Home , , , , , , , , , , , , � Peranan Muslimah dalam Keluarga (Serial) dan Moral, Mutiara yang Hilang di Barat serta Hari Naas di Bulan Shafar: Nyata Atau Khurafat?

Peranan Muslimah dalam Keluarga (Serial) dan Moral, Mutiara yang Hilang di Barat serta Hari Naas di Bulan Shafar: Nyata Atau Khurafat?




Peranan Muslimah dalam Keluarga (Bagian Pertama)



Oleh: Sahar Haidary

Pembukaan

Islam sebagi agama yang abadi mempunyai pandangan yang menyeluruh pada setiap sisi manusia. Oleh karena itu, Islam memiliki cara pandang yang khusus terhadap peranan wanita.Akan tetapi sebelum semua itu perlu diketahui bahwasa menurut pandangan Islam dan al-Quran yang dimaksud dengan peranan wanita dalam berjuang dan pengorbanan diri di jalan Tuhan dan meninggal di jalan ini adalah setiap orang memiliki cara dan persyaratan yang khusus. Oleh karenanya, berjuang dengan menggunakan senjata di medan perang tidak diwajibkan untuk para wanita.Tetapi apabila dengan jalan-jalan yang lain dimana struktur yang ada dan kepribadian mereka mendukung (mereka mampu menjauhi dari segala sesuatu yang diharamkan ) maka mereka dapat menggunakan jalan ini untuk mengadikan  dirinya. Ini adalah salah satu tanda-tanda kesempurnaan iman mereka. Itulah mengapa Sayidah Zahra as menggunakan segala kesempatan yang ada untuk berperang dengan orang-orang yang tidak beragama dan para pembuat bidah. (1)

Peranan ini dilakukan oleh Sayidah Zahra as sepanjang hidupnya dengan cara yang gemilang, yaitu dengan berjuang melawan hawa nafsunya dan berjuang di medan perang melawan orang-orang yang tidak beragama dan berjuang di bidang kebudayaan, politik dan lain-lain. Itu dikarenakan Sayidah Zahra as dididik oleh seorang ibu yang pejuang. Ibu yang ketika para muslim dalam waktu tiga tahun diembargo, beliau memberikan seluruh kekayaannya kepada Abi Thalib as untuk mengatasi kesulitan para muslim. Orang-orang yang tidak mempunyai kehormatan terus mengecam beliau, akan tetapi dengn peristiwa itu hanya kekuatan dan ketegaran yang muncul darinya. Semakin bertambah kecaman terhadapnya maka semakin betambah kesabaran dan keistiqamahannya .(2)

Sayidah Khadijah as yang sejak awal telah memilih seorang suami yang bermaknawi bukan orang yang kaya raya, dan ia telah membuktikan bahwasannya ia memperoleh hartanya dari jalan yang benar bukan riba. Ia menginginkan keberhasilan dunia dan akhirat. Karenanya ia tetap berdiri tegak dalam berjuang di jalan Tuhan. Semua ini dikarenakan kepribadian  yang tinggi, yang menang atas hawa nafsu dan pengetahuan yang mencukupi . (3) Keaktifan para wanita pada permulaan kemunculan agama Islam ditunjukan dengan keikutsertaan mereka pada baiat dan hijrah. Mereka melindungi agama Allah Swt bersama kaum laki-laki dengan memahan siksan para kaum musyrik. Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka ..." (4)

Dalam peristiwa kebangkitan Imam Husein as para wanita juga mempunyai peranan yang berbeda dalam berjuang. (5) Istri dari Zahir bin al-Qain memberikan pengarahan kepadanya sehingga dia menjadi memihak kepada Imam Husein as. (6) Selain itu, peranan wanita dalam menanamkan pikiran dan dukungan dalam peristiwa besar Karbala juga mempunyai peranan dalam penyebaran, penyampaian pesan-pesan serta menjaga revolusi itu sendiri.(7)

Sayidah Zainab Kubra as adalah panglima para pejuang wanita di karbala. Beliau bangkit melawan para thagut dengan khutbahnya yang berapi-api. Khutbah itu untuk beliau mencakup hal-hal spiritual, tapi kondisi masa itu dimana kepemerintahan berada di tangan orang-orang zalim menyebabkan sangat terbatasnya penahaman dan perkembangan masyarakat yang jahil dan penakut yang tidak tunduk pada penguasa. Masyarakat telah tertipu dengan kediktatoran Bani Umayah.

Selain itu penyampaian pesan suci pemimpin kebebasan imam Husein as, dimana para pendosa Kufah dan Syam berkhayal bahwa mereka telah mematikan panggilan suci di antara suara-suara Nainawa dan di penjuru dunia risalah Ilahi hanya tinggal sejarah, sementara kaum lelaki di dunia tidak lagi bertanggung jawab untuk mengemban risalah tersebut. (8) Kefasihan tutur kata Sayidah Zaenab as telah menggetarkan istana Yazid dan melemaskan lidah putra Ziyad. Ibnu Ziyad yang sangat memusuhi keluarga suci Nabi Muhammad Saw tidak dapat menyembunyikan kekagumannya terhadap cara dan penyampaian dalam bentuk kata-kata yang indah yang memiliki pertimbangan yang tersembunyi. Karenanya dia berkata, "Sesungguhnya wanita ini menguasai ilmu syair." Tapi Sayidah Zaenab as menjawab, "Apa yang dilakukan wanita dengan bersyair? Ketahuilah aku bukanlah orang yang bergantung dan apa yang kau dengar itu adalah terbakarnya dadaku sehingga mengalir pada lidah ku." (9)

Semua ini harus diperjelas untuk para wanita masa kini sehingga mereka tahu bagaimana harus menggunakan kefasihan lidah untuk berjihad. Para wanita di zaman Revolusi Islam merupakan salah satu kebanggaan untuk negara Iran di medan juang dengan berpegang teguh pada hijab Islami mereka menunjukan peranan mereka dan dalam kalimat yang penuh makna sebagai fondasi negara Republik Islam Iran.

Imam Khomeini ra menjelaskan secara menyeluruh bahwasannya:

1. Mendidik para pejuang, "Allah Swt melindungi kalian. Karena kalian telah mendidik orang-orang besar di masa hidup kalian. Kalian yang mempunyai kewajiban sebagai seorang ibu, dan ini adalah kewajiban terbesar kalian. Sebagaimana Islam sangat menghormati seorang ibu yang mendidik anaknya sehingga dapat melindungi masa depan bangsa ..." (10)

2. Berjuang dengan harta, "Kalian kaum wanita berjuang dengan semuanya untuk kebangkitan dan kemenangan Islam. Kalian juga berjuang dengan harta kalian. Kalian adalah pasukan Islam dan saudara para wanita tauladan dalam Islam. (11)

3. Motifasi kaum laki-laki dalam  berjuang, "Kaum wanita memotifasi kaum laki-laki untuk turun mengikuti mereka ke jala-jalan dan mereka berada di barisan terdepan.Wanita adalah satu wujud yang dapat mengalahkan satu kekuatan syaitani". (12)

4. Berjuang dengan jiwa dan raga, "Kaum wanita pada zaman kita telah membuktikan dalam berjuang sebagai teman kaum laki-laki, bahkan mereka juga lebih terdepan. Para wanita Iran adalah  pejuang yang berkemanusian tinggi dan juga berjuang dengan hartanya… Para wanita inilah yang menunjukan kesuciannya dengan tetap menjaga hijabnya dan mengorbankan hartanya untuk kebangkitan islam ." (13)

5. Pemberi keberanian kepada kaum laki-laki, "Kaum wanita dalam kebangkitan ini memiliki satu langkah lebih maju dan memberikan pertolongan yang besar kepada bangsa. Kaum wanita inilah yang pada saat turun ke jalan-jalan dan gang-gang kemudian berteriak sehingga memberikan keberanian kepada kaum laki-laki yang menyebabkan kekuatan mereka menjadi berlipat ganda." (14)

6. Perlindungan, "Pengabdian kaum laki-laki dikuatkan oleh pengabdian kaum wanita. Kaum laki-laki mempunyai suatu perasaan yang apabila melihat kaum wanita keluar dari rumah bertujuan untuk mempersatukan kekuatan mereka,  memberikan anak, suami, saudaranya untuk melindungi Islam, dan sangat banyak kaum laki-laki yang mengikuti mereka untuk melakukan hal ini". (16)

7. Penggerak keposesifan kaum laki-laki, "Laki-laki sangat sensitif terhadap wanita. Kesensitivan ini ada apabila melihat seoarang wanita tidak menghormatinya. Oleh karena itu, sejak awalny,a dalam masalah pertahanan, pertolongan, dan masuk dalam medan perang dengan jalan apapun kaum laki-laki lebih ahli dan mampu dibanding kaum wanita."

