Home , , , , , , , , , � Banjarmasin Berkabung di Hari Asyuro!!! : 10 Muharram, Hari Libur Nasional??? Tokoh Duniapun berkomentar tentang al Husain cucunda Nabi : Semoga cucuran air mata kami pecintamu Ya Rasul bisa sedikit melipur lara dirimu wa itrati al itroh

Banjarmasin Berkabung di Hari Asyuro!!! : 10 Muharram, Hari Libur Nasional??? Tokoh Duniapun berkomentar tentang al Husain cucunda Nabi : Semoga cucuran air mata kami pecintamu Ya Rasul bisa sedikit melipur lara dirimu wa itrati al itroh



Hari Asyura, Tragedi Pembantaian Imam Husein as

Setelah menunaikan shalat Subuh bersama para sahabatnya, Imam Husein as berkata, " ... Allah telah memerintahkan pada kesyahidanku dan kesyahidan kalian. Selamat atas kalian yang memilih kesabaran."

Imam Husein as memerintahkan Zuhair bin Qain untuk memegang komando pasukan sebelah kanan, dan Habib bin Mazhahir, pasukan sebelah kiri. Sementara bendera berada di tangan saudaranya, Abbas.

Kendati pasukan musuh telah mendekati perkemahan, namun Imam Husein as belum memerintahkan untuk melemparkan anak panah. Beliau berkata, "Aku tidak ingin memulai perang dengan pasukan ini."

Umar bin Saad meletakkan anak panah di panahnya dan melontarkannya ke arah para sahabat Imam Husein seraya berkata, "Saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang melemparkan anak panah ke arah pasukan Husein." Kemudian tindakan ini diikuti oleh para pasukan Umar bin Saad. Mereka membidik para sahabat Imam Husein as dari segala arah.

Imam Husein as berkata, "Bangkitlah wahai para sahabatku, dan bergegaslah menuju kesyahidan! Allah akan mengampuni kalian."

Pada serangan pertama, lebih dari empat puluh sahabat Imam Husein as gugur syahid. Selebihnya, secara bergilir satu persatu dari mereka maju ke medan pertempuran untuk bergegas menyambut kesyahidan. Ketika seluruh sahabat telah gugur, tibalah giliran keturunan Bani Hasyim untuk maju ke medan laga. Namun mereka pun mereguk madu kesyahidan, tanpa tersisa.

Kini Imam Husein as sendirian, tak berteman. Dengan pandangan penuh haru,beliau memandang ke arah jasad-jasad suci para sahabatnya dan memanggil mereka satu persatu, kemudian bergerak ke arah perkemahan untuk mengucapkan perpisahan terakhir. Setelah itu, beliau lantas mengeluarkan pedang dari sarungnya, berdiri berhadapan dengan musuh, dan memulai peperangan yang tak seimbang.

Musuh segera mengepungnya dari segala arah. Tiba-tiba, sebuah anak panah bercabang tiga mengenai dada sebelah kirinya, menancap tepat di jantungnya, sementara tubuh sucinya dipenuhi oleh anak-anak panah yang menancap. Imam Husein as tersungkur jatuh, gugur syahid. Ruhnya yang mulia bergabung ke alam malakut yang tinggi. Jeritan para wanita dan anak-anak, bahkan para malaikat membahana, mengharu biru dan memenuhi belantara langit.

Tragedi Petang Hari Asyura

Sore hari kesepuluh, setelah kesyahidan Imam Husein as,Umar bin Saad memerintahkan laskarnya untuk merampas, menjarah, membakar perkemahan dan menyiksa para keluarga kenabian. Dengan membabi buta mereka segera menaati perintah ini. Mereka menyerbu ke arah perkemahan Imam Husein as, menjarah peralatan, pakaian dan unta-unta, dan kadang kala tanpa malu terlihat tengah merebut dan mengambil paksa pakaian dari tangan seorang wanita Ahlul Bait as. Putri-putri Rasulullah Saw dan keluarga Imam Husein as keluar dari perkemahan, menangis dan menjerit karena kehilangan para pelindung dan orang-orang yang mereka kasihi.

