarga para martir yang syahid, dan untuk semua orang yang terkena dampak secara fisik, mental, spiritual, dan pada materi kemarin. Kami sangat menghargai, mengagumi, dan menghormati kesabaran orang dan warga Dahieh yang memegang tanggung jawab, dan sadar, disiplin, dan beradab, "katanya.
Beliau juga mengucapkan terima kasih untuk semua orang yang berdiri dalam solidaritas dan mengecam ledakan teroris menyakitkan ini, Sayyid Nasrallah juga mengecam bungkamnya beberapa negara, dan mengingatkan bahwa hl itu membuktikan mereka mendukung terorisme, pembunuhan, dan kejahatan yang terjadi di wilayah Libanon".
Sayyid Nasrallah memulai pernyataannya dengan kata-kata mengenai kemenangan yang menunjukkan bahwa "Perayaan itu sengaja digelar di tempat di Aita Al-Shaab, karena itu menghadap Palestina yang diduduki, dan udaranya adalah udara Palestina. Oleh karena itu Sayyid mengatakan, "Anda mencium udara Palestina yang diduduki, dan Anda berkumpul untuk melempar batu dari musuh."
Beliau lebih lanjut menekankan signifikansi Aita sebagai representasi simbolis, terutama dengan orang-orangnya yang baik hati dan tegas, pahlawan yang pemberani, para martir, dan tawanan yang dibebaskan.
Sayyid Nasrallah juga berbicara mengenai kesetiaan para pejuang perlawanan di Aita Al-Shaab, mengacu pada kekhusyukan mereka yang maju menapaki jalan Sayyid Syuhada, Imam Hussein (as).
Beliau mengucapkan terima kasih kepada warga desa ini, yang kembali ke tanah mereka hanya beberapa jam setelah gencatan senjata pada tahun 2006, dan tenda-tenda yang dibangun di atas reruntuhan rumah mereka, untuk duduk di dalamnya.
"Kemenangan bersejarah Anda dalam 25 Mei 2000 mengalahkan proyek besar Israel, karena tentara Israel gagal untuk tetap tinggal di Libanon. Sementara negara-negara Arab paling lemah, tidak bisa membangun negara dari sungai Nil sampai Furat. Kemudian 14 Agustus 2006 kemenangan, mengalahkan proyek Israel menjadi sebuah negara besar, yang mendominasi dan memaksakan keputusannya di kawasan dan pada Iran,".
Sekretaris Jenderal Hizbullah menambahkan, kemenangan Juli 2006 juga membuktikan bahwa kemenangan ini adalah perlawanan rakyat yang terorganisasi, yang dianut oleh semua warga, dan mampu menjadi pertahanan real, pada saat negara tidak memiliki kapasitas dan teknologi ketika musuh menyerang, dan juga bukti yang disajikan dalam perang Juli."
Dalam konteks ini, Sayyid Nasrallah memperingatkan musuh Israel, bahwa perlawanan tidak akan membiarkan satu tentara Israel menginjakkan kaki di wilayah Libanon, dan menyebut, "kita tidak akan toleran dalam mempertahankan desa, tanah, dan orang-orang kami."
Lebih jauh beliau membahas Israel dan mengatakan, "Era pariwisata militer Israel ke perbatasan Libanon, dan di dalam wilayah Libanon sudah selesai, dengan tidak akan kembali"
 


Krisis di Dunia Islam Perspektif Rahbar

Para analis politik dan ekonomi internasional telah berkali-kali berbicara tentang posisi strategis kawasan Timur Tengah dan banyak negara menaruh perhatian serius atas setiap perkembangan di wilayah itu. Zona penting ini menyimpan cadangan terbesar minyak dan gas alam di dunia dan selalu menjadi primadona kekuatan-kekuatan arogan untuk memperlebar ekspansinya di sana. Oleh karena itu, negara-negara Timur Tengah memerlukan pemerintahan yang kuat dan stabil untuk menjaga independensi dan kepentingannya serta mencegah pengaruh asing.
 
Namun, sayangnya beberapa negara Timur Tengah sedang menyaksikan pergolakan hebat dan ketegangan politik internal. Mesir tengah bergerak menuju perang saudara dan Palestina masih terus menghadapi arogansi rezim Zionis Israel. Sementara di Irak, musuh-musuh kemanusiaan gencar mengobarkan konflik sektarian antara Syiah dan Sunni serta antara Kurdi dan Arab. Sisa-sisa anasir Partai Bath dan kelompok Takfiri dengan leluasa melancarkan serangan mematikan terhadap warga dan membunuh ratusan orang.
 
