Home , , , , , , , � Indonesia yang mayoritas islam Sunni dan Iran yang mayoritas Islam Syi'ah bersatu untuk ISLAM dan maslahat dunia dan akherat...oh Indahnya....

Indonesia yang mayoritas islam Sunni dan Iran yang mayoritas Islam Syi'ah bersatu untuk ISLAM dan maslahat dunia dan akherat...oh Indahnya....

Ahmadinejad: Saya Cinta Bangsa Indonesia
Ketua MPR, Taufik Kiemas, didampingi Lukman Hakim Saifuddin dan Hajrianto Thohari yang masing-masing sebagai Wakil Ketua MPR, Ahad sore (2/10/2011), melakukan pertemuan dengan Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad

Dalam pertemuan dengan Ahmadinejad, Taufik Kiemas menyatakan konsisten bangsa Indonesia dalam membela Palestina. Dikatakannya, "Palestina adalah masalah penting. Pembelaan terhadap Palestina sudah dilakukan sejak lama, mulai dari Konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung pada tahun 50-an."

Lebih lanjut Taufik Kiemas mengucapkan terima kasih atas undangan Republik Islam Iran untuk menghadiri Konferensi Internasional Mendukung Intifada Palestina di Tehran. Dalam pertemuan itu, Taufik Kiemas juga mengatakan, "Kesempatan ini, saya juga ingin manfaatkan untuk meningkatkan hubungan antardua negara dan dua parlemen, serta meningkatkan kerjasama di berbagai bidang ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan lain-lain."

Ahmadinejad dalam pertemuan tersebut mengatakan, "Indonesia dan Iran adalah dua bangsa muslim yang besar. Masalah Palestina ini sangat penting sehingga bisa menjadi salah satu faktor yang menyatukan kita untuk membela Palestina hingga bangsa ini berhasil merebut kembali kemerdekaaan."

"Kami juga berharap Iran selalu berada di front terdepan dalam memperjuangkan bangsa Palestina dalam meraih kemerdekaannnya, " lanjut Ahmadinejad depan Taufik Kiemas.

Dalam kesempatan itu, Ahmadinejad menyambut harapan baik Taufik Kiemas dan mengajak bahu-membahu sebagai dua negara yang besar supaya memperjuangkan bangsa Palestina untuk meraih hak-hak mereka yang dirampas. Menurut Ahmadinejad, persoalan Palestina bukan sekadar merebut sebidang tanah, tetapi juga menghancurkan pangkalan kekuatan musuh-musuh Muslimin dan merebut senjata dari mereka.

Ahmadinejad menutup pertemuan tersebut dengan mengatakan, "Saya cinta bangsa Indonesia. Izinkan saya meminta dari Bapak Ketua dan rombongan untuk menyampaikan salam saya kepada bapak Presiden Indenesia, anggota MPR dan DPR serta rakyat Indonesia. Saya masih terkesan dengan pertemuan saya dengan kalangan mahasiswa di dua universitas di sana." (IRIB/AR/MZ/3/10/2011)

Ahmadinejad: Krisis Palestina Sudah Melebihi Sekedar Ketertindasan
Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadiejad, mengimbau Amerika Serikat dan para pendukung rezim Zionis Israel dan mengatakan, "Jika kalian ingin menyelesaikan masalah Palestina, maka solusi hukumnya sangat sederhana, dan setiap orang harus pulang ke rumah mereka masing-masing."

IRNA hari ini (Senin, 3/10) melaporkan, hal itu dikemukakan Ahmadinejad pada acara penutupan Konferensi Internasional Intifada Palestina ke-5 di Tehran, Ahad (2/10). Ditambahkannya, "Masalah pendudukan Palestina dan pembentukan rezim Zionis adalah sebuah masalah internasional dan sebuah aksi anti-kemanusiaan."

Ahmadinejad menegaskan, "Saat ini, kebebasan Palestina dan resistensi terhadap rezim ilegal Zionis, menjadi slogan para penuntut kebebasan dan menjadi fokus seluruh penuntut keadilan di dunia."