Setelah itu, dengan kepala terbuka, kaki telanjang dan pakaian-pakaian yang telah terjarah, keluarga ini menjadi tawanan Umar bin Saad. Perempuan-perempuan agung ini berkata, "Lewatkanlah kami dari tempat terbunuhnya Imam Husein as."Saat pandangan mereka jatuh ke jasad para syuhada, kembali terdengar jeritan dan raungan yang membahana.

Setelah peristiwa ini, Umar bin Saad yang terlaknat, mengumumkan pada laskarnya, "Siapakah diantara kalian yang bersedia menginjak-injak punggung dan dada Husein dengan kuda?!" Sepuluh orang bangkit menyatakan kesediaannya, dan mulai mengarahkan kuda-kudanya untuk menginjak-injak tubuh mulia Imam Husein as.

Sore itu juga, Umar bin Saad memerintah pasukan Khuli bin Yazid Ashbahi dan Hamid bin Muslim Azdi untuk mengirimkan kepala mulia Imam Husein as ke Ubaidillah bin Ziyad di Kufah. Sementara yang lainnya mengumpulkan kepala-kepala para sahabat dan keluarga beliau yang berjumlah tujuh puluh dua kepala, kemudian mengirimkan seluruh kepala ini ke Kufah bersama Syimr bin Dzil Jausyan dan Qais bin Asy'ats. Setelah itu, mereka mulai mencaripasukannyayang terbunuh lalu menguburkannya. Namun jenazah Imam Husein dan para sahabatnya yang tak berkepala tetap dalam keadaan telanjang di sahara Karbala sampai hari kedua belas Muharam, hingga akhirnya kabilah Bani Asad menguburkan mereka atas arahan Imam Sajjad as.

Makam Imam Ridha Dibom Teroris

Tanggal 10 Muharram tahun 1415 Hijriah, sebuah bom meledak di makam Imam ‎Ridha as, imam kedelapan para pengikut Ahlul Bait Rasulullah. Bom tersebut ‎dipasang oleh kelompok teroris Mujahidin Khalq (MKO).

Pada hari itu, kompleks ‎makam Imam Ridha penuh sesak dikunjungi para peziarah yang tengah ‎memperingati hari Asyura atau hari gugur syahidnya Imam Husein as. Puluhan ‎peziarah gugur syahid dalam peristiwa terorisme ini dan makam Imam Ridha as ‎rusak berat.

Ubaidillah bin Ziyad Tewas di Tangan Ibrahim bin Malik Al-Asytar

Pada hari Asyura tahun 67 Hq, enam tahun setelah peristiwa Karbala, tepat hari dimana pasukan Yazid di bawah komando Ubaidillah bin Ziyad menciptakan tragedi kemanusiaan dan Imam Husein as bersama para sahabatnya gugur syahid.

Waktu itu pasukan Abdul Malik bin Marwan yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziyad berhadap-hadapan dengan laskar Mukhtar bin Abi Ubaidah Tsaqafi yang dipimpin oleh Ibrahim bin Malik al-Asytar di tepi sungai Khadzir, yang jaraknya 4 farsakh dari kota Mosul. Dua pasukan berperang dan menyebabkan banyak yang terbunuh.

Pasukan Syam yang kehilangan 70 ribu tentara mulai terlihat tanda-tanda kekalahannya dan akhirnya menerima kekalahan. Peristiwa paling penting dari perang ini adalah tewasnya Ubaidillah bin Ziyas, Komandan Laskar Syam di tangan Ibrahim bin Malik al-Asytar. Waktu itu Ibrahim Malik al-Asytar menebaskan pedangnya sekali dengan sekuat tenaga sehingga, tubuh Ubaidillah bin Ziyad terpisah menjadi dua di bagian pinggang dan tewas seketika.

