Home , , , , , , , , , , , � Salafi-Wahabi, merupakan salah satu pembudidaya teroris terbesar di dunia...benarkah.!!! Serta Menyingkap Hakikat Wahabisme, Mengenal Sejarah Ibnu Taimiyyah

Salafi-Wahabi, merupakan salah satu pembudidaya teroris terbesar di dunia...benarkah.!!! Serta Menyingkap Hakikat Wahabisme, Mengenal Sejarah Ibnu Taimiyyah

 
 

  Hollywood, Kerajaan Arab Vs Sutradara Republik Islam Iran

Ketika proyek produksi film Nabi Muhammad Saw telah melewati tahap produksi, sejumlah berita menunjukkan upaya sejumlah negara Arab untuk memproduksi film serupa. Bedanya di sini, negara Arab tersebut menggandeng Hollywood menggarap film serupa yang bakal diluncurkan oleh Republik Islam Iran. Skenario film tak banyak beda dan uniknya film dengan tema sama ini bakal diluncurkan berbarengan.
 
Sejak pertama proyek pembuatan film Nabi Muhammad Saw beserta perinciannya yang disutradarai Majid Majidi dimuat oleh media massa,diharapkan dapat memicu reaksi. Khususnya film ini sepenuhnya diseting mendunia dan telah memasuki tahap produksi. Harapan ini bukannya tak ada tujuan, karena film Nabi Muhammad Saw sangat penting, sensitif serta membidik banyak audien.

Perbincangan mengenai film ini memiliki dimensi internal dan terkadang global. Namun di dimensi internasional muncul berbagai kejadian yang patut direnungkan terkait film ini. Bersamaan dengan konspirasi politik sejumlah negara Arab terhadap kepulauan di selatan Iran, mereka juga melakukan konspirasi media di sejumlah media anti Iran yang berporos pada film Nabi Muhammad Saw.


Sebuah koran Wahabi yang dicetak di Madinah tahun lalu mengklaim syuting film Nabi Muhammad Saw telah rampung dengan dibintangi oleh seorang aktor yang memerankan Nabi serta keberatan para ulama al-Azhar. Berbagai media Wahabi lainnya sejak lama merilis berita pembuatan film ini mulai menebar agitasi.

Terlepas dari itu semua, produksi film layar lebar Nabi Muhammad Saw setelah gelombang penistaan terhadap sosok suci ini yang melukai hati umat Islam semakin penting. Mungkin karena itu pulalah, Syeikh Yusuf al-Qaradawi bersama sejumlah ulama Sunni lainnya meluluskan pembuatan film Nabi Muhammad Saw di Hollywood.

Menurul laporan Aljazeera, alasan Qaradawi adalah, "Menyusul penistaan berulang kali terhadap Nabi dan pengikutnya di dunia, umat muslim harus mengambil langkah pasti untuk menjelaskan kehidupan junjungan mereka dan pesan-pesannya kepada non muslim di seluruh dunia. Bersamaan pula, Ahmad al-Hashimi, direktur Alnoor, Qatar optimis bahwa produksi film Nabi Muhammad di Hollywood merupakan jalan terbaik untuk menyampaikan pesan Islam kepada dunia.

Sebuah perusahaan dari Qatar, Alnoor Holding menyatakan akan menaikkan bujet untuk sebuah rencana serial film tentang kehidupan Nabi Muhammad menjadi US$1 Miliar dari US$1,5 juta yang diumumkan tiga tahun lalu.

Film biografi ini akan diproduksi sebagai sebuah serial yang terdiri dari "tujuh film – dan bukannya tiga film yang sebelumnya pernah diumumkan – dengan total bujet US$1 miliar," kata kepala Alnoor, Ahmed Al-Hashemi dalam sebuah pernyataan yang diterima oleh AFP pada Selasa (18/12).

Perusahaan ini menyatakan bahwa "Tim yang terdiri dari para pakar telah menyelesaikan penulisan scenario setelah mengatasi sejumlah tantangan dalam bidang artistik dan dramatik."

Alnoor mengumumkan pada tahun 2009 bahwa mereka tengah mencari pembiayaan untuk film serial yang akan diproduksi oleh Barrie Osborne, seorang veteran Hollywood lebih dari 40 tahun yang salah satunya pernah memproduksi film Lord of the Rings dan The Matrix.


Nabi Muhammad sendiri tidak akan muncul di film, mengikuti aturan yang diyakini dalam tradisi Islam yang melarang memberikan gambaran tentang Sang Nabi.

Ulama Sunni dari Qatar, Sheikh Yusuf Qaradawi, kepala Asosiasi Sarjana Muslim, akan memimpin riset tentang film itu dan bertindak sebagai konsultan teknis dalam proyek tersebut.

Alnoor mengatakan film ini akan berbahasa Inggris dan akan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa yang berbeda " untuk mengoreksi gambaran yang salah dari masyarakat Barat tentang Islam".

Awal tahun ini, sebuah film berbujet rendah yang diproduksi Amerika Serikat yang berjudul Innocence of Muslims yang mengolok-olok Nabi Muhammad telah memicu gelombang kekerasan anti Amerika Serikat yang mematikan.

Sekelumit Film Garapan Majid Majidi
Seiring dengan dirilisnya rencana Qatar memproduksi film serupa garapan Majid Majidi, maka pertarungan naskah film Iran dan Amerika terkait kehidupan Nabi Muhammad Saw di layar lebar bakal menyita perhatian besar. Jika rencana pembuatan film biografi Nabi Muhammad Saw oleh Hollywood cukup menarik minat anda, maka film serupa garapan Majid Majidi yang juga memiliki standar internasional patut diperhitungkan.

Majidi memulai proyek ini sejak tahun 1386 HS (2008) dan naskah film ini tuntas tahun 1388 HS (2010). Screendaily menulis, "Majid Majidi, sutradara Iran tengah menggarap film biografi Nabi Muhammad Saw dengan bujet sebesar 30 juta dolar."

Majid Majidi memilih masa kecil Nabi sebagai bagian dari filmnya. Masa kecil Nabi menurut Majidi akan menjadi pendukung untuk menjelaskan risalah kenabian dan masalah khatamiat (nabi akhir zaman). Film akan dibuka dengan menampilkan kehidupan zaman jahiliyah dan kondisi sosial ketika nabi dilahirkan.


Cerita film akan berlangsung dari kelahiran Nabi hingga usia 12 tahun ketika beliau untuk pertama kalinya menyertai pamannya, Abu Talib pergi berdagang ke Syam dan berakhir di sebuah kuil Buhaira. Buhaira adalah seorang pendeta Nasrani yang memberi kabar gembira kepada Abu Talib soal nabi akhir zaman.

Untuk menampilkan film ini diperlukan lokasi yang mirip dengan Arab Saudi. Oleh kerena itu kemudian diadakan riset untuk mendukung naskah film. Kemudian dimulailah riset geografi Mekan dan Madinah serta diterapkan pada lokasi syuting film di Iran. (IRIB Indonesia)

Riwayat Berbeda di Balik Berbagai Insiden Ledakan di Saudi (Salafi-Wahabi, merupakan salah satu pembudidaya teroris terbesar di dunia...benarkah.!!!)



Para penguasa Arab Saudi yang memiliki perspektif Salafi-Wahabi, merupakan salah satu pembudidaya teroris terbesar di dunia. Arab Saudi juga menjadi negara pusat suplai dana dan logistik berbagai jaringan teroris seperti al-Qaeda. Setiap tahunnya, milyaran dolar dari pendapatan minyak negara ini dibelanjakan untuk aktivitas berbagai kelompok teroris dukungan Saudi di berbagai negara dunia.

Namun belakangan, tampaknya pisau yang diberikan Saudi kepada jaringan teroris sedang berusaha digunakan untuk menikam tuannya. Senjata makan tuan adalah ungkapan paling tepat dalam hal ini. Para pejabat Saudi sedang kebingungan menyikapinya.

Untuk menjelaskan masalah ini, ada baiknya kita menelisik transformasi keamanan di Arab Saudi dalam beberapa pekan terakhir. Kamis 1 November 2012, terjadi sebuah ledakan mencurigakan di jalan tol al-Kharis dan jembatan Garda Nasional yang dekat dengan Markas Komando Garda Nasional Arab Saudi yang menjadi jalan penyambung wilayah penting di Riyadh.

Sumber-sumber Arab Saudi mengklaim bahwa sebab ledakan itu adalah kebakaran sebuah tanker pengangkut gas di timur Riyadh setelah sebuah truk tanker gas itu menabrak salah satu jembatan di lokasi. Akan tetapi televisi al-Arabiya menyatakan bahwa sumber ledakan berasal dari sebuah truk pengangkut gas di sebuah pom bensin. Insiden tersebut menewaskan 24 orang dan mencederai 110 lainnya. Para pejabat keamanan Saudi menyatakan bahwa 52 personil Garda Nasional Saudi termasuk di antara korban tewas dan cedera itu. Sementara pada hari yang sama televisi Alalam yang berbasis di Tehran mengutip keterangan seorang tokoh oposisi Saudi menyebutkan, "Pada hari yang sama terjadi sedikitnya lima ledakan di timur Riyadh."