"Sekarang, semua pihak harus bekerjasama untuk pembebasan bumi Palestina. Masalah Palestina saat ini sudah melebihi hanya sekedar ketertindasan, meski bangsa Palestina tetap tertindas, karena 30 tahun lalu, banyak bangsa yang tidak mengetahui masalah Paletina, sementara saat ini, seluruh dimensi krisis di bumi Palestina sudah jelas bagi semua."

Menyinggung bahwa bangsa Palestina adalah bangsa mukmin, bersatu, dan pemberani, Ahamdinejad kembali menegaskan, "Solusi penyelamatan Palstina, adalah muqawama."

Lebih lanjut dijelaskannya, "Watak Zionis adalah kekerasan, arogansi, agresi, dan perang. Mereka tidak memiliki budaya maupun logika, dan jika ada pihak yang mengharapkan logika dari rezim Zionis dan para pendukungnya, maka sesungguhnya itu hanya mimpi."

Presiden Iran juga menyinggung kritikan dari sejumlah pihak atas pernyataannya bahwa Israel harus dimusnahkan, dan mengatakan, "Alasannya sangat jelas, bahwa misi rezim Zionis Israel adalah agresi, dan tanpa teror, pembunuhan, dan ancaman, rezim tersebut tidak akan dapat bertahan hidup."
(IRIB/MZ/3/10/2011)

Meshal Ucapkan Selamat Kepada Muslim Dunia Karena Memiliki Pemimpin Seperti Rahbar Iran
Ketua Biro Politik Hamas, Khaled Meshal, mengapresiasi kebijakan Republik Islam Iran menggelar salah satu konferensi terpenting dalam membela banga Palestina seraya mengatakan, "Keberanian dan logika, merupakan dua unsur menonjol dan sangat penting yang tercermin dalam sikap tegas Iran menyangkut Palestina."

IRNA melaporkan, hal itu dikemukakan Meshal dalam pidato singkatnya sebelum penutupan Konferensi Internasional Intifada Palestina kelima di Tehran, kemarin (Ahad, 2/10). Meshal berpidato setelah mendengarkan pidato tegas Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad.

Seraya mengapresiasi pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, atau Rahbar pada pembukaan konferensi, Meshal menegaskan, "Saya mengucapkan selamat kepada bangsa Iran dan seluruh bangsa Muslim di dunia karena memiliki pemimpin yang brilian dan pemberani ini."

"Sikap tegas seperti [Iran] ini membantu bangsa Palestina dalam memilih jalan yang benar untuk berjuang, namun sebaliknya sikap-sikap yang diambil sejumlah pemimpin dan pemeirntahan yang dilandasi ketakutan dan kebingungan, justru dapat membuat bangsa Palestina terjerumus memilih langkah yang keliru."

Khaled Meshal menyatakan sebagai perwakilan seluruh rakyat Palestina, menyampaikan terima kasih kepada Rahbar dan para pejabat tinggi Iran serta seluruh bangsa pendukung Palestina.

"Yakinlah, dukungan tersebut tidak akan sia-sia dan bangsa Palestina akan loyal kepada seluruh bangsa yang mendukungnya," tutur Meshal mengakhiri pidatonya.
(IRIB/MZ/3/10/2011)

Benarkah Hanya Agama Penyebab Radikalisme?

Pemerintah sering kali membiarkan, bahkan memberikan peluang tumbuhnya kelompok-kelompok radikal di masyarakat. Padahal radikalisme membahayakan kehidupan kebangsaan.

"Untuk mencegah merebaknya radikalisme, harus dilakukan revitalisasi Pancasila sebagai pedoman berbangsa dan bernegara. Kelompok-kelompok intelektual harus melakukan upaya revitalisasi ini untuk menyelamatkan keindonesiaan," kata Guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, Hotman M Siahaan mengatakan, di Surabaya, Jumat (30/9/2011).