Dalam perang ini juga Syimr bin Dziljausyah tewas di tangan pasukan Ibrahim Malik al-Asytar. (IRIB Indonesia)


Rekan2ku, apapun organisasi dan perkumpulan anda,raihlah tangan persaudaraan yg kujulurkan. Kita saat ini berada dlm kepungan kekuatan2 yazidisme modern. Ayo singkirkan semua perbedaan elementer dan padukan semua potensidlm sebuah gelegar spirit konsolidasi husaini... Getarkan angkasa Ibu Pertiwi dg sengatan Asyura di Balai Samudra Senin besok tgl  26 Nopember 2012 di Jalan Kelapa gading depan MOI (Mall of Indonesia) Jakarta by Facebooker



Sumber : 10 Hari yang menggetarkan Dunia
Ucapan dan komentar tokoh dunia for Husein The Martyr of Karbala
Saed Zomaezam - Papyrus Publisher -



10 Muharram, Hari Libur Nasional?

Oleh: Dr. Khusnul Yaqin*

Di dunia, Indonesia dikenal sebagai negeri tropis yang terdiri dari kepingan pulau-pulau yang dihuni oleh beranekaragam spesies. Selain memiliki manfaat ekonomis, beraneka ragam flora dan fauna itu mempunyai manfaat ekologis dan budaya. Di samping keberagaman spesies, Indonesia juga mempunyai kekayaan aneka adat istiadat dan budaya. Beragamannya tradisi dan kebudayaan yang ada di Indoensia merupakan hasil persentuhan budaya baik antarmasyarakat yang disebut ‘asli', antara masyarakat asli dan pendatang, atau antara masyarakat pendatang.

Salah satu budaya yang menarik dan membumi di Indonesia adalah peringatan 10 Muharram. Tradisi peringatan ini sebenarnya adalah tradisi yang dibawa oleh intelektual-intelektual Muslim yang berasal dari daerah Timur Tengah ke Indonesia. Dalam sejarah disebutkan bahwa orang yang pertama memperingati tragedi Karbala setelah kesyahidan Imam Husain bin Ali adalah cucu Muhammad Saw yang bernama Zainab di pasar Kufa, Irak. Zainab melakukan orasi atas terbantainya al-Husain dan rombongan keluarga serta pengikutnya di tanah Karbala. Imam Husain yang tidak mau berbaiat kepada pemerintahan yang tidak sah yang dikendalikan oleh Dinasti Muawiyah, yaitu Yazid, dibantai dengan sangat sadis di padang tandus kering kerontang Karbala bersama dengan keluarga dan pengikutnya. 

Zainab sebagai saksi hidup meminta pertanggunganjawab masyarakat Kufah yang semula akan berbaiat kepada Husain, tetapi kemudian mengingkari dan bahkan terlibat dalam peristiwa pembantaian itu. Orasi Zainab ini kemudian dikenal dalam sejarah sebagai orasi yang paling heroik yang membangkitkan semangat perlawanan kaum muslimin terhadap pemerintahan yang zalim yang dikenal dengan gerakan Tauwabun (pertobatan).Tradisi Zainab dalam memperingati terbantainya Husain dan keluarganya dimanifestasikan oleh ulama Islam dalam berbagai parade budaya belasungkawa di manapun ulama itu menginjakkan kakinya dalam berdakwah.

10 Muharram dalam agama Ibrahimi

Pembantaian Imam Husain di padang Karbala bukan sekadar peristiwa historis biasa, tetapi ia merupakan peristiwa metahistoris. Peristiwa itu telah dinubuatkan oleh Allah swt sejak Nabi dan Rasul sebelum kedatangan Muhammad saw. Ibrahim as ketika berhasil menuaikan tugasnya untuk menyembelih Ismail as yang kemudian digantikan domba, di dalam benaknya terbersit ‘rasa bangga' bahwa dia adalah hamba Allah yang paling sanggup melaksanakan perintah yang berat. Setelah itu segera saja Allah swt menyingkapkan ‘tirai' antara Ibrahim dan persitiwa pembantaian Husain di Karbala. Serentak Ibrahim menangis sesenggukan menyaksikan peristiwa itu. Ibrahim bertanya siapakah gerangan manusia mulia yang dibantai itu? Terdengar jawaban, "Itu adalah Husain bin Ali cucumu". Tangis Ibrahim semakin pecah mendengar jawaban itu.

