Home , , , , � UNESCO agen No Islam

UNESCO agen No Islam

Menelisik Seminar Filsafat di Tehran

Ahmadinejad

Pekan lalu, Tehran menjadi tuan rumah penyelenggaraan seminar penting bertaraf internasional yang membahas tentang filsafat. Seminar yang mengambil tema ‘Filsafat: Pemikiran dan Perilaku' itu digelar di Gedung Perpustakaan Nasional Iran. Hadir dalam seminar itu puluhan filsuf dan cendekiawan dari berbagai negara. Seiring dengan itu, digelar pameran bertemakan ‘Kapabilitas Filsafat Iran dan Islam' yang mengenalkan ribuan buku dan majalah filsafat.

Meski seminar filsafat di Tehran murni pertemuan ilmiah para filsuf dan kalangan cendekia, namun kubu adidaya dan arogansi dunia berupaya memanfaatkan momentum itu untuk kepentingannya. Sebagai negeri yang sejak dahulu sudah melahirkan para filsuf dan pemikir besar dunia, tahun 2008 yang lalu, Republik Islam Iran secara resmi mengusulkan kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) untuk menggelar seminar Hari Filsafat tahun 2010 di Iran. Layak dicatat bahwa sejak tahun 2002, tanggal 21 November setiap tahun ditetapkan sebagi hari Filsafat Dunia. Usulan Iran disetujui UNESCO.

Dengan mengantongi persetujuan lembaga PBB itu, Organisasi Hikmah dan Filsafat Iran yang merupakan organisasi yang diakui kredibilitasnya di Iran melakukan berbagai persiapan yang diperlukan untuk penyelenggaraan seminar internasional tersebut. Dua minggu sebelum seminar berlangsung, organisasi itu dan UNESCO menandatangani kontrak penyelenggaraan seminar ini. Namun beberapa hari menjelang hari H, secara mengejutkan dan tanpa alasan yang jelas Dirjen UNESCO mengumumkan bahwa dirinya batal menghadiri seminar filsafat di Tehran.

Mereaksi keputusan yang tak beralasan itu, Ketua Penitia Seminar Gholam Ali Haddad Adel mengatakan, "Kami menyesalkan pembatalan yang diumumkan UNESCO dan menurut kami, sikap itu menunjukkan bahwa UNESCO tunduk kepada kemauan kubu adidaya dunia." Menurut Haddad Adel, UNESCO adalah pihak yang paling dirugikan oleh keputusan itu yang sudah pasti akan mencoreng kredibilitas organisasi dunia itu dari sisi keilmuan dan kenetralannya. Padahal, seluruh undangan hadir dalam seminar ini.

Filsafat memang tidak banyak dikenal oleh masyarakat umum di dunia. Namun demikian, sejak dahulu kala filsafat selalu hadir di tengah kehidupan dan menempati tempat yang khusus. Para peneliti menyebut filsafat sebagai ibu dari semua ilmu. Sebab, sebagian cabang ilmu yang ada saat ini di zaman dahulu masuk dalam lingkup filsafat. Filsafat adalah pemikiran yang paling inti dan paling menyeluruh dalam kehidupan manusia dan dunia. Filsafat memberikan jawaban atas sederet pertanyaan penting seperti, siapakah yang menciptakan dunia? Apa masa depan yang menanti dunia? Di manakah manusia sebelum terlahir ke dunia dan kemanakah ia setelah kematiannya? Apakah yang dimaksud dengan kesejahteraan hakiki? Dan puluhan pertanyaan lainnya yang mengusik pikiran manusia. Karena itu tak salah jika banyak yang mengatakan bahwa usia filsafat setua usia manusia di bumi ini. Tapi memang, filsafat baru tersusun dengan rapi sejak sekitar 2500 tahun yang lalu.

Dalam Islam, filsafat dipandang sebagai bidang pemikiran yang menonjol. Tak lama setelah ufuk Islam bersinar di Jazirah Arab, kaum muslimin terlibat secara aktif dalam kegiatan keilmuan. Melalui teks-teks yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, mereka mulai berkenalan dengan pemikiran para filsuf Yunani dan Romawi. Pemikiran dari dunia Barat itu mereka perkaya dengan pemikiran dan ajaran Islam dan Ilahiyah. Dalam banyak kasus, pemikiran Islam menggeser pemikiran yang dianggap salah dan menyimpang. Dr Hussein Nasr mengatakan, "Para pemikir Muslim selama berabad-abad berusaha keras untuk memahami makna hikmah dan filsafat di bawah naungan ajaran al-Qur'an dan hadis." Al-Kindi, Ibnu Sina, Farabi, Ibn Rusyd, Suhrawardi dan Mulla Sadra adalah tokoh-tokoh besar filsafat Islam yang sangat dihormati oleh para filsuf di luar Islam.