Upaya Saudi Mendistorsi Fakta

Para pejabat Saudi berupaya keras untuk mentupi insiden ledakan tersebut dengan mengesankan telah terjadi kecelakaan lalu-lintas. Banyak faktor termasuk lokasi geografis ledakan dan kontradiksi penjelasan dalam pemberitaan menunjukkan bahwa ledakan itu adalah sebuah aksi teror. Dan di sisi lain, para pengamat militer  berpendapat bahwa sebuah tanker yang berisi gas menabrak benda keras tidak akan meledak kecuali ada pemicunya sehingga terjadi ledakan sedemikian dahsyat seperti yang diberitakan.

Untuk pertama kalinya, bukti-bukti yang ada menunjukkan tangan-tangan terselubung kelompok-kelompok teroris mulai beraksi di dalam Arab Saudi. Sama seperti ledakan tanker gas yang merenggut nyawa warga sipil Irak dan Suriah, kini modus pengeboman yang sama juga sedang terjadi di Arab Saudi. Akan tetapi, ceritanya tidak berakhir di situ, karena tiga hari berikutnya, terjadi ledakan di Mekah yang menimbulkan kebakaran meluas di Hotel Intercontinental. Sebagian besar bagian bangunan hotel kuno yang digunakan oleh Kementerian Keuangan Arab Saudi untuk menggelar konferensi dan sidang, ludes terbakar. Para saksi mata menyatakan bahwa kebakaran itu dimulai dengan beberapa ledakan.

Secara mengejutkan, pasca ledakan tersebut aparat keamanan mengisolasi bukan hanya hotel itu melainkan wilayah sekitarnya. Mereka juga tidak mengijinkan para wartawan atau reporter mendekati lokasi. Aparat bahkan melarang warga berlalu-lalang di sebuah bukit yang dekat dengan lokasi ledakan.

Yang lebih menarik, sehari setelah ledakan kedua di Mekah itu, Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz, memecat Pangeran Ahmad bin Abdul Aziz bin Abdul Rahman dari jabatannya sebagai Menteri Dalam Negeri dan menggantinya dengan Pangeran Muhammad bin Nayef.

Al-Arabiya sebagai media resmi Wahabi Saudi tidak menyebutkan alasan di balik keputusan tersebut namun lebih memfokuskan pada fakta bahwa Muhammad bin Nayef hingga kini telah empat kali menjadi sasaran percobaan teror. Melalui cara ini Riyadh berusaha mengalihkan opini umum dari masalah yang sebenarnya. Akan tetapi pada hari yang sama, sebuah truk pengangkut bahan bakar terguling dan terbakar di utara Riyadh. Akan tetapi tidak ada korban dalam insiden tersebut.

Berbagai peristiwa tersebut memperkuat asumsi bahwa eskalasi friksi kelompok radikal dan liberal di dalam keluarga kerajaan al-Saud serta rencana baru Amerika Serikat untuk mengatur pion-pionnya di dalam rezim al-Saud. Insiden tersebut bukan sebuah kebetulan melainkan rentetan aksi teror yang telah direncanakan untuk membidik target-target khusus dan dapat menjadi titik awal dimulainya sejarah baru politik Arab Saudi.

Terdapat dua lengan kekuatan di Arab Saudi yang salah satunya adalah para politisi liberal yang dipimpin oleh Raja Abdullah sendiri. Lengan kedua adalah kelompok-kelompok radikal Wahabi yang sebagiannya adalah menjadi anggota Dewan Amar Makruf dan Nahi Munkar. Dewan ini adalah sebuah lembaga yang terdiri atas para tokoh dan ulama Wahabi-Salafi Arab Saudi, yang memiliki pengaruh besar khususnya di kota-kota religius. Dewan inilah yang menjadi sumber politik radikal Saudi menyangkut berbagai masalah. Akan tetapi pada praktiknya kedua lengan tersebut saling bertentangan dalam menyikapi banyak hal termasuk dalam manajemen masalah penting hingga hukum mengemudi untuk kaum perempuan.

Di sisi lain, terdapat teka-teki lain yaitu kebijakan Amerika Serikat di Arab Saudi. Menyusul maraknya gerakan kebangkitan di negara-negara regional dan sekutu AS, kekhawatiran Washington terhadap kemungkinan munculnya gejala kebangkitan di Saudi sebagai penyuplai utama minyak Negeri Paman Sam itu juga semakin berlipat ganda.

Skenario AS: Kudeta Damai di Medan Kekuasaan Saudi

Lembaga-lembaga intelijen Amerika Serikat memperkirakan bahwa gelombang Kebangkitan Islam, cepat atau lambat akan sampai ke pesisir Arab Saudi, dan akan menggoyahkan pilar-pilar kekuasaan rezim al-Saud yang sejak awal dinilai tidak akan mampu menghadapi kerasnya gelombang revolusi. Oleh karena itu, Gedung Putih memutuskan untuk mengontrol kemarahan rakyat dan mereduksinya dengan berbagai perubahan dalam struktur pemerintahan dan kekuasaan al-Saud. Washington berusaha menggerakan kelompok Salafi dan sejumlah kelompok lain untuk mempersiapkan sebuah kudeta damai internal di negara ini, dengan mengulang skenario yang sukses mereka jalankan di Yaman.

Melihat pada sosok Muhammad bin Nayef, Menteri Dalam Negeri baru Arab Saudi yang ditunjuk oleh Amerika Serikat, akan menyingkap fakta tersebut. Pengangkatan Muhammad bin Nayef mengejutkan banyak pangeran yang mendukung gerakan Wahabi-Salafi di negara ini. Pengangkatan Muhammad bin Nayef, mengikuti jejak ayahnya yang memegang jabatan keamanan penting Arab Saudi itu, mengindikasikan dimulainya gerakan pergeseran kekuasaan  di negara ini. Tidak lama lagi Raja Saudi Abdul bin Abdul Aziz akan bernasib sama seperti Ali Abdullah Saleh, mantan presiden Yaman.

Mujtahid, nama samaran seorang sumber dari Saudi yang telah telah berulangkali mengungkap berbagai borok para pengauasa Saudi, menyinggung kondisi ketika pengangkatan Muhammad bin Nayef sebagai Menteri Dalam Negeri baru Saudi dan pencopotan Ahmad bin Abdul Aziz menyatakan, "Yang penting adalah Raja Saudi berniat melakukan perombakan lain dalam pemerintahan yang salah satunya adalah pengangkatan Pangeran Ahmad [bin Abdul Aziz] sebagai wakil keduanya untuk menenangkan pangeran itu."

Dalam laman Twitternya, Mujtahid menulis bahwa sejak kematian Pangeran Nayef, pengeran mahkota, Raja Saudi telah melakukan sejumlah perubahan jabatan dalam pemerintahannya, akan tetapi berulangkali pula upayanya gagal karena tidak menemukan cara untuk menenangkan orang-orang yang ingin diganti. Raja Saudi sendiri mengkhawatirkan reaksi dari berbagai kelompok di dalam keluarga kerajaan.

Menyinggung kemungkinan terjadinya perubahan dalam militer Arab Saudi, Mujtahid juga memperkirakan pencopotan Husein al-Qubail dari jabatannya sebagai  Kepala Staf Angkatan Bersenjata Saudi. Menurut Mujtahid perubahan tersebut adalah dalam rangka mempersempit ruang gerak Khalid bin Sultan, Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi.

Lebih lanjut Mujtahid menyebut nama Mutab bin Abdullah, Ketua Garda Nasional dan Menteri Penasehat serta Anggota Dewan Menteri Saudi, berada di balik transformasi tersebut. Perubahan yang telah dilakukan dikoordinasikan juga dengan Khaled al-Tawaijari, Kepala Kantor Raja Saudi dan putra-putra Salman bin Abdul Aziz, Pangeran Mahkota Saudi.

Mujtahid yang nama aslinya tidak pernah dapat dilacak menyatakan bahwa jika perubahan itu terjadi, maka Garda Nasional Arab Saudi dan militer negara ini akan berada di bawah pengaruh Mutab bin Abdullah dan kekuatannya bahkan akan melebihi Khalid bin Sultan dan Muhammad bin Nayef.
(IRIB Indonesia/Muiz Sulistiono)

Hari Kiamat Dari Tinjauan Lain



Tanggal 21 Desember 2012 telah berlalu, matahari masih terbit dari timur dan gravitasi masih berjalan. Ramalan yang diinterpretasikan dari kalender Suku Maya bahwa bumi akan berakhir tidak terbukti. Rumor kiamat itu sebelumnya ditepis banyak pihak, seperti NASA, ilmuwan, ulama Islam, serta sesepuh Suku Maya sendiri. Namun, banyak yang masih percaya berakhirnya kalender Maya sama dengan berakhirnya dunia. Namun demikian, selama beberapa waktu lalu, sebagian masyarakat dunia diliputi kecemasan terkait hari kiamat dan muncul berbagai skenario tentang kehancuran bumi ini, mulai dari benturan asteroid ke bumi, badai matahari, letusan gunung berapi besar, ledakan bintang hingga perubahan di kutub bumi.