8. Pemberi ketenangan pada para pejuang, "Ahsantun, dukungan untuk para wanita terhormat yang datang dari tempat yang jauh untuk bertemu dengan kami dan turut berduka atas musibah ini. (17) Teladan ini diambil dari Sayidah Zahra as yang pergi keluar untuk menghilangkan kesedihan Nabi Saw dan umat islam". (18)

Islam tidak menghalangi kaum wanita untuk mendapatkan pahala dari berjuang, bahkan melihat masalah ini lebih luas lagi. Karena menurut Isla, rumah dan keluarga merupakan medan yang terbesar untuk kaum wanita berjuang, "Jihadnya wanita adalah menjadi istri yang baik untuk suaminya." (19) "Jihadnya wanita bersabar terhadap kekerasan dan gangguan suaminya." (20) Kemudian dengan perhatian yang khusus dalam masalah hijab maka pahala yang diterima lebih besar dari pahala seorang syahid, "Pahala orang yang syahid di jalan Allah Swt tidak lebih besar dari pahala orang yang menjaga kesuciannya, yang mana dia mempunyai kekuatan untuk melakukan dosa, tetapi tidak melakukannya dan tetap sesuci malaikat. (21)

Semakin jelas kita pahami peranan wanita dalam menjaga agama Allah Swt dalam lingkup agama Islam di masa kegaiban dan kemunculan Imam Mahdi as memiliki tempat yang khusus, sebagai mana yang dijelaskan oleh Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Imam Baqir as berkata, "Demi Allah! Akan datang 313 orang dan 50 di antara mereka adalah wanita dan tanpa janji sebelumnya mereka datang seperti gumpalan awan musim semi dan akan berkumpul di Mekah. Yaitu seperti gerakan awan yang membentuk pusaran di kota suci Mekkah. (22) Oleh karena itu pada masa kebangkitan Imam Mahdi as terdapat 50 wanita yang menjadi tangan kanan beliau.

Imam Shadiq as juga berkata bahwa akan ada 13 wanita yang mengalami peristiwa Raj'ah (hidup kembali) dan menjadi abdi dari Imam Mahdi as dan menyebutkan nama 7 atau 8 orang di antara mereka yang akan datang sebagai perawat orang-orang yang terluka, seperti halnya beberapa wanita yang mengabdikan diri pada Nabi Saw dengan cara ini. Di tempat lain beliau berkata, "Bersama Imam Mahdi af terdapat 13 wanita yang merawat orang-orang yang terluka dan menjaga orang-orang yang sakit". (23) (IRIB Indonesia / Fatimah Baroroh)

Catatan:

1. Rasuli Mahallati, Hossein, Zendegi Hazrat Fatimah va Dukhtarone on Haz, hal 273-274 Tehran, Daftare Kutub Farhang Eslami, 1377 Hq.
2. Amini, Ibrahim, Banue Nemune Islam, hal 21-23, Qom, Shafaq, 1376 Hq.
3. QS. 60: 12.
4. QS. 60: 10.
5. Ilgapanci Sadruddin, Hadafe Islahi Nehzate Imam Husein as Qiyame Mahdi as, terjemah Ali Ahmadi Falhi, hal 1384, Tehran, Mehr Taban, 1388 Hq.
6. Ibid, hal l385.
7. Rasuli Mahalati, Hossein, Zendegi Hazrate Fatimah as dan va Dukhtarone on Hazrat, hal  271-272, Tehran, Daftare Kutub Farhang  Eslami, 1377 Hq.
8. Ibid, hal 275-276.
9. Mousavi Khomeini Ruhullah, Sahifah Imam, 7/221, Qom, Moasseseh Tanzim va Nashr Asar Emam Khomeini ra, 1379 Hq.
10. Ibid, 7/239.
11. Ibid, hal 239.
12. Ibid, hal 342.
13. Ibid, 10/244.
14. Ibid, 11/510.
15. Ini adalah ceramah yang disampaikan  bertepatan pada hari wafatnya Syahid Murtadha Muthahhari pada 12 Ordibehesht 1358 Hq.
16. Mousavi Khomeini Ruhullah, Sahifah Imam, 7/221, Qom, Moasseseh Tanzim va Nashr Asar Emam Khomeini ra,1379 Hq
17. Rasuli Mahalati, Hossein, Zendegi Hazrate Fatimah as va dukhtarone on Hazrat, hal 108, Tehran, Daftare KutubFarhang  Eslami,1377 Hq.
18. Al-Kulaini, Ya'qub bin Ishak, Usule Kafi, 5/9.
19. Ibid.
20. Mohammad Dashti, Tarjomeye Nahjul Balaghah, Hikmah 474, hal 538-539.  
21. Mousavi Nasab, Ja'far, 200 Porses va Posukh Piramone Imam Zaman as, hal 145-146, Tehran, Menhaj,1385 Hq. Al-Nu'mani, Abu Zainab, Al-Gaibah, hal 150, Qom, Madin, 1426 Hq, Ilgapanci Sadruddin, Hadafe Islahi Nehzate Imam Husain as Qiyame Mahdi as, Terjomeye Nur Ali Ahmad Falhi, Tehran, Mehr Taban, 1388 Hq.
22. Sheikh Rais Kermani Abas, Mouood Imam, hal 167, Qom, Asre Zuhur,1383 Hq.
23. Javadi Amoli, Abdullah, Zan dar Ayene Jalal va Jamal, hal191, Qom, Israa, 1383 Hq.

Peranan Muslimah dalam Keluarga (Bagian Kedua)



Oleh: Sahar Haidari

Peranan wanita dalam keluarga

Wanita dalam keluarga mempunyai 2 peranan pokok, yaitu sebagai istri dan ibu yang masing-masing dari keduanya mempunyai penjelasan dan penelitian yang khusus.

Sebagai istri
Sesuatu yang menyebabkan  keinginan yang sama antara wanita dan laki-laki yang menuju ke arah yang tidak benar dalam kehidupan adalah tujuan-tujuan yang diambil tanpa pengenalan dan pengetahuan. Ketenangan adalah hal yang lebih penting akan tetapi mereka menggantikannya dengan kemudahan dan penghias kehidupan. Mengapa kemudahan dan penghias hidup sama sekali tidak bisa menjamin ketenangan dalam hidup? Di samping itu ketenangan juga disertai oleh kemudahan.

Pembahasan ini akan lebih penting ketika wanita yang dicintai laki-laki dan sangat berpengaruh dalam peraturan keluarga akan tetapi harus ditanyakan kepada wanita dan laki-laki masa kini yang seharusnya dengan benar mempergunakan kata cinta. Kenapa untuk mendamaikan pasangan mereka menggunakan jalan liberal Barat? Apakah ini kebebasan? Atau pengisyaratan pada keinginan-keinginan hawa nafsu yang bernama kebebasan yang menuju pada kerusakan.

Hijab adalah suatu kebenaran Ilahi. (24) Akan tetapi di masa kini sebagian besar masyarakat berpikir bahwa hijab adalah hak manusia. Dengan kata lain, melindungi hijab dan kesucian harus dengan izin suami dan keluarga atau orang-orang lain. Tanggung jawab ini tidak bisa dicabut dari wanita karena pengaturnya dan pemilik kebenaran adalah Tuhan yang Esa. Tapi banyak terlihat wanita-wanita muda yang setelah menikah seharusnya melindungi setengah dari agamanya justru sebaliknya menggunakannya untuk merusak agamanya. Sebenarnya harus diketahui pernikahan bukan berarti pemenuhan aturan-aturan Tuhan, tetapi pernikahan adalah berusaha untuk melaksanakan peraturan-peraturan itu dengan sebaik-baiknya. Seperti jawaban Imam Ali as terhadap pertanyaan Nabi Saw setelah hari pernikahannya tentang bagaimana Sayidah Zahra as, beliau berkata, "Penolong terbaik untuk taat kepada Tuhan". (25)

Penyertaan dan kesehatian ini terus dirasakan sampai setelah Sayidah Zahra as wafat. Imam Ali as mengadu ke kuburan Nabi Saw dan berkata, "Ya Nabi! Kesabaranku telah berkurang dengan kepergian Fatimah as dan aku tidak mempunyai kemampuan untuk diri ini. (26) Kenapa Sayidah Zahra as yang merasakan kesedihan dan kesusahan di masa kemazluman Imam Ali as? Ketika Imam Ali as memasuki rumah dan melihat Sayidah Zahra as, maka segala kesedihan dan kesusahan akan hilang. (27)