Sebagai negara yang kaya dengan pemikir dan filsuf besar, Iran memang layak menjadi tuan rumah seminar filsafat berskala dunia. Di hari pertama seminar, Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam sambutan pembukaannya mengangkat dua tema utama dalam filsafat Islam, yakni Tuhan dan manusia. Ahmadinejad mengatakan bahwa masalah paling penting yang dihadapi manusia adalah tugas mengenal diri dan mengenal Penciptanya. Seraya menyinggung bahwa manusia belum berhasil mengaktualisasi potensinya, Ahmadinejad menambahkan, "Dalam perjalanan menuju kesempurnaan, manusia masih berada di awal jalan. Manusia belum mencicipi kenikmatan ilmu yang hakiki, kebijaksanaan, kasih sayang, kemuliaan, kreativitas dan lain sebagainya...Padahal, manusia dalam perjalanannya harus melewati semua itu secara penuh." Menurutnya, kesempurnaan manusia akan terwujud kelak di masa Imam Mahdi (as) dan ketika itu dunia akan dipenuhi dengan kedamaian dan keadilan.

Sementara itu, Dr Gholam Ali Haddad Adel selaku ketua Pimpinan Seminar dalam pembicaraannya menjelaskan kelebihan Iran dari sisi peradaban dan spiritualitas. Kepada para hadirin, Haddad Adel mengatakan, "Anda semua adalah tamu untuk bangsa yang telah melahirkan para pemikir, filsuf, urafa dan penyair besar dunia ini. Iran adalah negeri selalu terang dengan cahaya filsafat." Mengenai kelaziman filsafat di dunia, Haddad Adel menegaskan, "Mereka yang merasakan derita akibat perang, agresi, dan ketidakadilan di dunia, atau merasakan ancaman bahaya akibat runtuhnya sendi-sendi etika, hancurnya bangunan keluarga dan ketimpangan lingkungan pasti berusaha mencari jalan keluar untuk mengobati ketidakberesan yang ada, mereka memerlukan filsafat."

Topik bahasan terpenting yang diangkat dalam seminar filsafat ini adalah metode mengembangkan filsafat dari tahap pemikiran ke ranah amal dan perilaku. Ramakrishna Rao, Kepala Lembaga Filsafat India mengatakan, "Masalah terbesar yang dihadapi manusia adalah perbedaan jauh antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan." Menurutnya, dalam filsafat Timur, ada keterikatan antara pemikiran dan perilaku. Rao menambahkan, "Berdasarkan filsafat yang demikian, bagaimana orang bisa memikirkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang ia lakukan?"

Dr Lawrence Hatab, dosen filsafat di Universitas Old Dominion relatif setuju dengan pandangan Ramakrishna Rao. Hatab mengatakan, "Barat bisa belajar dari filsafat Timur tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan ikatan erat pemikiran dengan perilaku dan kehidupan." Dalam kaitan yang sama, Dr Kareem Mojtahedi, dosen filsafat di Universitas Tehran menggarisbawahi, "Kami katakan bahwa pemikiran tanpa amal dan perilaku tidak ada gunanya. Tapi pernah kita berpikir apa artinya perilaku yang tanpa didasari pemikiran dan apakah bahaya yang bisa terjadi dengannya?" Lebih lanjut Mojtahedi menambahkan, "Pemikiran harus menjadi awal dari setiap perilaku."

Para peserta seminar internasional filsafat di Tehran saling bertukar pikiran dalam berbagai hal termasuk mengenai filsafat Islam, sejarah filsafat maupun tema-tema filosofis lainnya. Hojjatul Islam Hassan Ramazani, salah seorang peneliti filsafat Iran mengatakan, tak ada pertentangan antara agama dan logika. Seraya membawakan sejumlah hadis dan riwayat dari Ahlul Bait Ramazani menjelaskan, "Dalam riwayat disebutkan bahwa Allah tidak mengutus seorang nabi pun kecuali setelah menyempurnakan akalnya. Riwayat lain menyatakan bahwa nabi adalah orang yang paling sempurna akalnya di antara kaumnya. Semua itu membuktikan bahwa agama adalah buah dari akal."