Cinta kepada keabadian merupakan salah satu karakteristik umat manusia. Kecintaan itu sangat mengakar dalam jiwa manusia sehingga apabila mereka mendengar sebuah ancaman potensial, manusia langsung fokus untuk mempersiapkan segala keperluan untuk menangkalnya, atau akan memusnahkan dirinya karena rasa pesimis ekstrim. Sejarah manusia dipenuhi dengan segudang ramalan tentang kehancuran bumi. Sebagian masyarakat begitu mudah percaya dan bersiap menanti datangnya peristiwa-peristiwa besar yang menghancurkan dunia.

Sejumlah komunitas dunia bahkan telah mempersiapkan diri untuk menghadapi hari akhir dunia. Komunitas yang percaya kiamat ini bahkan kerap melatih diri dengan bertahan hidup seadanya dalam hutan. Mereka yang percaya ramalan berdasarkan Suku Maya itu, juga membeli sejumlah peralatan untuk menyelamatkan diri. Di Rusia, masyarakat di wilayah Kirov, bergegas membeli bahan bakar dan persediaan makanan. Hal itu menyusul terbitnya artikel di koran setempat yang menuliskan konfirmasi tentang akhir dunia dari Biarawan Tibet.

Geger kiamat pada 21 Desember juga membuat Cina panik. Kepanikan melanda beberapa masyarakat yang tinggal di Propinsi Sichuan. Kepanikan tergambar dengan banyaknya masyarakat yang memborong lilin pada akhir pekan lalu. Larisnya lilin adalah demi kepentingan ibadah masyarakat Negeri Tirai Bambu. Banyak yang berdoa agar kiamat yang diramalkan Suku Maya tidak benar-benar terjadi. Selain untuk keperluan doa, lilin digunakan sebagai antisipasi atas prediksi padamnya cahaya bumi. Menurut kepercayaan sejumlah masyarakat Cina, sebelum datangnya kiamat, bumi akan lebih dahulu dilanda kegelapan selama tiga hari.

Sementara itu, di Meksiko dimana Suku Maya pernah tinggal, kiamat menjadi berkah. Negara itu membuat berbagai macam kegiatan yang bertemakan kiamat. Diperkirakan, pariwisata setempat akan melonjak dua kali lipat gara-gara kiamat. Pemerintah Meksiko malah menggelar pesta menyambut 21 Desember 2012. Dalam pesta itu, jutaan wisatawan membanjiri lusinan situs Suku Maya di negara tersebut.

Ilmuwan senior NASA, David Morrison yang menerima begitu banyak pertanyaan seputar kiamat mengatakan "Ini sangat mengganggu." Morrison menjelaskan jika ada sebuah planet yang akan menabrak bumi atau tabrakan planet lainnya, ini mengakibatkan langit lebih terang dibanding bulan dan matahari. Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) mengatakan cerita dan isu mengenai adanya hari kiamat sesuai penanggalan Suku Maya telah membuat banyak remaja depresi. Tidak hanya itu, anak-anak juga takut mengenai akhir dari kehidupan ini.

Morrison mengatakan walau isu mengenai kiamat ini dianggap lelucon oleh banyak pihak, namun tidak sedikit orang benar-benar mempercayai hal ini. Menurut Morrison, NASA tetap membantah adanya rumor lain mengklaim medan magnet bumi nantinya akan berubah drastis dan bumi akan menuju lubang hitam di tengah-tengah alam semesta. Jika Planet Nibiru benar ada dan akan menabrak bumi akhir tahun ini, pastinya astronot sudah mengetahui setidaknya sepuluh tahun terakhir ini atau planet itu pastinya sudah terlihat dengan mata telanjang sekarang.

Tentu saja, suatu hari nanti dunia kita akan berakhir. Bukti-bukti menunjukkan bahwa dunia kita menuju pada sebuah kehancuran dan tidak ada yang meragukan itu. Semua penganut agama dan aliran kepercayaan juga membahas masalah tersebut. Kitab suci al-Quran juga menguraikan masalah hari akhir secara lebih dalam dan luas. Ada dua poin penting yang layak diperhatikan. Pertama, sebelum dunia ini mendekati ajalnya, ada sejumlah peristiwa yang bakal terjadi di mana manusia akan terbebas dari ketertindasan, lalu keadilan, perdamaian, cinta, dan kesejahteraan akan memenuhi seluruh alam. Kondisi ideal ini akan diwujudkan oleh juru selamat umat manusia.

Sang Juru Selamat akan menyebarkan kasih sayang di antara manusia dan mewujudkan sebuah masyarakat yang ideal. Rasul Saw bersabda, "Aku bersumpah kepada Tuhan yang telah mengutusku sebagai pembawa berita gembira, jika dari umur dunia ini hanya tersisa satu hari, Allah akan memperpanjang hari itu hingga munculnya putraku, Mahdi. Pada waktu itu, Isa bin Maryam akan turun dari langit dan menunaikan shalat di belakangnya akan menerangi dunia dengan cahaya Ilahi. Pemerintahan Mahdi akan membentang dari timur dan barat bumi, sementara bumi dan perputaran waktu akan tegak dalam wilayah keadilan dan kekuasaannya."

Poin lain terkait hari kiamat adalah tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan terjadinya hari akhir itu kecuali Allah Swt. Al-Quran mengingatkan manusia bahwa hari kiamat hanya akan terjadi dengan kehendak Tuhan yang memiliki kekuasaan dan pengetahuan mutlak. Dalam surat al-Mulk ayat 25-27, Allah berfirman, "Dan mereka berkata, kapankah datangnya janji itu jika kalian adalah orang-orang yang benar? Katakanlah! Sesungguhnya ilmu (tentang datangnya hari kiamat) hanya di sisi Allah dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan dan penjelasan. Ketika mereka melihat azab itu sudah dekat, menjadi muramlah muka orang-orang kafir itu. Dan dikatakan kepada mereka (pada malaikat penjaga neraka) inilah (azab) yang dulu kalian menganggapnya sebagai perkara yang diada-adakan."


Islam melarang umatnya mempercayai segala bentuk ramalan, termasuk ramalan tentang kiamat yang disebut Suku Maya itu. Dalam surat al-Aaraf ayat 187, Allah berfirman, "Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, Bilakah terjadinya? Katakanlah, Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Menurut teori-teori ilmiah, para ilmuwan percaya bahwa sebuah peristiwa besar akan terjadi di dunia ini. Mereka berpendapat kehancuran alam semesta merupakan peristiwa yang paling besar dari serangkaian fenomena alam yang pasti akan terjadi dalam sejarah kehidupan manusia dan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi ini. Ketika fenomena alam terbesar ini terjadi, alam semesta akan kembali menyusut dan mengecil, sehingga benda-benda langit saling bertumbukan diremas oleh gaya gravitasi yang maha kuat dan akhirnya masuk kembali dalam singularitas menuju ketiadaan.

Hancurnya alam semesta, diiringi dengan keadaan musnahnya umat manusia yang berarti hancurnya seluruh peradaban yang telah dibangun oleh manusia selama berabad-abad lamanya. Tentu saja banyak orang yang ingin mengetahui kapan dan bagaimana kiamat itu terjadi. Memang manusia tidak dapat meramalkan kapan kehancuran alam semesta akan terjadi, tetapi bagi ilmuwan ada skenario-skenario yang dapat dibuat yang menjurus pada kepunahan umat manusia.

Namun, al-Quran menilai kehancuran dunia saat ini tidak sama dengan kepunahan manusia. Sebuah dunia baru dengan esensi yang berbeda akan lahir untuk menerima kehadiran manusia-manusia yang lebih sempurna. Ini adalah sesuatu yang disebut dengan maad jasmani. Kemunculan sebuah dunia baru yang disebut hari kiamat, membutuhkan kehancuran dunia materi ini. Oleh karena itu menurut Islam, dunia ini akan hancur dengan perintah Allah Swt dan lahirlah sebuah dunia baru untuk kehidupan abadi umat manusia. (IRIB Indonesia)

Isa al-Masih, Pembawa Pesan Cinta dan Damai



"Salam sejahtera dan selamat baginya yang lahir dari haribaan Sayidah Maryam. Salam atas hari wafat dan hari kebangkitannya."