Para Ahli Taurat di kalangan kaum muslimin setelah meneliti dengan seksama teks-teks yang berkaitan dengan hari Sabat menyebutkan bahwa ada indikasi bahwa hari itu terjadi pada tanggal 10 Muharram.Jika data ini benar, maka pelarangan Musa as kepada bangsa Israel agar tidak melakukan aktivitas pada hari Sabat adalah perintah untuk menghormati tragedi menyedihkan bagi umat manusia, yaitu pembantaian Husain bin Ali cucu kinasih Muhammad Saw. Al Quran menyebutkan pelanggaran terhadap larangan Musa itu dampaknya sangat dahsyat yaitu mereka dikutuk jadi monyet. Data ini menunjukkan bahwa 10 Muharram merupakan hari-hari yang penting bagi kaum Yahudi.

Sekarang bagaimana dengan kaum Nasrani atau Kristen. Kristolog Thomas McElwain menyebutkan dalam buku The London Lectures bahwa Al Kitab (Yeremia 46:6,10) memuat peristiwa pembantaian di tepi Sungai Efrat yang sangat sulit dipisahkan maknanya dari tragedi pembantaian Imam Husain beserta keluarga dan pengikutnya. Teks itu adalah sebagai berikut: "Orang yang tangkas tidak dapat melarikan diri, pahlawan tidak dapat meluputkan diri; di Utara, di tepi Sungai Efratlah mereka tersandung dan rebah….Hari itu islah hari Tuhan Allah semesta alam, hari pembalasan untuk melakukan pembalasan kepada para lawannya. Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah mereka. Sebab Tuhan semesta alam mengadakan korban penyembelihan di tanah Utara, dekat sungai Efrat". 

Seorang cendekiawan Kristen, Antaone Bara dalam bukunya Husain fi Fikril Masihi menyebutkan bahwa apa yang diperjuangkan oleh Imam Husain memunyai kesamaan dengan apa yang diperjuang oleh Jesus as. Bahkan menurutnya Jesus as pernah bertandang ke Karbala dan memberi pesan kepada bani Israel bahwa barangsiapa yang menemui Husain di sana, hendaklah mereka menolongnya.

Data ini sekali lagi menunjukkan bahwa pembantaian Husain cucu Muhammad Saw juga dinubuatkan oleh al Kitab. Dengan demikian Muharram juga bagian penting dari keagamaan kaum Nasrani. Paling tidak apa yang diperjuangkan oleh Imam Husain as sangat relevan dengan apa yang diperjuangkan oleh Jesus as.

Muharram, antara Syiah dan Sunni

Dalam tradisi Syiah atau yang lebih kenal dengan madrasah Ahlul Bait, penghormatan terhadap 10 Muharram adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar baik dari sisi ritual, intelektual dan praksis sosial. Pernyataan yang terkenal tentang pentingnya 10 Muharram diungkapkan oleh Imam Jafar Shadiq, "Setiap hari adalah Asyura dan setiap jengkal tanah adalah Karbala". Imam Khomeini menyebut bahwa Revolusi Islam Iran adalah suatu revolusi yang diinspirasi oleh perjuangan Husain dan keluarganya di padang Karbala. Dalam pandangan madrasah Ahlul Bait, peristiwa heroik Karbala bukanlah kekalahan keluarga Nabi, tapi sebaliknya ia adalah peristiwa kemenangan keluarga Nabi. Darah mengalahkan pedang, begitu realitas yang ditunjukkan para pengikut Mazhab Ahlul Bait.

