Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad selama lima tahun sebagai presiden setiap tahun aktif menghadiri sidang tahunan Majelis Umum PBB. Dalam berbagai pidato dan wawancaranya, Ahmadinejad mengemukakan pandangan Iran mengenai sejumlah masalah. Demikian pula, Presiden Iran beserta rombongan hadir aktif dalam sidang Majelis Umum PBB yang dimulai sejak 23 September.
Ahmadinejad dalam pidato sidang tahunan Majelis Umum PBB dan wawancara di sela-sela pertemuan mengemukakan sejumlah masalah penting, salah satunya yang paling menonjol adalah manajemen global yang tidak adil. Ahmadinejad dalam pidatonya menyatakan, bangsa Iran dan mayoritas bangsa dunia menentang kepemimpinan global yang diskriminatif.
Presiden Iran dalam telekonferens dengan mahasiswa sejumlah universitas di Amerika lebih jauh menjelaskan manajemen dunia yang timpang. Ahmadinejad mengungkapkan, "Segelintir negara menyebut dirinya sebagai pemimpin dunia dan mengklaim sebagai penguasa dunia. Mereka mengklaim memiliki hak khusus yang lebih tinggi dari bangsa lain. Mereka juga tidak menghormati bangsa-bangsa lain, dan dengan berbagai alasan menyulut perang dan mendudukinya. Jika mereka benar-benar pemimpin dunia, maka mereka seharusnya bertanggungjawab terhadap kondisi saat ini dan menanggung masalah yang dihadapi dunia."
Namun kekuatan arogan tidak pernah bertanggung jawab dalam mengatasi berbagai masalah besar dunia seperti kemiskinan, diskriminasi, perang, dan eskalasi terorisme serta perdagangan manusia dan penyelundupan narkotika. Ahmadinejad dalam pidato di sidang KTT Pembangunan Milenium (MDGs) PBB menegaskan bahwa sistem ketidakadilan dunia berakar dari keserakahan kapitalisme liberal dan perusahaan multinasional. Ahmadinejad menambahkan, "Bahkan, pada dekade pertama millinium ketiga, yang disebut Majelis Umum PBB sebagai dekade damai, amat disayangkan dipenuhi perang, agresi, pembunuhan, kemiskinan dan hegemoni." Presiden Iran menyinggung ketidakadilan, kezaliman dan kegagalan sistem global saat ini sebagai faktanya.
Masalah Palestina merupakan salah satu dari puluhan krisis yang berasal dari arogansi dan keserakahan para pemimpin global. Krisis yang dipicu oleh Inggris, Amerika dan Zionis internasional itu dimulai pada pertengahan abad lalu dan kini terus berlanjut.
Ahmadinejad dalam sidang Majelis Umum PBB menuturkan, "Bangsa tertindas Palestina selama 60 tahun berada dalam pendudukan rezim Zionis Israel, dan mereka tidak mendapat kebebasan, keamanan dan hak kedaulatan. Namun, ironisnya keberadaan para penjajah malah diakui. Hingga kini, Zionis Israel melakukan perang sebanyak lima kali. Rezim ini melakukan perang terburuk terhadap Lebanon dan Gaza karena membantai warga-warga tak berdosa. Zionis Israel juga melanggar semua ketentuan internasional bahkan menyerang konvoi kapal pengangkut bantuan kemanusiaan dan membantai warga tak berdosa."
Ahmadinejad dalam wawancara dengan presenter terkenal CNN, Larry King mengenai perdamaian di Timur Tengah menegaskan, "Perdamaian akan terwujud ketika kedaulatan bangsa Palestina diakui dan hak-hak mereka diperhatikan." Ahmadinejad kembali menyebut referendum sebagai solusi paling adil untuk menentukan nasib bangsa Palestina.
Masalah lain yang menjadi perhatian Ahmadinejad dalam kunjungannya ke New York adalah peristiwa 11 September 2001. Ia menyebutnya sebagai kesalahan kepemimpinan global. Ahmadinejad dalam pidato sidang Majelis Umum PBB menyoal asumsi pemerintah Amerika mengenai pelaku serangan 11 September.