Dengan susah payah ia sampai ke sebuah pangkal pohon, nafasnya terengah-engah karena kelelahan. Sepanjang hidupnya, ia menghiasi dirinya dengan kesabaran dan sedikit berbicara, namun kali ini ia merasa fisiknya yang lemah tak mampu lagi memikul semua beban. Apa yang membuatnya takut adalah sorotan penuh curiga dan gunjingan orang-orang. Oh tidak! Maryam memiliki kekuatan lebih dari itu. Rasa sakit menjelang melahirkan memaksanya untuk bersandar di pangkal pohon kurma. Tak terasa air matanya menetes dan dadanya mengguncang sambil lisannya mengucapkan sesuatu..."Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi barang yang tidak berarti lagi dilupakan." (QS: Maryam: 23)

Detik-detik yang sangat berat dan menguras keringat kian membebani jiwa dan raga Maryam dan tiba-tiba terdengar seruan dari langit…"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, sesungguhnya pohon itu akan menggugurkan buah kurma kepadamu." (QS: Maryam: 24-25) Maryam menggoyang pohon kurma itu dan buah-buah kurma yang segar jatuh di sekitarnya. Pada saat itu, kedamaian menyelimuti seluruh jiwa Maryam dan Isa pun hangat dalam dekapannya.

Warga kota dengan penuh tanya menyoroti gerak langkah Maryam. Hanya Tuhan yang bisa melindungi Maryam dari sengatan lidah-lidah tak bertulang dan berbisa mereka. Wahai Maryam janganlah engkau bersedih hati, dan janganlah engkau takut terhadap tudingan orang-orang. Engkau memiliki seorang anak yang merupakan hadiah dari Tuhan langit dan bumi dan pelita kenabian akan memancar dari dahi bayi itu. Namun, orang-orang mulai mempertanyakan kesucian Maryam. Badai celaan dan tudingan kian mengusik ketenangan batin Maryam. Pada saat itulah, Tuhan menampakkan keajaiban. Kalimat yang paling agung mengalir dari lisan bayi di gendongan Maryam dan membuat jiwa-jiwa tersentak dan mata mereka saling menatap penuh heran.

Seorang bayi berbicara dalam gendongan ibunya. Isa al-Masih dengan bahasa yang fasih membela kesucian ibundanya dan memberi kesaksian atas kemuliaan sang ibu. Semua terdiam membisu dan saling memandang seakan tak percaya apa yang terjadi. Allah Swt mengutus rasul-Nya untuk menyelamatkan umat manusia dan membuktikan keagungan-Nya kepada orang-orang yang ingkar. "Mereka berkata, bagaimana kami akan berbicara dengan anak yang masih kecil dalam ayunan? Isa berkata, sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku alkitab dan menjadikan aku seorang nabi. Dan dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja aku berada dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup."


Para utusan Tuhan senantiasa bersabar dan berjuang di jalan-Nya demi membimbing umat manusia serta menegakkan keadilan dan kebenaran di muka bumi. Kafilah para duta langit seperti Nabi Musa as, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad Saw selalu menemui berbagai rintangan yang tak terkira dalam menyampaikan misinya. Di setiap zaman, sesuai kondisi sosial yang dinamis, Tuhan memilih utusan-Nya untuk menjadi penyeru manusia kepada kebenaran. Isa adalah Nabi yang sudah lahir sejak 2.000 tahun lalu untuk menyelamatkan Bani Israil di bawah bimbingan dan ajarannya.

Hari Natal sudah tiba. Masyarakat pencinta Isa al-Masih sudah lama mempersiapkan diri untuk menyambut hari yang penuh kebahagiaan ini. Akan tetapi, penindasan dan penderitaan umat manusia telah membuat suasana Natal tidak begitu menggembirakan. Kejahatan dan perang telah merusak kehormatan dan harga diri manusia. Dalam situasi seperti sekarang ini, manusia sangat merindukan kedatangan sang juru selamat. Hari kelahiran Nabi Isa as adalah hari untuk mengenang hal penting ini. Manusia sekarang harus belajar dari ajaran-ajaran suci para nabi supaya bisa menegakkan perdamaian dan keadilan di  tengah masyarakat.

Kehidupan Nabi Isa as sejak lahir hingga wafatnya selalu disertai mukjizat dan keberkahan. Ketika dalam buaian suci ibunya, ia sudah bersaksi dan membela kesucian sang ibunda. Kelahiran Nabi Isa as yang tanpa ayah dan mukjizat-mukjizat lain yang menyertainya, telah memunculkan sejumlah pertanyaan. Sebagian beranggapan bahwa Isa adalah bukan manusia. Namun, al-Quran membantah keras pemikiran batil ini. Allah Swt dalam surat Ali Imran ayat 59 berfirman, "Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah adalah sama seperti Adam, ia diciptakan dari tanah kemudian Allah berfirman kepadanya, jadilah kamu, maka jadilah ia."

Nabi Isa as hidup di masa yang penuh dengan kezaliman dan penindasan. Sebuah kondisi yang menuntut hadirnya seorang pemimpin dari langit yang mampu mereformasi masyarakat dan menyelamatkan mereka dari penyimpangan dan kerusakan. Nabi Isa as telah mengumumkan misinya dan senantiasa menyeru manusia untuk bertakwa dan menyembah Allah Swt. Ia melakukan pengorbanan besar demi menyelamatkan Bani Israil dan memusnahkan akar-akar penyimpangan mereka. Dalam sebuah pesannya kepada Bani Israil, Nabi Isa as berkata, "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka."

Nabi Isa as adalah penolong kaum tertindas dan selalu mengasihi kelompok yang tak berdaya ini. Isa mengatakan bahwa siapapun yang memiliki kemampuan untuk mencegah kezaliman tapi tidak berbuat sesuatu, ia digolongkan seperti orang yang zalim juga. Di usia 30 tahun, Tuhan menurunkan wahyu kepada Isa dan secara resmi Tuhan mengangkatnya sebagai Nabi dan kitab Injil pun diturunkan kepadanya. Nabi Isa as berkeliling ke setiap pelosok desa dan kota untuk memberantas para penyihir dan rahib-rahib Yahudi yang menyimpang, sekaligus memberi nasehat kepada para pengikutnya.

Di mana saja berada, Nabi Isa as selalu membawa keberkahan. Kalau ia berada di sebuah tempat yang kering, di sana akan turun hujan. Kalau ia berada di sebuah tempat yang hasil panennya kurang, tempat itu akan menumbuhkan hasil-hasil yang melimpah. Kadang-kadang, bayi yang lahir dalam keadaan buta, bisa melihat di tangan Nabi Isa as. Ia  juga  bisa menyembuhkan penyakit yang susah disembuhkan. Al-Quran juga menyebut mukjizat  Isa berupa turunnya makanan dari langit.

"(Ingatlah) ketika pengikut-pengikut Isa berkata, ‘Hai Isa putra Maryam, maukah Tuhanmu  menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab, ‘Bertakwalah kepada Allah jika kamu benar-benar orang yang beriman.' Mereka berkata, ‘Kami ingin memakan hidangan itu. Kami ingin hati kami tentram dan yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami. Kami ingin menjadi orang-orang yang bersaksi. Isa bin Maryam berdo'a, "Ya Allah, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit, yang hari turunnya itu akan menjadi hari raya bagi kami, orang-orang yang bersama kami, dan orang-orang yang datang sesudah kami, sehingga itu semua menjadi tanda kekuasaan-Mu. Sesungguhnya, Engkaulah pemberi rizki yang paling utama." (QS: Al-Maidah: 112 –115)

Tuhan kemudian mengabulkan doa Isa dengan cara menurunkan hidangan dari langit. Isa sekali lagi menunjukkan mukjizatnya.

Masyarakat Yahudi dan para tokoh yang cinta dunia tidak mau menerima kata-kata Nabi Isa as. Mereka malah menyiksanya. Akibat tekanan dan siksaan ini, akhirnya Nabi Isa as dan para pengikutnya lari dari satu kota ke kota lain. Di saat yang sama, ia terus melanjutkan perjuangannya membimbing manusia ke jalan yang benar. Nabi Isa as merupakan hamba yang saleh dan mulia. Ia juga memberi kabar gembira tentang datangnya seorang nabi di akhir zaman. Saat ini, dunia sangat membutuhkan lahirnya sang juru selamat untuk menegakkan keadilan dan memerangi kebatilan di muka bumi. Munculnya Imam Mahdi, penyelamat manusia dan kebangkitan kembali Isa untuk memberantas dan menegakkan keadilan di dunia adalah keyakinan kolektif yang memberi rasa optimis kepada masa depan umat manusia. (IRIB Indonesia)

Antara Mesir, Iran, dan Syria




Dina Y. Sulaeman*
"Saya yakin di era baru ini, bangsa Mesir akan bergerak
menuju puncak kehormatan dan kemajuan."
[ucapan selamat Ahmadinejad kepada Mursi,
atas keberhasilan referendum Mesir, 25/12/12]

Menarik sekali mengamati fenomena Mesir akhir-akhir ini. Setelah sebelumnya pemimpin Barat dan medianya sangat pro-revolusi Mesir, memberikan dukungan besar-besaran atas apa yang mereka sebut ‘proses demokratisasi Mesir', angin pun berbalik. Sejak Presiden Mursi ‘nekad' mengeluarkan Dekrit 22 November, media Barat beramai-ramai menghujatnya. Simak saja liputan CNN, AlJazeera (yang meskipun bermarkas di Qatar namun sejatinya corong Barat di Timur Tengah), atau New York Times. Sudut pandang pemberitaan mereka seragam: kelangsungan revolusi Mesir telah terancam; demokrasi telah disingkirkan oleh Ikhwanul Muslimin. Dengan gaya liputan yang seperti biasanya selama ini, mereka mewawancarai orang-orang di jalanan yang anti Mursi, sehingga seolah-olah sebagian besar rakyat Mesir memang marah pada Mursi. Tokoh-tokoh anti-Mursi pun naik daun, diwawancarai berkali-kali dan suara mereka seolah menjadi mewakili keinginan rakyat Mesir. Demo anti Mursi dibesar-besarkan, sementara demo pro-Mursi tidak diliput seimbang.