Selain itu, tolok ukur wanita masa kini harus dilihat jangan sampai termasuk wanita paling buruk seperti yang disabdakan Nabi Saw, "Wanita yang paling buruk adalah wanita yang merendah dan patuh pada keluarganya sendiri tapi membesarkan dan menyanjung dirinya di depan suami. Wanita yang keras kepala, pendendam, tidak mempunyai rasa takut dalam melaksanakan perbuatan yang buruk. Ketika suami jauh darinya dia berhias tapi ketika ada di dekatnya penampilannya biasa. Tidak mendengarkan perkataan suaminya dan tidak menaati perintahnya." (28) "Wanita terbaik adalah wanita yang melepas rasa malunya hanya untuk suaminya dan menjaga rasa malu dan kesuciannya ketika berada di masyarakat." (29)

Mengenai beberapa sifat terbaik wanita, Imam Ali as berkata, "Sebagian kebaikan untuk  wanita merupakan sifat yang paling buruk untuk laki-laki seperti sombong, takut dan kikir. Apabila wanita sombong dan menjaga dirinya maka laki-laki non muhrim tidak akan mengganggunya. Apabila kikir, maka dia menjaga hartanya dan suaminya.  Karena takut dia akan menjauhi dirinya dari sesuatu yang dapat menjatuhkan nama baiknya." (30)

Sebagai Ibu
Ibu adalah suatu kedudukan yang terhormat dalam islam sebagaimana pandangan islam dalam hal ini tidak ada duanya dan sesuatu yang abadi. Dengan kata lain, menurut pandangan Islam mempunyai anak adalah sebuah ujian. Karena orang tua harus teliti dalam memilih pasangan, memberi mahar yang halal kepada pasangannya, menafkahi anaknya, menyayagi, mendidiknya, dan hal-hal yang lain. Melewati tahapan-tahapan ini adalah ujian yang sulit. (31)

Wamita pada zaman ini harus  mengambil teladan dari Sayidah Zahra as dan harus berusaha melaksanakan peranannya sebagai ibu dengan sebaik-baiknya. Sayidah Zahra as dengan keahliannya dalam waktu yang sama beliau harus menjaga anak-anaknya serta menolong umat islam. (32) Mereka dengan segala wujudnya mempercayai bahwasannya kelembutan dan kasih sayang yang ada pada seorang ibu adalah kelembutan dan kasih sayang Tuhan. Karenanya, kehormatan wanita dapat terjaga dengan berperan dengan kebaikanya dan kehidupannya untuk mengemban risalahnya sebagai ibu. Posisi wanita sebagai ibu harus diperhatikan dengan khusus jangan sampai peranan asli ini dikorbankan untuk peranan kesenangan sesaat masyarakat. (33) Imam Baqir as berkata, "Pililah wanita yang baik untuk menyusui anak karena air susu berpengaruh dan sifat wanita yang menyusui dapat menurun ke bayi." (34)

Anak-anak sepanjang hidupnya membutuhkan pengajaran dan pendidikan dalam segala pelajaran. Seorang ibu yang baik adalah ketika dia mengajarkan anaknya tentang makrifat Tuhan dan ia juga harus berusaha menjadi teladan yang baik untuk anaknya. Dengan kata lain, seorang pengajar harus mempunyai sesuatu yang ia inginkan dari anak didiknya. (35) Menurut pandangan sikolog dan agama, penyebab awal dan yang paling berpengaruh dalam menanamkan kebiasaa belajar bagi anak adalah keluarga. Apabila anak melihat ayah dan ibunya mempunyai kebiasaan belajar maka dengan sendirinya anak akan mengikuti kebiasaan mereka dan menyukai membaca. (36)

Akan tetapi perpindahan kebiasaan ini dikarenakan penyertaan orang tua kepada anaknya, dan ini tidak terbatas hanya pada kebiasaan belajar. Semua ini dalam keadaan seperti yang dilakukan dunia Barat dimana mereka mengambil pekerja untuk pekerjaan rumah dan menjaga anak (37). Mereka tidak dapat menyeimbangkan unsur keilmuan dan akhlaknya. (IRIB Indonesia / Fatimah Baroroh)

Catatan:

24. Amini Ibrahim, Banue Nemune-ye Islami, hal 118, Qom, Safk, 1376.
25. Dashti Mohammad, Tarjome-ye Nahjul Balaghh, Khutbh  202, hal 308-309.
26. Rasouli Mahallati  Hashem, Zendegi-e Hazrate Fatimah as Va Dukhtaran-e On Hazrat, hal 118, Tehran, Daftar Farhang Eslami, 1377 Hq.
27. Al-Kulaini, Ya'qub bin Ishaq, Usul al-Kafi, jilid 5, hal 324.
28. Ibid, jilid 5, hal 324.
29.  Dashti Mohammad,Tarjome-ye Nahjul Balaghah, Hikmah 234, hal 492-493.
30. Mohsen Qaraati, Tafsir Nur, jilid 12, hal 89, Tehran, Markaz Farhang Darshai Az Quran, 1375 Hs.
31. Rasouli Mahallati Hashem, Zendegi-e Hazrate Fatimah as Va Dukhtaran-e On Hazrat, hal 110, Tehran, Daftar Farhang Eslami, 1377 Hq.
32. Kumpulan penulis tentang Feminisme, hal 27, Qom, Seda va Sima Jomhuri-e Islami Iran, 1385 Hq.
33. Ibid, hal 28.
34. Amini Ibrahim, Oyin Hamsar Dori yo Akhlak Khanevade, hal 193, Tehran, Islami,1367 Hs.
35. Khankes Pour Fatimah, Mah Nomeye Etteloot-e Elmi, Mondegori Sive'e Tadris, hal 50, tahun 22, volume 7.
36. Sari Zode Hassan, Mah Nomeye Etteloot-e Elmi, Cegunegi Kudakeman ra be Motaleeh Odat Dahim?, hal 34, tahun 22, volume 5.
37. Za'faran  Ci, Laila Sadat, Kitabe Zanon (Feminisme 13) Rue Ovarde Feminisme be Eqtesadi, hal 25, tahun 8, volume 2.

Peranan Muslimah dalam Keluarga (Bagian Ketiga)



Oleh: Sahar Haidari

Wanita Dan Ilmu Pengetahuan

Dalam pondasi pemikiran agama islam setiap pembahasan tentang ilmu pengetahuan maka dengan sendirinya ingatan pun akan tertuju pada sebuah hadis yang berbunyi "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslimin dan muslimah."(38) Semua ini merupakan penekanan betapa pentingnya menuntut ilmu sesuai yang tertera dalam sebuah ayat al-Quran : "Katakanlah, "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"(39)

Agama Islam tidak memberikan batasan tertentu kepada wanita terkait dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan yang ada, Agama Islam membagi ilmu untuk perempuan menjadi dua jenis:

1. Ilmu yang bersifat wajib aini yang untuk mendapatkannya tidak membutuhkan izin dari suami.

2. Ilmu yang bersifat wajib kifayah, dimana ketika orang lain tidak berusaha untuk menuntut ilmu tersebut, maka ilmu ini akan berubah menjadi wajib aini baginya. Selain dari kondisi ini maka wanita haruslah mendapatkan izin dari suami untuk menuntut ilmu tersebut. Akan tetapi ketika wanita berada pada sebuah keadaan dimana hanya terdapat waktu khusus baginya maka tidaklah perlu untuk mendapatkan izin dari suami, sama halnya yang dilakukan oleh Sayidah Zainab as.(40) Agama Islam sebagai sebuah agama yang di dalamnya terkandung zakat, thaharah, dan ilmu pengetahuan(41), ilmu akan menjadi bernilai ketika ilmu yang ada disertai dengan kesucian ruhani, dan ilmu dikatakan sebagai sebuah ilmu ketika ilmu tersebut menyerupai dengan ilmu yang diperoleh oleh Rasulullah Saw.

Berdasarkan kedua faktor yang disebutkan diatas, Imam Baqir as dalam menggambarkan keadaan kemunculan Imam Mahdi af beliau bersabda, " Pada masa kemunculan Imam Mahdi, ilmu pengetahuan akan mengalami perkembangan yang begitu pesat sehingga wanita yang berada di dalam rumah menghakimi sesuai dengan yang tercantum pada al-Quran dan Hadis Rasulullah.(42).