Berdasarkan asumsi Amerika, kelompok teroris yang sangat kuat dalam operasi yang kompleks berhasil menembus seluruh lapisan keamanan dan intelejen Amerika dan menjalankan operasi 11 September.
Ahmadinejad mengatakan, ada asumsi lain yang didukung berbagai fakta dan bukti. Diantaranya, serangan ini dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk menciptakan perubahan dalam proses kelesuan ekonomi Amerika dan penguasaan Washington terhadap Timur Tengah dan juga upaya penyelamatan rezim Zionis. Pendapat tersebut didukung mayoritas warga Amerika, bangsa-bangsa, dan juga para politisi dunia.
Mengingat dampak luas serangan 11 September termasuk invasi atas dua negara Islam, Afghanistan dan Irak, Ahmadinejad mendesak PBB membentuk sebuah tim pencari fakta independen sehingga masalah ini jelas, dan negara-negara arogan dunia tidak melarang mengemukakan pendapat terkait masalah ini sebagaimana kasus Holocaust.
Sontak usulan Presiden Iran membuat Gedung Putih geram dan mereka mengemukakan jawaban yang irasional dan emosional. Namun Ahmadinejad dalam wawancaranya dengan Foxnews mengenai peristiwa 11 September mengatakan, "Kami tidak bisa dipaksa untuk menerima pandangan pemerintah AS. Sebuah masalah penting terjadi dan dua negara diinvasi... kelompok pencari fakta harus dibentuk untuk mengetahui siapa dan di mana al-Qaida serta siapa yang mendukung mereka? Sumber finansial al-Qaida dari mana ? lebih penting dari itu, bagaimana bisa mereka menembus dinding keamanan AS ?
Poin lain yang dikemukakan Ahmadinejad mengenai peristiwa 11 September adalah eskalasi terorisme pasca peristiwa tersebut akibat kegagalan manajemen global dalam mengatasi krisis. Saat menjawab pertanyaan seorang mahasiswa Universitas Yale, AS, Ahmadinejad mengatakan, "Peristiwa 11 September terjadi di saat terorisme terkucil di dunia, namun sejumlah pihak memanfaatkan peristiwa ini hingga bukan hanya jumlah teroris semakin menjamur bahkan pemikiran terorisme semakin berkembang biak di dunia." Realitas ini bisa diketahui dari pertumbuhan terorisme di Irak, Afghanistan dan Pakistan serta pembantaian ribuan orang tak berdosa di negara tersebut.
Selain itu terjadi sejumlah aksi teror di Iran terhadap rakyat tak berdosa. Tragedi terbaru terjadi di kota Mahabad, Iran barat pada 22 September lalu. Saat menjawab pertanyaan yang dilontarkan wartawan TBS Jepang mengenai masalah ini, Ahmadinejad mengatakan, "Negara kami diapit dua negara yang diinvasi pihak asing yaitu Afghanistan dan Irak di timur dan barat. Sejak agresor datang terorisme semakin meningkat di kawasan."
Mengenai penangkapan Abdul Malek Rigi pemimpin salah satu kelompok teroris di tenggara Iran, Ahmadinejad menyinggung pengakuan Rigi mengenai dukungan finansial dan persenjataan AS terhadap kelompok teroris itu.
PBB adalah warisan perang dunia kedua, dan organisasi ini dibentuk untuk mencegah perang dan pembunuhan. Namun dalam praktiknya organisasi tersebut tidak berhasil menjalankan misinya. Karena lembaga internasional tersebut dikendalikan oleh kekuatan arogan yang menguasai dunia saat ini.