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pidato terbarunya, menyoroti transformasi di Timur Tengah dan menyebutnya sebagai perkembangan yang memprihatinkan. Rahbar secara khusus mengulas pergolakan di Mesir, Palestina, dan Irak. Ayatullah Khamenei percaya bahwa selama kondisi politik Mesir tidak mencapai titik stabil, maka potensi perang saudara semakin terbuka lebar. Perang saudara akan menjadi alasan yang sangat tepat untuk intervensi kekuatan-kekuatan asing di negara tersebut, sebagaimana yang sedang berlangsung di Suriah.
 
Ayatullah Khamenei mengajak seluruh rakyat Mesir, kelompok serta tokoh-tokoh politik dan ulama untuk memikirkan dampak berbahaya dari situasi saat ini. Rahbar mengatakan, "Apakah tidak bisa dipahami pengaruh kondisi Mesir, dampak sangat berbahaya perang saudara dan efek-efek buruk lain dari kehadiran antek-antek Barat, Israel juga teroris di wilayah-wilayah dunia Islam?"
 
Ayatullah Khamenei mengecam keras pembunuhan warga sipil di Mesir dan menegaskan, "Bahasa kekerasan setiap kelompok dalam menghadapi kelompok lain benar-benar tidak ada gunanya dan jika perang saudara terjadi, maka akan tercipta alasan bagi kehadiran kekuatan asing dan rakyat Mesir akan ditimpa bencana yang besar." Rahbar lebih lanjut menyinggung pentingnya untuk memperhatikan demokrasi. Ia menuturkan, "Masalah Mesir harus diselesaikan oleh rakyat, kelompok-kelompok politik-agama, para tokoh dan ulama negara itu dan jangan memberi peluang bagi intervensi asing."
 
Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei menyinggung penindasan rutin rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina, dan mengatakan, "Salah satu musibah dunia sekarang adalah dukungan para pengklaim pembela hak asasi manusia dan demokrasi terhadap kejahatan nyata rezim Zionis." Berbicara tentang masalah dimulainya negosiasi damai pemerintah Otorita Ramallah Palestina dengan Israel, Rahbar menjelaskan, "Seperti perundingan-perundingan sebelumnya, negosiasi kali ini pun pasti akan berujung dengan diinjak-injaknya hak rakyat Palestina dan bertambahnya motivasi untuk melakukan penindasan dan kejahatan yang lebih besar."
 
Menurut Ayatullah Khamenei, salah satu petaka dunia modern adalah munculnya orang-orang yang secara terang-terangan mendukung kejahatan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Penindasan bangsa Palestina oleh Zionis akan terus berlanjut dengan dukungan Amerika Serikat dan Barat. Rahbar menambahkan, "Setelah lebih dari 65 tahun dari pendudukan Palestina, hingga sekarang penindasan dan perampasan hak-hak bangsa Palestina belum berhenti. Mereka masih menyaksikan perusakan rumah-rumah, penangkapan tanpa sebab, dan pemisahan paksa antara orang tua dan anak-anaknya."
 
Lembaga-lembaga internasional sampai sekarang juga belum mampu berbuat banyak atau justru sengaja membiarkan penindasan itu. Ayatullah Khamenei menyampaikan empati yang mendalam atas krisis Palestina dan mengatakan, dunia Islam memikul tugas penting terhadap masalah Palestina. Rahbar menandaskan, "Kami percaya bahwa dunia Islam tidak akan mengabaikan isu Palestina dan mengecam rezim penjajah dan para pendukung mereka."
 
Para pejabat Otorita Palestina telah mengikuti sejumlah perundingan dengan harapan bisa mencapai jalan damai dengan Israel. Mereka berpikir bisa mengakhiri krisis Palestina dengan mengajak Israel duduk di satu meja dan berjabat tangan. Para analis menilai perundingan damai selama lebih dari dua dekade lalu tidak membuahkan hasil apapun bagi Palestina dan bangsa-bangsa Arab, kecuali perluasan pembangunan distrik Zionis dan semakin meningkatnya tekanan Israel terhadap Palestina.
 