Perempuan Dan Profesi di Luar Rumah

Pandangan moderat agama Islam terhadap pekerjaan seorang wanita muslimah begitu menakjubkaan dan patut mendapatkan pujian maupun penghargaan. Betapa tidak, Islam tidak pernah menggangap pekerjaan rumah tangga sebagai sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang istri, melainkan menganggap bahwa pekerjaan-pekerjaan rumah tangga tersebut adalah perantara dalam mengekspresikan bentuk kecintaan sang istri kepada suaminya.

Syarat-syarat profesi di luar rumah bagi seorang perempuan menurut agama Islam :

1. Menjaga hijab dan kehormatan. Tak ada larangan bagi seorang perempuan untuk berakitivitas  di luar rumah ketika perempuan tersebut menggunakan pakaian sederhana yang dapat menutupi seluruh badan dan kepala kecuali wajah dan kedua tangan hingga pergelangan tangan. Namun sebaliknya, tidaklah dibenarkan beraktivitas di luar rumah ketika menggunakan pakaian yang mencolok dan memamerkan lekukan badan seperti pakaian ketat dengan warna dan model yang beraneka ragam.

2. Ia tidak seorang diri dalam lingkungan kerja.

3. Tidak terjadi percampuran (ikhtilat) antara laki-laki dan perempuan.

4. Tidak ada laki-laki yang mampu bekerja dalam keluarga.(43)

Selain itu, Sayidah Zahra sa terkait dengan aktifitas perempuan di luar rumah dapat dijadikan sebagai sebuah unsur dalam menjelaskan batasan-batasan pekerjaan perempuan. Terkadang beliau keluar dari rumah demi memenuhi sebagian dari kebutuhan dalam rumahnya,(44) dan begitupula ketika Rasulullah Saw meminta beliau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar keperempuanan. Rasulullah saw bersabda, "Tak seorangpun yang bukan muhrim melihatnya dan dia juga tak melihat seorangpun yang bukan muhrimnya". Namun demikian, dari hadis ini tidaklah dapat dijadikan dalil bahwa perempuan harus mengetahui segala hal-hal khusus sehingga menjadikan perempuan tidak lagi butuh kepada laki-laki.(45)

Nikmat Surga bagi Perempuan

Di dalam alquran terdapat banyak ayat yang memaparkan nikmat-nikmat surgawi  bagi kaum perempuan, yang sebagian dari ayat-ayat tersebut menjelaskan nilai-nilai hakikat keberadaan perempuan.

1. Keperawanan, "dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan".(46)

2. Kecintaan kepada suami, "yang penuh cinta hanya kepada suami mereka lagi berusia sebaya."(47)

3. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.(48)

4. Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang bermata jelita dan tidak mencintai selain suami mereka, (dalam kelembutan dan kecemerlangan), bidadari-bidadari itu seakan-akan seperti telur yang tersimpan dengan baik (di bawah sayap ayam sehingga tak satu pun tangan yang pernah menyentuhnya). (49)

Dua poin terakhir diatas mengisyaratkan bahwa tak ada alasan yang dapat dikemukakan oleh wanita untuk tidak berhijab di hadapan secantik-cantiknya wanita (bidadari), dan di sisi lain juga menerangkan nilai hijab dan kehormatan dalam sebuah bingkai permisalan yang tepat. (IRIB Indonesia / Indriyani)

Catatan:

38. Ja'fariyan, Rasul, Rasael Hijabiah, Jilid 1, hal 177, Qom, 1380
39. Zumar ayat 9
40 Javadi Amoli, Zan dar Ayene-e Jalal va Jamal, hal, 310-311, Qom Israa 1383
41. Mohammad Hossein Thabathabai, Tafsir Al Mizan, Terjemah Muhammad Baqir Mousavi Hamedani, Jilid 2, Hal 359, Qom, Daftar Entisharat-e Eslami.
42. Ilgapanci Sadruddin, Hadafe Islahi Nehzate Imam Husain as Qiyame Mahdi as, Terjomeye Nur Ali Ahmad Falhi, Tehran, Mehr Taban, 1388 Hq.
43. Murtadha Muthahhari, Majmue-ye Atsar, Hal 511, Tehran, Sadra 1369.
44. Mohsen Qaraati, Tafsir Nur, jilid 12 hal 89, Tehran, Markaz-e  Farhanggi-e Darshaye  az Quran, 1375, ayat 23 Qishas.
45. Waqi'ah ayat 36
46. Waqi'ah ayat 37
47. Waqi'ah 22-23
48. Shafaat 48-49
49. Murtadha Muthahhari, Majmue-ye Atsar, Hal 511, Tehran, Sadra 1369

Peranan Muslimah dalam Keluarga (Bagian Keempat, Habis)



Oleh: Sahar Haidari

Peranan perempuan dalam kehidupan keluarga menurut zionis

Bertrand Russel seorang filosof terkenal Inggris dalam bukunya perkawinan dan akhlak mengatakan, "Pada hakikatnya  jika kita berpikir dengan benar maka dengan sendirinya akan kita pahami bahwa wanita tuna susila sesungguhnya menjaga titik kesucian perempuan dan anak-anak gadis kita". Satu hal yang patut dipertanyakan kepada Russel bahwa apakah yang dimaksud dengan kesucian itu sendiri? Terlepas dari semua ini, walaupun dengan hanya membandingkan antara pandangan Islam, pandangan Barat , hukum-hukum Yahudi dan Zionis, dengan sendirinya terlihat perbedaan yang sangat jelas di antara pandangan-pandangan tersebut dengan pandangan agama islam.

Dalam salah satu aturan zionis berbunyi,"Wajib bagi kita untuk menghancurkan sumber-sumber akhlak di seluruh tempat, sehingga jalur hegemoni yang ada menjadi seimbang dan juga menurut Freud, yang juga berasal dari kaum dan ras kita berpendapat bahwa hubungan seksual akan dipertunjukkan secara terang-terangan sehingga hubungan seksual ini bagi para kawula muda tidaklah dianggap sebagai sesuatu obyek yang suci, dan menghilangkan naluri seksual sebagai sebuah tujuan utama pemuda sehingga kelak pada masa ini akhlak akan terjaga dari kehancuran.

Chry Sostem, salah seorang ternama penganut agama Kristen, memberikan pendapat tentang wanita, bahwa, "Dia  adalah manusia yang tak seorang pun dapat luput darinya, dia adalah penggoda yang lihai, penuh pesona pun membinasakan, merupakan bahaya bagi rumah tangga dan keluarga dan mematikan pecintanya laksana seekor ular bersisik indah namun berbisa.  Deter Tulliyan seorang pendahulu Kristen memberikan pendapat tentang wanita, dia berkata, "Jelaslah  bahwa wanita adalah  gerbang masuknya setan ke manusia dan mengendalikan laki-laki menuju pohon terlarang dan pelanggar aturan-aturan tuhan...

Pada aturan 10 hukum Yahudi berbunyi, "Kami akan menghilangkan jalannya kehidupan keluarga di antara bangsa-bangsa…dan melenyapkan pentingnya pendidikan dan moral bagi mereka, ketika sekat pemisah antara pria dan wanita telah hilang dan kehormatan tak lagi memiliki arti, sistem kehidupan akan berhamburan, keberanian pun hilang, menjalarnya para pengecut, dan keturunan pun berpunahan… Kesemua ini adalah tujuan akhir Yahudi dalam rangka memusnahkan aturan-aturan kehidupan manusia.

Pada aturan lain dalam hukum Yahudi berbunyi: "Cita–cita kami adalah melahirkan sekelompok manusia baru yang secara mutlak bebas dalam segala hal… Kami ingin menciptakan manusia yang tidak akan merasakan malu pada alat reproduksi (kelamin) mereka.

Yahudi demi mewujudkan kehidupan yang penuh dengan kemewahan nan modern, menggunakan aksesoris-aksesoris mahal, parfum-parfum merk ternama dan perhiasan-perhiasan  secara tersembunyi untuk merampok harta dan kekayaan orang-orang dan dengan berselubung di balik nama mode dan trendi, memperbudak wanita-wanita dunia untuk mengeluarkan uang sebanyak-banyak yang mereka miliki yang akhirnya memenuhi brankas pihak Yahudi.