Menurut Presiden Iran, PBB adalah pusat koordinasi dan manajemen kolektif dunia yang terpenting. Strukturnya harus direvisi sedemikian rupa sehingga semua pemerintahan dan bangsa-bangsa independen dapat berpartisipasi aktif dan konstruktif dalam manajemen global. Ahmadinejad mengatakan, "Hak veto harus dihapus, dan Majelis Umum PBB harus menjadi pilar paling utama sementara Sekjen PBB menjadi individu paling independen dan seluruh sikap serta kebijakannya harus disetujui oleh Majelis Umum dan di jalur keadilan serta menghapus diskriminasi."
Ahmadinejad dalam pidato Majelis Umum PBB mengungkapkan, "Ketika mengungkapkan pendapat dan menegakkan keadilan, Sekjen PBB tidak boleh ditekan oleh kekuatan atau negara tempat markas PBB berada. Diusulkan agar dalam setahun ini dan dalam sebuah sidang khusus, Majelis Umum PBB melangkah untuk merevisi dan merampungkan struktur PBB. Republik Islam Iran memiliki banyak usulan dan siap berpartisipasi secara konstruktif dan aktif."
Ditegaskannya, "Semua tahu bahwa sistem kapitalisme dan berbagai metode imperialisme dalam manajemen global telah gagal, dan bukan hanya era perbudakan dan penjajahan, melainkan era penguasaan terhadap dunia telah berakhir dan tertutup sudah jalan untuk membangun kembali imperium."
Berdasarkan ajaran Islam dan revolusi Islam, Ahmadinejad menuntut ditegakkannya nilai-nilai Ilahi dalam manajemen global dengan keadilan sebagai fondasinya. Menurut Ahmadinejad, bangsa Iran dan mayoritas bangsa dan pemerintahan dunia menentang manajemen diskriminatif yang berlaku saat ini di dunia. Manajemen ini memerlukan perombakan mendasar mengingat bersifat tidak manusiawi serta sudah sampai pada titik akhir dan menemui jalan buntu. (IRIB/PH/SL/27/9/2010)
Menelisik Lawatan Ahmadinejad ke New York (2)Ahmadinejad menantang sejawatnya dari Amerika, Barack Obama berdebat secara terbuka di sidang Majelis Umum PBB mengenai manajemen dunia, namun Gedung Putih menolaknya. Dalam pidato dan wawancaranya di New York, Ahmadinejad menyinggung sejumlah isu penting di antaranya masalah nuklir sipil Iran.
Media massa Amerika, sebagaimana tahun-tahun yang lalu memburu informasi untuk mengetahui program nuklir sipil Iran, dan Ahmadinejad pun menjawabnya secara argumentatif. Dalam pandangan Iran, energi nuklir adalah energi yang bersih, murah, dan merupakan kenikmatan ilahi, sekaligus salah satu alternatif terbaik untuk mengurangi polusi bahan bakar fosil.
Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT) mengizinkan semua anggotanya untuk memanfaatkan nuklir sipil tanpa batas, dan Badan Tenaga Nuklir Internasional (IAEA) berkewajiban mendukung dan melindungi dari sisi teknis dan hukum. Presiden Iran menegaskan bahwa program nuklir Iran bertujuan damai dan untuk melayani kepentingan umat manusia. Ahmadinejad mengingatkan, "Komitmen kami melebihi janji dalam memenuhi ketentuan IAEA. Namun kami tidak akan sudi menerima tekanan ilegal."
Negara-negara Barat senantiasa mengkhawatirkan program nuklir sipil Iran dan menampilkannya seolah-olah ada kekhawatiran publik dunia. Presenter CNN dalam propagandanya mengklaim bahwa negara-negara di kawasan merasa terancam atas program nuklir sipil Iran. Namun Ahmadinejad balik menjawab dengan menyodorkan hasil polling dengan mengatakan, "Berdasarkan jajak pendapat 88 persen publik kawasan menyetujui program nuklir sipil Iran, dan tidak ada yang merasa terancam kecuali para pejabat Amerika saja."
Dalam pertemuan teleconference dengan para mahasiswa dari 12 Universitas di Amerika, Presiden Ahmadinejad menuturkan, "Mereka yang memandang diri sebagai pemilik dunia tidak mendapat tempat dan pengakuan dari masyarakat dunia. Mereka tidak bisa lagi memimpin dunia dengan unilateralisme dan monopoli."