Dan, tentu saja, media-media yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin pun berjuang sebisanya meng-counter pemberitaan Barat itu. Blogger-blogger dari Al Azhar sibuk menulis, menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di Mesir.  Intinya, menurut versi mereka, sesungguhnya niat Mursi itu baik, karena tanpa dekrit, upaya perumusan konstitusi baru Mesir akan selalu diganggu oleh kelompok yang pro-Mubarak dan pro-Barat.

Hey, tidakkah ini seharusnya menimbulkan deja vu? Bukankah situasi ini sering terjadi terkait banyak isu? Kita ambil contoh Iran pada tahun 2009. Saat itu, Ahmadinejad yang menjadi the bad guy. Dia dituduh curang dalam pemilu (bahkan tuduhan itu sudah dilontarkan lawannya, Mousavi, yang didukung Barat,  sejak sebelum penghitungan dilakukan). Aksi-aksi protes yang minor (artinya, jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan total populasi Iran) di-blow up, dibesar-besarkan dengan sangat masif oleh media Barat (dan media-media di seluruh dunia yang meng-copy-paste-nya). Seolah-olah kiamat sedang terjadi di Iran dan sebentar lagi pemerintahan Islam Iran akan tumbang. Hanya jurnalis independen, para analis politik independen, dan blogger yang menyuarakan hal sebaliknya. Akhirnya situasi bisa dikontrol pemerintah. Dan dalam sekejap, pemberitaan media mainstream saat itu beralih ke peristiwa tewasnya Micahel Jackson. Suara dari Gedung Putih pun berubah, yang semula berkoar-koar soal ‘pembunuhan demokrasi', beralih ke isu ‘ancaman nuklir Iran'.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di Mesir? Pembajakan revolusi oleh Ikhwanul Musliminkah? Atau memang benar ada kebangkitan Islam?

Setidaknya, kabar terakhir menyebutkan bahwa hasil referendum berpihak pada konstitusi baru Mesir yang berhaluan Islam. Menariknya, meski media Barat beramai-ramai menghujat konstitusi baru Mesir ini, Iran justru memujinya. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad langsung menelpon Mursi,mengucapkan selamat kepada bangsa dan pemerintah Mesir atas keberhasilan penyelenggaraan referendum konstitusi baru di negara itu.

Sebelumnya, Mehdi Sanaei, anggota Parlemen Iran, dari Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri (24/12/12) mengeluarkan statemen, "Suara Rakyat Mesir untuk konstitusi baru dapat ditafsirkan sebagai suara mereka kepada Islam."  Sanaei pun menyerukan kepada faksi-faksi politik Mesir untuk menghormati hasil pemungutan suara dan membuka jalan bagi pelaksanaan kebijakan pembangunan ekonomi. "Republik Islam Iran mendukung setiap keputusan berdasarkan suara rakyat, karena rakyat adalah pemilik sebenarnya dari negara manapun," tambah Sanaei.

Bahkan, sejak awal revolusi Mesir pun, sejak sebelum Mubarak tumbang, Iran sudah menyebut bahwa kebangkitan di Mesir adalah kebangkitan Islam. Padahal, di saat yang sama, hampir semua media menyebutkan analisis bahwa revolusi Mesir adalah kehendak rakyat untuk berdemokrasi setelah sekian lama ditindas oleh diktator bernama Mubarak.

Pada bulan Februari 2011, pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Khamenei berkhutbah Jumat yang isinya mendukung perjuangan rakyat Mesir. Dia mengatakan, "Mesir adalah negara muslim pertama yang berkenalan dengan budaya Barat. Mesir pulalah yang menjadi negara pertama yang memahami budaya Barat dan memahami berbagai macam celanya untuk kemudian mereka melakukan kritik terhadap keburukan-keburukan itu. Jamaluddin Al Afghani, seorang ulama Islami pemberani dan pejuang besar, menemukan bahwa tempat yang tepat untuk melawan Barat dan Eropa adalah di Mesir. Kemudian muridnya, Syekh Muhammad Abduh dan para pejuang Islam lainnya mengikuti jejak Al Afghani. Mesir pulalah kawasan yang melahirkan tokoh-tokoh besar politik dan budaya Islam. Mereka semua adalah pejuang kebebasan. Karena itulah maka sangat layak jika Mesir dulu sempat menjadi pemimpin dunia Arab secara pemikiran maupun politik. Dalam jangka waktu yang cukup lama, negara-negara Arab sangat mengakui kepemimpinan Mesir."

Namun selanjutnya, ungkap Khamenei, Mesir jatuh ke pemimpin diktator yang menjadi budak Barat dan Israel. "Rakyat Mesir merasakan keterhinaan dan kerendahan. Inilah yang sebenarnya menjadi faktor utama yang sekarang terjadi di Mesir. Mereka adalah para pejuang Islam, gerakannya pun dimulai dari sholat Jumat dan dari masjid-masjid. Yel-yel yang mereka kumandangkan adalah Allahu Akbar. Rakyat menggelorakan slogan-slogan keagamaan. Dan para aktivis yang menggerakkan demo di Mesir adalah para aktivis Islam. Rakyat Mesir menghendaki terhapusnya kehinaan ini dari diri mereka. Inilah sebenarnya faktor utama. Tapi tentu saja negara-negara Barat tidak membiarkan analisis semacam ini muncul dan menyebar di kalangan masyarakat internasional," kata Khamenei. [terjemahan lengkap pidatonya bisa dibaca di sini]

Hasil referendum Mesir menunjukkan kebenaran analisis ini. Pemerintahan Islam memang dikehendaki oleh sebagian besar rakyat Mesir.  Dan, bila demokrasi menjadi ukuran, tentunya, seluruh rakyat Mesir harus menerima hasilnya. Bukankah demokrasi mensyaratkan ketundukan pada suara terbanyak? Itu pula yang dulu terjadi di Iran. Setelah tergulingnya Syah Pahlevi, diadakan referendum untuk memilih : pemerintahan Islam atau tidak? 98% rakyat Iran setuju pada pemerintahan Islam. Bila ternyata pemerintahan Islam yang didirikan berhaluan Syiah, tentu saja sangat wajar, karena memang mayoritas rakyat Iran adalah Syiah dan mayoritas ulama yang berdiri di garis depan perjuangan melawan Syah (antara lain Ayatullah Khomeini) bermazhab Syiah.
Dan, bila kini rakyat Mesir  mendukung Ikhwanul Muslimin, tentunya pihak luar hanya bisa menerima. Apapun juga, toh ini pilihan mayoritas rakyat Mesir.

Dan, ini pula yang seharusnya dilakukan semua pihak di Syria. Pengalaman Ikhwanul Muslimin yang meraih kemenangan dengan damai melalui dukungan rakyat Mesir, seharusnya dijadikan landasan sikapnya di Syria. Ketika Ikhwanul Muslimin (dan kelompok-kelompok Mujahidin yang berafiliasi dengan Hizbuttahrir) ingin mendirikan pemerintahan Islam di Syria, yang harus mereka lakukan adalah proes dakwah yang panjang. Jika pada akhirnya mayoritas rakyat Syria memang sepakat dengan ide pemerintahan Islam, takkan ada yang bisa menahannya.

Sayangnya, yang dilakukan Ikhwanul Muslimin dan HT di Syria adalah pemaksaan dan kekerasan. Bahkan mereka rela menerima suplai senjata dan dana dari musuh-musuh Islam, demi menggulingkan Assad. Kata-kata ancaman pembantaian, seperti, "Kita akan cincang Alawi dan dagingnya akan kita berikan kepada anjing" [diucapkan oleh ulama Syria Adnan Al Arour] bertebaran [dan memang terjadi pembantaian itu, bila Anda memilih percaya pada laporan jurnalis independen, bukan media mainstream dan media Islam yang meng-copas-nya] sehingga menimbulkan ketakutan. Gelombang pengungsi Syria kini melewati angka setengah juta orang.

