Menurut
Kantor Berita ABNA, malam peringatan hari kesyahidan Sayyidah Fatimah
as (menurut satu versi sejarah) Senin (25/3) telah berlangsung di aula
Imam Khomeini kompleks pemakaman Sayyidah Ma'sumah sa Qom Republik Islam
Iran. Dalam acara tersebut Hujjatul Islam wa Muslimin DR.Rafi'i yang
didaulat sebagai penceramah menyebutkan segala wujud kebaikan ada dalam
kepribadian Sayyidah Fatimah az Zahrah as. "Malam ini, adalah malam
kesyahidan putri kesayangan Nabi Saw, istri dari Amirul Mukminin dan ibu
dari para Aimmah as, yang kemuliaan dan keagungan beliau tiada tara."
Ungkapnya.
Muballigh
terkemuka Iran tersebut kemudian melanjutkan, "Nabi Muhammad Saw
berkenaan dengan putri tercintanya tersebut bersabda, Jika semua
kebaikan dikumpulkan dan diletakkan disebuah tempat, maka az Zahra masih
jauh lebih baik dari semua kebaikan tersebut. Yang bisa kita ketahui
dari apa yang dimaksudkan Nabi Saw tersebut, penjelasan dan gambaran
apapun yang dikemukakan tidak bisa mewakili kemuliaan dan keagungan
hadhrat Fatimah az Zahra as."
Muballigh
yang juga mengajar di Hauzah Ilmiah Qom tersebut dalam lanjutan
ceramahnya menyebutkan, "Sangat disayangkan, kehidupan keseharian kita
belakangan ini, mau tidak mau yang kita saksikan justru menjauh dari apa
yang diajarkan agama, sedikit demi sedikit justru mengarah kepada
tradisi dan kebudayaan Barat, tenggelam dan terpedaya terhadap pesona
kemajuan yang Barat tawarkan dan ini persoalan yang sangat penting. Ini
saya sebut penting, karena pemimpin besar revolusi Islam kita juga
mengisyaratkan hal ini, dan menekankan pentingnya pembahasan agama
semakin banyak dibicarakan di hadapan umat."
DR.
Rafi'i kemudian mengkritik gaya kehidupan masyarakat muslim hari ini,
mulai dari style pakaian, kehidupan dalam rumah tangga, penataan kamar
sampai kepada jenis makanan pun tidak lagi berdasar pada apa yang
dituntunkan agama. Beliau berkata, "Kita harus menjadikan kehidupan
Maksumin as khususnya Sayyidah Fatimah az Zahra as sebagai suri tauladan
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Saya tidak mengatakan bahwa
kehidupan kita hari ini jauh dari yang diteladankan para Maksumin,
tetapi maksud saya, kehidupan Maksumin harus menjadi teladan dan contoh
bagi kita dalam menjalani kehidupan hari ini."
Pada
bagian lain ceramahnya, DR. Rafi'i menyinggung ayat 19 sampai 25 surah
ar Rum dan mengatakan, "Pada ayat tersebut Allah SWT menunjukkan 6 hal
yang merupakan tanda-tanda kebesaranNya, bahwa Dialah yang menciptakan
bumi, langit, yang menidurkan manusia dan sebagainya dan juga
menunjukkan bahwa Dialah yang menciptakan pasangan buat manusia. Dari
penjelasan Al-Qur'an tujuan dari pernikahan bukan semata sebagai proses
alamiah yang memang mesti dijalankan melainkan kehidupan dengan pasangan
adalah penyebab dari timbulnya rasa tentram, kasih sayang dan
ketenangan. Pasangan pernikahan, baik suami maupun istri harus saling
mencintai dan menyayangi satu sama lain, dan salah satu sifat yang baik
dari seorang istri adalah besarnya kecintaan yang diperuntukkan kepada
suaminya."
Beliau
melanjutkan, "Sebagaimana yang pernah disebutkan oleh Imam Ja'far
Shadiq as. Jika seseorang memiliki saudara dan teman yang baik, pasangan
yang salih dan setia dan keturunan yang saleh dan salehah, maka Allah
memberikan kepadanya kebaikan dunia akhirat."
"Hal
yang patut kita pelajari dari kehidupan Sayyidah Fatimah as adalah saat
beliau dilamar oleh Imam Ali as. Ada musyawarah yang terjadi antara
Nabi dan putrinya tersebut mengenai Imam Ali as yang bakal menjadi suami
hadhrat Zahra. Nabi Saw meminta pandangan putrinya, dan Sayyidah
Fatimah as pun meminta saran dan nasehat dari ayahnya, sehingga kemudian
Sayyidah Fatimah as mengambil keputusan dari hasil musyawarah
tersebut." Lanjut beliau.
"Dalam
musyawarah ataupun diskusi yang dikedepankan adalah argumen-argumen
yang logis. Orang tua tidak boleh memaksakan kehendak ketika mengajukan
calon pasangan buat anaknya, calon suami buat putrinya dan calon istri
buat anak laki-lakinya. Begitupun sebaliknya, anak tidak layak
memaksakan kehendaknya kepada orangtua untuk menerima pilihannya sendiri
dengan lebih memperturutkan perasaan dibanding penilaian-penilaian yang
logis." Tambahnya lagi.
Cendikiawan
Islam yang juga menjadi tenaga pengajar di Universitas Internasional al
Mustafa Qom tersebut kemudian menyinggung mengenai besarnya mahar
dikekinian yang menurutnya tidak syar'i dan tidak sesuai dengan tuntunan
agama. Beliau berkata, "Menetapkan mahar juga harus logis. Yang sangat
disayangkan sebagian besar keluarga menganggap semakin besar dan tinggi
mahar yang diajukan menunjukkan kelas ekonominya dan tingkat derajatnya
di masyarakat. Ini adalah kesalahan berfikir yang harus diluruskan."
"Mengapa
kita tidak meneladani pernikahan Imam Ali dan Sayyidah Fatimah yang
diselenggarakan dengan sangat sederhana? Mengapa kita tidak saling
membantu dalam penyelenggaraan pesta pernikahan maupun membantu dalam
menyediakan perbekalan rumah tangga terhadap pasangan yang akan menempuh
hidup barunya? Bukankah acara walimah Imam Ali dan Sayyidah Fatimah
terselenggara atas bantuan dan sumbangan sahabat-sahabat dan kaumnya?
Mengapa hari ini kita tidak melakukan hal yang sama, saling membantu
dalam hal penyelenggaraan walimah pernikahan? Yang memiliki rumah yang
lumayan besar memberikan izin rumahnya digunakan untuk penyelenggaraan
walimah, sehingga pasangan pernikahan bisa memulai kehidupan rumah
tangganya dengan baik tanpa harus memulainya dengan pengeluaran dana
besar-besaran sekedar untuk penyelenggaraan pesta pernikahan?".
Tegasnya.
Pada
bagian akhir ceramahnya, DR. Rafi'i menyatakan, "Pembahasan lain yang
tidak kalah pentingnya adalah sisi maknawi dari pernikahan tersebut.
Harus diperhatikan, penyelenggaraan walimah (pesta) pernikahan harus
terhindar dari ikhtilat (campur baur) antara laki-laki dan perempuan
yang bukan mahram. Hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai syar'i
agama. Harus serius mengenai sisi maknawi pernikahan, sebab memulai
pernikahan dari hal yang tidak syar'i mengurangi keberkahan dari
pernikahan tersebut."
0 comments to "Sayyidah Az Zahra adalah Suri Tauladan Kehidupan"