Begitupun juga dengan media komunikasi Radio Denmark pada program-program yang disiarkan senantiasa memuat penekanan tentang  penjelasan pentingnya hubungan seksual prapernikahan diantara para remaja, hal ini dikemukakan karena menurut mereka hubungan seksual pranikah dapat mengurangi tingkat perceraian yang ada. Di negara-negara uni Soviet terkait dengan sistem sosial sebelumnya mengikuti perencanaan-perencanan Yahudi yang berlandaskan paham komunisme dimana wanita .... dan  terdapat sebuah hukum yang berlaku pada masyarakat ini yaitu, "Setiap lelaki kaya raya dapat memilih wanita tercantik yang dia inginkan, sementara hal ini adalah hal yang tidak mungkin dilakukan bagi lelaki miskin, oleh karena itu untuk menyelesaikan hal ini saya pun terpaksa memilih komunis seksual sehingga terdapat keadilan dalam persoalan ini. Dan ini termasuk paham yang dicetuskan oleh Karl Marx dari kaum Yahudi".

Pada hakikatnya, sesuai dengan pandangan Barat, hijab merupakan sebab meningkatnya kegairahan, Russel dalam hal ini mengatakan, "Jika penyebaran foto-foto porno tersebar secara umum maka pada suatu waktu orang-orang akan bosan dan tidak akan melihatnya lagi"

Pernyataan Russel tentang sebuah foto khusus dan sebuah kesucian khusus merupakan sebuah hal yang benar namun demikian secara umum ketidaksucian tidak akan pernah lenyap melainkan akan memicu kehausan mental dan kebobrokan yang tidak dapat diperbaiki ini semakin meningkat jumlahnya. Dan dunia barat yang berlandaskan pada pemahaman Marxisme telah terjebak dalam masalah ini. Russel pribadi berkeyakinan bahwa naluri seksual memiliki dua sisi : pertama gairah seksual dan lainnya kecenderungan mental  yang mana ketika keingian awal telah terpenuhi maka setelah itu tak ada lagi keinginan setelahnya. Dan hubungan para pelaku freeseks termasuk sisi pertama, bukan sisi kedua.

Kecenderungan mental adalah kejenuhan yang tak berkesudahan, sesuai hadis Rasulullah Saw bersabda, "Terdapat dua jenis kelaparan yang tidak pernah merasakan kenyang, pertama tamak terhadap ilmu dan kedua mengejar kekayaan" Jasmani seorang pria dapat terpenuhi melalui seorang wanita ataupun dua wanita akan tetapi hasrat  yang berbeda-beda dan kehausan mental tidak akan pernah terpenuhi. Sedangkan menurut pandangan agama Islam wanita dapat dijelaskan melalui dua sisi:

1. Prinsip humanitas. Agama Islam berkeyakinan bahwa sisi asli kemanusiaan tidak terdapat pada gender melainkan menekankan pada sisi humanitas manusia itu sendiri. "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa."

2. Kesetaraan hak-hak. "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain." Ayat ini mengakhiri seluruh pembahasan dan hadis yang berkaitan dengan perempuan.

Sama halnya lelaki beriman adalah penolong bagi perempuan beriman, begitu juga perempuan beriman adalah penolong lelaki beriman. Oleh karena itu, perempuan memiliki peranan sebagai pembangun dan pembentuk masyarakat, dan inilah yang dinamakan dengan partisipasi sosial maupun partisipasi politik.  Jika didalam al-Quran terdapat ayat yang berbunyi, "Kaum laki-laki itu adalah pengayom bagi kaum wanita, dan para suami mempunyai satu tingkat kelebihan daripada istrinya. Namun pada tempat lain terdapat ayat "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf". Berdasarkan hal ini dipahami bahwa terdapat hak-hak perempuan, dan selama kebangkitan  perempuan tidak berseberangan dengan hakikatnya maka kesetaraan pada hak-hak pun akan tercipta.

Menurut kacamata islam, hal-hal yang menyebabkan tersesatnya sebagian orang menyangkut perihal keperempuanan adalah ketiadaan pemisahan yang benar di antara kedua sisi keberadaan perempuan tersebut, sebab menurut Islam hukum-hukum dan sifat-sifat perempuan dapat dikaji dalam dua karakter :

1. Hukum-hukum dan dan sifat-sifat yang bermuara pada hakikat kewanitaan. Oleh karena itu sifat-sifat ini tetap dan tidak mengalami perubahan, seperti kewajiban menjaga hijab dan kehormatan serta ratusan hukum-hukum ibadah maupun yang bukan hukum ibadah lainnya.

2. Hukum-hukum dan sifat-sifat yang berkaitan dengan perkembangan metode dan kualitas keperempuanan.  Dan sifat-sifat ini akan berkembang jika diarahkan pada pelatihan yang benar dan didikan yang kuat, maka sama halnya dengan para pria yang berpikir dan mengatur,maka tidak akan pernah terjadi kesenjangan dengan pria. Kalaupun suatu saat ditemukan terdapat perbedaan, hal ini secara jelas tidak lain sama dengan perbedaan apa yang dialami oleh para pria.

Secara gamblang bahwa dengan memperhatikan perbandingan antara kacamata Islam dan Barat, maka tidak ada cela untuk berdebat maupun bersilat lidah, dan memperlihatkan secara jelas kesalahan pemikiran Barat dan menunjukkan kebenaran pemikiran Islam.

Kesimpulan

Islam sebagai sebuah agama universal dan abadi bagi manusia, memiliki perspektif dan sudut pandang yang luas kepada dunia perempuan melebihi segala persoalan khusus maupun pribadi, yang secara jelas yang terbingkai  dalam berbagai bidang, ilmu pengetahuan, keluarga dan rumah tangga, profesi dan aktivitas diluar rumah, dan lainnnya. Agama Islam tidak satupun dari yang telah disebutkan memberikan batasan pada setiap langkah perempuan melainkan dengan adanya perintah menjaga hijab dan kehormatan telah memberikan kemudahan, ketenangan serta kenyamanan yang sempurna dalam lingkungan rumah dan  masyarakat serta berpartisipasi dengan aktif dan penuh manfaat. Mereka yang tidak peduli terhadap pemikiran teratur Islam dan mengikuti pemikiran Barat dan mengganggap kehidupan dunia barat sebagai masyarakat madani dan menutup mata pada hakikat dan kebenaran. (IRIB Indonesia / Indriyani)

Hari Ibu, Momentum Kebangkitan Perempuan



Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris dan Republik Irlandia Hamzah Thayeb mengingatkan seluruh rakyat Indonesia terutama generasi muda untuk memaknai Hari Ibu sebagai kebangkitan persatuan dan kesatuan gerak perjuangan kaum perempuan yang tak terpisahkan dengan perjuangan bangsa Indonesia.

Dubes Hamzah menyampaikan hal itu dalam acara Perayaan Hari Ibu ke-84 dan sekaligus HUT DWP ke-13 Tahun 2012 yang diadakan di Ruang Crutacalla KBRI London, Jumat (21/12) sore waktu setempat.

Dubes Hamzah Thayeb yang membacakan sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak RI Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan, kiprah perempuan Indonesia dapat dilihat dari berbagai peran dan sisi strategis.

"Hal ini menunjukkan bahwa perempuan Indonesia merupakan sumber daya yang potensial yang apabila diberi peluang dan kesempatan akan maju," ujarnya.

Menurut Dubes, perempuan Indonesia kini adalah perempuan yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, setiap warga memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa terkecuali.

Peringatan Hari Ibu yang difokuskan pada tema Peran Perempuan dan Laki-laki dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan menuju kesejahteraan bangsa.

Menengok Kembali Sejarah Hari Ibu

Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Di Indonesia Hari Ibu dirayakan setiap tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.

Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, dan lain-lain.

Kongres Perempuan Indonesia I dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan.

Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya.

Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.

Makna peringatan Hari Ibu

Tanggal 22 Desember setiap tahunnya, masyarakat Indonesia selalu merayakan hari ibu. Tentu saja ini menjadi salah satu momen yang spesial bagi semua ibu di Tanah Air.

Namun menurut Linda Amalia Sari Gumelar, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, ada kesalahpahaman yang terjadi dari pengertian peringatan hari ibu tersebut. Sebab, momen hari ibu yang dirayakan di Indonesia bukanlah sekadar hari ibu biasa, tapi juga selayaknya menjadi peringatan atas perjuangan para wanita Indonesia untuk mendapatkan haknya.

"Jadi ada kesalahpahaman, mungkin karena pengaruh teknologi, seolah-olah yang namanya hari ibu itu mother's day. Padahal, sebetulnya itu pergerakan kaum wanita Indonesia yang tentu di dalamnya ada peringatan terhadap kaum ibu," tuturnya saat berbincang dengan pers secara eksklusif di Kantor Kementerian PP & PA, Jalan Merdeka Barat, Jakarta, hari ini.