Tegaknya pemerintahan Islam yang adil dan mengayomi seluruh rakyat, apapun agama dan mazhabnya, sebagai perwujudan doktrin ‘rahmatan lil alamin', merupakan visi penting perjuangan kaum muslimin. Namun, pertanyaannya, dapatkah pemerintahan seperti itu ditegakkan bila diawali dengan menumpahkan darah sesama muslim dan non muslim, penyebarluasan fitnah, dan bekerja sama dengan musuh Islam? (IRIBIndonesia/PH)

*alumnus Magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, research associate of Global Future Institute

Musuh Bertekad Memisahkan Masyarakat dari para Ulama
"Salah satu harapan terbesar pihak musuh adalah ketiadaan hubungan antara masyarakat dengan para ulama dan ruhaniawan. Namun, Alhamdulillah, kita masih diperhadapkan pada kenyataan bahwa masyarakat kita telah menunjukkan tekadnya berkali-kali bahwa akan tetap berada pada jalan wilayah dan para ulama marja dan ruhaniawan." 

 Musuh Bertekad Memisahkan Masyarakat dari para Ulama
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Alawi Gurgani, selasa (25/12) dalam pertemuannya dengan para pejabat tinggi dan staf Angkatan Udara Republik Islam Iran dengan menukil dari ayat Al-Qur'an menyatakan, ketaatan kepada Nabiullah Muhammad Saw sama halnya dengan ketaatan kepada Allah SWT. Beliau berkata, "Ketatan kepada Waliyul amr, sama halnya dengan ketataan kepada Nabi dan Allah SWT. Karena Aimmah maksumin as adalah pelanjut Rasulullah Saw namun sangat disayangkan tidak sedikit kaum muslimin yang justru memilih untuk membangkang dan berada pada jalan kesesatan."
Ulama marja taklid tersebut kemudian melanjutkan, "Kebahagiaan dan keberuntungan seorang manusia terletak pada ketaatannya kepada Ahlul Bait Nabi Saw dan kesengsaraan dan penderitaan manusia bersumber dari pembangkangan kepada mereka."
"Sama halnya dengan  kewajiban Rasulullah Saw yang mendakwahkan ajaran-ajaran agama, menyampaikan wahyu dan aturan-aturan Ilahi kepada masyarakat, rakyat Iran yang peka terhadap panggilan zaman dan kepatuhan terhadap titah Imam Khomeini rahimahullah dalam menghadapi seruan sesat keluarga Pahlevi dan kekuatan Negara adidaya dan atas kepemimpinan Rahbar dan wilayatul faqih, revolusi Islam Iran mencapai kemenangannya." Lanjutnya.  
Ayatullah Alawi Ghurgani berkenaan dengan banyaknya darah yang tertumpah di jalan revolusi, menyatakan, "Revolusi Islam memiliki persyaratan yang sedemikian berat dan sulit. Dengan pengorbanan jiwa dan harta yang tidak sedikit dari rakyat Iran, Islam bangkit dan hari ini setelah 33 tahun berlalu, Negara Islam dengan kepemimpinan Wilayatul Faqih memancarkan cahaya yang benderang di antara bangsa-bangsa di dunia."
Pada bagian lain ceramahnya, Ayatullah Alawi Ghurgani mengingatkan bahwa pemerintah dalam menjalankan amanah dan tugasnya harus mengenyampingkan perselisihan. "Pemerintahan Islam sampai sekarang dengan sistem wilayatul faqih sedang berada pada jalur yang membawanya kepada kemajuan. Pemerintah harus lebih serius dan telaten lagi dalam menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing." Ungkapnya.
"Sebagaimana telah ditegaskan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran bahwa semua pihak harus mendukung dan membela wilayatul faqih agar rakyat tidak terjerumus pada kerugian  dan kerusakan." Tambahnya.
Ulama yang juga guru besar Hauzah Ilmiyah Qom Iran tersebut kemudian menyebutkan akan tekad dan kegigihan pihak musuh untuk memisahkan masyarakat dari bimbingan para ruhaniawan. Beliau menyatakan,"Salah satu harapan terbesar pihak musuh adalah ketiadaan hubungan antara masyarakat dengan para ulama dan ruhaniawan. Namun, Alhamdulillah, kita masih diperhadapkan pada kenyataan bahwa masyarakat kita telah menunjukkan tekadnya berkali-kali bahwa akan tetap berada pada jalan  wilayah dan para ulama marja dan ruhaniawan."

Al-Qur'anpun Menolak Pluralisme
"Jika sesuatu amal tidak berdasar pada petunjuk Nabi, maka bukan termasuk amal saleh. Jika shalat dengan segala keutamaan dan fadilahnya, jika hari ini dilakukan dengan berkiblat kearah al Quds maka itu bukan termasuk amal saleh. Amal saleh tidak lain hanyalah amalan yang sesuai dengan tuntutan Nabi ditiap masanya. Dan bukanlah yang dimaksudkan amal saleh adalah tetap melakukan amalan agama, minhaj dan syariat yang telah terhapus dengan kehadiran Nabi yang baru."

 Al-Qur
Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Abdullah Jawadi Amuli, dalam kelas tafsir Al-Qur'an pada pembahasan tafsir surah al Ankabut yang diasuhnya menegaskan pluralisme (yang artinya semua agama benar) dalam pandangan Al-Qur'an adalah sesuatu yang batil. Beliau mengatakan, "Allah SWT pada ayat ini setelah membahas tauhid kemudian menceritakan kisah-kisah para Anbiyah as. Yakni mengenai nabi Nuh as, nabi Ibrahim as, nabi Luth as, nabi Syuaib as dan nabi Musa as. Setelah itu dikatakan bahwa sesungguhnya umat manusia itu memiliki satu Tuhan, satu akhirat dan satu jalan yang lurus, dan tidak lebih dari satu. Dan semua nabi berada pada satu jalan yang lurus itu, meskipun diantara nabi-nabi itu membawa syariat dan minhaj yang berbeda-beda."
Ulama besar yang juga seorang mufassir tersebut kemudian menyebutkan surah Al Baqarah ayat 62, (إِنَّ الَّذِینَ آمَنُواْ وَالَّذِینَ هَادُواْ وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِینَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْیَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَیْهِمْ وَلاَ هُمْ یَحْزَنُونَ ) yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." Dan mengatakan, "Sebagian orang dengan berdalih pada ayat ini menyatakan keabsahan pluralisme, bahwa semua agama bisa saja benar. Namun sesungguhnya, Allah SWT pada ayat ini menyatakan bahwa keempat kelompok yaitu mukminun, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin jika mengakui keesaan Allah SWT, iman kepada ma'ad (akhirat) dan beramal saleh maka akan mendapatkan pahala dari sisi Allah SWT."
 "Tidak sedikit yang dengan berdasar pada ayat tersebut menyatakan jalan hak itu tidak satu, sementara pada surah tersebut sendiri dijelaskan persyaratannya, pertama, iman kepada Tuhan, iman kepada hari akhir, dan yang ketiga adalah beramal saleh. Apakah yang dimaksud dengan amal saleh? Amal saleh adalah amal yang sesuai dengan tuntutan hujjah di tiap zaman." Tambah beliau.
Ulama penulis kitab Tafsir at Tasnim tersebut kemudian melanjutkan, "Jika sesuatu amal tidak berdasar pada petunjuk Nabi, maka bukan termasuk amal saleh. Jika shalat dengan segala keutamaan dan fadilahnya, jika hari ini dilakukan dengan berkiblat kearah al Quds maka itu bukan termasuk amal saleh. Amal saleh tidak lain hanyalah amalan yang sesuai dengan tuntutan Nabi ditiap masanya. Dan bukanlah yang dimaksudkan amal saleh adalah tetap melakukan amalan agama, minhaj dan syariat yang telah terhapus dengan kehadiran Nabi yang baru."
"Yang dimaksud beberapa jalan adalah disetiap masa dengan Nabinya masing-masing adalah hujjah, namun di akhir zaman, hanya satu din yang hak." Tutupnya. 

Kebangkitan Islam Jadi Sebab Kedatangan Sang Juru Selamat
"Kebangkitan ini adalah kehendak Allah Swt, dan harus terus bergulir. Kami berharap kebangkitan Islam di dunia saat ini akan terus meluas sehingga itu menjadi sebab kedatangan Imam Mahdi as."