Washington dan Tel Aviv memanfaatkan perundingan damai itu sebagai sarana untuk menjustifikasi eskalasi penjajahan Israel terhadap bangsa Palestina. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mempersoalkan posisi Amerika Serikat sebagai mediator perundingan dan menegaskan, "AS secara terang-terangan memihak Zionis, dan tentunya perundingan dengan cara itu hanya akan merugikan pihak Palestina."
 
Konspirasi Barat dan Arab Saudi juga menyasar Irak sejak negara itu memutuskan membentuk pemerintahan demokratis. Sekarang nyaris tiada hari tanpa kekerasan dan insiden berdarah di Irak. Dalam beberapa hari dan pekan terakhir, nyaris setiap hari terjadi aksi teror atau ledakan bom mobil di Irak. Sejumlah warga Irak menjadi tumbal insiden tersebut. Kelompok krisis internasional yang bermarkas di Brussel dalam laporannya menyatakan, "Kekerasan di Irak telah meningkat dan bahkan lebih buruk dari Suriah."
 
Disebutkan pula dalam laporan itu bahwa serangan Al Qaeda ke penjara Al Taji dan Abu Ghuraib, yang mengakibatkan pelarian para narapidana, serta serangan anasir Al Qaeda ke berbagai wilayah yang berpopulasi Syiah semakin memperburuk kondisi krisis Irak. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bulan Juli sebagai fase paling berdarah di Irak dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan pengumuman PBB, lebih dari 900 orang tewas dan 1.567 lainnya terluka hanya pada bulan Juli lalu.
 
Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki menuding beberapa negara Arab membantu para teroris dalam mengacaukan Irak. Tanpa menyebutkan nama negara yang dimaksud, Maliki memperingatkan mereka dan mengatakan, "Giliran mereka yang merusak kawasan ini akan tiba. Negara-negara yang ingin mengekspor tindak kejahatan ke Irak, cepat atau lambat mereka juga akan terjebak kemunkaran mereka sendiri."
 
Dalam kabel rahasia AS tahun 2009, Arab Saudi diketahui selalu mendanai operasi-operasi teror di Irak sejak tahun 2003. Selain itu, Saudi pada dekade 1980 mendukung rezim Saddam Hussein untuk menyerang Iran dengan bantuan dana dan militer. Tak heran jika kebanyakan pengamat politik menganggap Arab Saudi sebagai pendukung utama terorisme dan eksekutor kebijakan Amerika Serikat dan Barat di wilayah Timur Tengah. Dalam beberapa dekade terakhir, Saudi memainkan peran sebagai penyokong dana terbesar untuk kegiatan Al Qaeda dan beberapa kelompok militan lain.
 
Menyebut kondisi Irak saat ini sebagai kondisi yang memprihatinkan, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, "Di Irak ada pemerintahan yang terbentuk dengan suara rakyat. Tapi pemerintahan itu tidak disukai oleh kubu adidaya dunia dan rezim-rezim reaksionis di kawasan." Ayatullah Khamenei menambahkan, "Serangan teror, insiden, dan pembunuhan warga sipil di Irak sudah pasti didukung secara finansial dan politik oleh sejumlah negara kawasan dan lintas kawasan untuk merusak kedamaian rakyat Irak dan supaya rakyat di sana tidak bisa menyaksikan kedamaian dan kemakmuran di negeri mereka."
 
Di bagian akhir khutbahnya, Ayatullah Khamenei mengimbau kepada para elit politik dan berbagai lapisan masyarakat Irak dari kalangan Syiah, Sunni maupun Kurdi dan Arab supaya menyadari akan akibat buruk dari konflik internal. Perang saudara akan meluluhlantakkan infrastruktur yang ada dan akan menghancurkan masa depan bangsa. (IRIB Indonesia)

0 comments to "Kenapa Mesir, Setelah Suriah? Dan SUKSES ZIONIS mengadu domba ISLAM...!!!!!..."Mengagumi bangsa lain bukan berarti tidak mencintai bangsa sendiri" Mari belajar dari Republik Islam Iran (kemajuan Republik Islam Iran setelah diembargo Amerika) Berhenti saja ngomongin Syiah! Tebarkan CINTA & PERSAUDARAAN sesama ummat ISLAM sesama ummat Manusia... Bung Karno Orang Sipil, Tapi Paham Bagaimana Visi Besar Dijalankan"

Leave a comment