Kendati demikian, Linda mengatakan bahwa ungkapan kasih kepada ibu hendaknya tidak terbatas saat hari ibu saja. Melainkan harus dilakukan setiap hari. "Saya pikir terima kasih kepada ibu itu sepanjang tahun, sepanjang masa. Indonesia juga tidak spesifik merayakan itu," tutupnya.

Peringatan hari ibu tentu memiliki arti tersendiri. Begitu pula dengan yang dirasakan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar.

"Makna peringatan hari ibu sebagai upaya bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghargai perjuangan kaum perempuan Indonesia yang telah berjuang dalam merebut kemerdekaan," tuturnya lagi.

Menurutnya, tekad dan perjuangan kaum perempuan Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan haruslah dilandasi oleh cita-cita dan semangat persatuan dan kesatuan menuju kemerdekaan Indonesia yang aman, tentram, damai adil, dan makmur. Terlebih hal itu juga telah dinyatakan semenjak kongres perempuan Indonesia yang pertama kali pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta.

Sehingga peristiwa tersebut merupakan tonggak sejarah bagi perjuangan kaum perempuan Indonesia. Selain itu, dengan adanya momen tersebut, diharapkan bisa memberikan motivasi bagi kaum perempuan untuk lebih maju lagi dalam segala bidang pembangunan.

Kendati begitu, Linda juga menuturkan kalau hari ibu hendaknya bukan sekadar formalitas saja. Namun, harus memiliki makna tersendiri bagi seluruh wanita Indonesia.

"Perayaan hari ibu hendaknya jangan hanya menjadi acara seremonial belaka, tetapi dapat dijadikan momentum," kata wanita ramah ini.

"Bagaimana seorang perempuan dapat menempatkan dirinya agar dapat bermitra dengan laki-laki dalam mengisi kemerdekaan demi mencapai kesetaraan dan keadilan gender," tutupnya.

Sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar juga memiliki beberapa pesan khusus yang disampaikan bagi semua ibu di Indonesia.

"Di kesempatan hari ibu yang ke-84 tahun ini, merayakan hari ibu berarti sudah menjadi satu harapan dan satu pernyataan bahwa semua sepakat terkait peranan perempuan itu sangat penting dalam pembangunan," tuturnya.

"Dalam kesempatan hari yang baik ini, saya ingin menyampaikan selamat hari ibu. Jadi ini semua hari kita, perempuan Indonesia," imbuhnya.

Tak hanya itu, Linda juga mengajak seluruh masyarakat Indonesia, terutama perempuan untuk bersama-sama membangun bangsa yang lebih maju lagi.

"Mari kita bergandengan tangan dengan kaum pria membangun bangsa. Kita ikut partisipasi dan bertanggungjawab, kita membentuk anak-anak sebagai generasi penerus. Apakah di rumah ataukah di tengah masyarakat menjadi generasi penerus yang berkualitas dan cinta Tanah Air," terangnya.

"Cinta Tanah Air penting di era global ini. Jadilah karakter bangsa yang mandiri, bermoral, dan bisa bersaing dengan negara-negara lain di dunia," tutupnya. (IRIB Indonesia/Antara/Okz/Depkes)

Moral, Mutiara yang Hilang di Barat



Tragedi penembakan di Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut dan tewasnya puluhan anak yang tak berdosa menggemparkan masyarakat dunia.  Meski peristiwa-peristiwa seperti ini telah sering terjadi di Amerika, namun tragedi tragis tersebut tetap mengejutkan semua orang dan seakan-akan mereka tidak percaya dengan apa yang telah terjadi.

Adam Lanza, 20 tahun, yang diduga menderita kelainan jiwa, menerobos masuk ke SD Sandy Hook Connecticut, 62 mil di timur laut kota New York, pada Jumat pagi, 14 Desember 2012, dan menembak ke arah murid-murid dan guru sekolah tersebut secara membabi buta. 26 orang termasuk 20 anak umur 5-7 tahun tewas. Pelaku pun akhirnya bunuh diri di dalam kompleks sekolah itu. Sebelum melakukan aksi sadis ini, pelaku terlebih dahulu menembak mati ibunya sendiri yang juga guru di SD Sandy Hook.

Kejahatan tersebut mendapat kecaman keras dari berbagai pihak. Namun, peristiwa semacam ini akan seperti tragedi-tragedi serupa sebelumnya di mana tanpa adanya perubahan dalam undang-undang Amerika insiden itu akan dilupakan dan peristiwa serupa terulang kembali.

Menurut para pemerhati, terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab insiden penembakan berulang di Amerika, di antaranya, karena kebebasan memiliki senjata dan kekerasan yang disebarkan media. Adanya banyak toko senjata di Amerika juga memudahkan masyarakat untuk mengakses dan membelinya. Dalam radius sekitar 10 mil dari SD Sandy Hook saja terdapat 36 toko penjual berbagai jenis senjata yang setiap saat melayani pembeli.

Berbagai peristiwa tragis di Amerika dalam beberapa tahun lalu mengungkapkan adanya ketidakberesan di dalam masyarakat negara ini seperti kelainan atau gangguan mental.  Pada tanggal 16 April 2007, seorang pria bersenjata menembak 32 orang di kampus Universitas Virginia Tech. Para korban tewas adalah mahasiswa kampus itu, sebagian besar di antaranya tengah mengikuti kuliah. Horor itu berakhir setelah pelaku menembak dirinya sendiri, sehingga korban tewas menjadi 33 orang.

Pada tahun 2009, seorang pekerja, 28 tahun, dengan mengendarai mobil di Kota Alabama, AS, menembak secara membabi buta dan menewaskan 10 orang. Bulan Desember 2007, seorang pria berusia 20 tahun menembak sembilan orang hingga tewas dan lima orang lainnya terluka di sebuah pusat perbelanjaan di Omaha, Nebraska. Dan pada  tangal 20 Juli 2012 , seorang pria bernama James Eagan Holmes, 24 tahun, menembak sejumlah penonton yang sedang menyaksikan film Batman berjudul "The Dark Knights Rises" di Bioskop Aurora, Colorado. Selain menembakkan senjata, ia juga melemparkan tabung gas ke arah penonton. Akibatnya, 12 orang tewas, dan 71 orang terluka di mana tiga di antaranya warga negara Indonesia. Selain kasus-kasus tersebut masih banyak insiden penembakan lain yang terjadi di Amerika selama beberapa tahun ini.


Dewasa ini, dunia mengalami dekadensi moral dan perlahan nilai-nilai moral pun terkikis dan hilang. Beruntung jika para pemikir dan cendekiawan segera menyadarinya dan mengevaluasi masalah sosial secara mendalam dan berupaya mencari solusinya.  Moral dan nilai-nilainya seperti sebuah permata yang sangat berharga di mana semua orang baik agamis maupun tidak menggunakannya. Peran akhlak dapat disaksikan dalam politik, ekonomi, sains dan teknologi serta perilaku indivu dan sosial.

Indikator moral dapat menunjukkan sehat dan sakitnya masyarakat, bahkan standarisasi moral dapat menimbang benar dan salahnya kebijakan sebuah pemerintahan. Oleh sebab itu, dominasi moral dalam sebuah peradaban menyebabkan langgeng dan stabilnya peradaban itu. Jika moral dalam peradaban perlahan menghilang maka kemungkinan keruntuhan peradaban itu akan semakin besar.

William J. Bennett pada tahun 1994 mempublikasikan sebuah buku berjudul "The Index of Leading Cultural Indicators." Dalam buku ini, ia menyebutkan berbagai data yang menunjukkan bahwa antara pertengahan dekade 1960-an hingga awal dekade 1990-an, kondisi sosial di Amerika memburuk bahkan mengerikan. Bennett mengatakan, meski masyarakat Amerika dari sisi materi lebih baik dari sebelumnya, namun mereka hidup dalam kemiskinan moral yang mengerikan. 

Krisis moral tersebut meningkat pada tahun-tahun berikutnya, bahkan pada dekade 1990-an setiap dari tiga bayi Amerika, satu dari mereka lahir di luar nikah. Keluarga single parent dan anak-anak terlantar, dan merebaknya budaya kekerasan yang dipromosikan di berbagai film seperti film kartun, sinema, dan game-game komputer telah menambah kerusakan moral dan ganguan psikologis di masyarakat Barat.

Pada pertengahan dekade 1960-an, James Coleman dalam sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kasus-kasus seperti anak yang tidak mempunyai orang tua akibat kejahatan dan hamil di luar nikah yang dialami oleh gadis-gadis yang baru menginjak dewasa serta masalah-masalah sosial lainya banyak berkaitan dengan keluarga keturunan Amerika-Afrika.