Presiden Iran ini mengkritik kebijakan para pemilik senjata atom, seraya menuturkan, Perdamaian yang dicapai di bawah bayang-bayang senjata atom, bukan perdamaian yang sesungguhnya dan tidak akan langgeng. Ditegaskannya, "Kini para pemilik senjata atom menafsirkan energi nuklir sama dengan bom atom, sebab mereka tidak ingin negara lain menguasai teknologi nuklir damai." Meski demikian Ahmadinejad menekankan, "Tehran siap berunding dengan negara-negara Barat mengenai program nuklir sipil Iran."
Ahmadinejad dalam pembicaraannya mengecam kebijakan negara-negara pemilik senjata nuklir. Ia menuturkan, "Perdamaian yang ditegakkan di bawah bayang-bayang ancaman senjata nuklir bukanlah perdamaian yang hakiki. Hanya keadilan dan cinta yang bisa memberikan perdamaian dan keamanan yang sesungguhnya."
Pada pidato di Majelis Umum PBB, Presiden Iran menyatakan, Bom nuklir adalah senjata anti-kemanusiaan yang harus dimusnahkan secara total. Ahmadinejad mengungkapkan, "NPT juga melarang produksi bom nuklir dan penyimpanannya, bahkan menilai pelucutan senjata nuklir sebagai keharusan. Namun perhatikanlah apa yang dilakukan sejumlah pemilik senjata nuklir yang juga anggota Dewan Keamanan (DK) PBB. Mereka malah menilai energi nuklir sebagai bom, dan berupaya memonopolinya dan menekan IAEA agar membatasi kepemilikan tenaga nuklir ini hanya untuk segelintir negara.Pada saat yang sama, negara-negara itu menimbun bom nuklir dan memproduksinya."
Seraya menyinggung alokasi senjata nuklir pemerintah Amerika tahun ini yang mencapai 80 milyar dolar, Ahmadinejad mengungkapkan, "Kebijakan seperti ini bukan hanya membuat perlucutan senjata tidak terealisasi, tapi malah terjadi perluasan senjata nuklir di sejumlah wilayah termasuk Rezim Zionis Israel yang penjajah dan pengancam."
Dengan pertimbangan ini, Ahmadinejad mengusulkan agar tahun 2011 dinamakan sebagai Tahun Pelucutan Senjata Nuklir, "Energi Nuklir Untuk Semua, Senjata Nuklir Tidak Untuk Siapapun."
Dalam semua masalah ini, PBB tidak dapat melakukan langkah penting. Sangat disayangkan bahwa dalam dekade yang diberi nama Dekade Perdamaian, justru terjadi peperangan, agresi dan pendudukan. Bahkan ratusan ribu orang tewas dan terluka, yang terus bertambah karena permusuhan dan kedengkian.
Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad dalam sebuah talkshow dengan televisi PBS menanggapi sejumlah pertanyaan yang dilontarkan presenter kawakan, Charlie Rose, termasuk seputar hak asasi manusia, dengan memblow up kasus Sakineh Muhammadi. Terkait hal ini, Ahmadinejad mengatakan, "Dia dituduh terlibat dalam pembunuhan suaminya dan kasusnya sedang diproses di pengadilan. Namun hingga kini belum mencapai keputusan final."
Presiden Iran balik menuturkan, "Di Amerika, seorang wanita bernama Teresa Lewis dinyatakan bersalah merencanakan pembunuhan atas suaminya. Pengadilan Amerika telah memvonis hukuman mati yang akan dilaksanakan tiga hari lagi. Padahal dokter yang memeriksanya menyatakan perempuan ini menderita gangguan mental ketika membunuh suaminya. Tapi tidak ada yang mempersoalkan masalah ini."