Munculnya Radikalisme

Radikalisme yang tumbuh tidak hanya dalam konteks keagamaan, tetapi juga dalam konteks lain. Salah satunya adalah radikalisme kedaerahan pada saat ini jauh lebih berbahaya bagi kehidupan kebangsaan dibanding radikalisme dalam konteks lain.
Menurut Hotman, radikalisme dalam konteks kedaerahan ini salah satunya dipicu oleh otonomi daerah. Walaupun sebenarnya otonomi daerah itu sebagai perwujudan demokrasi, tetapi karena lemahnya revitalisasi nilai-nilai kebangsaan, akhirnya malah berkembang dalam bentuk radikalisme.

Dikatakan, benih radikalisme selalu tumbuh pada kelompok-kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Masyarakat yang merasa dizalimi negara. Bisa juga karena merasa bahwa sistem nilai yang sudah ada tidak lagi mampu menjawab perkembangan zaman sehingga menuntut adanya sistem nilai baru.

Masih mengenai terorisme, cendekiawan muslim Azyumardi Azra menasehati Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar Baasyir agar tidak eksklusif bila tidak ingin dikait-kaitkan dengan berbagai aksi kekerasan di Indonesia.

"JAT jangan menjadi organisasi yang eksklusif dan menyebarkan faham yang tidak cocok dengan Indonesia," kata Azyumardi dalam talkshow di salah satu televisi swasta (Rabu, 28/9).

"Dan kepada Baasyir sudah waktunya lebih banyak berdzikir," tambah Azyumardi.

Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga meminta Abu Bakar Baasyir untuk membina semua anggota dan simpatisan JAT untuk lebih mencintai Indonesia. Sebab Indonesia merupakan tempat bernaung bagi anggota JAT juga.

"Dan Indonesia tidak bisa dan jangan seperti Afghanistan atau Irak yang ada bom setiap hari di tempat ibadah," kata Azyumardi.

Apabila Baasyir dan JAT tidak suka dengan kebijakan pemerintah atau agama lain, kata Azyumardi, lebih baik disampaikan secara baik-baik.

Antisipasi Terorisme

Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Achmad Satori Ismail menyerukan agar adanya penanaman akidah Islam secara benar pada generasi muda Muslim di Indonesia. Langkah ini merupakan salah satu upaya preventif agar generasi muda Islam tidak terpikat pada pesona radikalisme dan terorisme.

‘'Semua pihak harusnya bisa berperan serta untuk memberikan penanaman akidah yang lurus, benar, tidak ekstrem, dan menempatkan bahwa Islam itu adalah rahmatan lil alamin,'' kata Satori kepada Republika di Jakarta, Selasa (27/9).

Selain pembenaran terhadap pemahaman akidah, Satori juga menilai, upaya tersebut harusnya dapat dilanjutkan dengan memperbanyak amal saleh. Hal lainnya lagi, kata dia, generasi muda Islam itu harus mendapatkan lingkungan yang baik. Mengajak mereka untuk dekat terhadap masjid sangat diperlukan.

Kemudian, kata Satori, generasi muda Muslim agar bersikap waspada pada ajaran-ajaran Islam yang lebih memperlihatkan kecenderungan eksklusif. Ini sangat berbahaya karena Islam itu tidak demikian. Rasul saja semasa hidupnya juga bisa berdamai dengan orang Yahudi.

Satori lebih lanjut menjelaskan keterlibatan generasi muda pada aksi teror itu juga dapat dipicu dari aspek psikologis, sosial, maupun politik yang terjadi di lingkungannya.

Dari aspek psikologis, kata guru besar Lingustik Arab UIN Jakarta ini, pemicunya ke rap para pelaku teror itu merasa diasingkan dalam kehidupannya. efHingga akhirnya, munculnya sikap memberontak, kata dia.

Lalu, dari latar belakang sosial, keterlibatan generasi muda pada aksi teror ini juga dapat disikapi dengan situasi realistis yang terjadi di Indonesia. Banyaknya koruptor itu boleh jadi juga bisa menjadi penyebab lain munculnya aksi teror.