Bagi para sosiolog, amat jelas bahwa banyaknya anak-anak terlantar akan mendorong kemungkinan semakin meningkatnya kejahatan di antara remaja. Dalam sebuah buku berjudul "Pendidikan dalam keluarga single parent" yang diterbitkan pada tahun 1994,  dua sosilog ternama menyimpulkan bahwa  pendidikan dalam keluarga single parent tidak stabil dan berhubungan langsung dengan berbagai penyakit sosial dan psikologis. Amat disayangkan bahwa keluarga-keluarga seperti ini meningkat pesat di Barat. Namun yang lebih tragis lagi adalah legalisasi pernikanan sejenis dan adopsi anak di sebagian negara Barat akan memiliki konsekuensi lebih buruk bagi anak-anak tersebut.


Banyak pemikir meyakini bahwa kejahatan dan masalah-masalah sosial lainya di Barat lebih disebabkan karena kebijakan salah pemerintah dan transformasi budaya. Sejak rasionalitas murni dijadikan pelita hidup di Barat, mereka mulai memadamkan rambu-rambu lainnya serta mengabaikan petunjuk cahaya moral dan spiritual.

Tentu saja, anugerah akal dan pemikiran merupakan salah satu keutamaan moral. Dengan kata lain, salah satu sifat mulia moral adalah manusia bertindak berdasarkan akal. Meski demikian, untuk meraih kehidupan sejahtera tidak hanya cukup dengan akal. Sejumlah cendekiawan Barat dengan menegaskan hal ini meyakini bahwa sumber kemerosotan moral di Amerika dikarenakan mereka menggantikan posisi agama dengan humanisme sekuler dan rasionalisme murni.

Teoretikus Amerika, Francis Fukuyama menilai munculnya kemerosotan moral di masyarakat Barat disebabkan runtuhnya nilai-nilai sosial. Menurutnya, akar keruntuhan ini akibat transformasi yang terjadi dalam ekonomi dan teknologi. Ia meyakini bahwa transformasi yang dimulai sejak dekade 1960-an itu telah mengguncang nilai-nilai moral dan menggerogoti infrastruktur utama keluarga.

Fukuyama menjelaskan bahwa pada dekade 1950-an pondasi inti keluarga hanya terbentuk dari ayah, ibu dan anak. Penghasilan suami diberikan untuk anak dan istri. Suami bekerja dan istri di rumah mendidik anak. Transformasi ekonomi dan tersedianya berbagai kesempatan baru bagi perempuan, mendorong sebagian besar mereka untuk masuk ke dunia kerja. Hal ini menyebabkan struktur keluarga hancur. Perempuan kemudian terlepas dari ketergantungannya kepada laki-laki dan laki-laki pun bebas dari belenggu tanggung jawab keluarga.

Para sosiolog telah menawarkan berbagai solusi supaya masyarakat Barat mampu keluar dari kebuntuan kekerasan dan kejahatan. Poin terpenting terkait ini adalah penyebaran nilai-nilai dan keutaman manusia serta spiritualitas di mana fokus utamanya adalah keluarga.Pengamalan ajaran agama menjadi poin penting lain di mana ajaran agama memberikan petunjuk dengan gamblang kepada manusia tentang kehidupan yang sejahtera.

Pada intinya, ketika nilai-nilai luhur moral diabaikan dan kekerasan serta kejahatan terus dipromosikan maka kondisi sosial masyarakat Barat yang dipenuhi dengan kekerasan dan pembunuhan tidak akan berubah. Untuk itu, nilai-nilai luhur moral sejak dini harus diajarkan kepada anak-anak dan generasi penerus supaya kelak tidak akan mengabaikannya dan selalu menjunjung tinggi serta mengamalkannya. (IRIB Indonesia/RA)


Hari Naas di Bulan Shafar: Nyata Atau Khurafat?



Dengan datangnya bulan Shafar, sebagian orang menganggap bahwa bulan ini adalah bulan naas, sehingga mereka tidak melakukan acara apapun dengan alasan jangan sampai bernasib sial dan naas.

Benarkah kebahagiaan dan kesialan hari-hari memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia. Untuk mendapatkan jawabannya, mari kita telaah makna dua kata "kebahagiaan" dan "naas" ini kemudian untuk mengkaji kebenaran dan tidaknya hari-hari naas khususnya di bulan Shafar ini kita merujuk kepada al-Quran.

Makna bahasa kebahagiaan dan naas

"Kebahagiaan" berarti tersedianya semua urusan dan pendahuluan ilahi untuk mencapai kebaikan dunia dan akhirat (Raghib Isfahani, Al-Mufradat Fi Gharib al-Quran, Daftar Nasyr al-Kitab, cetakan ke-2, 1404, hal 232), sebaliknya "naas" berarti memerahnya ufuk bak tembaga yang merah dan panas. (Raghib Isfahani, Al-Mufradat Fi Gharib al-Quran, Daftar Nasyr al-Kitab, cetakan ke-2, 1404, hal 232). Naas secara istilah adalah tidak tersedianya pendahuluan dan fasilitas urusan atau bisa juga bermakna segala hal yang buruk.

Hari-Hari Naas dalam Al-Quran

إِنَّا أَرْ‌سَلْنَا عَلَيْهِمْ رِ‌يحًا صَرْ‌صَرً‌ا فِي يَوْمِ نَحْسٍ مُّسْتَمِرٍّ‌

"Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari naas yang terus menerus." (QS. Qamar: 19)


فَأَرْ‌سَلْنَا عَلَيْهِمْ رِ‌يحًا صَرْ‌صَرً‌ا فِي أَيَّامٍ نَّحِسَاتٍ لِّنُذِيقَهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖوَلَعَذَابُ الْآخِرَ‌ةِ أَخْزَىٰ ۖوَهُمْ لَا يُنصَرُ‌ونَ

"Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang naas, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan." (QS. Fusshilat: 16)

Sebaliknya, dalam ayat-ayat al-Quran disebutkan istilah "Mubarak atau keberkahan" sebagaimana tentang malam "lailatul Qadar" malam penuh keberkahan.

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَ‌كَةٍ ۚإِنَّا كُنَّا مُنذِرِ‌ينَ

"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan." (QS. Dukhan: 3)

Dengan demikian, al-Quran hanya menyinggung pada masalah ini secara tersirat.  Oleh karena itu, sampai di sini prinsip kebahagiaan dan keberkahan sebagian hari dan naasnya sebagian hari yang lain bisa diterima secara global.

Pendapat Allamah Thabathaba'i dan Ayatullah Makarim Shirazi tentang hari naas

Allamah Sayid Muhammad Husein Thabathabai dalam tafsirnya terkait ayat 19 dan 20 surat Qamar berkata, "Menurut akal, tidak bisa berargumentasi bahwa hari-hari tertentu adalah hari naas dan hari-hari lainnya adalah bahagia. Karena setiap bagian dari masa adalah sama satu dengan yang lainnya. Lagi pula, kita juga tidak memiliki ilmu yang meliputi sebab akibat peristiwa, lantas kita mengklaim bahwa hari tertentu adalah naas dan yang lainnya adalah hari bahagia. Namun, menurut syariat, ada dua dua ayat dalam al-Quran yang  secara lahiriah dan konteksnya hanya menunjukkan hari-hari tertentu (tujuh hari tujuh malam) ketika turunnya azab terhadap kaum Tsamud adalah hari-hari naas, tapi tidak menunjukkan bahwa hari-hari itu untuk pekan depan atau bulan depan dan tahun-tahun depannya hari naas.

Karena bila ketujuh hari itu adalah hari naas, maka berarti semua hari adalah naas. Demikian juga dengan ayat-ayat yang menunjukkan tentang hari-hari bahagia karena hari-hari itu bertepatan dengan urusan besar dan karunia ilahi dan pekerjaan-pekerjaan spiritual. Seperti ditetapkannya takdir, turunnya malaikat dan ruh, pelaksanaan ibadah dan lain-lain. Dan riwayat menunjukkan bahwa kenaasan hari karena terjadinya peristiwa-peristiwa buruk sementara kebahagiaan hari karena peristiwa-peristiwa yang baik yang berkaitan dengan agama dan kearifan lokal. Namun bila dikatakan bahwa sebagain hari adalah hari naas tidak bisa dibuktikan.  (Allamah Thabathaba'i, Tafsir Mizan, Tehran, Darul Kutubul Islamiyah, cetakan keempat, 1362 Hs, jilid 19, halaman 78-83, (ringkasan)).