 Kebangkitan Islam Jadi Sebab Kedatangan Sang Juru Selamat
Menurut Kantor Berita ABNA, menyinggung masalah kebangkitan Islam yang terjadi di negara-negara kawasan akhir-akhir ini, Khatib Jumat Tehran mengatakan , "Kebangkitan ini membutuhkan dukungan maknawi dan materi, dukungan maknawi adalah moral dan kemuliaan akhlak serta perhatian kepada Tuhan."
Ayatullah Emami Kashani di bagian kedua khutbah Jumatnya mengatakan, "Jika masyarakat melanjutkan langkahnya dengan bertawakal kepada Allah Swt, maka dengan izin-Nya kebangkitan ini akan mencapai hasil."
Islam, kata Ayatullah Kashani adalah ajaran komprehensif yang mampu mengelola malasah-masalah sosial, ekonomi dan budaya. Semua telah dikabarkan Islam dan Al-Quran, jika masyarakat bergerak di jalan yang benar dan tidak menyimpang, maka gerakan itu akan mencapai hasilnya.
Terkait masalah penindasan yang terus dilakukan kaum imperialis dunia, Ayatullah Kashani mengatakan, "Kebangkitan ini adalah kehendak Allah Swt, dan harus terus bergulir. Kami berharap kebangkitan Islam di dunia saat ini akan terus meluas sehingga itu menjadi sebab kedatangan Imam Mahdi as." 
Ditambahkannya, "Poin pentingnya adalah, dunia Barat untuk memperoleh dukungan materi, melengkapi dirinya dengan industri dan teknologi, dukungan materi ini layaknya pakaian mewah yang dipakaikan kepada seekor serigala." 
"Di Republik Islam Iran, universitas-universitas dan pusat-pusat keilmuan serta pendidikan mengalami kemajuan yang luar biasa pesat, kemajuan ini harus terus dilanjutkan, dan kita harus maju di bidang keilmuan dan ekonomi", tandas Ayatullah Kashani.
"Pejabat pemerintah, ilmuwan dan dosen-dosen universitas harus lebih memperhatikan kedua masalah ini", tegasnya.
Terkait pilpres Iran mendatang Ayatullah Kashani mengatakan, "Pemilih dan yang dipilih kedua-duanya harus memiliki dukungan materi dan maknawi."
Ia juga menyampaikan rasa terimakasihnya kepada pemerintah yang memanfaatkan teknologi baru dalam sensus penduduk dan data statistik. 
Terkait budaya penamaan anak, Ayatullah Kashani mengatakan, "Nama-nama manusia harus diambil dari nama-nama yang baik, seperti nama-nama figur besar Islam, dan kita harus mewariskan keilmuan kepada anak-anak kita, serta menuntunnya supaya berjalan di atas jalan keilmuan tersebut."
Di akhir khutbahnya Ayatullah Kashani memprotes tekanan yang dilakukan Barat terhadap umat Islam, dan menilai bahwa situasi yang terjadi di Gaza dan Suriah sekarang adalah karena minimnya maknawiah di dunia, khususnya di dunia Barat.
Sumber: IRIB Indonesia

Senjata-senjata Teroris Suriah Ternyata Produk Israel
Pasukan Suriah berhasil menyita sejumlah persenjataan produk rezim Israel milik kelompok teroris. Salah satu sumber yang berafiliasi ke pasukan Suriah mengatakan, "Di antara senjata-senjata milik kelompok teroris itu ditemukan sejumlah senjata produk Israel."


 Senjata-senjata Teroris Suriah Ternyata Produk Israel
Menurut Kantor Berita ABNA, TV Suriah seperti dikutip Mehr News, Kamis (20/12) melaporkan, unit-unit tempur pasukan Suriah terlibat baku tembak di sekitar Daraa. Mereka berhasil menumpas sebagian anggota teroris dan menyita sejumlah banyak persenjataan milik mereka. 
Salah satu sumber yang berafiliasi ke pasukan Suriah mengatakan, "Di antara senjata-senjata milik kelompok teroris itu ditemukan sejumlah senjata produk Israel."
Pada saat yang sama, kantor berita Suriah, Sana melaporkan, dalam bentrokan yang terjadi antara pasukan Suriah dengan kelompok teroris di sekitar Idlib, sejumlah teroris tewas dan luka-luka.
Dikabarkan juga, pasukan pemerintah Suriah berhasil menewaskan beberapa pemimpin kelompok teroris seperti, Amir Ibrahim Abdulrahman al-Nayef, Wail Bakri, Adnan Muhammad al-Abrash dan Issa Zainuddin.
Sementara itu, rakyat Suriah di Aleppo terus menggelar demonstrasi menuntut keluarnya kelompok bersenjata anti-pemerintah dari wilayah itu.
Sebelumnya warga Aleppo juga menggelar demonstrasi mendukung pasukan pemerintah mengusir kelompok teroris dari kotanya.
Di wilayah sekitar kota Hama, Suriah pasukan pemerintah berhasil memukul mundur kelompok bersenjata. Dalam operasi ini, tiga kendaraan tempur milik kelompok itu berhasil dihancurkan dan sejumlah teroris tewas serta luka-luka.
Sana juga melaporkan, kelompok teroris menyerang menara-menara dan jaringan distribusi listrik tegangan tinggi yang menyuplai aliran listrik untuk kota Hama dan propinsi Aleppo, sehingga aliran listrik ke kota-kota itu terputus. 

Ada Dugaan Asing Terlibat dalam Bentrok Syiah di Sampang
Menurut Habib Hasan, Arab Saudi dan Israel punya kepentingan untuk memecah muslim Syiah-Sunni Indonesia. Sebab, kata Habib Hasan, muslim Syiah dan Sunni punya potensi menjadi kekuatan besar yang ditakuti dunia. "Jika dua sayap ini bersatu maka bisa menghadang kekuatan-kekuatan jahat dunia," terang Habib Hasan.


 Ada Dugaan Asing Terlibat dalam Bentrok Syiah di Sampang
Menurut Kantor Berita ABNA, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ahlul Bait Indonesia, Habib Hasan Daliel Alaydrus, menilai ada intervensi asing di balik aksi kekerasan terhadap komunitas Syiah Sampang, Madura, Jawa Timur. Habib Hasan menuding Arab Saudi dan Israel sebagai negara yang bertanggungjawab terhadap terbelahnya umat Islam Indonesia.
"Ada tangan setan yang bermain di Indonesia. Jadi ada upaya untuk membenturkan Syiah dan Sunni di Sampang," kata Habib Hasan dalam doa bersama Ahlul Bait Indonesia untuk korban Sampang di  Tugu Proklamasi, Jakarta Selatan, Selasa malam (28/8/2012).
Menurut Habib Hasan, Arab Saudi dan Israel punya kepentingan untuk memecah muslim Syiah-Sunni Indonesia. Sebab, kata Habib Hasan, muslim Syiah dan Sunni punya potensi menjadi kekuatan besar yang ditakuti dunia. "Jika dua sayap ini bersatu maka bisa menghadang kekuatan-kekuatan jahat dunia," terang Habib Hasan.
Habib Hasan mengatakan Syiah-Sunni bukan semata dua aliran dalam Islam. Masing-masing aliran itu, dia menegaskan, mewakili Iran dan Indonesia, dua negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang punya hubungan mesra. "Indonesia mayoritas Sunni sedangkan Iran mayoritas Syiah. Kererasan di Sampang bertujuan untuk memisahkan Iran dan Indonesia. Dua negara ini hendak diadu domba," kata Habib Hasan.
Habib Hasan menilai Israel jelas ketakutan jika muslim Iran dan Indonesia bersatu. Sedangkan Arab Saudi, kata dia, dikenal sebagai negara yang paling gampang menuduh sesat terhadap aliran Islam yang berseberangan dengan mazhab resmi negara Osama Bin Laden itu, yakni Wahabi. "Di mana posisi Saudi Arabia. Kita sering saksikan mereka main api untuk memecah kaum muslimin dan membid'ahkan (menyesatkan) kelompok lain," kata dia.
Kekerasan di Sampang terjadi setelah ratusan warga anti-Syiah menyerbu permukiman milik komunitas Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, pada Minggu 26 Agustus lalu. Serbuan itu lalu dibalas pemuda Syiah sehingga bentrokan pun tak terhindarkan. Dua penganut Syiah tewas disabet celurit dan lebih dari 10 rumah juga terbakar.(abna.ir)


Menyingkap Hakikat Wahabisme, Mengenal Sejarah Ibnu Taimiyyah



Menelaah sejarah agama akan membawa kita kepada kenyataan bahwa dengan berlalunya waktu agama mengalami pengelompokan ke dalam banyak aliran atau yang lazim disebut mazhab. Hal ini dialami oleh hampir semua agama tak terkecuali Islam dan agama-agama langit lainnya. Pengelompokan itu biasanya terjadi setelah sosok pembawa agama wafat dan dengan berjalannya waktu. Tak diragukan bahwa faktor yang melahirkan pengelompokan dalam agama samawi adalah faktor manusia yang biasanya dipicu oleh pemahamannya yang dangkal. Padahal, agama samawi dibawa oleh seorang manusia yang berkompeten dan menerima wahyu dari Allah yang Maha Mengetahui.

Agama samawi yang risalahnya dibawa oleh para nabi mengangkat prinsip tauhid atau keesaan Tuhan sebagai landasan bagi semua ajarannya. Para nabi juga menyeru umat manusia  untuk menghindari perpecahan dan perselisihan. Prinsip ajaran samawi berikutnya adalah keyakinan akan kebangkitan setelah kematian atau yang lazim dikenal dengan istilah ma'ad serta prinsip menegakkan keadilan dan memerangi kezaliman. Seluruh agama samawi meyakini bahwa Allah menyampaikan pesan-pesannya kepada para nabi dalam bentuk wahyu.