Sementara dari latar belakang politik, Satori mengatakan, minimnya teladan yang baik menjadi salah satu faktor penyebab.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan Shaberah menjelaskan, secara khusus pihaknya memang masih dalam tahap merancang program untuk pembinaan generasi muda Muslim agar tidak terlibat dalam kegiatan teror.

Namun, secara umum, kata Amidhan, pihaknya sudah memiliki perangkat kerja bernama Tim Penanggulangan Terorisme (TPT) melalui pendekatan agama. Tim ini sudah ada sejak zaman menteri agama Pak Maftuh. Di sini kita mencoba mengadakan kajian-kajian masalah jihad mengapa sampai diselewengkan, sambungnya.

Cendekiawan Muslim Komaruddin Hidayat memahami aksi terorisme yang terjadi di Indonesia karena adanya perbedaan sudut pandang. Bagi ekstremis, Islam di Indonesia itu minoritas, mayoritasnya kafir, ujarnya singkat.

Antisipasi Melalui TI

Pakar teknologi informasi (TI) Dr Onno W Purbo menyatakan, aksi teroris itu bisa dicegah dan ditangkal dari jaringan internet, karena informasi apapun lewat internet selalu tercatat.

"Karena itu, teroris itu bisa dilacak lewat internet, karena semuanya tercatat, meski dia menggunakan komputer mana agak sulit diketahui," katanya kepada ANTARA di kampus STIKOM Surabaya, Jumat.

Ia mengemukakan hal itu di sela-sela Seminar Nasional TI (SNasTI) 2011 bertajuk "Peran TI dalam Membangun Pendidikan Karakter" yang dihadiri 40-an peneliti TI dan puluhan mahasiswa STIKOM Surabaya itu.

Sebelumnya, teroris Ahmad Yosepa Hayat yang mengebom GBIS Solo (25/9) itu mengirim pesan khusus lewat email untuk keluarganya. Almarhum juga aktif melakukan "browsing" situs arrahmah.com dan membuka situs http://millahibrahim.wordpress.com/ yang berisi ajakan jihad.

Menurut Onno W Purbo yang alumni ITB itu, upaya pelacakan akan mudah mencegah praktik terorisme, namun penangkalan terorisme agak sulit dibanding mencegah, karena penangkalan itu memerlukan "database" teroris.

"Yang jelas, mencegah teroris itu bisa dilakukan melalui pelacakan, tapi untuk penangkalan juga bisa dilakukan, namun agak sulit, karena memerlukan `database` teroris," katanya.

Oleh karena itu, kata penggagas RT/RW.Net dan WikiBelajar itu, polisi bisa melakukan pencegahan dan penangkalan jaringan terorisme itu melalui pelibatan orang-orang yang ahli komputer.

"Polisi itu selalu menggunakan bahasa hukum, karena itu untuk mengerti bahasa komputer, maka polisi harus merekrut orang yang ahli komputer dan bila berhasil tinggal diberi bahasa hukum," katanya.

Dalam seminar itu, Onno yang sudah mengajar TI pada 33 negara berkembang itu menyatakan internet itu mengajarkan pendidikan karakter dan sekaligus pornografi.

"Internet itu memaksa orang menjadi jujur, karena internet itu sadis, sebab kalau ada orang yang satu kali saja tidak jujur, maka ribuan atau jutaan orang akan tahu, sehingga namanya akan hancur," katanya.

Namun, internet juga mengajarkan keburukan yakni pornografi, terorisme, dan sebagainya. "Untuk menangkalnya tidak mungkin hanya dengan teknologi, karena teknologi juga terbatas. Cara terbaik adalah berteknologi tapi juga beriman dan bertakwa," katanya. (IRIB/Kompas/Republika/AR/1/10/2011)


0 comments to "Indonesia yang mayoritas islam Sunni dan Iran yang mayoritas Islam Syi'ah bersatu untuk ISLAM dan maslahat dunia dan akherat...oh Indahnya...."

Leave a comment