Bagaimana dengan kaum Sunni? Kalangan Sunni sebagian besar juga mengakui bahwa tragedi 10 Muharram adalah tragedi yang menyedihkan, akan tetapi mereka tidak merefleksikan sebagaimana Syiah. Tampaknya, mereka lebih memilih untuk melihatnya dari sisi kemenangan hari itu. Hal ini berkaitan juga dengan peristiwa-peristiwa kemenangan di hari 10 Muharram seperti selamatnya Nabi Nuh as dari banjir, Nabi Musa as terselamatkan dari kejaran Firaun dan beberapa peristiwa lainnya yang mengindikasikan kemenangan para Nabi-Nabi. Meskipun buku-buku hadist Sunni menyebutkan pentingnya memperingati syahadah Imam Husain dengan peringatan duka, sebagaimana yang juga dilakukan oleh Rasulullah Saw.

Di sisi itulah menariknya 10 Muharram yang menjadi titik temu Sunni dan Syiah. Dua mazhab besar Islam Sunni dan Syiah mengakuinya sebagai hari yang Agung.

10 Muharram dan suku-suku di Indonesia

Penghormatan suku-suku yang ada di Indonesia tidak kalah serunya dengan yang dilakukan oleh para pemeluk agama-agama Ibrahimik (Yahudi, Kristen dan Islam). Sebagai contoh suku Jawa bahkan merubah nama bulan pada kalender mereka dengan nama Suro sebagai ganti nama Muharram. Suro dari kata Asyura yaitu tanggal ke 10 bulan Muharram. Mungkin terinspirasi dengan hadist dari Imam Jafar di atas, orang-orang Jawa ingin menyebut semua hari di bulan Muharram itu adalah hari ke 10, Asyura (Suro). Di Tanah Jawa bulan Muharram adalah bulan yang sakral. Spiritualitas bulan ini luar biasa sehingga pekerjaan suci seperti memandikan keris, mustika mesti dilakukan pada bulan ini. Mereka juga memperingati 10 Muharram dengan membuat bubur merah yang mereka sebut sebagai bubur Suro.

Di Sumatra ada tradisi Tabot yang diselenggarakan dengan maksud memperingati duka nestapa Nabi dan Keluarganya yang dibantai oleh bani Umayyah. Menurut Assegaf pada Jurnal Al Qurba (1:58-81), tradisi ini diperkenalkan oleh tentara India yang berafiliasi dengan tentara Inggris. Di Sumatra tradisi ini diselenggarakan di Bengkulu, Pariaman dan Padang (Kuncoroningrat 1990). Ada tradisi yang mirip dengan upcara Tabot juga ditemukan dilakukan di Ternate, Maluku (Assegaf, 2010). 

Walhasil tradisi 10 Muharram merupakan hari yang bersejarah dan mempunyai arti penting bagi kehidupan masyarakat beragama di Indonesia dan juga diperingati oleh suku-suku yang tersebar di Seluruh Indonesia. Oleh karena itu alangkah indahnya kalau 10 Muharram dijadikan sebagai hari libur Nasional mengingat pentingnya hari itu baik dari sisi agama dan budaya Indonesia. Sangat boleh jadi hari itu dapat dijadikan sebagai titik temu perennial agama dan budaya di Indonesia sedemikian sehingga karakter-karakter intoleransi bisa dikikis habis.(IRIB Indonesia/PH)