Dalam wawancara tersebut, Ahmadinejad mengemukakan daftar 53 orang tahanan perempuan Amerika yang sedang menanti pelaksanaan vonis hukuman mati. Presiden Iran ini menegaskan, "Saya sepenuhnya menentang segala bentuk pembunuhan baik melalui suntikan maupun strum listrik."
Pada prinsipnya, masalah perempuan dan keluarga merupakan salah satu titik lemah peradaban Barat. Adapun Islam memandang wanita sebagai unsur pembangun dalam keluarga dan masyarakat. Presiden Iran dalam pidato di sidang Majelis Umum PBB menyatakan, "Perempuan adalah manifestasi keindahan Allah Swt dan merupakan pusat afeksi serta penanggung jawab penyebaran kasih sayang, penjagaan kesucian dan kelembutan masyarakat."
Menjawab pertanyaan mahasiswa Amerika mengenai kedudukan perempuan, Ahmmadinejad menuturkan, "Wanita adalah pilar utama keluarga dan tonggak masyarakat. Jika ibu tidak ada maka keluarga dan masyarakat yang bermartabat tidak akan terwujud." Menyinggung peran vital perempuan dalam Revolusi Islam Iran, Ahmadinejad mengungkapkan, Kini perempuan berperan aktif di arena politik, akademis, riset dan ekonomi. Di tingkat manajemen tinggi negara pun, perempuan memiliki posisi penting."
Seraya mengkritik pandangan Barat mengenai posisi perempuan dan laki-laki, Ahmadinejad menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan adalah penyempurna satu sama lain, bukan saling menegasikan. Jika tidak demikian, kelanjutan masyarakat akan porak-poranda.
Saat menjawab pertanyaan mahasiswa Universitas Yale mengenai karakteristik revolusi Islam, Ahmadinejad menuturkan, "Revolusi Islam adalah kembalinya manusia kepada hakikat kemanusiaan dan reformasi diri. Revolusi Islam mengembalikan kekuatan dan potensi bangsa Iran. Revolusi menjadi sarana untuk mewujudkan solidaritas dan kedaulatan Iran."
Prinsip Revolusi Islam seperti penuntut keadilan dan kemerdekaan serta anti-kezaliman memicu kebencian kekuatan arogan dunia terhadap Republik Islam Iran. Karen itulah Iran senantiasa menjadi sasaran sanksi dan tekanan negara-negara arogan dunia. Namun sanksi tersebut tidak mempengaruhi kondisi Iran. Terkait dampak resolusi PBB terbaru anti Iran,
Ahmadinejad dalam wawancara dengan wartawan PBS mengatakan, "Sejak Iran diembargo, bursa efek Iran naik 25 persen. Hal ini bermakna bahwa bursa efek Iran termasuk bursa yang paling berhasil di dunia dan gairah ekonomi dan investasi di negara ini terus meningkat. Investasi asing di Iran termasuk berada diurutan keenam dunia. Kini akibat sanksi, bangsa Iran memperkokoh persatuannya dalam mencapai cita-cita luhur."
Serangan militer senantiasa menjadi salah satu ancaman musuh Iran supaya memaksa rakyat dan pemerintah melepaskan Islam dan nilai-nilai revolusi. Namun, serangan tersebut tidak benar-benar terwujud. Terkait isu serangan militer Amerika ke Iran, Presiden Iran ini mengungkapkan, Amerika akan mendapat balasan setimpal dan tidak pernah terjadi sebelumnya, jika benar-benar menyerang Iran. Sejak perang dimulai, mereka tidak akan bisa memasuki perbatasan Iran." Mengenai serangan rezim Zionis ke Iran, Ahmadinejad menuturkan, Rezim agresor ini tidak akan mampu menyerang Iran. Zionis tahu jika menyerang Iran, Israel akan binasa."
Berbagai media massa global menyebut sidang Majelis Umum PBB tahun ini sebagai arena Iran dan Amerika. Menurut mereka, Presiden Iran dengan baik mengemukakan pendangan revolusi Iran mengenai masalah internasional. (IRIB/PH/SL/29/9/2010)
0 comments to "Agenda Ahmadinejad ke New York...."