Ayatullah Naser Makarem Shirazi: Menurut akal tidak mustahil setiap hari memiliki perbedaan dengan hari-hari yang lain. Sebagian hari adalah naas dan sebagian hari adalah sebaliknyam yaitu bahagia, meskipun secara akal tidak bisa dibuktikan. Namun bila menurut syariat ada dalilnya, maka bisa diterima dan tidak masalah."

Kemudian dalam tafsir Nemuneh beliau mengkaji beberapa riwayat dengan mengambil jalan terbaik yaitu menyatukan pelbagai macam riwayat yang berbeda kemudian menyimpulkannya, "Bila hari-hari itu memiliki pengaruh, itu karena kehendak Allah. Dan jangan sekali-kali menganggap hari itu memiliki pengaruh independen dan tidak memerlukan pertolongan ilahi dan jangan sampai peristiwa yang mengandung unsur kaffarah atau hukum karma akibat perbuatan buruk seseorang dikaitkan dengan pengaruh hari tersebut kemudian berlepas diri dari perbuatan buruk yang telah dilakukannya tersebut. (Makarim Shirazi, Tafsir Namuneh, jilij 23, hal 41 dan 47, (ringkasan).

Riwayat Hari Naas

Pusat Studi dan Konsultasi Hauzah Ilmiah Qom terkait pertanyaan tentang apakah para imam maksum as pernah membicarakan tentang naas dan bahagianya hari, menjawab, "Kami banyak menemui riwayat tentang naas dan bahagianya hari. Meskipun sebagian besar adalah hadis-hadis dhaif, namun ada juga hadis-hadis yang muktabar. Antara lain:

- Imam Ali as ditanya tentang hari Rabu dan ramalan buruk dan keberatan terkait hari tersebut dan yang dimaksud dengan hari Rabu, hari yang manakah? Beliau menjawab, "Hari Rabu akhir bulan yang terjadi di Mihaq (Bentuk bulan pada tiga hari terakhir bulan Qamariah dan tidak bisa dilihat). Pada hari itu Qabil membunuh saudaranya, Habil dan pada hari Rabu ini Allah menurunkan azab angin kencang terhadap kaum ‘Ad." (Tafsir Nur as-Tsaqalain, jilid 5, hal 183, hadi 25, dinukil oleh Tafsir Nemuneh, jilid 23, hal 43)

Oleh karena itulah sebagian besar para mufasir menganggap Rabu terakhir setiap bulan sebagai hari naas dan menyebutnya dengan "Arbi'a La Tadur" yakni Rabu yang tidak akan terulang lagi.

Di sebagian riwayat mengatakan bahwa hari awal bulan adalah hari bahagia dan penuh berkah. Karena di hari itu Nabi Adam diciptakan demikian juga hari ke 26 karena di hari itu Allah membelah laut untuk Nabi Musa. (Tafsir Nur as-Tsaqalain, hal 105, hadi 25, dinukil oleh Tafsir Namuneh, jilid 23, hal 43. Lihat juga Mohsen Faiz Kashani, Tafsir as-Shafi, Beirut Lebanon, Muassasah al-‘A'lami Lilmathbuat, cetakan ke-2, 1402 Hq, 1982 M, hadis 5, hal 101-102.

- Terkait tahun baru Nouruz (hari pertama musim semi) sekitar 20 atau 21 Maret, Imam Shadiq as berkata, "Hari itu adalah hari penuh berkah karena pada hari itu perahu Nuh mendarat, malaikat Jibril turun menemui Rasulullah Saw, Imam Ali menaiki pundak Rasulullah Saw untuk menghancurkan berhala-berhala dan peristiwa Ghadir Khum bertepatan dengan hari pertema musim semi. (Bihar al-Anwar, jilid 59, hal 92)

Mengapa Naas dan bahagianya sebagian hari telah diterima dan diakui?

Alasannya bisa diketahui melalui beberapa hal:

1. Adanya peristiwa yang terjadi pada hari-hari itu yang menyebabkan kebahagiaan atau kenaasan. Sebagaimana dalam riwayat-riwayat lainnya dikatakan bahwa hari ketiga adalah hari naas. Karena Adam dan Hawa pada hari itu dikeluarkan dari surga dan pakaian surga mereka terlepas dari badan mereka (Tafsir Nur as-Tsaqalain, jilid 5 hal 58, hadis 25, dinukil oleh Tafsir Namuneh, jilid 23, hal 43), atau hari ketujuh adalah hari penuh berkah karena pada hari itu Nabi Nuh as telah naik perahu. (Tafsir Nur as-Tsaqalain, jilid 5 hal 61, hadis 25, dinukil oleh Tafsir Namuneh, jilid 23, hal 43)

2. Perhatian kaum Muslimin kepada peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lalu untuk menyesuaikan perilaku dan perbuatannya dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang mengandung banyak pelajaran dan menjauhkan diri dari peristiwa-peristiwa yang merusak dan para pendirinya.

Oleh karena itu banyak riwayat-riwayat yang mengaitkan kebahagiaan dan kenaasan hari-hari dengan sebagian peristiwa yang baik atau tidak baik. Khususnya terkait hari Asyura. Bani Umayah menjadikan hari Asyura sebagai hari kebahagiaan karena beranggapan telah mencapai kemenangan dalam membantai Ahli Bait as. Sebaliknya, riwayat-riwayat lain benar-benar melarang agar tidak menjadikan hari Asyura sebagai hari bahagia bahkan melarang untuk tidak menyimpan bekal untuk setahun di hari Asyura dan bahkan meliburkan kerja dan usaha di hari Asyura dan menjauhkan diri dari apa yang dipatenkan oleh Bani Umayah.

Dengan demikian, perhatian Islam terhadap kebahagiaan dan kenaasan hari tujuannya adalah menghidupkan sejumlah peristiwa sejarah yang mengandung banyak pelajaran. 

3. Bertawasul kepada Allah dan meminta pertolongan dari-Nya. Oleh karena itu banyak riwayat yang menganjurkan untuk bersedekah, berdoa, membaca al-Quran dan bersandar kepada Allah serta meminta pertolongannya agar menjaga dan melindungi kita di hari-hari yang telah ditetapkan sebagai hari naas.

4. Mengajarkan kepada kita bahwa sebagian besar peristiwa yang terjadi karena kaffarah atau hukum karma akibat perbuatan buruk seseorang. Oleh karena itu hari itu tidak memiliki pengaruh independen sama sekali dan kita bisa menjadikan hari naas itu menjadi hari bahagia dengan bertaubat dan beristighfar meminta ampunan kepada Allah.

Kesimpulan

Kebahagiaan dan kenaasan hari-hari karena peristiwa yang terjadi pada hari tersebut telah diterima dalam Islam. Dengan tujuan supaya masyarakat perhatian terhadap peristiwa yang telah terjadi di masa lalu dan mengambil pelajaran darinya. Untuk menolak hari-hari naas, hendaknya bertawasul kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya dan jangan sampai melupakan siksa akibat perbuatan dosanya.

Bersikap ekstrim terkait masalah kebahagiaan dan kenaasan hari sama sekali tidak diterima dalam Islam. Misalnya dalam melakukan segala urusan pasti harus merujuk terlebih dahulu apakah hari ini adalah hari bahagia ataukah naas, maka pada hakikatnya menyebabkan seseorang banyak kehilangan kesempatan untuk melakukan sesuatu dan ini tidak bisa diterima baik oleh akal maupun syariat.

Tidak dibenarkan melemparkan kesalahan dan dosa kepada kenaasan hari dan sebaliknya tidak melakukan pengkajian tentang faktor penyebab kegagalan atau keberuntungannya. Bila sudah demikian, maka seseorang tidak lain hanya melarikan diri dari kenyataan dan ingin menebarkan khurafat sebuah peristiwa saja.

Namun terkait bulan Shafar ini harus dikatakan bahwa mengingat bulan ini adalah bulan wafatnya Rasulullah dan beberapa imam maksum as, dalam banyak riwayat disebutkan bahwa untuk menolak bala bulan ini, sebaiknya banyak-banyak bersedekah. Hal ini bukan karena bulan Shafar ini sebagai bulan naas, tapi karena bulan ini adalah bulan wafatnya Nabi Muhammad Saw, maka hari-hari ini adalah hari-hari duka dan kesedihan bagi para pengikutnya. (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)

Sumber: Fars News





0 comments to "Peranan Muslimah dalam Keluarga (Serial) dan Moral, Mutiara yang Hilang di Barat serta Hari Naas di Bulan Shafar: Nyata Atau Khurafat?"

Leave a comment