Tentunya, pertemuan para pemikir dan filsuf besar dunia di Tehran dalam tukar pandangan yang terjadi di antara mereka bisa dipandang sebagai satu langkah konstruktif untuk membawa pemikiran filsafat ke ranah perilaku dan amal. Untuk ke depan para pemikir ini dituntut untuk mengambil langkah-langkah yang lebih kooperatif sehingga dunia dapat memanfaatkan pemikiran murni insani dalam upaya mewujudkan kehidupan yang ideal dan dilandasi perdamaian, etika, keadilan, dan ketuhanan. (IRIB/AHF/SL/29/11/2010)

Ahmadinejad: Negara Lain Bisa Bergabung dalam Perundingan Nuklir Iran

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyatakan, "Selain Brazil dan Turki, negara lain juga dapat ambil bagian dalam putaran baru perundingan dengan Kelompok 5+1."

Tehran setuju melanjutkan perundingan nuklir dengan kelompok 5+1 (Inggris, Cina, Perancis, Rusia, dan AS, ditambah Jerman).

Dikatakan Ahmadinejad (29/11), "Dalam diskusi pendahuluan, kami memutuskan pengaturan dan kerangka kerja dan bukan isi perundingan."

"Saya percaya pada perundingan mendatang, Brazil, Turki dan beberapa negara lain akan ikut ambil bagian," tambahnya saat menggelar konferensi pers di Tehran. Ditekankannya pula bahwa Iran tidak akan bernegosiasi tentang hak nuklirnya dalam perundingan tersebut.

Ditanya soal apakah Inggris berupaya menggiring babak baru perundingan tersebut ke jalan buntu, Presiden Iran ini mengatakan, "terlalu dini untuk menilai."

Menanggapi pertanyaan apakah perundingan dengan kelompok 5+1 akan berujung pada kesepakatan soal program pengayaan uranium Iran, Ahmadinejad mengatakan, "Tehran selalu menyatakan kesiapannya untuk menjalin "kerjasama nuklir" namun tidak akan berunding soal hak nuklirnya."

Lebih lanjut Ahmadinejad menjelaskan bahwa hak itu jelas tercantum dalam ketetapan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

"Kita membutuhkan uranium yang diperkaya 20 persen. Mereka tidak memberikannya dan kami harus melakukannya sendiri, jika mereka menyediakannya, baik. Kami yakin ini akan menjadi kesempatan yang luar biasa sehingga mereka dapat membebaskan diri dari kebuntuan ini."

Terkait tanggal dan lokasi perundingan, Presiden Ahmadinejad mengatakan bahwa Iran telah mengusulkan dua tanggal. Tanpa memberikan keterangan lebih lanjut, Ahmadinejad menegaskan bahwa kedua pihak telah tanggal pelaksanaan perundingan.

Di bagian lain pernyataannya, Ahmadinejad mengatakan bahwa Republik Islam Iran selalu memiliki hubungan positif dengan IAEA. (IRIB/MZ/SL/30/11/2010)

Ahmadinejad: Wikileaks Hanya Permainan Sia-Sia

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad menyoal pembocoran dokumen oleh situs Wikileaks yang beberapa waktu lalu menghebohkan dunia dan mengatakan bahwa pemerintah AS "sengaja" membocorkan dokumen tersebut.

Menanggapi pertanyaan oleh Press TV Senin (29/11) soal situs kontroversial Wikileaks Ahmadinejad mengatakan, "Ijinkan saya mengoreksi Anda. Dokumen-dkumen tersebut tidak bocor, tetapi dilepaskan dengan cara yang terorganisir..."

"Pemerintah AS melepaskan dokumen-dokumen itu... Dokumen-dokumen itu tidak memiliki nilai hukum dan tidak akan memiliki efek politik yang diacu," tambahnya dalam konferensi persnya Senin.

Ahmadinejad menekankan bahwa Wikileaks adalah "permainan" yang tidak layak dikomentari dan tidak ada pihak yang menyia-nyiakan waktu mereka memperhatikan situs itu."

Di bagian lain pernyataannya, Ahmadinejad menyinggung soal hak asasi manusia (HAM). "Mereka (Barat) telah menginjak-injak martabat, identitas dan kebebasan sejati umat manusia. Mereka telah melanggar semua itu dan kemudian mereka berbicara tentang hak asasi manusia."

Awal bulan ini, Komisi Ketiga Majelis Umum PBB menuding Iran melanggar hak asasi manusia. 118 anggota Gerakan Non-Blok dan 57 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengecam resolusi anti-Republik Islam Iran itu.(irib/30/11/2010)

0 comments to "UNESCO agen No Islam"

Leave a comment