*Pemimpin Redaksi Jurnal al-Qurba
Komentar:
Ihsan Jacko
 Hari dan Tanggal 10 Muharram menjadi prhatian dlm tradisi penanggalan masyarakat Pelaut Bugis yg mreka istilahkan dgn "ompe'na
 Muharram".. Msyarakat Bugis dlm stahun selalu mmperhatikan kapan jatuhnya hari kesepuluh bulan Muharram.. Mrk percaya bhw tgl 10
 Muharram adalah wkt yg tdk tepat utk braktivitas trmasuk jika ingin menunaikan hajatan (pernikahan dll), tdk hanya sbatas pd tanggal 
itu.. Hari dimana jatuhnya adalah tgl 10 Muharrm, maka hari2 itupun tdk baik.. Misalkan pd tahun ini tgl 10 Muharram jatuh pd hari Minggu, maka sepanjang tahun hingga brtemu 10 Muharram tahun berikutnya, hari Minggu menjadi hari yg tidak baik ato Ompe'na Muharram, dianjurkan utk tdk beraktivitas, kalo perlu tdk keluar dr rumah... Sungguh duka Asyura telah menjadi kehidupan masyarakat Indonesia... كلً يوم عاشورا Ùˆ كلً أرض كربلاء



EXCLUSIVE FOTO-FOTO ASYURO DI BANJARMASIN Sabtu,24 Nopember 2012
di Gedung  Yayasan Kanker Indonesia 


































Team www.banjarkuumaibungasnya.blogspot.com-Banjarmasin- Hari ini tepat hari Sabtu tanggal 24 Nopember 2012 atau 10 Muharram 1434 H kembali FK2 (Forum Kajian KeIslaman) Kalimantan Selatan mengadakan acara Hari-hari Besar Umat Islam diantaranya, yaitu Haul Akbar Sayidina Husain as Penghulu Pemuda Surga serta cucunda Nabi Besar Muhammad Saww.
Kali ini FK2 yang didukung sepenuhnya Buletin Dakwah Majelis Pecinta Rasul (MPR) dan LKIK (Lembaga Kajian Islam Kontemporer) mengadakan acara tersebut di Jalan A.Yani Km.4,5 Komplek Dharma Praja Banjarmasin atau tepatnya di Gedung Yayasan Kanker.

Didatangkan  penceramah dari Pekalongan  al ustadz al Muqarrom al Habib Hasyimi bin Muhammad al Atas, dimana poin penting dari ceramah beliau tentang "Sangat PENTING" sholat wajib di awal waktu, karena al Husain as telah mencontohkannya, disaat perang / lebih tepatnya "Pembantaian" (72 orang VS 30 ribu orang) terhadap orang yang juga mengaku ISLAM tetapi lebih senang dengan "dunia" (menghamba terhadap tawaran Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan musuh ABADI Rasulullah, beliau al Husain as menghentikan peperangan tersebut untuk menunaikan sholat wajib  awal waktu).

Sedangkan Kyai Muda asal Banjarmasin yaitu al ustadz K.H.Busyairi Ali Hurian Fahmi, SHI, MHI yang membacakan Maktal / Kronologis Peristiwa Karbala membuat  semua hadirin para lelaki dan wanita larut dalam kesedihan dan hampir semuanya berderai air mata mengenang cerita "Pembantaian" sang Penghulu Pemuda Surga tersebut.
Sebelumnya pembacaan Puisi dari pelajar kelas 6 SD anaknda Fadhil dan 2 remaja yang diiringi musik instrumentalpun telah membuat audiens berderai air mata.

Haji Badaruddin yang merupakan Ketua FK2 Kal-Sel  yang berhasil diwawancarai team www.banjarkuumaibungasnya.blogspot.com pun berujar, bahwa kegiatan keagamaan yang mereka laksanakan terbuka untuk semua aliran atau organisasi keagamaan dalam Islam baik Sunni, Syi'ah bahkan Wahabi sekalipun dimana  kegiatan FK2 juga berkaitan dengan bakti sosial, seperti Donor Darah, Sunatan Massal dan lain-lainnya. Semoga derai mata yang dipersembahkan warga banua Banjar ditahun ini bisa sedikit menjadi pelipur lara Rasulullah Muhammad saww dan khususnya menjadikan bumi Kalimantan Selatan diberkahi Allah Swt, umumnya Negara Republik Indonesia...amin ya rabbal 'allamin.

