28 September, bangsa Palestina akan merayakan ulang tahun kesepuluh intifada Masjid al-Aqsha. Pada tanggal 28 September 2000, intifada bangsa Palestina meletus setelah Ariel Sharon, penjagal berdarah dingin Sabra dan Shatila melakukan aksi pelecehan dengan memasuki komplek Masjid al-Aqsha dengan pengawalan 2000 personil pasukan keamanan. Pelanggaran kesucian Masjid al-Aqsha oleh tokoh Zionis yang bengis itu dimaksudkan untuk mengikrarkan kepada dunia bahwa kota Baitul Maqdis resmi menjadi ibukota Israel.
Tapi tindakan gegabah itu malah menyulut kemarahan bangsa Palestina yang bangkit melakukan perlawanan. 13 remaja dan pemuda Palestina gugur syahid sebagai korban pertama kebrutalan tentara Zionis dalam menghadapi perlawanan rakyat Palestina. Kebangkitan yang disebut intifada Masjid al-Aqsha itu akhirnya menjalar ke seluruh penjuru negeri pendudukan Palestina. Intifada ini juga dikenal dengan nama intifada kedua setelah intifada pada era 1980-an.
Sejak saat itu, setiap tahunnya tanggal 28 September diperingati sebagai hari ulang tahun intifada al-Aqsha yang biasanya dibarengi dengan pawai dan demo besar-besaran di Palestina, baik wilayah Tepi Barat, Jalur Gaza, maupun wilayah yang diduduki Zionis sejak tahun 1948. Semua kelompok, faksi dan kekuatan politik dan perjuangan ikut ambil bagian dalam pawai tahunan ini. Mereka menekankan tekad dan semangat untuk melanjutkan intifada sampai terbentuknya negara Palestina yang merdeka dengan Baitul Maqdis sebagai ibukotanya.
Tak heran jika dalam beberapa hari belakangan ini, di Palestina nampak kesibukan yang luar biasa untuk menyongsong tibanya ulang tahun intifada al-Aqsha kesepuluh. Salah satu kesibukan itu muncul dalam bentuk demo besar-besaran yang digelar rakyat Palestina di sejumlah daerah di wilayah pendudukan tahun 1948 di antaranya di kota al-Araqib, Yafa, Baitul Maqdis, Nazaret, Umm al-Fahm, Arraba, Sakhnein dan lainnya. Rencananya pawai dan demo ini akan terus berlanjut sampai akhir September.
Bagi para petinggi Zionis, pawai dan demo intifada cukup mengganggu dan mengkhawatirkan apalagi terjadi di dalam wilayah pendudukan yang mereka sebut Israel. Tak heran jika mereka lantas mengeluarkan undang-undang darurat militer di seluruh wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza. Dengan adanya aturan ini, rezim Zionis melarang segala bentuk pawai dan demonstrasi dengan alasan hari raya umat Yahudi. Padahal undang-undang itu dikeluarkan untuk mencegah terjadinya intifada ketiga yang bisa melumpuhkan Israel.
Yang pasti, bangsa Palestina saat ini adalah bangsa yang hidup, penuh semangat dan siap berkorban. Upaya mereka untuk merebut kembali hak-haknya yang terampas tak pernah berakhir. Apalagi, dengan kian kuatnya para pejuang dan melemahnya sendi-sendi rezim Zionis, bangsa ini semakin optimistis bahwa kemenangan akan bisa direbut tak lama lagi. Tak heran jika Hatim Abdul Qadir, penanggung jawab urusan al-Quds di gerakan Fatah berbicara soal kemungkinan meletusnya intifada ketiga. Hanya perlawananlah yang bisa mengembalikan hak-hak bangsa Palestina yang selama ini terampas. (IRIB/AHF/RM/26/9/2010)Menyusul seruan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengenai pentingnya memberikan bantuan kemanusiaan yang lebih banyak terhadap korban bencana banjir di Pakistan, Republik Islam Iran mengirimkan bantuan kemanusiaan ke negeri tetangganya itu 60 ton setiap minggu.
Sebagaimana dikutip Press TV, Komandan Angkatan Udara Tentara Republik Islam Iran Brigjend Hasan Shahsafi kemarin (Ahad, 26/9) menyatakan, "Armada angkutan Angkatan Darat Tentara Iran menyalurkan bantuan kemanusiaan warga Iran ke Pakistan setiap pekan sebanyak dua kali dengan menggunakan pesawat Boeing 747".
Menyinggung besarnya bantuan kemanusiaan warga Iran terhadap korban banjir Pakistan, Brigjend Shahsafi menjelaskan, "Setiap minggu rata-rata 60 ton bantuan kemanusiaan Iran untuk korban banjir Pakistan dikirim ke bandara kota Karachi dan Islamabad".
Hingga kini, masyarakat Iran terus mengumpulkan bantuan kemanusiaan untuk korban banjir Pakistan. Kemarin (Ahad, 26/9) untuk kedua kalinya, warga Provinsi Hamedan, barat Iran, dan Provinsi Khozestan, selatan Iran menyalurkan kiriman bantuan kemanusiaannya ke Pakistan. Sampai sekarang, Iran telah mengirimkan 20 kali paket bantuan kemanusiaan ke negeri jirannya itu.
Kepala Bidang Pengamanan dan Perlindungan Badan Tenaga Atom Iran, Zaran menegaskan bahwa hingga kini belum ditemukan adanya kasus serangan virus Stuxnet di lingkungan fasilitas nuklir Iran.
Zaran kemarin (Ahad, 26/9) kepada IRNA mengungkapkan, "Dengan kewaspadaan dan langkah antisipasi yang telah diterapkan sebelumnya di lingkungan teknologi informasi dan keamanan jaringan komputer Badan Tenaga Atom Iran dan penggunaan perangkat lunak khusus buatan lokal, hingga kini penyelidikan yang dilakukan oleh para pakar teknologi informasi Badan Tenaga Atom Iran tidak menemukan adanya infeksi akibat virus tersebut dan langkah antisipasi terkait hal ini telah dilakukan".
Media-media Barat mengklaim bahwa virus Stuxnet telah menginfeksi jaringan komputer fasilitas dan infrastruktur penting Iran yang bahkan bisa berujung dengan terganggunya operasional reaktor Busher dan pusat pengayaan uranium Natanz. Namun para pakar nuklir Iran menafikan klaim tersebut.
Stuxnet digambarkan sebagai 'worm' yang paling canggih yang pernah dibuat dan telah menginfeksi lebih dari 45.000 jaringan di seluruh dunia.
'Worm' adalah jenis virus komputer yang dapat mereproduksi dengan mengirimkan salinan dirinya ke setiap PC yang terhubung ke mesin yang terinfeksi.Sekarang pakar keamanan Internet takut bahwa Stuxnet, yang pertama kali terdeteksi pada Juni, adalah 'worm' pertama yang secara khusus dibuat untuk menyerang infrastruktur dunia nyata seperti pembangkit listrik dan pembangkit tenaga air.
Virus sangat canggih itu diklaim hanya bisa diketahui bagaimana penciptaannya oleh negara dengan pemrograman komputer tingkat tinggi. Media-media Barat mengklaim bahwa virus itu dirancang untuk menyerang fasilitas industri di Iran termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr.(irib/27/9/2010)
0 comments to "Per Minggu, Negara Islam Kirim Bantuan 60 Ton ke Pakistan"