Akan tetapi, bergantinya masa dan berlalunya waktu memunculkan pemahaman-pemahaman yang keliru tentang agama Ilahi, yang berdampak pada lahirnya kelompok-kelompok yang saling bertentangan. Ada sejumlah faktor lain yang melahirkan pengelompokan ini diantaranya kondisi sosial dan lingkungan juga kepentingan duniawi. Perbedaan pandangan ini lambat laun semakin membesar dan mengkristal dan akhirnya membagi pengikut agama ilahi ke dalam beberapa kelompok dan golongan.

Terlepas dari apakah faktor pengelompokan ini pemahaman yang keliru, kepentingan duniawi atau tendensi politik tertentu, yang pasti adanya banyak golongan dalam agama merupakan fakta yang tak bisa dipungkiri.  Fakta inilah yang ibarat anak panah mengoyak persatuan dan kesatuan umat. Yang lebih menyakitkan adalah, terkadang keyakinan akan kebenaran sebuah aliran mendorong para pengikutnya untuk bersikap fanatik dan menafikan kelompok lain . Sikap tersebut tak ubahnya bagai racun yang semakin melemahkan keutuhan umat. Salah satu aliran yang bersikap ekstrim dalam memperlakukan kelompok mazhab lain dalam Islam adalah aliran Wahhabisme atau Wahhabiyah.

Sama seperti mazhab-mazhab lainnya dalam Islam, Wahhabisme terbentuk dengan landasan sebuah pemikiran yang berkiblat pada pemikiran Ibnu Taimiyyah. Taqiyyuddin Ahmad bin Abdul Halim yang dikenal dengan sebutan Ibnu Taimiyyah lahir pada tahun 661 hijriyah di kota Harran (Carrhae) yang saat itu menjadi pusat pengembangan mazhab Ahmad bin Hanbal. Saat ini kota Harran yang terletak di selatan Turki hanya menyisakan puing-puing peninggalan masa lalu. Padahal, dahulu Harran adalah kota yang maju dengan peradabannya yang tinggi. Ibnu Taimiyyah lahir dan tumbuh besar di lingkungan keluarga yang dikenal sebagai pemuka kaum Hanbaliyah. Ayahnya adalah seorang faqih terkenal yang mendapat gelar Syeikhul Balad, atau setingkat mufti kota itu. Dia dikenal sebagaio khatib dan guru agama. Kehidupan Ibnu Taimiyyah berbarengan dengan serangan membabi-buta pasukan Mongol ke negeri-negeri Muslim. Dalam setiap serangan mereka melakukan berbagai  kejahatan tanpa kendali dan memasukkan negeri-negeri taklukan ke dalam wilayah kekuasaan mereka. Banyak buku dan karya ilmiah umat Islam yang dibakar dan dilenyapkan oleh bangsa ytang tak berperadaban itu.

Sejarah besar, Ibnu Katsir menulis; "Pada tahun 667 hijriyah (1269 Masehi) yakni saat Ibnu Taimiyyah masih berusia enam tahun, bangsa Mongol semakin meningkatkan tekanannya terhadap Harran. Ketakutan dan kecemasan yang sangat akan serangan dan kekejaman Mongol memaksa warga meninggalkan kota itu. Ibnu Taimiyyah bersama  keluarga berhijrah ke kota Damaskus. Setibanya di kota itu ayah Ibnu Taimiyyah didaulat untuk memimpin Darul hadits Damskus dan mengajar di sana."

Ibnu Taimiyyah menghabiskan masa remajanya di Damaskus. Dia berguru berbagai ilmu agama seperti fiqih, hafdits, ushul, kalam dan tafsir kepada ayahnya dan para ulama Damaskus sampai berhasil mencapai tingkat keilmuan yang tinggi dan berhak untuk mengeluarkan fatwa. Sepeninggal ayahnya, ia menggantikan posisi sang ayah dan mengajar tafsir al-Quran. Dia banyak menelaah pemikiran dan mazhab-mazhab lain. fatwa-fatwanya banyak yang bertentangan dengan fatwa empat mazhab Ahlussunnah dan Syiah.  Ibnu Taimiyyah juga getol mengkritisi banyak pemikiran dan tradisi umat Islam. Tak jarang ia mengeluarkan fatwa syirik atas sejumlah tradisi kaum muslimin. Dengan kata lain, periode Ibnu Taimiyyah dimulai setelah ia menyampaikan banyak pemikiran dan fatwa yang berseberangan dengan mayoritas umat, tepatnya mulai tahun 698 H. sebelum itu, tak banyak orang yang mengenalnya. Di tahun itu, Ibnu Taimiyyah menerbitkan bukunya yang mengkritisi akidah Asy'ariyah. Buku itu telah memicu lahirnya polemik dan keributan di Damaskus.

Ibnu Taimiyyah menyebut dirinya Salafi yang secara bahasa berarti orang yang mengikuti mutlak jejak para pendahulu.  Kelompok ini mengaku sebagai pengikut setia Nabi Muhammad Saw, para sahabat dan tabiin. Tabiin adalah sebutan untuk generasi Muslim yang sempat bertemu dengan sahabat Nabi. Salafiyyun atau Salafiyyah menyatakan bahwa semua aqidah islam harus dijalankan sesuai dengan apa yang dilakukan di zaman sahabat dan tabiin. Menurut mereka, ajaran Islam harus diambil langsung dari kitabullah dan sunnah, dan para ulama tidak berhak untuk memaparkan dalil apapun di luar al-Quran. Dalam pemikiran ini tak ada tempat bagi analisa akal dan logika. Akibatnya muncul kejumudan dalam berpikir yang dibarengi fanatisme buta. Mereka akrab dengan sikap kasar terhadap kelompok lain. Dengan alasan kembali kepada Islam yang murni, Ibnu Taimiyyah mengkritisi banyak keyakinan, ajaran dan tradisi umat Islam. Bahkan, tak jarang dia memvonis kafir para pengikut aliran lain.

Munculnya pemikiran-pemikiran aneh Ibnu Taimiyyah direkasi keras oleh para ulama di zama itu. Apalagi, dalam memaparkan sifat Allah, dia tak mengenal batas dan menyebut Allah sebagai wujud ber-jism atau berbentuk yang duduk di atas singgasana di langit. Dia pun menjadi muslim pertama yang menyebutkan sifat jism untuk Allah. Pendapatnya itu, ia sampaikan dalam sejumlah risalah yang ditulisnya. Ulama asal Harran ini juga mengeluarkan fatwa yang mengharamkan ziarah ke makam Nabi Muhammad Saw dan menghukuminya sebagai perbuatan syirik. Fatwa yang sama disampaikan berkenaan dengan tawassul kepada para wali dan orang-orang saleh. Alasannya adalah tawassul kepada manusia berarti mengharap pertolongan kepada selain Allah. Dia menentang pembangunan kubur para nabi dan salihin atau pendirian masjid di sisi makam serta menyebutnya sebagai perbuatan syirik.

Pemikiran Ibnu Taimiyyah itu ditentang keras oleh para ulama khususnya yang menyebut Allah berjism. Mereka membawakanayat-ayat Al-Quran yang menafikan pendapat Ibnu Taimiyyah dalam buku-buku tulisan mereka. Tak cukup dengan itu mereka mengadukan Ibnu Taimiyyah ke pengadilan agama karena pemikirannya yang sesat dan menyesatkan. Kecaman dan protes para ulama itu tak mampu menciutkan nyali Ibnu Taimiyyah yang tetap pada pendiriannya. Dia bahkan menyebut para ulama itu telah keluar dari agama Islam dan bahkan menyematkan kata-kata kasar terhadap mereka.

Sejarah menyebutkan bahwa pada tahun 703 H, setelah membaca kitab ‘Fushushul Hikam' karya Ibnu Arabi, dia menulis buku ‘Al-Nushushu ‘alal Fushush' untuk menjawab buku itu. Dalam buku tersebut dia mengkafirkan Ibnu Arabi dan para pengikutnya. Dengan demikian, benih-benih perpecahan dan perselisihanpun semakin tumbuh subur. Tahun 705 H, pengadilan negeri Syam menjatuhkan hukuman pengasingan ke Mesir atas dirinya. Tahun 707, dia keluar dari penjara dan kembali menyebarkan pemikirannya. Tahun 721 dia kembali dijatuhi hukuman penjara. Akhirnya pada tanggal 20 Dzul Qa'dah tahun 728 H Ibnu Taimiyyah meninggal dunia di penjara Damaskus.

Pemikiran dan ajaran Ibnu Taimiyyah telah melahirkan perselisihan tajam di tubuh umat Islam. Perjuangan para ulama yang menjawab pemikiran-pemikiran sesat itu lewat penulisan banyak kitab yang dilengkapi dengan argumentasi kuat dari al-Quran dan hadis akhirnya membuahkan hasil, dan pemikiran Ibnu Taimiyyah pun tak lagi diminati.(IRIB Indonesia)

0 comments to "Salafi-Wahabi, merupakan salah satu pembudidaya teroris terbesar di dunia...benarkah.!!! Serta Menyingkap Hakikat Wahabisme, Mengenal Sejarah Ibnu Taimiyyah"

Leave a comment