Dalam pantauan team www.banjarkuumaibungasnya.blogspot.com jemaah yang hadir ada datang dari Batu licin, Banjarbaru, Martapura, Rantau, Kandangan, Barabai, Tanipah, Babirik Amuntai hingga Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Dan turut berhadir dari Aparat Kepolisian, Korem dan Intel yang juga mau ikut berhadir.
Sedangkan dari para habaib terlihat Habib Abdullah Assegaf dari Jakarta, Habib   Ahmad al Hamid pal 1 Banjarmasin, Habib Muhammad al Idrus Batulicin, Habib Husin Ba'rum Bangil, Habib Alwi dari Rantau, serta sesepuh para alawiyin Habib Husin Rantau dan rombongan serta para habaib yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Labbaika Ya Husain...Hidup Persatuan islam. (KNY/AR/MFF/R/25/11/2012/17:10wita)


Mana Mungkin HAM Indonesia Kutuk Israel ?

Posted by KabarNet pada 25/11/2012
Jakarta – KabarNet: Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengkritik keras aktivis HAM di Indonesia. Pasalnya dalam peristiwa agresi Israel ke Gaza lebih dari sepekan lalu, tak ada sepatah kata atau pernyataan pun dari para penggiat HAM yang mengecam Israel. Apalagi sampai mengatakan Israel sebagai pelanggar HAM berat.
Ia mengatakan, para aktivis HAM di Indonesia hampir tidak mungkin diharapkan untuk mengatakan Israel dan pendukungnya melanggar HAM berat secara internasional. “Mereka, para penggiat HAM Indonesia, pada umumnya lebih suka meneliti bangsanya sendiri dengan tuduhan melanggar HAM berat”.
Mana mungkin Penggiat HAM Indonesia mengutuk aksi kebrutalan Israel? Mereka tentu berpikir ribuan kali untuk mengeluarkan kritikan apalagi kecaman kepada “juragan” penyandang dana yang nantinya malah menggoyang kelangsungan pekerjaan mereka. Aktivis HAM biasanya lebih lancar berbicara tentang konflik Sampang, Poso, Cikesik, Ciketing, Cirebon, Solo, Ambon, Papua, Lampung, Aceh, dan yang terakhir membela PKI sebagai korban.
Kiai Hasyim menuturkan, mereka tu mengangkat persoalan bukan untuk mencari penyelesaian dalam nuansa ke-Indonesiaan, tapi hanya mencatat serangkaian insiden untuk kemudian dilaporkan ke luar negeri, agar asing bisa menghukum Indonesia. “Pekerjaan bisnis HAM semacam ini tentu tidak berguna untuk Indonesia dan juga tidak terpuji. Apalagi kalau berdasarkan program paket bantuan asing, tentu pekerjaan memalukan,” tandasnya.
Oleh karena itu, para aktivis HAM ini hampir tidak mungkin diharapkan untuk memperjuangkan HAM di kancah internasional. “Hampir tidak mungkin diharapkan untuk mengatakan Israel atau pendukungnya melanggar HAM berat secara internasional,” kata Kiai Hasyim Muzadi, Jumat (23/11/2012).
Karena itu, kata KH Hasyim Muzadi, kaum Muslimin di Indonesia sudah saatnya merapatkan barisan. Tidak boleh ada lagi lembaga Islam atau “yang keislam-islaman” terpengaruh terhadap program intervensi pemikiran ini hanya karena ingin disebut intelek atau berwawasan global. “Waspadalah kaum Muslimin dan Bangsa Indonesia terhadap HAM yang westernis dan neokomunis,” pungkasnya. [KbrNet/Slm]

0 comments to "Banjarmasin Berkabung di Hari Asyuro!!! : 10 Muharram, Hari Libur Nasional??? Tokoh Duniapun berkomentar tentang al Husain cucunda Nabi : Semoga cucuran air mata kami pecintamu Ya Rasul bisa sedikit melipur lara dirimu wa itrati al itroh"

Leave a comment